Anda di halaman 1dari 4

Tugas Membuat Naskah Khutbah Jum'at

Nama: MUHAMAD RIZKI SUBAGYA

Kelas: XI IPS 3

Tema Khutbah: "Keutamaan yang semestinya kita lakukan".

Khutbah I

‫ث فِ ْينَا َرسُوْ اًل ِّمنَّا يَ ْتلُوْ َعلَ ْينَا ٰايَاتِ ِه َويُزَ ِّك ْينَا َويُ َعلِّ ُمنَا‬َ ‫ َوبَ َع‬،‫ َو َج َع َل ُأ َّمتَنَا َوهّٰلِل ِ ْال َح ْم ُد َخي َْر ُأ َّم ٍة‬،َ‫اَ ْل َح ْم ُد هّٰلِل ِ الَّ ِذيْ َأ ْك َم َل لَنَا ال ِّد ْينَ َوَأتَ َّم َعلَ ْينَا النِّ ْع َمة‬
‫ َوَأ ْشهَ ُد‬،‫ص َم بِـهَا َخ ْي َر ِعصْ َم ٍة‬ ٰ
َ َ‫ك لَهُ َشهَا َدةً تَ ُكوْ نُ لـِ َم ِن ا ْعت‬ َ ‫َريْــــ‬ ِ ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن اَّل ِإلهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل ش‬،‫ َأحْ َم ُدهُ َعلَى نِ َع ِم ِه ْال َج َّم ِة‬،َ‫َاب َو ْال ِح ْك َمة‬ َ ‫ْال ِكت‬
‫ص َح‬ ‫َأْل‬ ‫َأ‬ ‫ُأْل‬
َ َ‫ـ فَ َّدى ا َمانَةَ َون‬،‫ض َح لَنَا ُك َّل ا ُموْ ِر الـْ ُم ِه َّم ِة‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
َ ْ‫ض َعلَ ْي ِه بَيَانَ َما ْنزَ َل ِإلَ ْينَا فَ و‬ َ ‫ َوفَ َر‬،ً‫َأ َّن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ رْ َسلَهُ لِل َعالـ َ ِم ْينَ َرحْ َمة‬
ْ ‫َأ‬
ِ‫ص ْي نَ ْف ِس ْي َوِإيَّا ُك ْم بِتَ ْق َوى هللا‬ ِ ْ‫ ُأو‬، َ‫ فَيَا َأيُّهَا ْالـ ُم ْسلِ ُموْ ن‬،ُ‫صلَّى هللاُ َو َسلَّ َم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه ُأوْ لِي ْالفَضْ ِل َو ْال ِه َّم ِة َأ َّما بَ ْعد‬ َ ،َ‫اُأْل َّمة‬
‫هّٰللا‬
ّ ٰ ‫ ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا َ َو ُكوْ نُوْ ا َم َع ال‬:‫َري ِْم‬
)١١٩ :‫ص ِدقِ ْينَ (التوبة‬ ِ ‫ ْالقَاِئ ِل فِي ِكتَابِ ِه ْالك‬،‫ْال َع ِظي ِْم‬

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini,
khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha
meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan
melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yang diharamkan. Hadirin jamaah shalat Jumat
yang berbahagia, Dalam kesempatan yang mulia ini, khatib akan sedikit mengulas tentang makna
penggalan hadits:

... ُ‫ط ِر ْيقًا يَ ْلتَ ِمسُ فِ ْي ِه ِع ْل ًما َسهَّ َل هللاُ لَه‬ َ ‫ك‬ َ َ‫آلخ َر ِة َوهللاُ فِي عَوْ ِن ْال َع ْب ِد َما َكانَ ْال َع ْب ُد فِي عَوْ ِن َأ ِخ ْي ِه َو َم ْن َسل‬ ِ ‫َو َم ْن َست ََر ُم ْسلِ ًماـ َست ََرهُ هللاُ فِي ال ُّد ْنيَا َو ْا‬
‫ت َعلَ ْي ِه ُم ال َّس ِك ْينَةُ َو َغ ِشيَ ْتهُ ُم الرَّحْ َمةُ َو َحفَّ ْتهُ ُم‬ َ ‫ت هللاِ يَ ْتلُوْ نَ ِكت‬
ْ َ‫َاب هللاِ َويَتَدَا َرسُوْ نَهُ بَ ْينَهُ ْم ِإاَّل نَ َزل‬ َ ‫بِ ِه طَ ِر ْيقًا ِإلَى‬
ٍ ‫الجنَّ ِة َو َما اجْ تَ َم َع قَوْ ٌم فِي بَ ْي‬
ِ ْ‫ت ِم ْن بُيُو‬
)‫ْر ْع بِ ِه نَ َسبُهُ (رواه مسلم‬ ُ ‫ََّأ‬
ِ ‫الـ َماَل ِئ َكةُ َو َذك ََرهُ ُم هللاُ فِ ْي َم ْن ِع ْن َدهُ َو َم ْن بَط بِ ِه َع َملهُ َل ْم يُس‬ ْ

Maknanya: “... Barang siapa menutupi aib seorang Muslim, maka Allah tutupi aibnya di dunia dan di
akhirat. Allah akan memberikan pertolongan kepada hamba selama hamba tersebut memberikan
pertolongan kepada saudaranya. Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah
mudahkan baginya jalan menuju surga. Dan tidaklah sekelompok orang berkumpul di sebuah masjid
untuk membaca Al-Qur’an dan mempelajari kandungannya kecuali turun kepada mereka ketenangan,
diselimuti rahmat, dikelilingi para malaikat, dan disebut-sebut oleh Allah di kalangan para malaikat yang
mulia, dan barang siapa lambat amalnya tidak akan dipercepat oleh nasabnya”(HR Muslim).

Hadirin rahimakumullah, Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Barang siapa menutupi aib seorang
Muslim, maka Allah tutupi aibnya di dunia dan di akhirat.”

Mengenai hal ini, seorang ulama salaf berkata: “Aku mendapati sekelompok orang yang tidak memiliki
aib, lalu mereka membicarakan aib orang lain, maka orang-orang pun membicarakan aib mereka. Dan
aku mendapati sekelompok orang yang memilki aib lalu mereka tidak pernah membicarakan aib orang
lain, maka kami pun melupakan aib-aib mereka.”

Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


َ ‫َم ْن َست ََر عَوْ َرةَ َأ ِخ ْي ِه ْالـ ُم ْسلِ ِم َست ََر هللاُ عَوْ َرتَهُ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َو َم ْن َك َشفَ عَوْ َرةَ َأ ِخ ْي ِه ْالمـ ُ ْسلِ ِم َك َشفَ هللاُ عَوْ َرتَهُ َحتَّى يَ ْف‬
‫ض َحهُ بِهَا فِي بَ ْيتِ ِه (رواه‬
)‫ابن ماجه‬

Maknanya: “Barang siapa menutupi aib saudara Muslimnya, maka Allah tutup aibnya di hari kiamat, dan
barang siapa membuka aib saudara Muslimnya maka Allah akan membuka aibnya, hingga Allah
membuka kedok aibnya tersebut di rumahnya sendiri” (HR Ibnu Majah) Ma’asyiral Muslimin
rahimakumullah, Hendaklah diketahui bahwa manusia terbagi menjadi dua. Pertama, orang yang
tertutupi keadaannya kemudian jatuh dalam perbuatan maksiat. Orang yang seperti ini tidak boleh
disebarkan dan dibuka aib perbuatan maksiatnya. Karena ini adalah ghibah yang diharamkan.

Allah ta’ala berfirman:

١٩ :‫اح َشةُ فِى الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا لَهُ ْم َع َذابٌ اَلِ ْي ۙ ٌم فِى ال ُّد ْنيَا َوااْل ٰ ِخ َر ۗ ِة (النور‬
ِ َ‫اِ َّن الَّ ِذ ْينَ ي ُِحبُّوْ نَ اَ ْن تَ ِش ْي َع ْالف‬

Maknanya: “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat keji itu (berita bohong)
tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang pedih di dunia dan di
akhirat” (QS an-Nur: 19).

