MAKALAH
Disusun oleh :
Endang Asmalena
Dosen Pengampu :
Drs. Saaduddin,M.Pdi.
Bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu
hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
Dengan demikian bimbingan Islami merupakan proses bimbingan sebagaimana kegiatan
bimbingan lainnya, tetapi dalam seluruh seginya berlandaskan ajaran Islam, artinya
berlandaskan al-Qur’an dan sunnah Rasul.
Bimbingan Islami merupakan proses pemberian bantuan, artinya bimbingan tidak
menentukan atau mengharuskan, melainkan sekedar membantu individu. Individu dibimbing,
dibantu, agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah.
Konflik-konflik batin dalam diri manusia yang berkenaan dengan ajaran agama (Islam
maupun lainnya) banyak ragamnya, oleh karenanya diperlukan selalu adanya bimbingan dan
konseling Islami yang memberikan bimbingan keagamaan kepada individu agar mampu
mencapai kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat. Sebagaimana dalam
QS. Al-Ankabut 29 : 2
ب النَّاسُ اَ ْن يُّ ْت َر ُك ْٓوا اَ ْن يَّقُ ْولُ ْٓوا ٰا َمنَّا َوهُ ْم اَل يُ ْفتَنُ ْو َن
َ اَ َح ِس
Artinya:
‘’Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami
telah beriman,” dan mereka tidak diuji’’
QS. Luqman, 31 : 7
ِهS ا َ َّن فِ ْٓي اُ ُذنَ ْيS َم ْعهَا َكS ا َ ْن لَّ ْم يَ ْسSتَ ْكبِرًا َكSَواِ َذا تُ ْت ٰلى َعلَ ْي ِه ٰا ٰيتُنَا َو ٰلّى ُم ْس
ب اَلِي ٍْمٍ َو ْقر ًۚا فَبَ ِّشرْ هُ ِب َع َذا
Artinya :
‘’Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berpaling dengan menyombongkan
diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbatan di kedua telinganya,
maka gembirakanlah dia dengan azab yang pedih’’
A . ASAS-ASAS BIMBINGAN KONSELING ISLAM
Tohari Musnamar berpendapat bahwa landasan untuk dijadikan pedoman dalam
penyelenggaraan konseling islami adalah nilai-nilai yang digali dari sumber ajaran islam.
Untuk itu, ia menawarkan sepuluh asas, yakni : asas ketauhidan, ketaqwaan, akhlak al-
karimah, kebahagiaan dunia akhirat, cinta kasih, toleransi, kebahagiaan diri dan kemaslahatan
umum, keahlian, amanah, dan asas kearifan.
Asas-asas ini adalah prinsip-prinsip yang dijadikan rujukan dalam penyelenggaraan
konseling islami. Namun, karena penyelenggaraannya demikian kompleks dan kompleksitas
manusia menjadi titik tolaknya, maka asas-asas tersebut merupakan prinsip-prinsip dasar
dengan kemungkinan dapat berkembang lebih luas. Karena islam adalah agama sempurna
yang menjadi “way of life” dalam menggapai kebahagiaan hidup dunia danakherat, maka
maksud-maksud ilahi yang termaktub dalam Al-qur’an dan hadis merupakan jawaban pasti
terhadap seluruh permasalahan kehidupan manusia.
Asas dimaksudkan sebagai kaidah, ketentuan yang diterapkan serta dijadikan landasan
dan pedoman penyelenggaraan konseling islami, yakni:
َو ِم ۡنهُمۡ َّم ۡن يَّقُ ۡو ُل َربَّنَٓا ٰاتِنَا فِى ال ُّد ۡنيَا َح َسنَةً َّوفِى ااۡل ٰ ِخ َر ِة َح َسنَةً َّو
ار
ِ َّاب الن
َ قِنَا َع َذ
Artinya :
Dan di antara mereka ada yang berdoa, "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di
dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka."
Kebahagiaan hidup duniawi, bagi seorang muslim, hanya merupakan kebahagiaan yang
sifatnya sementara. Kebahagiaan akhiratlah yang menjadi tujuan utama, sebab kebagiaan
akhirat merupakan kebahagiaan abadi, yang amat banyak. Kebahagiaan akhirat akan tercapai,
bagi semua manusia, jika dalam kehidupan dunianya juga"mengingat allah".1
1
Prayitno, 1999, Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Rineka Cipta.
Maka islam mengajarkan hidup dalam keseimbangan, keselarasan dan keserasian aturan
kehidupan keduniaan dan keakhiratan.
Dan acrilah pada apa yang di anugrakan Allah kepadamu 9 kebahagiaan) negeri akhirat dan
janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (nikmat) duniawi, dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka bumi). Sesungguhnya allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.
2. Asas fitrah
Bimbingan dan konseling islami merupakan bantuan kepada klien atau konseli untuk
mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya, sehingga segala gerak dan tingkah laku dan
tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut.
Manusia menurut islam, dilahirkan dalam atau dengan membawa fitrah, yaitu berbagai
kemampuan potensi bawaan dan kecenderungan sebagai muslim atau beragama islam.
Bimbingan dann konselingmembantu klien konseli untuk mengenal dan memahami fitrahnya
itu, atau mengenal kembali fitrahnya tersebut manakalah pernah 'tersesat', serta
menghayatinya sehingga dengan demikian akan mampu mencapai kebahagian hidup di dunia
dan akhirat karena bertingkah laku sesuai dengan fitrahnya itu.
Maka hadapilah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tetapi tidak ada perbuatan pada fitrah
Allah, (itulah agam ayng lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui).
(Q. S. Ar-Rum: 30)
‘’Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah
Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan
pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui,’’
Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam."
(Q. S. Al-An'am: 162).
