Anda di halaman 1dari 5

URGENSI DAN FUNGSI SHALAT

DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

‫السالم عليمك ورمحة الهل بو�اكته‬


‫أ‬
‫ين‬
‫واملرسل� وعىل‬ ‫العامل� والصالة والسالم عىل شأ�ف النبياء‬
‫ين‬ ‫احلمد لهل رب‬
‫ امابعد‬- �‫ع‬ ‫آهل وحصبه أ�ج ي ن‬

Hadirin se bangsa dan se tanah air yang kami hormati


Majid Majidi, seorang sutradara Iran yang telah berhasil
meng­­gebrak dunia perfilman internasional melalui sebuah karya
sineasnya yang berjudul Children of Heaven dalam bukunya The Soul
of Wishdom mengatakan, “Allah, Tuhan kita Yang Maha Gagah, seringkali
kita jadikan sebagai tokoh penting dalam dunia fiksi yang sangat kita kenali,
tapi kita tidak pernah mendekati-Nya. Allah Tuhan kita Yang Maha Agung,
tak jarang kita jadikan sebagai pemeran utama dalam dunia panggung yang
sangat kita kenali, tapi sekali lagi kita tidak pernah dekat dengan-Nya.”
Bila kita renungkan, ungkapan tersebut membuka kesadaran
kita, bahwa kita sering kali menyebut nama Allah tapi kita pernah
mendekati-Nya. Pantas, kalau perjalanan hidup kita seringkali
di­
hantui oleh perasaan resah dan gelisah, diselimuti oleh rasa
gundah gulana bahkan tak jarang duka dan deraian air mata.
Dan pada akhirnya, hidup kita tak terarah, sehingga muncullah
pelarian terhadap hal-hal negatif, seperti berbuat kemaksiatan dan
kemungkaran.

1
Mengapa hal ini terjadi? Mulla Shadra dalam karya monumen­
talnya yang berjudul Hikmah Muta’aliyah menegaskan bahwa hal
seperti itu terjadi diakibatkan karena kita tidak memiliki kecerdasan
spiritual (Spiritual Quotient). Mengapa hal itu tidak kita miliki?
Jawabannya karena kita jarang mendekati Allah. Salah satu buktinya
adalah kita sering meninggalkan shalat. Padahal shalat sangat penting
bagi kehidupan manusia.
Untuk mengetahui pentingnya shalat tersebut, maka pada
kesempatan kali ini saya akan membawakan topik Urgensi dan Fungsi
Shalat dalam Kehidupan Manusia. Dengan landasan QS. Al-Ma’arij
ayat 19-23:

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah dan kikir,


apabila ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat
kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat,
mereka itu tetap mengerjakan shalatnya”.

Hadirin se bangsa dan se tanah air yang kami hormati.


Dalam firman Allah Swt tersebut, terungkap tiga sifat buruk
manusia, yaitu berkeluh kesah, kikir dan tidak mau berinfak.
Namun, sifat-sifat itu bisa dihilangkan dan dikikis habis dengan
melakukan shalat. Itulah manfaat nyata dari shalat bagi orang yang
mendirikannya.
Jika kita kaji lebih dalam, shalat yang dilakukan dengan terus
menerus bukan saja menghilangkan penyakit keluh kesah dan kikir.
Tapi juga akan sanggup menjadi tameng dari kemaksiatan, mem­
bersihkan jiwa dari sifat iri, hasad, sombong bahkan bisa membuat
hati menjadi tenteram. Bukankah ketika kita bersujud dalam shalat,
kita menyadari bahwa yang paling berkuasa dan yang ada di atas
segala-galanya adalah Allah? Sehingga kita tidak berhak untuk
ber­sikap sombong. Dan bukankah ketika shalat, kita berhadapan
langsung dengan Allah? Sehingga kita malu untuk berbuat dosa dan
maksiat. Bahkan jika shalat dilakukan secara istikomah dan benar,
kita akan mendapatkan manfaat tidak saja secara rohani, tetapi
juga jasmani, sebab penelitian modern menemukan bahwa gerakan

