Anda di halaman 1dari 8

Khutbah Jum'at

Mengkhawatirkan Gugurnya Pahala

Khutbah Pertama:

َّ‫ن‬ْ ‫لل ِم‬ َِّ ‫ست َْغ ِف ُر َُّه َونَ ُع ْو َُّذ بِا‬ ْ َ‫ه َون‬ َُّ ‫س َت ِع ْي ُن‬ ْ َ‫حم َُد َُّه َون‬ ْ َ‫لِل ن‬َِّ ِ ‫د‬ ََّ ‫َم‬ ْ ‫إِنَّ ْالح‬
َّْ ‫ه َوم‬
‫َن‬ َُّ َ‫ضلَّ ل‬ ِ ‫ل ُم‬ ََّ ‫للا َف‬
َُّ ‫َن ي َْه ِد َِّه‬ َّْ ‫ م‬،‫َس ِي َئاتَِّ أَ ْعمَالِنَا‬ َ ‫سنَا و‬ ِ ‫ش ُر ْو َِّر أَ ْن ُف‬ ُ
،‫ه‬ َُّ َ‫ك ل‬ ََّ ‫ش ِر ْي‬ َ ‫ل‬ ََّ ‫َح َد َُّه‬ ْ ‫للا و‬ َُّ َّ‫ه إِل‬ ََّ َ‫ل إِل‬ ََّ ‫ن‬ َّْ َ‫َد أ‬ َُّ ‫شه‬ ْ َ‫ وَأ‬،‫ه‬ َُّ َ‫ي ل‬ ََّ ‫ها ِد‬ َ ‫ل‬ ََّ ‫ل َف‬ َّْ ‫ض ِل‬ ْ ‫ُي‬
ََّ ‫وا‬
‫للا‬ َّْ ‫وا ات ُق‬ َّْ ‫ين آ َم ُن‬ ََّ ‫ُ ((يَا أَيُّهَا ال ِذ‬،‫س ْولُه‬ ُ ‫َد أَنَّ ُمحَم ًدا َع ْب ُد َُّه َو َر‬ َُّ ‫شه‬ ْ َ‫وَأ‬
َّْ ‫اس ات ُق‬
‫وا‬ َُّ ‫ ((يَا أَيُّهَا الن‬،))‫ون‬ ََّ ‫م‬ ُ ِ‫سل‬ ْ ‫موتُنَّ إِلَّ وَأَن ُتم ُّم‬ ُ َ‫ل َ ت‬ َّ ‫ه َو‬ َِّ ِ‫حَقَّ تُ َقات‬
َّ‫جهَا َوبَث‬ َ ‫ق ِم ْنهَا َز ْو‬ ََّ َ‫خل‬ َ ‫حدَةَّ َو‬ ِ ‫خلَ َق ُكم ِمن ن ْفسَّ وَا‬ َ ‫م ال ِذي‬ َُّ ‫َرب ُك‬
ََّ ‫ه وَاأل َ ْرحَا‬
‫م‬ َِّ ِ‫ون ب‬ ََّ ‫ساء ُل‬ َ َ‫للا ال ِذي ت‬ ََّ ‫وا‬ َّْ ‫ساء وَات ُق‬ َ ِ‫يراً َون‬ َّ ‫َال ً َك ِث‬ َّ ‫ِم ْن ُهمَا ِرج‬
‫للا و َُقولُوا‬ ََّ ‫ين آ َم ُنوا ات ُقوا‬ ََّ ‫ ((يَا أَيُّهَا ال ِذ‬،))ً‫يبا‬ َّ ِ‫م َرق‬ َّْ ‫ان َعلَ ْي ُك‬ ََّ ‫للا َك‬ ََّ َّ‫إِن‬
َّْ ‫ط‬
‫ع‬ ِ ‫م َومَن ُي‬ َّْ ‫م ُذنُوب َُك‬ َّْ ‫م َوي َْغ ِف َّْر لَ ُك‬ َّْ ‫م أَ ْعمَالَ ُك‬ َّْ ‫ح لَ ُك‬ َّْ ‫ص ِل‬ ْ ‫يداً* ُي‬ َّ ‫س ِد‬ َ ً‫ل‬ َّ ‫َق ْو‬
: ‫ أما بعد‬.))ً‫يما‬ َّ ‫ظ‬ ِ ‫زاً َع‬ َّ ‫د َفا ََّز َف ْو‬ َّْ ‫ه َف َق‬ َُّ َ‫سول‬ ُ ‫للا َو َر‬ ََّ
‫ي ُمحَمدَّ صَلى‬ َُّ ‫ه ْد‬ َ ‫ي‬ َِّ ‫خ ْي ََّر اله َْد‬ َ ‫ َو‬،‫للا‬ َِّ ‫َاب‬ َُّ ‫ث كِت‬ َِّ ‫ح ِد ْي‬ َ ‫خ ْي ََّر ْال‬ َ َّ‫َف ِإن‬
.َّ‫ض َللَة‬ َ َّ‫ و َُكلَّ بِ ْد َعة‬،‫حدَثاَتُهَا‬ ْ ‫ ُم‬u ‫َشرَّ األُ ُم ْو َِّر‬ َ ‫ و‬،‫م‬ ََّ ‫َسل‬ َ ‫هو‬ َِّ ‫للا َعلَ ْي‬ َُّ

