Anda di halaman 1dari 6

‫‪GANJARAN BAGI ORANG YANG‬‬

‫‪BERTAKWA‬‬

‫الشبِ ْي ِه‬
‫الس َّتا ِر‪ ،‬ا ُملن ََّز ِه َع ِن َّ‬
‫الك ِر ْي ِم َّ‬ ‫احل ِل ْي ِم َ‬
‫اح ِد ال َق َّها ِر‪َ ،‬‬‫الو ِ‬
‫احل ْمدُ ِهللِ َ‬
‫َ‬
‫س يِف َذاتِ ِه َ‬
‫الع ِل َّية‪,‬‬ ‫الو ْحدَ انِ َّي ِ ‪,‬ة َو َت َقدَّ َ‬
‫إلن َْظا ِر‪ .‬ا ْن َف َر َد بِ َ‬
‫ك َوا ِ‬‫الش ْي ِ‬
‫َو رَّ ِ‬
‫الذ ِّل‬
‫ف بِ ُّ‬ ‫ت ٍ‬ ‫حدَ َع ْب ٍد ُم ْع رَ ِ‬ ‫حدُ ُه مَ ْ‬ ‫َار‪َ .‬أ مْ َ‬
‫َو َر ُّب َك خَ ْي ُل ُق َما َي َش ُاء َو خَ ْيت ُ‬
‫اع ِة َر ِّب ِه آ َنا َء‬
‫ص َف َج َوا ِر َح ُه يِف َط َ‬ ‫َواإلن ِْك َسا ِر‪َ .‬و َأ ْش ُك ُر ُه ُش ْك َر َم ْن رَ َّ‬
‫ش ْي َك َل ُه‬ ‫ال رَ ِ‬ ‫اهلل َو ْحدَ ُه َ‬‫ال ُ‬ ‫ال إِ َل َه إِ َّ‬ ‫اف ال َّن َها ِر‪َ .‬أ ْش َهدُ َأ ْن َ‬‫ال َّل ْيلِ َو َأ ْط َر َ‬
‫َش َها َد ًة ُت ْن ِجي َقائِ ُل َها ِم َن ال َّنا ِر‪َ .‬و َأ ْش َهدُ َأ َّن َس ِّيدَ َنا حُم ََّمدً ا ال َّنبِ ُّي ا ُمل ْخت ُ‬
‫َار‬
‫ال ُ‬
‫اهلل‬ ‫ار ‪َ ،‬ق َ‬ ‫ألط َه ْ‬ ‫أص َحابِ ِه ْا ْ‬ ‫ىل آلِ ِه َو ْ‬ ‫ال ُم ُه َع َل ْي ِه َو َع َ‬
‫ال ُة اهللِ َو َس َ‬‫‪َ ،‬ص َ‬
‫ال ِح َها‬
‫إص َ‬ ‫ض َب ْعدَ ْ‬ ‫ألر ِ‬ ‫ال ُت ْف ِسدُ ْوا يِف ْا ْ‬ ‫لك ِر ْي ِم ‪َ :‬و َ‬‫ف ِكتَابِ َه ْا َ‬
‫َت َعا َىل يِ ْ‬
‫ي ‪َّ ،‬أما َب ْعدُ ‪:‬‬‫ح َة اهللِ َق ِر ْي ٌب ِم َن ْا ُمل ْح ِسنِ نْ َ‬ ‫َوا ْد ُع ْو ُه َخ ْو ًفا َو َط َم ًعا َّ‬
‫إن َر مْ َ‬
‫ون‬ ‫ال َو َأ ْن ُت ْم ُم ْس ِل ُم َ‬ ‫اس ات َُّقواهلل َحقَّ ُت َقاتِ ِه َو َ‬
‫ال مَ ُتو ُت َّن إِ َّ‬ ‫ي َا َأ هُّي َا ال َّن ُ‬

‫‪Ma’asyiral muslimin rahimakumullah‬‬


‫‪Diantara perintah Allah swt kepada hambanya adalah agar‬‬
‫‪mereka menjadi orang-orang yang bertakwa dengan sebenar-‬‬
‫‪benar takwa.‬‬