2
shalat sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Lalu, bagaimana dengan kondisi umat Islam zaman sekarang
dalam melaksanakan shalat? Ternyata hadirin, tidak sedikit ma­
syarakat kita yang selalu merekayasa dalih untuk bisa meninggalkan
shalat, baik dengan dalih kesibukan kantor, tanggung di perjalanan,
ketiduran, bangun kesiangan bahkan yang paling memalukan meng­
anggap shalat sebagai penghalang dan penghambat terhadap segala
aktifitas kehidupan karena terlena, terbuai dan terpedaya oleh manis­
nya bujuk rayuan setan.
Bila kebiasaan ini terus mengkristal dalam diri kita dan meng­
gejala di negeri kita, maka saya yakin ketentraman, kedamaian, dan
persaudaraaan hanya akan menjadi khayalan dan mimpi belaka.
Apalagi dewasa ini negeri kita tengah dilanda multikrisis yang tidak
pernah kunjung henti, membuat orang-orang yang jauh dari shalat,
jauh dari Allah, jauh dari sujud dihinggapi penyakit stres, frustasi
bahkan tidak jarang bunuh diri dan membunuh sesamanya sendiri
karena sesuap nasi.
Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian dari Biro Kesehatan
Mental di Kota New York, tercatat 65% manusia terjangkit penyakit
setengah gila atau psikoneurosa. Bahkan Dr. Combi Robinson me­
nambahkan 80% orang-orang yang sakit di Amerika Serikat (AS),
penyakitnya disebabkan oleh penyakit gelisah, dan jiwa yang tidak
tenteram. Lalu mampukah shalat berfungsi mengobati penyakit-
penyakit tersebut? Jawabannya, mari kita renungkan firman Allah
dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 45:

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguh­


nya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang
khusyuk.”

Hadirin se bangsa dan se tanah air yang kami hormati


Demikian jelas, bahwa dengan shalat yang benar-benar
khusyuk akan bisa mengobati dan menjadi penolong bagi segala
macam problem dalam kehidupan. Muncul pertanyaan, lalu me­
ngapa banyak orang enggan melaksanakan shalat? Menurut Abu

3
Sangkan dalam bukunya Pelatihan Shalat Khusyuk, ada lima alasan
orang meninggalkan shalat, yaitu: pertama, belum pernah me­
rasakan nikmatnya shalat; kedua, belum pernah merasakan manfaat
shalat; ketiga, menganggap shalat sebagai suatu beban; keempat,
meng­­anggap shalat mengurangi waktu kerja; dan kelima, belum me­
mahami bahwa shalat merupakan senjata yang paling ampuh untuk
mengatasi problem hidup.
Padahal, Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa fungsi shalat
membersihkan kotoran, yaitu bersih badan dan pakaian dari
najis, bersih diri dari dosa, bersih jiwa dari akhlak yang buruk,
dan bersih pikiran hanya mengingat Allah, lebih tandas lagi Allah
menerangkan dalam al-Qur’an surat al-Ankabut ayat 45: “Dirikanlah
shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar.”
Hadirin, demikian jelas bahwa shalat mencegah berbagai per­
buatan keji dan munkar. Oleh karena itu, sikap-sikap sombong,
takabur, iri, dengki, malas dan sebagainya akan terkikis habis
jika kita istiqamah dan khusyuk dalam shalat. Dengan demikian,
shalat merupakan motor penggerak dalam menciptakan amal baik,
shalat merupakan “inner power” dalam melakukan amal shaleh dan
mengcounter amal salah. Semakin baik kualitas shalat seseorang
akan baik pula amal perbuatannya, sebaliknya semakin buruk
kualitas shalat seseorang akan semakin mudah dia terjatuh pada
kemaksiatan. Pantas Rasul mengingatkan kita, “Amalan yang mula-
mula di hisab dari seorang hamba di hari kiamat adalah shalat, jika shalatnya
baik, akan baik pula seluruh amalnya. Sebaliknya, jika shalatnya jelek, maka
jelek pula semua amalannya.”
Hadirin, selain fungsi tadi, shalat juga merupakan refleksi
dzikir kepada Allah. Dalam analisis Dr. Fazlur Rahman, dzikir
merupakan metode atraktif dan supermotivatif yang dapat di­
pergunakan untuk melatih jiwa manusia menuju ketenangan.
Allah melukiskan dalam al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 28, “Yaitu
orang-orang yang beriman yang tenang hati mereka, ingatlah hanya dengan
berdzikir kepada Allah hati menjadi tenang.” Itulah hadirin informasi
sekaligus janji Allah tentang fungsi akhir dari shalat dalam

4
kehidupan manusia yaitu tercapainya ketenangan dan kebahagiaan
dalam hidupnya.

Hadirin se bangsa dan se tanah air yang kami hormati


Dengan demikian, syarahan ini dapat disimpulkan, shalat
me­rupakan ibadah mahdah yang memiliki fungsi penting dalam
kehidupan manusia, yaitu: dengan shalat kita bisa tercegah dari
perbuatan keji dan munkar, dengan shalat kita siap menghadapi
problema hidup dan kehidupan, dan dengan shalat akan tercipta
ketenangan dan ketentraman jiwa. Karena itu, Jika Rene Descartes
seorang filosof Barat berani berujar, Cogito Ergosum, aku berpikir
maka aku ada. Maka kita harus berani berkata, “aku shalat maka aku
ada; aku berdzikir maka aku ada; aku tidak shalat maka aku tidak
ada”.

‫والسالم عليمك ورمحة الهل بو�اكته‬

Anda mungkin juga menyukai