Anda di halaman 1dari 14

Khutbah Jumat Indahnya Pernikahan

Yufid

Desember 19, 2015

Rumah Tangga

Print Friendly, PDF & Email

Khutbah Pertama:

ُ‫ لَه ُ ال ُم ْلك‬،ُ‫ َوأ َ ْش َه ُد أ َ ْن ََل إَلَهَ إَ هَل هللاُ َوحْ َدهُ ََل ش ََريْكَ لَه‬،‫ع َن الب ُْخ َل َوالت َ ْقتَ ْي َر‬ َ ‫اإلس َْرافَ َوالت َ ْب َذي َْر َو‬ َ ‫ع َن‬ َ ‫ا َ ْل َح ْم ُد َ هّلِلَ َر‬
َ ‫ب العَالَمَ يْنَ أ َ ْغنَى َوأ َ ْقنَى َونَ َهى‬
‫علَى آ َل َه‬ َ ُ‫صلهى هللا‬
َ ‫علَ ْي َه َو‬ َ ،‫ َوالس ََرا ُج ال ُمنَي ُْر‬،‫س ْولُهُ ا َ ْلبَ َشي ُْر النَ َذي ُْر‬ َ ً ‫ َوأ َ ْش َه ُد أ َ هن ُم َح همدا‬،‫ش ْيءٍ قَ َدي ٍْر‬
ُ ‫ع ْب ُدهُ َو َر‬ َ ‫علَى كُ َل‬ َ ‫َولَه ُ ْال َح ْم ُد يُحْ ي َ َويُمَ يْتُ َوه َُو‬
‫سله َم ت َ ْس َليْما ً َكثَي ًْرا‬
َ ‫ َو‬،‫علَى نَ ْه َج َه ْم َإلَى هللاَ َي َسي ٌْر‬
َ َ‫ َو َم ْن َكان‬،َ‫ص َحا َبه‬ ْ َ ‫َوأ‬

‫أ َ هما بَ ْع ُد‬:

ُ ‫أَيُّ َها النه‬


،‫ اَتهقُ ْوا هللاَ ت َ َعالَى‬،‫اس‬

Ibadallah,

Tuhan kalian menginginkan pemakmuran alam ini sesuai ketentuan syariat yang telah terukur sampai
waktu tertentu. Pemakmuran ini tidak mungkin berjalan kecuali dengan adanya kerjasama, keselarasan
dan kebersamaan serta dengan membangun kehidupan secara adil, bijak, dan berdaya guna.

Seorang manusia dijadikan khalifah di muka bumi untuk tugas melakukan perbaikan dan pemakmuran
dalam beribadah kepada Allah. Kebahagiaan seseorang terletak pada ketaatannya kepada Allah, dan
kebinasaannya disebabkan oleh kemaksiatan yang dilakukannya kepada Allah. Firman Allah :

“ َ‫َّللاَ َو َيت ه ْق َه فَأُولئَكَ ُه ُم ْالفائ َُزون‬


‫ش ه‬ َ ‫سولَهُ َويَ ْخ‬ ‫”و َم ْن يُطَ َع ه‬
ُ ‫َّللاَ َو َر‬ َ ]52 / ‫[النور‬
“Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasulNya dan takut kepada Allah, dan bertaqwa
kepadaNya maka merekalah orang-orang yang beruntung.” (Qs An-Nur : 52).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ٌ ‫عذابٌ ُم َه‬
” ‫ين‬ ً ‫سولَهُ َو َيت َ َع هد ُحدُو َدهُ يُ ْدخَ ْلهُ ن‬
َ ُ ‫َارا خالَدا ً فَيها َولَه‬ ُ ‫َّللاَ َو َر‬
‫ص ه‬ َ ‫”و َم ْن َي ْع‬
َ ]14 /‫[النساء‬

“Dan barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah dan rasulNya, dan melebihi batasan-batasanNya maka
Allah akan memasukkan dia ke dalam nerakaNya dalam keadaan kekal di dalamNya, dan baginya adzab
yang menghinakan.” (Qs An-Nisa : 14).

Dan Allah berfirman:

ُ ‫سماواتُ َو ْاْل َ ْر‬


” ‫ض َو َم ْن فَي َه هن‬ ‫ت ال ه‬ َ َ‫] ” َولَ َو ات ه َب َع ْال َح ُّق أ َ ْهوا َء ُه ْم لَف‬71/‫[المؤمنون‬
َ ‫س َد‬

“Dan seandainya kebenaran mengikuiti hawa nafsu mereka niscaya akan rusak langit dan bumi dan apay
yang ada di dalamnya.” (Qs Al-Mukminun : 71).

Salah satu langkah penting dalam fase kehidupan manusia adalah pengikatan dirinya dengan seorang
istri berdasarkan ketentuan Allah dan rasul-Nya. Dengan pengikatan itu akan terjalin kerjasama antara
keduanya, rasa saling menyayangi, keterpaduan jiwa, pertukaran berbagai manfaat dan kepentingan
serta terwujudnya kenikmatan naluriah yang konstruktif dan bermartabat, selain untuk menggapai
tujuan mulia, mata pencaharian yang berkah dan melahirkan keturunan yang baik.

Ikatan suami istri merupakan sarana pengasuhan generasi, tempat pendidikan awal bagi anak untuk
mengarahkan para pemuda ke arah kebaikan, perbaikan, dan pemakmuran.