Kedua, orang yang melakukan perbuatan maksiat dan dosa besar secara terang-terangan tanpa ada
malu sedikit pun. Orang yang seperti ini tidak haram dibicarakan kefasikannya. Akan tetapi apabila
membicarakan kefasikannya itu hingga menjadi sebuah kebiasaan yang terus menerus dilakukan atau
semata bertujuan untuk memuaskan nafsu belaka, maka tidak boleh. Perbuatan fasik orang tersebut
dibicarakan tujuannya adalah untuk menjerakannya, agar ditegakkan hukuman terhadapnya dan supaya
orang-orang semisalnya juga menjadi jera dan berhenti dari perbuatan dosanya. Adapun orang yang
melakukan perbuatan maksiat yang mewajibkan hadd (hukuman yang ditegaskan dalam Al-Qur’an atau
hadits) kemudian bertaubat sebelum diketahui maksiatnya, maka lebih baik baginya menutupi aibnya
dan tidak melaporkannya kepada penguasa untuk mendapatkan hukuman. Karena memang ia telah
betul-betul bertaubat dari dosanya.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Mengenai sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Allah akan
memberikan pertolongan kepada hamba selama hamba itu memberikan pertolongan kepada
saudaranya,” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits lain:

‫ضيْتَ َحا َجتَهُ ( َر َواهُ الطَّبَ َرانِ ُّي‬


َ َ‫ َكسَوْ تَ عَوْ َرتَهُ َأوْ َأ ْشبَعْتَ جَوْ َعتَهُ َأوْ ق‬،‫ض ُل اَْأل ْع َما ِل ِإ ْدخَا ُل ال ُّسرُوْ ِر َعلَى ْال ُمْؤ ِم ِن‬
َ ‫ َأ ْف‬Maknanya:
“(Termasuk) amal yang paling utama adalah menebar kegembiraan terhadap seorang mukmin, engkau
tutupi auratnya, engkau kenyangkan kelaparannya dan engkau penuhi kebutuhannya” (HR ath-
Thabarani).

Diceritakan bahwa Khalifah ‘Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu sering membantu para janda tua dan
menyediakan air buat mereka di malam hari. Suatu ketika, sahabat Thalhah melihat ‘Umar di tengah
malam masuk ke rumah seorang perempuan. Lalu siang harinya Thalhah menemui perempuan tersebut.
Ternyata ia adalah seorang wanita tua renta yang buta dan lumpuh. Thalhah pun bertanya kepada
perempuan tersebut: “Apa sebenarnya yang dilakukan oleh laki-laki ini di rumahmu?” Wanita tua itu
menjawab: “Orang ini sudah sejak lama selalu datang dan merawatku, membawakan kebutuhan-
kebutuhanku dan mengeluarkan kotoran dari rumahku.” Mendengar itu, Thalhah pun berkata kepada
dirinya sendiri: “Cukup wahai Thalhah, apakah engkau ingin mencari-cari aib ‘Umar?”

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Barang siapa
menempuh jalan untuk menuntut ilmu maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” Yang
dimaksud “menempuh jalan” dalam hadits ini bisa berarti menempuh jalan dalam arti yang sebenarnya,
yaitu berjalan kaki, mengendarai motor atau semacamnya dengan tujuan mencari ilmu. Bisa juga berarti
menempuh jalan dalam arti maknawi, yaitu menghafal ilmu, mempelajarinya, mengulang-ulangnya,
mencatatnya dan semacamnya. “Allah mudahkan baginya jalan menuju surga” bisa jadi maksudnya
Allah mudahkan baginya jalan mencari ilmu agama, karena ilmu agama adalah jalan yang
mengantarkannya menuju surga. Bisa juga maksudnya Allah mudahkan baginya jalan memperoleh
hidayah yang dengannya ia menempuh jalan menuju surga. Itu artinya upaya yang ia kerahkan dalam
menuntut ilmu menjadi sebab ia mendapatkan hidayah dan menjadi sebab ia masuk surga. Jadi orang
yang menempuh jalan ilmu dan tidak menyeleweng darinya akan sampai ke surga, melalui jalan yang
paling dekat dan paling mudah ditempuh. Karena memang tidak ada jalan untuk mengenal Allah dan
memperoleh ridla-Nya kecuali dengan ilmu yang bermanfaat, yang dibawa oleh para rasul dan dimuat
dalam kitab-kitab suci.

