No. BP : 2110221015
Kelas : 20
UJIAN AKHIR SEMESTER
Jawab :
1. Tujuan Hukum Islam
Hukum Islam bertujuan untuk kemashlahatan (kebaikan) hidup manusia, yang terdiri dari tiga
tingkatan kemashlahatan, yaitu Kemashlahatan Dharuriyat, Kemashlahatan Hajiyat dan
Kemashlahatan Tahsiniyat. Sebagamana dijelaskan Alah SWT. Dalam QS QS:2:2 dan 185
QS.10:57 (Baca artinya Dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya).
1. Kemashlahatan Dharuriyat
Kemashlahatan yang bersifat dharuriyat (sangat penting) ialah suatu perbuatan yang mengandung
kemashlahatan yang sangat penting, sehingga jika tidak dilaksanakan akan mengakibatkan
kerusakan dan kehancuran hidup manusia dunia dan akhirat, yang terdiri dari lima tujuan, yaitu:
Untuk memelihara ‘Aqidah. Setiap pribadi umat Islam berkewajiban memelihara „aqidah
(keimanannya), maka setiap pribadi umat Islam dilarang syirik. Syirik adalah dosa besar
yang tidak dapat diampuni dosanya oleh Allah SWT. Contoh, ialah terbunuh dalam
memelihara dan mempertahan „aqidah nilai kematiannya sebagai mati syahid.
Untuk memelihara jiwa. Setiap pribadi umat Islam berkewajiban memelihara (hidupnya),
maka dilarang membunuh tanpa hak (tanpa alasan huium Islam), membunuh tanpa hak
adalah dosa besar. Contoh, orang terbunuh dalam mempertahan jiwanya (hidupnya) nilai
kematiannya sebagai mati syahid, dan orang yang membunuh berdosa besar kepada Allah
SWT.
Untuk memelihara akal. Setiap pribadi umat Islam berkewajiban memelihara kesehatan
akalnya, maka dilarang meminum minuman yang memabukan (khamar) atau narkoba dan
sejenisnya, yang dapat menghilangkan fungsi akal sehat, karena minum khamar adalah dosa
besar. Contoh! Mengunsumsi narkoba dan sejenisnya.
Untuk memelihara keturunan. Setiap pribadi umat Islam berkewajiban memelihara kesucian
nasab (tali darah) keturunannya, maka dilarang berzina, karena berzina adalah dosa besar.
Untuk memelihara harta. Setiap pribadi umat Islam berkewajiban memelihara harta
miliknya dan harta milik orang lain, maka dilarang boros dan mencuri, karena boros
mencuri adalah dosa besar.
6. Allah SWT. melarang (haram hukumnya) umat Islam bekerjasama dengan umat agama lain
dalam berakidah dan beribadah mahdhah (Hablumminallah), yaitu yang berkaitan rukun
Iman dan rukun Islam, seperti berdo‟a bersama dan mengucapkan selamat natal kepada
umat krsiten dan selamat nyepi kepada mat Hindu. Sebagaimana dijelaskan dalam firman
Allah SWT. QS.109:1-6, artinya: 1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, 2. Aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah. 3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku
sembah. 4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, 5. Dan kamu
tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. 6. Untukmu agamamu,
dan untukkulah, agamaku."
7. Petunjuk memilih pemimpin menurut teori pilotik Islam yang boleh dipilih
Kewajiban Memilih Pemimpin Yang beriman (Islam).
Allah SWT. memerintahkan kepada umat Islam untuk memilih pemimpin yang yang beriman,
yang ahli dalam kepemimpinan, yang adil dan dari golongan umat Islam, sebagaimana
dijelaskan Allah SWT. dalam Firman-Nya QS. 4, 58-59, Qs.5:51 dan QS: 9:23 (Baca artinya
dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya).
Dilarang Memilih Pemimpin Kafir (Bukan Muslim).
Allah SWT. melarang keras umat Islam memilih pemimpinnya dari golongan non muslim
(orang kafir), sebagaimana yang dijelaskan-Nya dari beberapa firman-Nya berikut ini: Dalam
QS. 3:28, QS. 4:144, QS.9:73 QS.5:51 dan QS.60:121 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan
Terjemahannya).
8. Proses terbentuknya akhlak
Kehendak (رادةKK )االProses terbentuknya melalui tiga proses, yaitu: Pertama, timbulnya
keinginan untuk melakukan sesuatu itu, setelah terlebuh dahulu adanya rangsangan melalui
indera, Kedua timbul kebimbangan antara dua pilihan, yaitu dilakukan atau tidak, dan
ketiga, mengambil keputusan mana yang harus dilakukan. Contoh : Allah SWT sudah
berkehendak untuk menetapkan batas umur almarhum ayah saya yang sudah berpulang pada
bulan Januari kemarin. Dan hal itu tidak dapat dielakkan oleh manusia sendiri.
Membiasakan ( )عادةTerbentuknya kebiasaan melalui dua proses, yaitu: pertama, adanya
kecenderungan hati untuk melakukan sesuatu perbuatan. Kedua, dilakukan secara kontiniu
(terus-menerus). Contoh : saya dididik dari kecil oleh orang tua saya untuk berlaku jujur
dan amanah dalam mengemban tugas yang diberikan sehingga itu menjadi sebuah kebiasaan
yang dilakukan secara terus-menerus.
9. Ilmu pengetahuan menurut Islam pada dasarnya terbagi kepada tiga macam, yaitu ilmu
insaniyah, ilmu ilahiyah dan ilmu Islamiah.
Ilmu insaniyah
Ilmu insaniyah ialah ilmu pengetahuan dan filsafat sebagai hasil observasi, pengamatan,
penelitian dan pengalaman manusia dalam berinteraksi dengan seluruh obyek yang dapat
ditangkap oleh indra manusia yang di catat, dianalisis secara ilmiah dan ditulis dalam buku,
seperti ilmu filsafat, biologi, sosiologi, ilmu ekonomi, ilmu hukum, IPTEK, ilmu kedokteran,
dan sebagainya. Penamaan ilmu insaniyah ini karena ilmu ini hasl karya manusia, didasarkan
kepada petunjuk Allah SWT.dalam QS.96:1-4, artinya: 1. Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang Menciptakan,2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah,
dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[:
Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.].
Ilmu Ilahiyah
Ilmu Ilahiyah ialah ilmu Allah SWT. yang langsung diwahyukan-Nya (diturunkan-Nya) kepada
para Nabi dan Rasul-Nya dari Nabi Adam AS. sampai Nabi Muhammad SAW. Kepada Rasul-
Nya Nabi Muhammad SAW adalah berupa al-Qur’an dan Hadits. Penamaan ilmu ilahiyah ini
didasarkan kepada petunjuk Allah SWT.dalam QS.96:5, artinya: Dia mengajar kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya (yaitu al-Qur’an dan Hadits).
Ilmu Islamiyyah
Ilmu Islamiyah ialah ilmu insaniyah yang telah berintergrasi dengan ilmu rabbaniyah, yaitu ilmu
yang dihasil oleh para intelektual muslim dalam memahami ial-Qur’an dan Hadits Keberadaan
ilmu dalam Kehidupan manusia sangat penting, karena Allah SWT. melarang manusia
mengerjakan sesuatu pekerjaan tanpa didasarai oleh ilmu pengetahuan sebagai landasan teoritis
setiap perkerjaan, sebagaimana dijelaskan Allah SWT dalam QS.17:36, artinya: .Dan janganlah
kamu mengikuti (mengerjakan) apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya. (QS.17:36).