Ayah dan ibu memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku anak. Mereka merupakan batu pertama
bagi masyarakat ideal manakala keduanya shalih, dan menjadi tumpuan cinta kasih, rasa santun, belas
kasihan, pengasuhan dan berbaik kepada anak-anak yang sedang tumbuh.
Juga merupakan awal pertalian kekerabatan yang membentuk sikap saling tolong menolong, saling
menyayangi, saling membantu, saling bersilaturahmi, saling mencintai dalam membentengi diri dari
ancaman bencana.

Pernikahan merupakan sistem kehidupan yang telah berjalan, manfaatnya tidak terbatas, berkahnya
tidak akan habis, bahkan sistem ini akan tetap berjalan terus-menerus yang tidak akan terputus
kebaikannya.

Pernikahan adalah sunnah (tradisi) para nabi dan rasul. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

] 38 / ‫سالً مَ ْن قَ ْبلَكَ َو َج َع ْلنا لَ ُه ْم أ َ ْزواجا ً َوذُ َريهةً [ الرعد‬


ُ ‫س ْلنا ُر‬
َ ‫َولَقَ ْد أ َ ْر‬

“Dan sungguh Kami telah mengutus para rasul sebelummu dan Kami telah menjadikan bagi mereka istri-
istri dan keturunan.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang ciri khas orang-orang yang berfirman:

” ً ‫واجنا َوذُ َريهاتَنا قُ هرة َ أ َ ْعي ٍُن َواجْ َع ْلنا ل َْل ُمتهقَينَ َإماما‬
َ ‫”وا هلذَينَ يَقُولُونَ َربهنا هَبْ لَنا مَ ْن أ َ ْز‬
َ ]74/‫[ الفرقان‬

“Dan mereka adalah orang-orang yang mengatakan: Wahai Rabb kami berilah untuk kami diantara istri-
istri dan anak keturunan kami penyejuk mata dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertaqwa.” (Qs Al-Furqan : 74).

Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan manusia untuk berumah tangga. Firman-Nya:

ْ َ‫َّللاُ مَ ْن ف‬
” ‫ض َل َه‬ ‫] ” َوأ َ ْن َك ُحوا ْاْلَيَا َمى مَ ْن ُك ْم َوال ه‬32 / ‫[ النور‬
‫صالَحَ ينَ مَ ْن َعبَا َد ُك ْم َوإَ َمائَ ُك ْم إَ ْن يَ ُكونُوا فُقَ َرا َء يُ ْغنَ َه ُم ه‬
“Dan kawinkanlah para bujangan di antara kalian, dan mereka yang sudah layak kawin di antara budak-
budak lelaki kalian dan budak-budak perempuan kalian. Jika mereka miskin Allah akan memampukan
mereka dengan kurnia-Nya.” (Qs An-Nur : 32).

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ َو َم ْن لَ ْم َي ْستَطَ ْع فَ َعلَ ْي َه َبال ه‬، ْ‫ع مَ ْن ُك ُم ال َبا َءة َ فَ ْل َيت َزَ هوج‬
“‫ص ْو َم فَإ َنههُ لَهُ َو َجا ٌء‬ َ َ ‫ب َم َن ا ْست‬
َ ‫طا‬ ‫( رواه البخاري ومسلم ) ” َيا َم ْعش ََر ال ه‬
َ ‫ش َبا‬

“Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian yang mampu maka hendaklah dia menikah, karena
sesungguhnya itu lebih menjaga pandangan kalian, dan lebih menjaga kemaluan kalian, dan barangsiapa
yang tidak mampu maka hendaklah dia berpuasa karena puasa adalah perisai/ penjaga baginya.” (HR. al-
Bukhari dan Muslim).

Yang dimaksud dengan kemampuan disini adalah kemampuan membayar mahar, nafkah, dan tempat
tinggal. Maka barangsiapa yang tidak mampu, hendaklah berpuasa ketika timbul keinginan menikah,
karena di dalam puasa terdapat pahala selain untuk menurunkan intensitas syahwat hingga Allah
memudahkan menikah baginya.

Anas radhiyallah ‘anhu meriwayatkan :

‫ ََل أَت َزَ هو ُج‬:‫ض ُه ْم‬


ُ ‫ع َم َل َه فَي الس ََر؟ فَقَا َل َب ْع‬ َ ‫سله َم‬
َ ‫ع ْن‬ َ ُ‫صلهى هللا‬
َ ‫علَ ْي َه َو‬ َ َ ‫سأَلُوا أ َ ْز َوا َج النه َبي‬ َ ‫سله َم‬ َ ُ‫صلهى هللا‬
َ ‫علَ ْي َه َو‬ َ َ ‫ب النه َبي‬ َ ‫ص َحا‬ ْ َ ‫أ َ هن نَف ًَرا مَ ْن أ‬
ُ ْ َ
‫ « َما بَا ُل أق َو ٍام قَالوا َكذَا َو َكذَا؟ لَكَنَي‬:َ‫ فَقَال‬.َ‫علَ ْيه‬ ْ َ
َ ‫ فَ َحمَ َد هللاَ َوأثنَى‬،‫اش‬ ٍ ‫علَى ف ََر‬ َ
َ ‫ ََل أنَا ُم‬:‫ض ُه ْم‬ ‫ه‬
ُ ‫ َوقَا َل بَ ْع‬،‫ ََل آ ُك ُل اللحْ َم‬:‫ض ُه ْم‬
ُ ‫ َوقَا َل بَ ْع‬،‫سا َء‬ َ َ‫الن‬
] ‫ْس مَ نَي [ رواه البخاري ومسلم‬ َ ‫سنهتَي فَلَي‬ ُ ‫ع ْن‬
َ ‫َب‬ َ ‫ فَ َم ْن َرغ‬،‫سا َء‬ َ ْ ُ
َ َ‫ َوأت َزَ هو ُج الن‬،‫صو ُم َوأفطَ ُر‬ َ َ
ُ ‫ َوأ‬،‫صلَي َوأنَا ُم‬ َ ‫أ‬ ُ