Hadirin yang berbahagia, Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Dan tidaklah sekelompok orang
berkumpul di salah satu masjid untuk membaca Al-Qur’an dan mempelajari kandungannya kecuali turun
kepada mereka ketenangan, diselimuti rahmat, dikelilingi para malaikat, dan disebut-sebut oleh Allah di
kalangan para malaikat yang mulia.” Sabda beliau ini menunjukkan kesunnahan duduk-duduk di masjid
untuk membaca Al-Qur’an dan mempelajarinya. Dalam Shahih al-Bukhari, Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:

‫َخ ْي ُر ُك ْم َم ْن تَ َعلَّ َم القُرْ آنَ َو َعلَّ ّمهُ (رواه البخاري‬

Maknanya: “Orang yang terbaik di antara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan
mengajarkannya” (HR al-Bukhari).

Dalam hadits yang lain, Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫َارسُوْ نَهُ ِإاَّل َو َّك َل هللاُ بِ ِه ْم َماَل ِئ َكةً يَ ْستَ ْغفِرُوْ نَ لَهُ ْم َحتَّى يَ ُخوْ ضُوْ ا‬ َ ‫صاَّل هُ ْم َيتَ َعاطَوْ نَ ِكت‬
َ ‫َاب هللاِ َويَتَد‬ َ ‫صلُّوْ ا‬
َ ‫صاَل ةَ ال َغدَا ِة ثُ َّم قَ َع ُدوْ ا في ُم‬ َ ‫َما ِم ْن قَوْ ٍم‬
‫ث َغي ِْر ِه‬ ٍ ‫فِي َح ِد ْي‬

Maknanya: “Tidaklah suatu kaum melakukan shalat Shubuh kemudian duduk-duduk di tempat shalat
sambil membaca Al-Qur’an dan mengkajinya kecuali Allah tugaskan para malaikat memohonkan ampun
untuk mereka, hingga mereka berbicara tentang masalah lain” (Diriwayatkan oleh Ibnu Rajab dalam
Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam). Diriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menghampiri sekumpulan sahabatnya dan bertanya: “Apa yang membuat kalian duduk-duduk?” Mereka
menjawab: “Kami duduk-duduk untuk menyebut asma’ Allah, memuji-Nya atas petunjuk yang diberikan-
Nya kepada kami untuk memeluk agama Islam.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya:
“Demi Allah, kalian tidak duduk-duduk kecuali karena itu?” Mereka menjawab: “Demi Allah, kami tidak
duduk-duduk kecuali karena itu.” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh aku tidak
‫‪meminta kalian bersumpah karena mencurigai kalian, akan tetapi Jibril datang kepadaku dan‬‬
‫‪memberitahukan bahwa Allah membanggakan kalian di kalangan para malaikat yang mulia” (HR‬‬
‫‪Muslim). Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh‬‬
‫‪keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua.‬‬

‫َأقُوْ ُل قَوْ لِ ْي ٰه َذا َوَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم‪ ،‬فَا ْستَ ْغفِرُوْ هُ‪ِ ،‬إنَّهُ ه َُو ْال َغفُوْ ُر ال َّر ِح ْي ُم‬