Ibadallah,
Manakala beramal dengan berbagai jenisnya, seorang Muslim sangat
berharap agar seluruh amalannya diterima oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Hal ini
didorong oleh kesadarannya untuk menjadikan seluruh hidupnya di dunia ini
sebagai kesempatan memperbanyak kebaikan di sisi Allah ‘Azza wa Jalla.

Namun perlu diketahui, sesungguhnya limpahan pahala yang


Allah Subhanahu wa Ta’ala janjikan hanyalah akan didapatkan bagi orang
yang melakukan amalan dengan ikhlas dan berharap pahala dari-
Nya Subhanahu wa Ta’ala. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
“Sesungguhnya setiap amalan memiliki motivasi dan tujuan. Sebuah amalan
tidaklah terhitung sebagai ketaatan kecuali jika didasari dengan keimanan,
yakni bukan hanya terdorong oleh sekedar rutinitas (kebiasaan), hawa
nafsu, atau mencari pujian semata. Motivasinya harus iman dan tujuannya
adalah menggapai ridha dan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Karenanya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyandingkan
keimanan dan harapan pahala dalam banyak hadits…..”.
Ibadallah,
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ ‫ج ُع‬
َّ‫ون‬ ِ ‫م َرا‬ َّْ ‫جلَةَّ أَن ُه‬
َّْ ‫م إِلَىَّ َربِ ِه‬ َّْ ‫ون مَا آتَ ْوا و َُقلُو ُب ُه‬
ِ ‫م َو‬ ََّ ُ‫ين ُي ْؤت‬
ََّ ‫وَال ِذ‬
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan
hati yang takut. (Mereka menyadari bahwa) sesungguhnya mereka akan
kembali kepada Rabb mereka.” (QS. al-Mukminun: 60).
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan ayat di atas,
Aisyah radhiyallahu ‘anha bertanya, “Apakah mereka adalah orang-orang
yang minum khamer dan mencuri?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab, “Tidak wahai puteri Abu Bakar ash-Shiddiq. Mereka itu
adalah yang melakukan ibadah shaum, shalat, dan bersedekah, namun
mereka takut jika amalan mereka tidak diterima oleh Allah ‘Azza wa Jalla .
Mereka itu adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam segala
kebaikan dan mereka selalu menjadi yang terdepan”.
Ketakutan mereka bukanlah terhadap janji Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
akan melimpahkan balasan pahala atas kebaikan amal ibadah mereka, tapi
rasa kekhawatiran jika Allah ‘Azza wa Jalla tidak menerima amal ibadah
mereka manakala mereka melalaikan syarat-syarat yang harus mereka
penuhi agar menjadi amal yang shalih. Mereka mengkhawatirkan gugurnya
pahala amal mereka. Dan hal ini merupakan bagian dari kesempurnaan
iman yang mereka miliki. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ِ ‫فَ ََل يَأ ْ َم ُن َم ْك َر ه‬