‫‪1‬‬
Firman Allah swt Surah al-Imran: 102

‫ال َو َأ ْن ُت ْم‬ َ ‫َيا َأ هُّ َيا ا َّل ِذ‬


َ ‫ين آ َمنُوا ا ت َُّقوا‬
َّ ِ‫اهلل َحقَّ ُتقاتِ ِه َو ال مَ ُتو ُت َّن إ‬
‫ُم ْس ِل ُمو َن‬
“Wahai orang-orang beriman bertakwalah kalian kepada Allah
dengan sebenar-benarnya takwa kepada-Nya dan jangnlah
kalian mati kecuali beragama Islam
Dalam tafsir al-Qurtubi disebutkan sebuah hadis yang
diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud ra, bahwasanya Rasulullah saw
berkata ‫“ حق تقاته‬Hendaklah Allah swt ditaati bukan dimaksiati,
hendaklah diingat bukan dilupakan dan hendaklah disyukuri
bukan dikufuri.
Takwa adalah derajat penghambaan yang sangat tinggi
kepada Allah swt karena dengan takwa merupakan barometer
kemuliaan manusia disisi Allah swt dan dengan takwa manusia
memperoleh jalan keluar dari segala masalah yang dihadapi,
banyak ayat-ayat al-Quran yang menjelaskan tentang takwa ini,
antara lain:
Firman Allah swt Surah al-Hujurat: 13

ُ ‫إِ َّن َأ ْك َر َم ُك ْم ِع ْندَ اهللِ َأ ت‬


‫ْقاك ْم‬
“Sesungguhnya yang termulia diantara kalian disisi Allah swt
adalah orang yang paling bertakwa.”
Begitu pula Allah swt berfirman dalam al-Qur’an Surah
al-Thalak: 2-3

َ ‫َو َم ْن َي َّت ِق‬


۞...‫اهلل جَي َْع ْل َل ُه خَ ْم َرج ًا ۞ َو َي ْر ُز ْق ُه ِم ْن َح ْي ُث اَل حَ ْيت َِس ُب‬
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya dia akan
mengadakan baginya jalan keluar (dari kesulitan) dan dia akan
memberikan rezeki dari arah yang tidak terduga-duga.

2
Di ayat lain disebutkan dalam Surah at-Thalak: 4-5

‫اهلل جَي َْع ْل َل ُه ِم ْن َأ ْم ِر ِه ُي رْس ًا ۞ ذلِ َك َأ ْم ُر اهللِ َأ ْنزَ َل ُه‬ َ ‫َو َم ْن َي َّت ِق‬
۞ ‫اهلل ُي َك ِّف ْر َع ْن ُه َس ِّيئاتِ ِه َو ُي ْع ِظ ْم َل ُه َأ ْجر ًا‬
َ ‫إِ َل ْي ُك ْم َو َم ْن َي َّت ِق‬
Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya
Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.
Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu,
dan Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia
akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat
gandakan pahala baginya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Jika kita memperhatikan janji Allah swt terhadap orang-
orang yang bertakwa sesuai dengan ayat-ayat tersebut di atas
dapat disimpulkan bahwa orang bertakwa memiliki kedudukan
tertinggi di sisi Allah, sebab orang bertakwa mendapat jaminan
diampuni dosa-dosanya. Selain itu ia juga akan mendapat
rezeki yang tidak disangka-sangka hingga janji-janji yang lain
berupa kemudahan dalam segala urusannya. Namun sayang,
menengok realitas umat Islam rasanya saat ini jauh sekali dari
janji-janji Allah tersebut, tentunya bukan karena Allah ingkar
janji, tetapi kualitas umat Islam yang hingga saat ini belum
mampu mencapai syarat sebagai orang bertakwa yang berhak
meraih janji keberuntungan dari Allah tersebut
Takwa adalah sebuah proses layaknya tangga titian,
ia mempunyai anak tangga sebagai jenjang tahapan dalam
mencapainya. Para ulama terdahulu telah mengajarkan
bagaimana cara mencapai derajat takwa yang sebenarnya.
Tak lain takwa merupakan buah keimanan yang kokoh yang
dipupuk dengan khauf (merasa takut terhadap azab dan murka
Allah), Raja’ (selalu berharap atas limpahan rahmat Allah). Dan
Muraqabatullah (merasakan pengawasan Allah)