“Sekelompok orang bertanya kepada istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang amalan rahasia
beliau, maka sebagian mereka berkata: Aku tidak akan menikah dengan menikah; dan yang lain berkata:
Aku tidak makan daging; dan yang lain berkata: Aku tidak akan tidur di atas kasur. Rupanya kabar ini
sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka setelah memuji Allah, beliau lalu berkata:
“Mengapa sebagian orang berkata begini dan begitu, sungguh aku shalat dan aku tidur, aku puasa dan
aku berbuka, aku pun menikah dengan wanita. Maka barangsiapa yang benci terhadap sunnahku
bukanlah termasuk golonganku.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Maka Islam mewajibkan menikah bagi orang yang punya kemampuan sebagaimana sabda Nabi
bersabda:

‫ إَنَي ُمكَاث ٌَر ْاْل َ ْنبَيَا َء يَ ْو َم ْال َقيَا َم َة‬،‫ت َزَ هو ُجوا ْال َودُو َد ْال َولُو َد‬

“Nikahilah wanita yang penyayang dan banyak melahirkan, karena aku akan membanggakan kalian di
hadapan para nabi pada hari kiamat.” (HR. Ahmad, dan dishahihkan Ibnu Hibban dari hadits Anas
radhiyallahu ‘anhu.

Pernikahan adalah kesucian dan kehormatan bagi suami istri, kebaikan bagi masyarakat, dan benteng
pertahanan dari penyimpangan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

َ‫اّلِل‬ َ ‫ض ْوا بَ ْينَ ُه ْم بَ ْال َم ْع ُروفَ َذلَكَ يُو‬


‫عظُ بَ َه َم ْن َكانَ مَ ْن ُك ْم يُؤْ مَ نُ بَ ه‬ َ ‫ضلُوه هُن أ َ ْن يَ ْنكَحْ نَ أ َ ْز َوا َج ُه هن َإ َذا ت ََرا‬
ُ ‫سا َء فَبَلَ ْغنَ أ َ َجلَ ُه هن فَ َال ت َ ْع‬
َ َ‫طله ْقت ُ ُم الن‬
َ ‫َو َإذَا‬
َ
] 232 / ‫َّللاُ يَ ْعلَ ُم َوأ ْنت ُ ْم ََل ت َ ْعلَ ُمونَ [ البقرة‬ ْ َ َ ْ
‫َواليَ ْو َم اْلخَ َر ذَ َل ُك ْم أ ْزكَى لَ ُك ْم َوأط َه ُر َو ه‬ ْ

“Dan apabila kalian menceraikan para wanita kemudian sampai iddah mereka maka janganlah kalian
menghalangi wanita-wanita tersebut untuk menikah dengan suami-suaminya, apabila mereka saling
ridha diantara mereka dengan baik, demikianlah dinasehati siapa diantara kalian yang beriman kepada
Allah dan hari akhir. Yang demikian lebih suci bagi kalian dan lebih bersih. Dan Allah mengetahui
sedangkan kalian tidak mengetahui.” (Qs Al-Baqarah : 232).

Pernikahan dapat melindungi masyarakat dari tersebarnya zina, dan praktik mesum kaum Luth. Suatu
perzinaan manakala telah merajalela di sebuah wilayah, Allah akan timpakan kemiskinan, dan kehinaan
kepada wilayah itu yang diikuti kemunculan berbagai penyakit dan wabah yang sebelumnya tidak
pernah dialami oleh nenek moyang mereka di samping kehinaan dan hukuman akhirat bagi para pezina.
Allah berfirman :

]69-68/‫ف لَهُ ْالعَذَابُ يَ ْو َم ْال َقيَا َم َة َويَ ْخلُ ْد فَي َه ُم َهانًا [ الفرقان‬
ْ ‫ع‬ َ ُ‫ ي‬، ‫َو َم ْن يَ ْفعَ ْل ذَلَكَ َي ْلقَ أَثَا ًما‬
َ ‫ضا‬
“Dan mereka tidak beribadah bersama Allah tuhan yang lain, dan mereka tidak membunuh jiwa yang
telah Allah haramkan kecuali dengan haq, dan mereka tidak berzina. Dan barangsiapa yang melakukan
demikian maka dia telah dan kekal di dalamnya dalam keadaan terhina.”

Seseorang tidak akan berani melakukan perbuatan kaum Luth (homoseks) kecuali memang telah mati
hatinya, tersungkur fitrahnya, busuk jiwanya dan anjlok moralnya, maka terhukumlah dia di dunia dan
akhirat dengan sekeras-keras hukuman.

