Anda di halaman 1dari 4

Tazkiyatun Nafs

: ُ‫ َأ َّماب َ ْعد‬.ُ ‫هللا َو ْحدَ ُه اَل رَش ِ يْ َك هَل ُ َو َا ْشهَدُ َأ َّن ُم َح َّمدً ا َع ْبدُ ُه َو َر ُس ْوهُل‬
ُ ‫َا ْشهَدُ َا ْن اَل ِا َهل اَّل‬
‫ِإ‬
‫قد أفلح من زاكها وقد خاب من دساها‬
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Tiada kata yang pantas terucap selain untaian rasa syukur, tanda
terima kasih, kita panjatkan ke hadirat Allah Ta’ala. Yang dengan
izin-Nyalah kita diperkenankan berkumpul untuk melaksanakan
kegiatan rutinitas kita yakni pengajian mingguan Jemaat
Gunungkidul. Dengan karunia-Nya pulalah kita bisa merasakan
nikmatnya fitrah, nikmatnya kesucian jiwa dan hangatnya
maghfiroh Allah Ta’ala., mudah-mudahan kita menjadi orang-
orang yang bersih, suci dari noda dan diperbaiki amal ibadah kita
menjadi lebih berkualitas dan berkuantitas.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi yang


paling mulia, Hadhrat Muhammad Rasulullah saw., yang menjadi
cermin bagi kehidupan manusia dalam segala segi aktifitasnya,
baik aktifitas beribadah, aktifitas bermasyarakat maupun bersikap
dalam mengarungi kehidupan ini.

Marilah kita juga senantiasa meningkatkan kualitas iman dan


taqwa sebagai dasar dari diterimanya amal ibadah yang selama ini
kita lakukan, semoga kita dapat mengakhiri hidup kita nanti
dengan tetap memegang iman yang sempurna kepada Allah
Ta’ala. dan tetap dalam kesucian jiwa.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Di tengah-tengah hiruk pikuk manusia berlomba mencari


kebahagiaan dan ketenangan, ada satu hal yang sering kali
dilupakan dalam mencari kebahagiaan yang hakiki, bukan hanya
kebahagiaan yang semu. Yaitu satu faktor penting yang menjadi
salah satu bagian dari kebutuhan orang beragama, faktor itu
adalah Tazkiyatun Nafs artinya mensucikan diri dari segala
kemaksiatan dan membersihkan jiwa dari noda kemusyrikan.
Bahkan Tazkiyatun Nafs atau pensucian jiwa ini menjadi salah
satu tugas penting Rasulullah saw dalam mengemban risalahnya,
yakni ajaran Islam, sebagaimana difirmankan Allah dalam al-
Qur’an:
‫هو اذلي بعث يف األميني رسوال مهنم يتلو علهيم آايته ويزكهيم ويعلمهم الكتاب‬
.‫واحلمكة وإ ن اكنوا من قبل لفي ضالل مبني‬
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf, seorang
Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada
mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka
kitab dan Hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-
benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumuah: 3)

Kondisi masyarakat Arab pada saat itu memang berada dalam


kegelapan dan kemungkaran sehingga Rasulullah saw sebagai
pembawa panji Ilahi memang benar-benar bertugas untuk
membersihkan hati mereka dari segala bentuk penyakit hati,
penyakit iri, dengki, sombong, rakus dan tamak untuk meraup
kekayaan sebesar-besarnya dengan jalan yang tidak hak, bahkan
seringkali terjadi pembunuhan di antara mereka. Kondisi ini
kiranya tidak jauh beda dengan kondisi zaman kita sekarang ini,
segala bentuk kemaksiatan pada zaman yang kita sebut jahiliyyah
itu ternyata terjadi juga pada zaman yang kita sebut dengan
zaman jahiliyyah modern ini, bahkan bentuk dan jenisnya lebih
banyak dan bermacam-macam. Oleh karena itulah Allah Ta’ala
telah menurunkan juru selamat di akhir zaman ini yakni dengan
diutusnya Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad sebagai Imam Mahdi
dan Masih Mau’ud as untuk kembali menggiring manusia dari
kegelapan menuju terang dan untuk mensucikan jiwa-jiwa yang
telah kotor berdasarkan petunjuk dari Allah Ta’ala. Maka mereka
yang mendambakan kebahagiaan dan ketenangan hakiki ini,
hendaklah terus berusaha meningkatkan kualitas kebersihan
jiwanya dari segala bentuk penyakit hati dan bisa mengenali Imam
zamannya, Allah Ta’ala berfirman:
‫قد أفلح من زاكها وقد خاب من دساها‬
Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan
jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”
(QS. As-Syams: 10)

Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda:


Untuk tazkiyyatun nafs (pensucian jiwa), hidup dalam pergaulan
bersama orang-orang salih dan menjalin hubungan dengan orang-
orang baik adalah sangat bermanfaat. Dusta dan akhlak-akhlak
buruk hendaknya ditinggalkan, dan terhadap orang yang sedang
berjalan di atas jalan [yang lurus] hendaknya tanyakan kepadanya
mengenai jalan itu. Beriringan dengan itu perbaiki jugalah
kesalahan-kesalahan diri sendiri, sebab sebagaimana dalam
tulisan, tanpa memperbaiki kesalahan-kesalahan maka tulisan
tersebut tidak akan benar, demikian pula tanpa memperbaiki
kesalahan-kesalahan maka akhlak juga tidak dapat dibenahi.
(Malfuzat, jld. I, hlm. 464).

Jadi ketenangan dan kebahagiaan seseorang ditentukan sebatas


mana dia sanggup mensucikan jiwanya dari segala kotoran dan
penyakit hati, sehingga dengan demikian kekuatan ruhiyyahnya
akan membaik seiring dengan usahanya untuk memperbaiki diri.
Karena mustahil akan tercapai kebangkitan umat islam ini dari
kemerosotan dan kemunduran tanpa disertai kebersihan jiwa dan
tingginya kualitas ruhiyah. Sesungguhnya obat dari penyakit umat
ini ada satu yaitu mengobati jiwa dan meluruskan akhlak
masyarakat.”

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Ada beberapa solusi untuk mensucikan jiwa kita yang kotor dan
penuh dengan dosa ini.
Yang pertama: Memperbanyak Dzikir kepada Allah Ta’ala. di
manapun kita berada. Dalam kondisi apapun, kita diperintahkan
untuk selalu menghiasi bibir kita dengan dzikir kepada Allah.
Menyebut asma dan sifat Allah adalah dzikir, menyebut-nyebut
nikmat Allah adalah dzikir, melakukan ketaatan adalah dzikir,
menuntut ilmu adalah dzikir, membaca al-Qur’an, tasbih, tahlil,
tahmid, istighfar, shalawat kepada Nabi adalah bagian dari
macam-macam dzikir. Allah berfirman:
‫أال بذكر هللا تطمن القلوب‬
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi
tenteram.” (QS. Ar-Ra’du: 29)

Yang kedua: Berkumpul dengan orang-orang shaleh, karena


akhlak dan prilaku seseorang bisa dilihat dari prilaku kawannya.
Maka benar apa yang disabdakan Rasulullah saw:
‫املرء عىل دين خليهل فلينظر أحدمك من خيالل‬
“Seseorang itu tergantung pada agama kawannya, maka lihatlah
siapa yang menjadi kawannya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Maka Islam memerintahkan kita agar mencari teman yang baik


untuk kita dan keluarga kita sebagaimana sabda Rasulullah:
“Janganlah kamu mencari teman kecuali seorang mukmin dan
janganlah ada yang makan makananmu kecuali orang yang
bertakwa.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Termasuk juga, dalam rangka mensucikan jiwa kita yaitu dengan


cara sering mendengarkan kisah orang-orang yang shaleh. Oleh
karena itu al-Qur’an banyak mengisahkan para Nabi, orang-orang
shaleh dan para kekasih Allah.