3
Hadirin kaum muslimin rahimakumullah
Proses pertama yang harus dilalui dalam perjalanan
menuju takwa adalah dengan adanya khauf atau takut terhadap
azab dan murka Allah. Untuk menambahkan rasa takut ini,
pertama kita harus mengenal dosa dan akibatnya, mengenal
apa saja yang dilarang oleh Allah serta dampak dari perbuatan
itu. Adakalanya seseorang melakukan perbuatan dosa semata-
mata karena ia tidak tahu bahwa yg dilakukannya justru dilarang
dalam agama, lebih-lebih jika hal itu sudah lumrah dilakukan
orang. Dengan perkembangan zaman, tidak sedikit perbuatan
dosa dan maksiat direkayasa sedemikian rupa sehingga tidak
tampak lagi keburukannya. Alhasil, manusia tidak mampu lagi
membedakan antara hadiah dan suap, antara riba dan jual beli,
antara seni dan pornografi dan sebagainya.
Setelah mengenali dosa-dosa, hendaklah kita menyadari
bahwa setiap dosa kecil apapun niscaya dicatat dan dibalas oleh
Allah swt pada hari pembalasan nanti, sebagaimana firman
Allah swt Surah al-Zalzalah: 7-8.

َ ‫ْقال َذ َّر ٍة َخ رْي ًا َي َر ُه ۞ َو َم ْن َي ْع َم ْل ِمث‬


ًَّ‫ْقال َذ َّر ٍة ر‬
۞ ‫شا َي َر ُه‬ َ ‫َف َم ْن َي ْع َم ْل ِمث‬
“Barang siapa melakukan kebaikan walaupun seberat zarrah
niscaya ia akan melihatnya (mendapatkan ganjarannya) dan
Barang siapa melakukan kejahatan walaupun seberat zarrah
niscaya ia akan melihat (merasakan siksaannya).”
Bahkan bisa jadi dosa-dosa yang tidak diperhitungkan
itu akan menggelincirkan manusia ke dalam neraka. Perlu
diingat bahwa setiap perbuatan dosa akan menelurkan dosa-
dosa lainnya. Orang yang berjudi misalnya, kalau menang
maka uangnya itu akan dihamburkan untuk kemaksiatan yang
lain, mabuk-mabukan atau bahkan perzinaan, tidak mungkin ia
sumbangkan untuk membangun masjid.
Rasulullah saw bersabda: ‫ث َا َتى‬ ُ َ‫“ مْال‬Harta itu
ُ ‫ال َي ْذ َه ُب َح ْي‬
akan pergi sesuai jalan datangnya”, maksudnya kalau datang dari

4
pintu setan, maka akan keluar melalui pintu setan pula (dari
yang haram ke yang haram). Selanjutnya jika ia kalah taruhan,
bisa jadi ia bisa gelap mata melakukan kekerasan, pencurian
dan bahkan pembunuhan.
Hadirin sidang jum’at rahimakumullah
Anak tangga takwa berikutnya adalah Raja’ atau harapan
atas limpahan rahmat Allah kepada hamba-Nya. Untuk
menumbuhkan rasa harap ini hendaknya kita mengenali setiap
kebaikan, mengenal apa saja yang diperintahkan Allah. Makan,
minum, tidur, bekerja, melakukan hubungan suami istri dan
sebagainya adalah hal-hal keseharian yang dikerjakan manusia,
sering kali orang melakukannya semata-mata karena insting
kemanusiaan tanpa menyadari bahwa itu perintah Allah swt.
Allah memerintahkan kita setiap kebaikan dari hal-hal yang
terkecil sampai yang terbesar dan Allah menyediakan balasan
yang berlipat ganda, dan Allah tidak pernah menyia-nyiakan
kebaikan itu sekecil apapun. Hal ini sesuai dengan firman-Nya
dalam Surah Hud: 115