Kita sadar akan bencana yang menimpa kaum Luth yang belum pernah terjadi pada suatu bangsa.
Mereka dihujani sijil (bebatuan yang panas membara ), kota tempat mereka tinggal diangkat oleh Jibril
alaihis-salam ke atas, lalu dijatuhkan menimpa mereka, bagian atas kota menjadi bagian bawah, lalu
Allah Subhanahu wa Ta’ala menghujani mereka dengan bebatuan, di samping mereka akan kekal dalam
siksa neraka. Begitu dahsyatnya tindak kejahatan mereka, sampai Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:

” ‫ع َم َل قَ ْو َم لُ ْوطٍ ث َ َالثا‬ َ ‫” لَعَنَ هللاُ َم ْن‬


َ ‫عمَ َل‬

“Allah mengutuk hingga tiga kali terhadap siapapun orang yang melakukan perbuatan kaum Luth”.

Maka pernikahan merupakan pengaman dari perbuatan zina dan homoseksual, sebagai wahana penyuci
hati dan pembersih jiwa serta sarana melahirkan keturunan secara estafet di atas bumi untuk beribadah
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan membangun peradaban.

Disyariatkan seorang lelaki memilih calon istrinya dari sisi akhlaknya, kualitas agamanya dan garis
keturunannya. Sabda Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam:

َ‫ ت ََر َبتْ َيدَاك‬،‫َين‬ ْ َ‫ ف‬،‫س َب َها َو َج َما َل َها َو َلدَي َن َها‬


َ ‫اظف َْر َبذَا‬
َ ‫ت الد‬ َ ‫ َل َما َل َها َو َل َح‬:‫] َْل َ ْر َب ٍع‬8:‫( رواه البخاري ومسلم )“ت ُ ْن َك ُح ال َم ْرأَة ُ [ص‬

“Seorang wanita dinikahi karena empat pertimbangan; hartanya, garis keturunannya, kecantikannya dan
agamanya, maka pilihlah wanita yang kuat agamanya niscaya Anda beruntung.” (HR. al-Bukhari dan
Muslim dari hadis Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu).
Demikian pula wanita hendaklah memilih calon suami yang memiliki agama kuat dan akhlak mulia.

Disebutkan dalam sebuah hadis, seorang lelaki bertanya kepada Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam seraya
berkata: Ya Rasulallah, kepada siapakah aku menikahkan putriku? Beliau menjawab, “Nikahkan dengan
lelaki yang bertakwa, karena jika lelaki itu mencintainya maka dia memuliakannya, namun jika
membincinya, dia tidak akan menzaliminya”.

Seorang wanita gadis tidak boleh dipaksa untuk menerima lamaran seorang lelaki yang tidak disukainya,
tetapi harus benar-benar atas kerelaan hatinya. Sabda Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam,

” َ‫ أ َ ْن ت َ ْس ُكت‬:َ‫ْف َإ ْذنُ َها؟ قَال‬


َ ‫ َو َكي‬،َ‫َّللا‬ ُ ‫ يَا َر‬:‫ َوَلَ ت ُ ْن َك ُح البَ ْك ُر َحتهى ت ُ ْست َأ ْ َذنَ قَالُوا‬،‫( رواه البخاري ومسلم ) ”َلَ ت ُ ْن َك ُح اْلَيَ ُم َحتهى ت ُ ْست َأ ْ َم َر‬
‫سو َل ه‬

“Tidak boleh seorang janda dinikahkan hingga ia dimintai pendapatnya, dan tidak boleh seorang gadis
dinikahkan hingga diminta izinnya.” Para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimanakah izinnya
seorang gadis?” “Izinnya adalah diamnya gadis itu”. (HR. al-Bukhari dan Muslim dari hadis Abi Hurairah
radhiyallahu ‘anhu).

Jika ada seorang lelaki yang telah cocok datang meminang, sedangkan anak gadis itu sudah layak
dinikahkan, maka wali nikahnya janganlah menunda waktu untuk menikahkannya, karena putrinya itu
merupakan amanat yang dititipkan kepadanya dan kelak hari kiamat dia akan mempertanggung-
jawabkannya. Maka janganlah menolak seorang lelaki yang meminang dengan dalih melanjutkan
sekolah. Sebab yang berkepentingan adalah sang putri dan suaminya, termasuk urusan sekolahnya
menjadi tanggungan suaminya jika mereka menginginkannya.

Tidak boleh seorang wali nikah menolak setiap lelaki yang meminang putrinya dengan maksud supaya
tetap bisa menikmati gajinya, karena akan membuat putrinya itu kehilangan kesempatan dan terhalang
dari peran melahirkan keturunan akibat keserakahan dan eksploitasi tersebut. Itu merupakan tindak
kriminal terhadap wanita. Bisa jadi wanita itu mendoakan buruk atas walinya yang membuatnya tidak
berbahagia dan harta kekayaannya tidak membawa manfaat bagi dirinya dalam kuburnya.
Bagi lelaki yang meminang dan wanita yang dipinang diperintahkan untuk shalat istikharah dan berdoa
sesudahnya dengan doa yang dituntunkan. Dianjurkan pula untuk menyederhanakan maskawin dengan
kadar yang cukup memberi manfaat bagi istri dan tidak membebani suami. Hal ini didasarkan pada
sabda Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam :

” ‫س ُره‬
َ ‫ق أ ْي‬
َ ‫ص َدا‬
‫رواه أبو داود والحاكم ” َخي ُْر ال ه‬

“Sebaik-baik maskawin adalah yang paling meringankan.” (HR. Abu Dawud dan Hakim dari hadis Uqbah
Bin Amir).