َ‫َّللا ِإ هَّل ْالقَ ْو ُم ْالخَا ِس ُرون‬
“Maka tidaklah merasa aman dari ancaman adzab Allah melainkan orang-
orang yang merugi.” (QS. al-A`raf: 99).
Ibadallah,
Penggugur pahala amalan yang dimaksud dalam pembahasan tema ini
berlandaskan pandangan Ahlus Sunnah wal Jamaah. Bahwa penggugur
hakiki yang dapat menghapus seluruh bagian iman dan amalan adalah yang
disebabkan oleh kekafiran, kesyirikan, kemurtadan dan kemunafikan.
Adapun penggugur yang dapat membatalkan sebagian amalan oleh sebab
kemaksiatan, atau berkurangnya balasan pahala, atau tertundanya manfaat
baik sebuah amalan pada waktu yang dibutuhkan adalah penggugur yang
bersifat relatif dan tidak sampai berakibat mengugurkan dasar keimanan.
Berikut ini adalah penggugur-penggugur amalan, di antaranya:

Pertama: Syirik Dan Riddah (Kemurtadan).


Keduanya jelas menjadi penghalang diterimanya sebuah amalan di hadapan
Allah ‘Azza wa Jalla, sebaik dan seindah apapun amalan itu, karena
Allah ‘Azza wa Jalla membenci syirik dan kemurtadan serta tidak menerima
segala jenis kebaikan apapun dari mereka manakala mereka mati dalam
kondisi demikian.
Tentang syirik, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ‫ع َملُ َك َولَت َ ُكون هَن ِمن‬ َ ‫ي ِإلَي َْك َو ِإلَى الهذِينَ ِم ْن قَ ْب ِل َك لَئِ ْن أ َ ْش َر ْك‬
َ ‫ت لَ َي ْح َب‬
َ ‫ط هن‬ َ ‫وح‬ِ ُ ‫َولَقَ ْد أ‬
َ‫ْالخَا ِس ِرين‬
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepada engkau -wahai Muhammad –
dan kepada (nabi-nabi) yang sebelum engkau: “Jika kamu berbuat syirik
(kepada Allah ), niscaya akan gugur terhapuslah amalmu dan tentulah kamu
termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. az-Zumar: 65)
Dan tentang bahaya kemurtadan, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

‫ت أ َ ْع َمالُ ُه ْم فِي ال ُّد ْن َيا‬ َ ِ‫ت َو ُه َو َكا ِف ٌر فَأُو َٰلَئِ َك َحب‬


ْ ‫ط‬ َ ‫َو َم ْن يَ ْرت َ ِد ْد ِم ْن ُك ْم‬
ْ ‫ع ْن دِينِ ِه فَيَ ُم‬
َ‫ار ۖ ُه ْم ِفي َها خَا ِلدُون‬ ِ ‫اب النه‬ُ ‫ص َح‬ ْ َ ‫َو ْاْل ِخ َر ِة ۖ َوأُو َٰلَ ِئ َك أ‬
“Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati
dalam kekafiran, maka mereka itulah yang gugur sia-sia amalannya di dunia
dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya.” (QS. al-Baqarah: 217).

Kedua: Riya’
Yaitu seseorang beramal dan memperlihatkan amalannya kepada manusia,
mengharapkan suatu kebaikan duniawi bagi dirinya ketika mereka
melihatnya. Riya’ tergolong syirik kecil yang memiliki beragam jenis dan
bentuknya. Banyak sekali hadits yang menyatakan kekhawatiran
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap riya’ yang akan dialami
oleh umatnya.
Ma`qil bin Yasar menuturkan sebuah kisah, “Aku pernah bersama Abu Bakar
ash-Shidiq radhiyallahu anhu pergi menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata “Wahai Abu Bakar, pada
kalian ada syirik yang lebih tersembunyi daripada langkah seekor semut”.
Abu Bakar bertanya, “Bukankah syirik adalah seseorang telah menjadikan
selain Allah sebagai sekutu bagi-Nya?”… Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab, “Demi Allah, Dzat yang jiwaku ada di tangan-
Nya Subhanahu wa Ta’ala, syirik (kecil) lebih tersembunyi daripada langkah
seekor semut. Maukah engkau aku tunjukkan sesuatu (doa) yang jika
engkau mengucapkannya, maka akan lenyaplah (syirik tersembunyi itu) baik
sedikit maupun banyak? Ucapkanlah:

‫ َوأ َ ْست َ ْغ ِف ُر َك ِل َما ََّل أ َ ْع َل ُم‬،‫ع ْوذُ ِب َك أ َ ْن أ ُ ْش ِر َك ِب َك َوأَنَا أ َ ْع َل ُم‬


ُ َ ‫الَله ُه هم ِإ ِن ْي أ‬
(Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari perbuatan
kesyirikan terhadap-Mu dalam keadaan aku mengetahuinya, dan aku
memohon ampun kepada-Mu dari apapun yang aku tidak mengetahuinya).
(HR. Bukhari).

Ketiga: Mendatangi Dukun, Peramal Dan Sejenisnya.


Mempercayai omong kosong, penipuan dan kedustaan dukun dan
paranormal termasuk penyakit yang menjangkiti sebagian masyarakat.
Dengan adanya kemajuan teknologi, seseorang tanpa sadar telah
mendatangi atau membenarkan dukun (paranormal) meski tidak mendatangi
tempat praktek manusia-manusia itu. Pasalnya, berbagai media massa
sering kali menyediakan produk-produk mereka (para dukun) seperti zodiak
(ramalan bintang), primbon biro jodoh, ramalan pekerjaan dan
keberuntungan, transfer kekuatan jarak jauh dan penglaris dagangan, serta
produk perdukunan lainnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-
Nya shallallahu ‘alaihi wa sallamtelah mengecam siapapun yang
mempercayai mereka dengan ancaman kekufuran, atau dengan gugurnya
pahala shalat akibat menanyakan sesuatu kepada mereka sekalipun tidak
mempercayainya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫صد َقهُ ِب َما َيقُ ْو ُل فَقَ ْد َكفَ َر ِب َما أ ُ ْن ِز َل‬


‫ع َلى ُم َح همد‬ َ َ‫ع هرافًا أَ ْو َكا ِهنًا ف‬
َ ‫َم ْن أَتَى‬
“Barangsiapa mendatangi peramal atau dukun dan mempercayai
ucapannya, maka sungguh dia telah kufur terhadap (syariat) yang
diturunkan kepada Muhammad.”
Dalam lafazh lain, Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ً‫ص ََلة ٌ أ َ ْربَ ِعيْنَ لَ ْيلَة‬


َ ُ‫َيء لَ ْم ت ُ ْقبَ ْل لَه‬ َ ُ‫سأَلَه‬
ْ ‫ع ْن ش‬ َ ‫َم ْن أَتَى‬
َ َ‫ع هرافًا ف‬
“Barangsiapa mendatangi peramal, kemudian dia bertanya kepadanya
tentang sesuatu maka tidaklah diterima shalatnya sepanjang empat puluh
hari.” (HR. Muslim).
Keempat: Durhaka Terhadap Kedua Orang Tua, Mengungkit-Ungkit
Sedekah Yang Diberikan, Mendustakan Takdir.
Pelaku tiga perbuatan ini diancam dengan gugurnya pahala amalan yang
mereka kerjakan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ٌ ‫ َو َمنه‬،‫اق‬
ٌ ‫ َو ُم َكذ‬،‫ان‬
‫ِب‬ َ : ‫ع ْد ًَّل‬
ٌّ ‫ع‬ َ ‫ث َ ََلثَةٌ ََّل َي ْق َب ُل هللاُ ِم ْن ُه ْم َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة‬
َ ‫ص ْرفًا َو ََّل‬
‫ِب ْالقَ َد ِر‬
“Ada tiga golongan manusia yang Allah tidak akan menerima dari mereka
amalan wajib (fardhu), dan tidak pula amalan sunnat (nafilah) mereka pada
hari Kiamat kelak; seorang yang durhaka kepada orang tuanya, seorang
yang menyebut-nyebut sedekah pemberiannya, dan seorang yang
mendustakan takdir.”