‫‪Khutbah II‬‬
‫ُأ‬ ‫هّٰلِل‬
‫ك لَهُ‪َ ،‬وَأ ْشهَ ُد‬ ‫صلِّ ْي َو َسلِّ ُم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ْال ُمصْ طَفَى‪َ ،‬و َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َأ ْه ِل ْال َوفَا‪َ .‬أ ْشهَ ُد َأ ْن اَّل إلهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل ش ِ‬
‫َر ْي َ‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد ِ َو َكفَى‪َ ،‬وُأ َ‬
‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هللاِ ْال َعلِ ِّي ْال َع ِظي ِْم َوا ْعلَ ُموْ ا َأ َّن هللاَ َأ َم َر ُك ْم بَِأ ْم ٍر َع ِظي ٍْم‪،‬‬ ‫َأ َّن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ َأ َّما بَ ْعدُ‪ ،‬فَيَا َأيُّهَا ْال ُم ْسلِ ُموْ نَ ‪ُ ،‬أوْ ِ‬
‫ٰ‬
‫ص ِّل‬ ‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‪ ،‬اَللّهُ َّم َ‬‫ُصلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي‪ ،‬يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا َ‬ ‫َري ِْم فَقَ َ‬
‫ال‪ِ :‬إ َّن هللاَ َو َماَل ِئ َكتَهُ ي َ‬ ‫صاَل ِة َوال َّساَل ِم َعلَى نَبِيِّ ِه ْالك ِ‬ ‫َأ َم َر ُك ْم بِال َّ‬
‫ار ْك َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل َسيِّ ِدنَا‬ ‫آل َسيِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِه ْي َم َوبَ ِ‬ ‫صلَّيْتَ َعلَى َسيِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬‫َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ّ‬ ‫ٰ‬ ‫ْ‬
‫ت وال ُمْؤ ِمنِ ْينَ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِه ْي َم‪ ،‬فِ ْي ال َعال ِم ْينَ ِإنكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪ .‬اللهُ َّم اغفِرْ لِل ُم ْسلِ ِم ْينَ َوال ُم ْسلِ َما ِـ‬ ‫ار ْكتَ َعلَى َسيِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬ ‫ُم َح َّم ٍد َك َما بَ َ‬
‫ت‪ ،‬اللهم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَاَل َء َو ْالغَاَل َء َو ْال َوبَا َء َو ْالفَحْ شَا َـء َو ْال ُم ْن َك َر َو ْالبَ ْغ َي َوال ُّسيُوْ فَ ْال ُم ْختَلِفَةَ َوال َّشدَاِئ َد َو ْال ِم َحنَ ‪َ ،‬ما‬ ‫ت اَأْلحْ يَا ِ ِ ْ َ ْ َ ِ‬
‫ا‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫َأْل‬ ‫ا‬‫و‬ ‫م‬ ‫ُ‬ ‫ه‬‫ن‬‫ْ‬ ‫م‬ ‫ء‬ ‫َو ْال ُمْؤ ِمنَا ِ‬
‫ْ‬ ‫ْأ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ان َوِإ ْيتَا ِء‬ ‫إن هللاَ يَ ُم ُر بِال َع ْد ِل َواإْل حْ َس ِ‬ ‫َي ٍء قَ ِد ْي ٌر ِعبَا َد هللاِ‪َّ ،‬‬ ‫صةً َو ِم ْن بُلدَا ِن ال ُم ْسلِ ِم ْينَ عَا َّمةً‪ِ ،‬إنَّكَ َعلَى ُك ِّل ش ْ‬ ‫ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَنَ ‪ِ ،‬م ْن بَلَ ِدنَا هَ َذا خَا َّ‬
‫ْ‬ ‫َأ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬
‫َر َوالبَغ ِي‪ ،‬يَ ِعظك ْم لَ َعلك ْم تَ َذكرُوْ نَ ‪ .‬فَاذكرُوا هللاَ ال َع ِظ ْي َم يَذكرْ ك ْم َولَ ِذك ُر هللاِ كبَ ُر‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫‪ِ .‬ذي ْالقُرْ بَى ويَنهَى ع َِن الفَحْ شَا ِء َوال ُمنك ِ‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬

Anda mungkin juga menyukai