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata : “Ketika Ali radhiyallahu ‘anhu menikah dengan Fatimah
radhiyallahu ‘anha, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya, “Berikanlah kepadanya [
Fatimah] sesuatu”, jawab Ali, “Aku tidak mempunya suatu apapun”, Beliau berkata, “Lalu di manakah
baju besi Khatmiyah milikmu?” (HR. Abu Dawud, An-Nasai dan dinilai shahih oleh al-Hakim).

Baju besi yang dimaksud sangatlah murah harganya yang hanya bernilai beberapa dirham saja, padahal
sayidah Fatimah radhiyallahu ‘anha adalah wanita superior di antara wanita dunia.

Cukup banyak dan tak terhitung kisah tentang para salafus-shalih terkait dengan penyederhanaan
pernikahan. Sekiranya pernikahan itu telah berlangsung dengan baik, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala
mendatangkan keberkahan yang banyak bagi suami istri.

Disebutkan dalam sebuah hadis :

َ ‫ف َديْن َه فَ ْليَت‬
” ‫ق هللاَ فَى النَصْفَ البَاقَى‬ ْ َ‫” َم ْن ت َزَ هو َج فَق ْد َملَكَ ن‬
َ ‫ص‬

“Barangsiapa yang menikah, maka dia telah memiliki setengah dari agamanya, untuk itu hendaklah dia
bertakwa kepada Allah dalam setengah yang tersisa.”
Masing-masing suami istri berkewajiban menjaga ikatan kehidupan rumah tangga agar tidak rusak,
sebab itu merupakan ikatan perjanjian yang sangat berbobot dan kokoh. Maka seorang suami harus
melaksanakan hak-hak istri dengan menyediakan tempat tinggal yang layak baginya, memberikan
nafkah kepadanya dan tidak membiarkannya menafkahi dirinya dari harta miliknya sendiri meskipun
istrinya itu berharta atau seorang pegawai, kecuali bila dia memilih yang demikian. Jika istri membantu
suaminya, maka dia mendapat pahala dari amal baiknya itu.

Sang suami hendaknya memenuhi hak-hak istrinya secara sempurna, memperlakukannya dengan baik
dan tidak bersikap buruk terhadapnya, baik dalam tutur kata maupun perbuatan. Rasulullah sallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:

” ‫” َخي ُْر ُك ْم َخيْر ُك ْم َْل ْه َل َه َوأنَا َخيْر ُك ْم َْل ْهلَى‬

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik kepada istrinya, dan aku adalah orang yang paling baik
di antara kalian kepada istriku”.

Seorang istri berkewajiban menunaikan hak-hak suaminya, bersikap baik kepadanya, menuruti
perintahnya dalam koridor kebaikan, tidak mengganggunya serta berlaku baik terhadap anak-anaknya,
kedua orang tuanya, dan kaum kerabatnya serta menjaga hartanya di kala sang suami sedang tidak di
rumah.

Diriwayatkan dari Abdullah Bin Amar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:

َ ْ ‫صحَ ي ُح‬
‫اإل ْسنَا َد‬ ٌ ‫ َهذَا َحد‬. ُ‫ع ْنه‬
َ ‫َيث‬ َ ‫ َوه‬،‫َّللاُ إَلَى ا ْم َرأَةٍ ََل ت َ ْشك َُر لَزَ ْو َج َها‬
َ ‫َي ََل ت َ ْست َ ْغنَي‬ ُ ‫ََل يَ ْن‬
‫ظ ُر ه‬

“Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak sudi melihat wanita yang tidak pandai berterima kasih kepada
suaminya, padahal dirinya tidak bisa mandiri dari padanya.” (HR. al-Hakim, dikatakannya sebagai hadis
yang berisnad shahih).
Suami istri harus melakukan upaya-upaya perbaikan terhadap urusan mereka di awal munculnya
perselisihan agar tidak sampai memuncak yang kemudian berujung pada perceraian, saat itulah setan
merasa sangat senang karena melihat rumah tangga mereka pecah dan anak-anak berantakan dan
menyimpang.

Masing-masing suami istri seharusnya bersabar satu sama lain. Tidak ada penanganan urusan dengan
kesabaran melainkan membawa dampak yang positif.

AllahSubhanahu wa Ta’ala berfirman :

] 19/‫َّللاُ فَي َه َخيْرا ً َكثَيرا ً [ النساء‬ َ ‫َوعاش َُروه هُن بَ ْال َم ْع ُروفَ فَإ َ ْن ك ََر ْهت ُ ُموه هُن فَعَسى أ َ ْن ت َ ْك َرهُوا‬
‫شيْئا ً َويَجْ عَ َل ه‬

“Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya
kebaikan yang banyak.” (Qs An-Nisa : 19).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :

” ‫ي مَ ْن َها آخ ََر‬ َ ‫ َر‬،‫ َإ ْن ك ََرهَ مَ ْن َها ُخلُقًا‬،ً‫” ََل َي ْف َركُ ُمؤْ مَ ٌن ُمؤْ مَ نَة‬
َ ‫ض‬

“Seorang suami mukmin tidak boleh membenci istri mukminah, sebab apabila dia membenci satu akhlak
dari istrinya tersebut maka dia pasti ridha dengan akhlaknya yang lain.” (HR. Muslim).