Yang ketiga: Jihad dengan jiwa yakni jihad melawan hawa nafsu
memiliki pengaruh sangat besar terhadap pembinaan dan
pensucian jiwa bahkan dengan jihad ini kita akan mendapat
berbagai macam jalan untuk meraih cita-cita sebagaimana Allah
Ta’ala berfirman:
‫ فينا لهنديهنم سبلنا‬d‫واذلين جاهدوا‬
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhoan)
Kami, maka Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
Kami.” (QS. Al-Ankabut: 70)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda:


“Seorang mukmin, apa pun yang dia ucapkan dengan penuh yakin
pasti memberikan pengaruh. Sebab kalbu suci orang mukmin
merupakan khazanah rahasia Ilahi. Segala-sesuatu yang terpancar
di dalam kalbu suci orang itu merupakan cermin yang
menampilkan Allah.

Akan tetapi seseorang yang karena kelemahannya sebagai


manusia terus melakukan kelalaian serta dosa, kemudian dia tidak
mempedulikan hal itu sedikit pun, maka di dalam kalbunya akan
melekat karat hitam, dan perlahan-lahan kalbu insani yang
tadinya mencair serta bening terhadap [rasa] takut akan Allah,
berubah menjadi keras dan hitam.

Akan tetapi manusia yang begitu mengetahui penyakit kalbunya


langsung berusaha mengobatinya, dan siang malam memanjatkan
doa-doa dalam shalatnya, terus melantunkan istighfar, dan doa-
doanya mencapai batas-batas klimaks, maka manifestasi Ilahi
akan membasuh ketidaksucian itu dengan air karunia-Nya. Dan
seorang manusia. -- dengan syarat harus tetap teguh -- akan
membawa kalbunya mengenakan jubah kehidupan baru, seolah-
olah itu merupakan kelahirannya yang kedua.

Ada dua pasukan balatentara hebat, di antara keduanyalah


manusia berjalan. Yang pertama adalah balatentara Rahmaan.
Yang kedua adalah balatentara setan. Jika manusia tunduk kepada
balantetara Rahmaan dan memohon bantuan dari mereka, maka
berdasarkan perintah Ilahi, kepada manusia itu akan diberikan
pertolongan. Dan jika manusia mengarah kepada setan, maka dia
akan tenggelam dalam dosa-dosa dan balamusibah.

Jadi, manusia hendaknya masuk ke dalam perlindungan Rahmaan


untuk menghindarkan diri dari angin racun dosa. Sesuatu yang
menimbulkan jarak (kejauhan) dan perpecahan antara manusia
dengan Sang Rahmaan, tidak lain dan tidak bukan hanyalah dosa.
Barangsiapa terhindar darinya berarti dia telah berlindung di
dalam pangkuan Allah Ta’ala.

Sebenarnya ada dua cara untuk menghindarkan diri dari dosa.


Pertama, manusia itu sendiri yang berusaha. Kedua, memohon
istiqamah (keteguhan) kepada Allah Ta’ala yang merupakan Raja
dan Penguasa yang paling hebat, sampai manusia memperoleh
kehidupan yang suci. Dan inilah yang dinamakan tazkiyahtun nafs
(pensucian jiwa).” (Malfuzat, jld.V, hlm.446-447).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Pada hari ini mari kita tumbuhkan semangat beribadah kita,


semangat kepedulian kita kepada sesama dan semangat untuk
mengajak ke jalan yang benar dan mencegah jalan yang mungkar.
Mari kita sucikan jiwa kita dari dosa kepada Allah dan kesalahan-
kesalahan kita kepada sesama manusia, dengan cara saling
bersilaturahim yang intens kita akan merasakan betapa
pentingnya kita hidup berjamaah dan bersama-sama menghadapi
kehidupan ini dengan lebih berarti dan bermanfaat.

Mudah-mudah kita termasuk orang-orang yang senantiasa teguh


menegakkan kalimat Allah dalam berbagai profesi dan aktifitas
kita sehingga kita mendapat kedudukan yang mulia di sisi Allah.
Aamiin.

َ ‫َوآ ِخ ُر َدع َْوااَن َأ ِن الْ َح ْمدُ هلل َر ِ ّب الْ َعالَ ِمنْي‬

Anda mungkin juga menyukai