Kelima: Bergembira Atas Terbunuhnya Seorang Mukmin


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa membunuh
seorang Mukmin dan berharap pembunuhannya, maka Allah Subhanahu wa
Ta’ala tidak akan menerima darinya amalan wajib (fardhu) maupun amalan
sunnat (nafilah)”. (HR. Abu Dawud).

Keenam: Mengakui Selain Ayahnya Sebagai Orang Tuanya


Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa mengakui selain
ayahnya (sebagai orang tua nasabnya), atau mengakui selain tuannya
sebagai majikan pemiliknya karena membencinya, maka baginya laknat
Allah Subhanahu wa Ta’ala, laknat para malaikat dan seluruh manusia, serta
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menerima amalan wajib maupun
sunnahnya”.

Ketujuh: Melanggar Batasan-Batasan Keharaman Allah Subhanahu wa


Ta’ala Saat Sendirian
Hal ini mungkin salah satu di antara yang dilalaikan atau bahkan diabaikan
oleh banyak di kalangan kaum Muslimin. Mungkin karena mereka belum
tahu atau tidak mau tahu. Padahal berdampak pada gugurnya pahala
amalan. Sudah seharusnya kita waspada terhadapnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh aku
mengetahui banyak di kalangan umatku yang akan datang pada hari Kiamat
nanti dengan berbekal kebaikan sebanyak gunung-gunung Tihamah, namun
Allah menjadikannya bagaikan debu yang beterbangan”. Tsauban bertanya,
“Wahai Rasulullah,, tunjukkan kepada kami sifat mereka”! Jelaskan kepada
kami siapa mereka, agar kami tidak menjadi seperti mereka tanpa kami
sadari”. Lantas Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya mereka adalah
saudara-saudara kalian, dari jenis kalian, mereka melakukan shalat tahajud
sebagaimana yang kalian lakukan, namun mereka adalah orang-orang yang
apabila berada dalam kesendirian, mereka melanggar batasan keharaman-
keharaman Allah (berbuat maksiat).

‫ َو َو ِف ْقنَا ِل ُك ِل َخيْر َيا َذا ْال َج ََل ِل‬،ُ‫ص ِل ْح لَنَا شَأْنَنَا ُكلهه‬
ْ َ ‫اك َوأ‬
َ ‫علَى ُه َد‬ َ ‫اَلله ُه هم أ َ ِعنها‬
‫اإل ْك َر ِام‬ِ ‫َو‬
َ ‫أَقُ ْو ْل َه َذا ا ْلقَ ْو َل َوا َ ْستَ ْغ ِف ُر‬
‫هللا ِلي َولَ ُك ْم َو ِل َسائِ ِر ال ُم ْس ِل ِميْنَ ِم ْن ُك ِل َذ ْنب‬
َ ‫فَا ْست َ ْغ ِف ُر ْوهُ يَ ْغ ِف ْر لَ ُك ْم إنههُ ُه َو الغَفُ ْو ُر‬
.‫الر ِح ْي ُم‬

Khutbah Kedua:

َ‫ َوأ َ ْش َه ُد أ َ ْن ََّل ِإلَه‬،‫ان‬ ِ ْ ‫ض ِل َو ْال ُج ْو ِد َو‬


ِ َ‫اَّل ْم ِتن‬ ْ َ‫ َوا ِسعِ ْالف‬،‫ان‬ ِ ‫س‬
َ ‫اإل ْح‬ِ ‫ع ِظي ِْم‬ ِ ‫ا َ ْل َح ْم ُد ِ ه‬
َ ‫ّلِل‬
ُ‫صلهى هللا‬ َ ،ُ‫س ْولُه‬ ُ ‫ع ْب ُدهُ َو َر‬ َ ‫أن نَ ِبيهنَا ُم َح همدًا‬‫ َوأ َ ْش َه ُد ه‬،ُ‫ِإ هَّل هللاُ َو ْح َدهُ ََّل ش َِري َْك لَه‬
. َ‫ص ْح ِب ِه أ َ ْج َم ِعيْن‬
َ ‫علَى آ ِل ِه َو‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬َ ‫سله َم‬ َ ‫َو‬
Kedelapan: Bersumpah Dengan Nama Allah Subhanahu wa Ta’ala Dan
Bersaksi Bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala Tidak Akan Mengampuni
Seseorang.
Ibadallah,
Ketahuilah bahwa rahmat Allah ‘Azza wa Jalla sangat luas, menaungi
siapapun yang Dia Subhanahu wa Ta’ala kehendaki. Allah Subhanahu wa
Ta’ala Maha mengampuni dosa apapun selain syirik, sebagai gambaran
betapa besar kebaikan dan limpahan karunia dari-Nya Subhanahu wa
Ta’ala. Maka, seseorang tidak berhak menghalang-halanginya dari
siapapun. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya ada seseorang yang berkata “Demi Allah Subhanahu wa
Ta’ala, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mengampuni si Fulan”. Padahal
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Siapakah orangnya yang telah
bersumpah atas nama-Ku (dan bersaksi) bahwa Aku tidak memberikan
ampunan kepada si Fulan?!.. Sungguh Aku telah ampuni si Fulan itu dan
Aku gugurkan amalmu”.(13)

Orang yang melakukan hal tersebut telah menyebabkan orang lain berputus
asa dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan semakin menjadikannya
tenggelam dalam kemaksiatan. Maka, seorang yang menjadi penyebab
tertutupnya pintu kebaikan dan terbukanya pintu keburukan berhak untuk
digugurkan pahala amalannya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala , sebagai
balasan yang setimpal.

Kesembilan: Meninggalkan Shalat Ashar


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
meninggalkan shalat ashar, maka telah gugur amalnya”. (HR. Bukhari).
Hadits ini memperingatkan kita agar selalu menjaga shalat lima waktu,
khususnya shalat ashar.
Kesepuluh: Pecandu Khamer (Minuman Keras).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa minum


khamer, tidak diterima shalatnya empat puluh hari, jika dia bertaubat maka
Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengampuninya. Jika dia mengulanginya,
tidaklah diterima shalatnya empat puluh hari, jika dia bertaubat maka
Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengampuninya. Jika dia mengulanginya
tidaklah diterima shalatnya empat puluh hari, jika dia bertaubat maka
Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengampuninya. Jika dia mengulangi lagi
ke empat kalinya tidaklah Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima shalatnya
empat puluh hari, jika dia bertaubat Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak
menerima taubatnya, dan kelak Allah Subhanahu wa Ta’ala akan
memberikannya minum dari sungai khabal”. Wahai Abu ‘Abdirrahman, apa
itu sungai khabal? Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sungai
(berisi) nanah penduduk neraka”. (HR. Tirmidzi).

Kesebelas: Kedurhakaan Isteri Kepada Suaminya


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ada tiga golongan
manusia, shalat mereka tidak melampaui telinga mereka; budak yang kabur
dari majikannya sampai dia kembali, seorang isteri yang melewati malam
hari dalam keadaan suaminya murka kepadanya, seorang imam bagi
sekelompok kaum padahal mereka membencinya”. (HR. Tirmidzi).
Semoga Allah ‘Azza wa Jalla senantiasa menggugah hati kita untuk
mewaspadai segala hal yang akan menggugurkan amalan kita atau
mengurangi keberkahannya.