Barangsiapa yang merasa kesulitan menikah pada awal mulanya, maka hendaklah tetap menjaga diri
dan bersabar serta mengendalikan nafsu dari kebiasaan tersembunyi ( masturbasi ) dan efek negatifnya,
dari perzinaan dan penyimpangan seksual lainnya hingga Allah Subhanahu wa Ta’ala membukakan jalan
baginya untuk menikah. Firman Allah :

” ‫ض َل َه‬ ‫”و ْليَ ْست َ ْعفَفَ الهذَينَ َل يَ َجدُونَ نَكاحا ً َحتهى يُ ْغنَيَ ُه ُم ه‬
ْ َ‫َّللاُ مَ ْن ف‬ َ ] 33 / ‫[ النور‬
“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah
memampukan mereka dengan karunia-Nya.” (Qs An-Nur : 33).

Dalam penyelenggaraan resepsi pernikahanpun hendaklah dilakukan secara sederhana dan tidak
menghambur-hamburkan biaya. Firman Allah

] 27-26 / ‫ش ْيطانُ ل ََربَ َه َكفُورا ً [ اإلسراء‬


‫ين َوكانَ ال ه‬ ‫ إَ هن ْال ُمبَذ ََرينَ كانُوا إَ ْخوانَ ال ه‬، ً ‫َوَل تُبَذ َْر ت َ ْبذَيرا‬
َ َ‫شياط‬

“Janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros


itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Qs Al-Isra : 26–
27).

Jika makanan walimah (resepsi pernikahan) itu masih tersisa, janganlah dibuang sia-sia tetapi hendaklah
diberikan kepada orang yang membutuhkannya untuk dimakan. Firman Allah :

[ َ‫َّللاَ ُه ْم َي ْكفُ ُرون‬


‫ت ه‬ َ ‫ت أَفَ َب ْالباطَ َل يُؤْ مَ نُونَ َو َبنَ ْع َم‬ ‫واج ُك ْم َبنَينَ َو َحفَ َدة ً َو َرزَ قَ ُك ْم مَ نَ ه‬
َ ‫الط َيبا‬ َ ‫َّللاُ َج َع َل لَ ُك ْم مَ ْن أ َ ْنفُ َس ُك ْم أ َ ْزواجا ً َو َج َع َل لَ ُك ْم مَ ْن أ َ ْز‬
‫َو ه‬
] 72 / ‫النحل‬

“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri
kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik.” (Qs An-Nahl : 72).

Semoga Allah mencurahkan keberkahan kepadaku dan kalian semua berkan pengamalan Al-Qur’an yang
agung.

، َ‫ أَقُ ْو ُل قَ ْولَي َهذَا َوأ َ ْست َ ْغف َُر هللاَ َل ْي َولَ ُك ْم َو َل َجمَ ي َْع ال ُم ْسلَمَ يْن‬،‫الذ ْك َر ال َح َكي َْم‬
َ ‫ان َو‬ َ ‫ي َولَ ُك ْم فَي القُ ْر‬
َ َ‫ َونَفَ ْعنَا بَ َما فَ ْي َه مَنَ البَي‬،‫آن العَظَ ي َْم‬ ْ ‫اركَ هللاُ َل‬
َ َ‫ب‬
ُ ْ
َ ‫فَا ْستَغف َُر ْوهُ إَنههُ ه َُو الغَف ْو ُر‬.
‫الرحَ ْي ُم‬

Khutbah Kedua:
ً ‫ َوأ َ ْش َه ُد أ َ هن ُم َح همدا‬،َ‫ َوأ َ ْش َه ُد أ َ ْن ََل َإلَهَ َإ هَل هللاُ َوحْ َدهُ ََل ش ََريْكَ لَهُ تَعْظَ يْما ً َلشَأ ْ َنه‬،َ‫علَى ت َْو َف ْي َق َه َوا ْم َتنَا َنه‬َ ُ‫ َوأ َ ْشكُ ُره‬،َ‫سا َنه‬ َ َ‫ا َ ْل َح ْم ُد َ هّلِل‬
ْ َ‫علَى ف‬
َ ‫ض َل َه َو َإ ْح‬
،‫سله َم ت َ ْس َليْما ً َكثَي ًْرا‬
َ ‫ َو‬،َ‫ص َحابَ َه َوإَ ْخ َوانَه‬ْ َ ‫علَى آ َل َه َوأ‬ َ ُ‫صلهى هللا‬
َ ‫علَ ْي َه َو‬ َ ،َ‫س ْولُه ُ الدهاعَي إَلَى َرض َْوانَه‬ ُ ‫ع ْب ُدهُ َو َر‬
َ

‫أ َ هما بَ ْع ُد‬:

ُ ‫أَيُّ َها النه‬


،‫ اَتهقُ ْوا هللاَ تَعَالَى‬،‫اس‬

Ibadallah,

Bertakwalah kepada Allah dengan menjalankan ketaatan beribadah kepadaNya. Waspadalah terhadap
kemurkaanNya dan akibat maksiat kepadaNya. Orang-orang yang beruntung tidaklah beruntung kecuali
karena ketakwaan mereka kepadaNya, sedangkan orang-orang yang merugi tidaklah mereka celaka
kecuali karena mereka berpaling dari syariat Allah.