ُ ْ‫يع َأ ْج َر م‬
َ‫ال ْح ِسنِني‬ َ ‫ب َفإِ َّن‬
ُ ‫اهلل اَل ُي ِض‬ ْ ِ‫اص ر‬
ْ ‫َو‬
Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang
yang berbuat kebaikan.
Anak tangga takwa yang ketiga adalah Muraqabatullah
atau merasakan pengawasan Allah. Orang yang bertakwa selalu
siap menyambut perintah Allah, dimana saja dan kapan saja,
ketika sendirian atau bersama orang lain, bukanlah muraqabah
ketika orang itu hanya mampu menjalankan kebaikan saat bersama
orang banyak dan tidak bisa lagi melakukannya ketika sendirian.
Dan demikian pula ketika orang sanggup meninggalkan
keburukan hanya pada saat bersama banyak orang, tetapi
berani mengerjakannya ketika seorang diri. Karena itulah para
ulama membedakan antara hal-hal yang seharusnya dilakukan
secara terang-terangan dan mana yang dilakukan secara
sembunyi-sembunyi. Amalan yang bersifat wajib seperti shalat

5
fardu, zakat, puasa ramadhan, lebih baik ditampakkan bahkan
sebahagiannya harus dilihat oleh orang lain. Sebaliknya, amalan
sunnah seperti puasa sunnah, sedekah, sebaiknya dikerjakan
sembunyi-sembunyi, kecuali kita yakin bahwa hal itu untuk
syiar Islam serta tidak menodai keikhlasan kita.
Jika kita menyadari pengawasan Allah yang Maha Mengetahui,
niscaya akan mengantarkan kita untuk selalu berhati-hati dan
merasa khawatir terjerumus ke dalam dosa serta berhati-hati
agar tidak ada perintah-Nya yang terlalaikan.
Akhirnya marilah kita berdoa memohon kehadirat
Allah swt semoga kita senantiasa diberikan hidayah dalam
melaksanakan segala perintah-Nya serta memberikan kekuatan
dan kemampuan untuk menghindari semua larangan-Nya.
Amin ya rabbal alamin.

‫اك ْم بِ اَم ِف ْي ِه‬ ُ ‫ َو َن َف ْعنِ ْي َو ا ِ َّي‬. ‫اهلل يِ ْل َو َل ُك ْم ىِف ا ْل ُق ْر َا ِن َع ِظ ْي ِم‬ ُ ‫ار َك‬ َ ‫َب‬
‫ َو َت َق َّب َل ِمن ِّْي َو َم ْن ُك ْم َت اَل َو َت ُه ا ِ َّن ُه‬. ‫ال ِك ْي ِم‬ ِّ ‫ِم َن ْا اَل َي ِة َو‬
َ ْ‫الذ ْك ِر ح‬
‫اهلل ا ْل َع ِظ ْي ِم يِ ْل‬ َ ‫اس َتغْ ِف ُر‬ ْ ‫ َا ُق ْو ُل َق ْو يِل َه َذ ا َو‬.‫الس ِم ْي ُع ا ْل َع ِل ْيم‬َّ ‫ُه َو‬
‫َات‬ ُ ‫ي َو ا ُمل ْؤ ِمن‬ َ ْ‫ي َو ا ُمل ْس ِل اَم ُت َو ا ُمل ْؤ ِمنِ ن‬ َ ْ‫َو َل ُك ْم َو لِ َسائِ ِر ا ُمل ْس ِل ِم ن‬
. ‫الر ِح ْي ِم‬ ُ ‫اس َتغْ ِف ُر ْو ُه ا ِ َّن ُه ُه َو ا ْل َغ‬
َّ ‫فور‬ ْ ‫َف‬

Anda mungkin juga menyukai