‫ع ْب ِد هللاِ َك َما أ َ َم َر ُك ُم هللاُ ِب َذ ِل َك‬


َ ‫علَى ُم َح هم ِد اب ِْن‬َ – ُ‫عا ُك ُم هللا‬ َ ‫س ِل ُم ْوا – َر‬ َ ‫صلُّ ْوا َو‬َ ‫َو‬
َ ‫صلُّوا‬
‫علَ ْي ِه‬ َ ‫علَى النه ِبي ِ َيا أَيُّ َها الهذِينَ آ َمنُوا‬ َ َ‫صلُّون‬َ ُ‫َّللا َو َم ََل ِئ َكتَهُ ي‬
َ ‫ ﴿ ِإ هن ه‬:‫فَقَا َل‬
‫صلهى‬ َ ‫ (( َم ْن‬: ‫ وقال صلى هللا عليه وسلم‬، ]٥٦:‫س ِل ُموا ت َ ْس ِليما ً ﴾ [األحزاب‬ َ ‫َو‬
َ ‫علَ ْي ِه‬
. ))‫ع ْش ًرا‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ً ‫اح َدة‬ِ ‫ي َو‬ ‫علَ ه‬
َ
‫علَى آ ِل‬ ‫علَى إِب َْرا ِهي َْم َو َ‬ ‫ْت َ‬ ‫صلَي َ‬ ‫علَى آ ِل ُم َح همد َك َما َ‬ ‫علَى ُم َح همد َو َ‬ ‫ص ِل َ‬ ‫اَلله ُه هم َ‬
‫علَى‬ ‫ت َ‬ ‫ار ْك َ‬ ‫علَى آ ِل ُم َح همد َك َما بَ َ‬ ‫علَى ُم َح همد َو َ‬ ‫ار ْك َ‬ ‫إِب َْرا ِهي َْم إِنه َك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْيدٌ‪َ ،‬وبَ ِ‬
‫الرا ِش ِديْنَ‬ ‫اء ه‬ ‫ع ِن ال ُخلَفَ ِ‬ ‫ض الله ُه هم َ‬ ‫ار َ‬ ‫علَى آ ِل ِإب َْرا ِهي َْم ِإنه َك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْيدٌ‪َ .‬و ْ‬ ‫ِإب َْرا ِهي َْم َو َ‬
‫ص َحا َب ِة‬ ‫ع ِن ال ه‬ ‫ض الله ُه هم َ‬ ‫ار َ‬ ‫ع ِلي‪َ ،‬و ْ‬ ‫عثْ َمانَ َو َ‬ ‫ع َم َر َو ُ‬ ‫ا َ ْأل َ ِئ هم ِة ال َم ْه ِد ِييْنَ أ َ ِبي َب ْكر َو ُ‬
‫الديْنَ ‪َ ،‬و َعنها َم َع ُه ْم ِب َم ِن َك‬ ‫سان ِإلَى َي ْو ِم ِ‬ ‫ع ِن التها ِب ِعيْنَ َو َم ْن ت َ ِب َع ُه ْم ِبإ ِ ْح َ‬ ‫أ َ ْج َم ِعيْنَ ‪َ ،‬و َ‬
‫سانِ َك َيا أ َ ْك َر َم األ َ ْك َر ِميْنَ ‪.‬‬ ‫َو َك َر ِم َك َو ِإ ْح َ‬
‫الدي ِْن‬ ‫اإل ْس ََل َم َوال ُم ْس ِل ِميْنَ َوأ َ ِذ هل ال ِش ْر َك َوال ُم ْش ِر ِكيْنَ َو َد ِم ْر أ َ ْع َدا َء ِ‬ ‫اَلله ُه هم أ َ ِع هز ِ‬
‫ص ِل ْح أَئِ همتَنَا َو ُو ََّلة َ‬ ‫طانِنَا َوأ َ ْ‬ ‫الدي ِْن يَا َربه ال َعالَ ِميْنَ ‪ .‬اَلله ُهم ِآمنها فِي أ َ ْو َ‬ ‫اح ِم َح ْوزَ ة َ ِ‬ ‫َو ْ‬