Ibadallah,

Betapa banyak pintu-pintu kebaikan, jalur menuju surga pun begitu mudah. Orang yang nasibnya mujur
adalah orang yang tekun mengetuk pintu kebaikan, sementara orang yang nasibnya malang adalah
orang yang enggan melakukan amal kebaikan dan justru berbuat dosa dan maksiat.

Orang yang berbuat baik untuk dirinya dan untuk sesama muslim melalui hartanya akan Allah berikan
keberkahan dalam hartanya itu dan Allah berikan pengganti yang lebih baik dari pada harta yang telah ia
disumbangkan. Firman Allah :

َ ‫َو َما أ َ ْنفَ ْقت ُ ْم مَ ْن‬


‫ش ْيءٍ فَ ُه َو ي ُْخ َلفُهُ َوه َُو َخي ُْر ه‬
] 39 : ‫الر َازقَينَ [ سبأ‬

“Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang
sebaik-baiknya.” (Qs Saba : 39).
Firman Allah pula :

‫عةٌ َوا ْلكَاف َُرونَ ُه ُم ه‬ َ ‫َي يَ ْو ٌم ََل بَ ْي ٌع فَي َه َو ََل ُخلهةٌ َو ََل‬ ْ
] 254 / ‫الظا َل ُمونَ [ البقرة‬ َ ‫شفَا‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الهذَينَ آ َمنُوا أ َ ْن َفقُوا مَ هما َرزَ ْقنَاكُ ْم مَ ْن قَ ْب َل أ َ ْن يَأت‬

“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami
berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi
syafa´at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.” (Qs Al-Baqarah : 254)

Sedekah tidak akan mengurangi harta. Ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada seorang hamba
tiada lain kecuali menambah kemulian hamba itu.

Di antara pintu kebaikan adalah membantu mereka yang ingin menikah oleh kaum hartawan dan siapa
saja yang pro amal kebajikan melalui pemberian pinjaman kepada mereka dan sumbangan lunak atau
dengan menyediakan kotak-kotak amal untuk bantuan sosial ini dan memberdayakannya secara
sungguh-sungguh serta memudahkan akses pemanfaatannya bagi siapapun yang berhak.

Cukup banyak anak-anak muda yang mengalami keterlambatan menikah hanya karena minimnya uluran
tangan dari para donatur. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

195 / ‫َّللاَ يُحَ بُّ ْال ُمحْ َسنَينَ [ البقرة‬


‫َّللا َو ََل ت ُ ْلقُوا بَأ َ ْيدَي ُك ْم إَلَى الت ه ْهلُ َك َة َوأَحْ َسنُوا إَ هن ه‬ َ ‫َوأ َ ْن َفقُوا فَي‬
َ ‫سبَي َل ه‬

“Dan berbuatlah baik kamu, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Qs Al-
Baqarah : 195).

Orang tua berkewajiban menikahkan anak-anaknya sebagai hak mereka yang harus ditunaikan.

َ ‫ َو ُك هل بَ ْد‬،‫ َوش هَر اْل ُ ُم ْو َر ُمحْ َدثَات ُ َها‬،‫سله َم‬


‫ع ٍة‬ َ ُ‫صلهى هللا‬
َ ‫علَ ْي َه َو‬ َ ‫ َوا ْعلَ ُم ْوا أ َ هن َخي َْر ال َح َد ْي‬،َ‫ َعبَا َد هللا‬،َ‫فَتهقُ ْوا هللا‬
ُ ‫ َو َخي َْر ال َه ْدي َ َه ْد‬،َ‫ث َكتَابُ هللا‬
َ ‫ي ُم َح هم ٍد‬
‫ار‬َ ‫ض َاللَ ٍة فَي النه‬ َ ‫ َو ُك هل‬،ٌ‫ض َاللَة‬ َ .
‫صلُّوا َ‬
‫علَ ْي َه‬ ‫علَى النه َبي َ َيا أَيُّ َها الهذَينَ آ َمنُوا َ‬
‫صلُّونَ َ‬ ‫شذه فَي النه َ‬
‫ار‪َ ( ،‬إ هن ه َ‬
‫َّللا َو َمال َئ َكتَهُ يُ َ‬ ‫شذه َ‬ ‫علَى ال َج َما َ‬
‫ع َة َو َم ْن َ‬ ‫علَ ْي ُك ْم َب ْال َج َما َ‬
‫عةَ‪ ،‬فَإ َ هن َي َد هللاَ َ‬ ‫َو َ‬
‫س َل ُموا ت َ ْسلَي ًما)‬
‫‪.‬و َ‬
‫َ‬

‫ع َم َر‪َ ،‬وعُثْ َمانَ ‪َ ،‬و َ‬


‫علَيٍ‪،‬‬ ‫الرا َش َديْنَ ‪ ،‬ا َ ْْلَئَ هم َة ال َم ْه َديَيْنَ ‪ ،‬أَبَ ْي بَ ْك ٍر‪َ ،‬و ُ‬ ‫ض الله ُه هم َ‬
‫ع ْن ُخلَفَائَ َه ه‬ ‫ار َ‬
‫س ْولَكَ نَبَيَنَا ُم َح همدٍ‪َ ،‬و ْ‬ ‫علَى َ‬
‫ع ْبدَكَ َو َر ُ‬ ‫سل ْم َ‬ ‫اَلله ُه هم َ‬
‫ص َل َو َ‬
‫ان َإلَى يَ ْو َم َ‬
‫الديْنَ‬ ‫س ٍ‬ ‫ص َحابَ َة أَجْ َم َعيْنَ ‪َ ،‬و َ‬
‫ع َن التها َب َعيْنَ ‪َ ،‬و َم ْن ت َ َب َع ُه ْم َبإَحْ َ‬ ‫ع َن ال ه‬ ‫‪.‬و َ‬‫َ‬

‫عا َمةً َيا‬ ‫سائ ََر بَ َال َد ال ُم ْسلَمَ يْنَ َ‬ ‫الديْنَ ‪َ ،‬واجْ عَ ْل َهذَا البَلَ َد آمَ نا ً ُم ْ‬
‫ط َمئَنا ً َو َ‬ ‫اإلس َْال َم َوال ُم ْسلَمَ يْنَ ‪َ ،‬وأ َ َذ هل الش َْركَ َوال ُم ْش َر َكيْنَ ‪َ ،‬و َد َم ْر أ َ ْع َدا َء َ‬ ‫اَلله ُه هم أَع هَز َ‬
‫ار َل َد ْينَكَ ‪َ ،‬ح َماة ً َلش َْرعَكَ ‪ ،‬اَلله ُه هم أ َ َم ْن َب َه ُم‬
‫ص َ‬ ‫عانَتَكَ ‪ ،‬اَلله ُه هم اجْ َع ْل ُه ْم أ َ ْن َ‬
‫ص َركَ َوت َْوفَ ْيقَكَ َو َإ َ‬ ‫صلَحْ ُو ََلة َ أ ُ ُم ْو َرنَا‪ ،‬اَلله ُه هم أَمَ ُّد ُه ْم َبنَ ْ‬
‫َربه ال َعالَمَ يْنَ ‪ ،‬اَلله ُه هم أ َ ْ‬
‫ارنَا َو ْكفَي ش هَر ش ََر َرنَا‬ ‫علَ ْينَا خَ يَ َ‬ ‫ه‬
‫عا َمة يَا َربه العَالَمَ يْنَ ‪ ،‬اَلل ُه هم َولَي َ‬ ‫ً‬ ‫ُ‬
‫صلَحْ ُو ََلة َ أ ُم ْو َر ال ُم ْس َل َميْنَ َ‬ ‫َ‬ ‫ه‬
‫سادَ‪ ،‬اَلل ُه هم أ ْ‬ ‫ط ُرقَ الش ََر َوالفَ َ‬ ‫ال َعبَا َد َوالبَ َال َد َو َجنَ ْب ُه ْم ُ‬
‫ضاكَ يَا َربه العَالَمَ يْنَ‬ ‫‪.‬واجْ عَ ْل َو ََليَتَنَا فَ ْي َم ْن خَافَكَ َواتهقَاكَ ‪َ ،‬وتهبَ َع َر َ‬ ‫َ‬

‫)‪(،‬وأ َ ْوفُوا بَ َع ْه َد ه َ‬
‫َّللا َإ َذا‬ ‫ظ ُك ْم لَ َعله ُك ْم تَذَ هك ُرونَ َ‬ ‫ع ْن ْالفَحْ شَاءَ َو ْال ُمنك ََر َو ْالبَ ْغي َ يَ َع ُ‬
‫ان َو َإيتَاءَ ذَي ْالقُ ْربَى َويَ ْن َهى َ‬‫س َ‬ ‫َّللا يَأ ْ ُم ُر بَ ْال َع ْد َل َوا َإل ْح َ‬
‫َعبَا َد هللاَ‪َ ( ،‬إ هن ه َ‬
‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬
‫َّللا يَ ْعل ُم َما تَفعَلونَ ) فَاذك ُر ْوا هللاَ يَذك ْرك ْم‪َ ،‬وا ْشك ُر ْوهُ نَعَ َمه ُ يَ َز ْدك ْم‪،‬‬ ‫َ‬ ‫ً‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫عل ْيك ْم َكفَيال إَ هن ه َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫عا َه ْدت ُ ْم َوَل ت َنقضُوا اْل ْي َمانَ بَ ْع َد ت َْوكَي َدهَا َوقَ ْد َجعَلت ْم ه َ‬
‫َّللا َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫صنَعُ ْونَ‬‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ت‬ ‫ا‬‫م‬ ‫م‬‫َ‬ ‫ل‬‫ع‬
‫ُ َْ ُ َ‬‫ي‬ ‫هللا‬ ‫و‬ ‫‪،‬‬‫ر‬‫َُ‬ ‫ب‬ ‫ْ‬
‫ك‬ ‫َ‬ ‫أ‬ ‫َ‬ ‫هللا‬ ‫ر‬ ‫ْ‬
‫ك‬
‫َ ُ‬ ‫ذ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ل‬‫‪.‬و‬

‫)‪Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Ali al-Hudzaifi (Imam dan khotib Masjid Nabawi‬‬

‫‪Penerjemah: Utsman Hatim‬‬

‫‪www.Firanda.com‬‬

‫‪Read more https://khotbahjumat.com/3747-indahnya-pernikahan.html‬‬

Anda mungkin juga menyukai