‫اك يَا َربه ال َعالَ ِميْنَ ‪ .‬اَلل ُه هم‬ ‫ض َ‬ ‫اك َواتهبَ َع ِر َ‬ ‫اج َع ْل ِو ََّليَتَنَا فِ ْي َم ْن خَافَ َك َواتهقَ َ‬ ‫أ ُ ُم ْو ِرنَا َو ْ‬
‫عتِ َك يَا َذا‬ ‫طا َ‬‫علَى َ‬ ‫اك َوأ َ ِع ْنهُ َ‬ ‫ض َ‬ ‫اج َع ْل َع َملَهُ فِي ِر َ‬ ‫اك َو ْ‬ ‫ي أ َ ْم ِرنَا ِل ُه َد َ‬ ‫َوفِ ْق َو ِل ه‬
‫س ِديْد َو َع َمل‬ ‫اإل ْك َر ِام‪ .‬اَلله ُه هم َوفِق َج ِم ْي َع ُو ََّلةِ أ َ ْم ِر ال ُم ْس ِل ِميْنَ ِل ُك ِل قَ ْول َ‬ ‫ْال َج ََل ِل َو ِ‬
‫َر ِشيْد‪.‬‬
‫ت َو ِليُّ َها َو َم ْو ََّلهَا‪ .‬اَلله ُه هم‬ ‫ت َخي َْر َم ْن زَ هكاهَا أ َ ْن َ‬ ‫سنَا ت َ ْق َواهَا‪ ،‬زَ ِك َها أ َ ْن َ‬ ‫ت نُفُ ْو َ‬ ‫اَلله ُه هم آ ِ‬
‫الظلُ َما ِ‬
‫ت‬ ‫س ََل ِم‪َ ،‬وأ َ ْخ ِر ْجنَا ِمنَ ُّ‬ ‫سبُ َل ال ه‬ ‫ف َبيْنَ قُلُ ْو ِبنَا‪َ ،‬وا ْه ِدنَا ُ‬ ‫ات َب ْي ِننَا‪َ ،‬وأ َ ِل ْ‬ ‫ص ِل ْح َذ َ‬ ‫أَ ْ‬
‫اجنَا َوذُ ِريها ِتنَا َوأ َ ْم َوا ِلنَا‬ ‫ارنَا َوأ َ ْز َو ِ‬‫ص ِ‬ ‫ار ْك لَنَا فِي أ َ ْس َما ِعنَا َوأ َ ْب َ‬ ‫ور‪َ ،‬و َب ِ‬ ‫ِإلَى النُّ ِ‬
‫ار ِكيْنَ أ َ ْينَ َما ُكنها‪.‬‬‫اج َع ْلنَا ُم َب َ‬ ‫َوأ َ ْوقَاتِنَا َو ْ‬
‫ت ا َ ْأل َ ْحيَ ِ‬
‫اء‬ ‫ات َوال ُمؤْ ِمنِيْنَ َوال ُمؤْ ِمنَا ِ‬ ‫اَلله ُه هم ا ْغ ِف ْر لَنَا َو ِل َوا ِل َد ْينَا َو ِل ْل ُم ْس ِل ِميْنَ َوال ُم ْس ِل َم َ‬
‫ار‬‫اب النه ِ‬ ‫ع َذ َ‬ ‫سنَةً َوقِنَا َ‬ ‫اْلخ َرةِ َح َ‬ ‫سنَةً َوفِي ِ‬ ‫ِم ْن ُه ْم َو ْاأل َ ْم َواتِ‪َ .‬ربهنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َ‬
‫‪.‬‬
‫هللا يَ ْذ ُك ْر ُك ْم‪َ ،‬وا ْش ُك ُر ْوهُ َعلَى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم‬
‫َّللا ‪ِ ، ‬عبَا َد هللاِ‪ :‬ا ُ ْذ ُك ُر ْوا َ‬‫َو َل ِذ ْك ُر ه ِ‬
‫صنَعُونَ‬ ‫أ َ ْكبَ ُر َو ه‬
‫َّللاُ يَ ْع َل ُم َما تَ ْ‬
‫‪Beranda‬‬

Anda mungkin juga menyukai