Padahal mereka tidak di suruh kecuali supaya menyembah Allahdengan memurnika ketaatan
kepada-Nya dalam (meenjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat, dan demikian itulah agama yang lurus.
(Q, S. Al-Bayyinah: 5)
َصي َْن لَهُ ال ِّدي َْن ەۙ ُحنَفَ ۤا َء َويُقِ ْي ُموا الص َّٰلوة هّٰللا
ِ َِو َمٓا اُ ِمر ُْٓوا اِاَّل لِيَ ْعبُ ُدوا َ ُم ْخل
ك ِدي ُْن ْالقَيِّ َم ۗ ِة َ َِوي ُْؤتُوا ال َّز ٰكوةَ َو ٰذل
Artinya :
”Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya
semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)”
س لَهُ ْم قُلُ ْوبٌ اَّل يَ ْفقَه ُْو َن بِهَ ۖا ِ ۖ َولَقَ ْد َذ َر ْأنَا لِ َجهَنَّ َم َكثِ ْيرًا ِّم َن ْال ِج ِّن َوااْل ِ ْن
ٰۤ ُ ۗ
ْ اْل
ك َكا َن َع ِام ٌ ْصر ُْو َن ِبهَ ۖا َولَهُ ْم ٰا َذ
َ Sِان اَّل يَ ْس َمع ُْو َن ِبهَا اول ِٕٕى ِ َولَهُ ْم اَ ْعي ٌُن اَّل يُب
ُ ٰ ْ ٰۤ ُ
ك هُ ُم الغفِل ْو َن َ Sِضلُّ ۗ اول ِٕٕىَ َبَلْ هُ ْم ا
Artinya :
“Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan
manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat
Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lengah.”
Orang di bimbing di ajak untuk mengetahui apa-apa yang perlu di ketahuinya, kemudian
memikirkan apa-apa yang perlu di pikirkannya, sehingga memperoleh kenyakinan, tidak
menerima begitu saja, tetapi tidak juga menerima begitu saja. Orang yang di bimbing di ajak
untuk merealisasikan norma dengan mempergunakan semua kemampuan rohaniah
potensialnya tersebut, bukan cuma mengikuti hawa nafsu (perasaan dagkal) semata.
2 [2]
Faqih, Aunur Rahim, 2001, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta : UII Press.
(Q. S. Ar-Ra'ad: 11)
ت ِّم ۢ ْن بَي ِْن يَ َد ْي ِه َو ِم ْن َخ ْلفِ ٖه يَحْ فَظُ ْونَهٗ ِم ْن اَ ْم ِر هّٰللا ِ ۗاِ َّن هّٰللا َ اَل ٌ لَهٗ ُم َعقِّ ٰب
يُ َغيِّ ُر َما ِبقَ ْو ٍم َح ٰتّى يُ َغيِّر ُْوا َما بِا َ ْنفُ ِس ِه ۗ ْم َواِ َذٓا اَ َرا َد هّٰللا ُ بِقَ ْو ٍم س ۤ ُْو ًءا فَاَل
ٍ َم َر َّد لَهٗ ۚ َو َما لَهُ ْم ِّم ْن ُد ْونِ ٖه ِم ْن َّو
ال
Artinya :
“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari
depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak
akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka
sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada
yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut di sebabkan karena perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (kejalan yang benar).
(Q. S. Ar-Rum: 41)
ْْض الَّ ِذي ْ َظَهَ َر ْالفَ َسا ُد فِى ْالبَرِّ َو ْالبَحْ ِر بِ َما َك َسب
ِ َّت اَ ْي ِدى الن
َ اس لِيُ ِذ ْيقَهُ ْم بَع
َع ِملُ ْوا لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ِجع ُْو َن
Artinya :
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”
Kedudukan manusia sebagai khalifah itu dalam keseimbangan dengan kedudukannya sebagai
makhluk Allah yang harus mengabdi pada-Nya.
َ َواِ َذا ُحيِّ ْيتُ ْم بِتَ ِحيَّ ٍة فَ َحي ُّْوا بِاَحْ َس َن ِم ْنهَٓا اَ ْو ُر ُّد ْوهَا ۗ اِ َّن هّٰللا َ َك
ان َع ٰلى ُك ِّل َش ْي ٍء َح ِس ْيبًا
Artinya :
“Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan)
dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu.”
14. Asas musyawarah
Bimbingan dan konseling islami dilakukan dengan asa musyawarah, artinya antara
pembimbing/konselor dengan yang di bimbing/klien terjadi dialog yang baik, satu sama lain
tidak mendiktekan, tidak ada perasaan tertekan dan keinginan tertekan.
15. Asas keahlian
Bimbingan dan konseling islami tidak dilakukan oleh orang-orang yang memang
memiliki kemampuan keahlian di bidang tersebut, baik keahlian dalam metodologi dan
tehnik-tehnik bimbingan dan konseling, maupun dalam bidang yang menjadi permasalahan
(objek/ garapan) bimbingan dan konseling.
16. Asas Ketauhidan
Layanan konseling islami harus dilaksanakan atas dasar prinsip Ketuhanan Yang
Maha Esa (prinsip tauhid), dan harus berangkat dari dasar ketauhidan menuju manusia yang
mentauhidkan Allah sesuai dengan hakikat islam sebagai agama tauhid. Seluruh prosesnya
harus pula berlangsung secara tauhidi sebagai awal dan akhir dari hidup manusia. Konseling
islami yang berupaya menghantar manusia untuk memahami dirinya dalam posisi vertical
(tauhid) dan horizontal (muamalah) akan gagal mendapat sarinya jika tidak berorientasi pada
keesaan Allah.
17. Asas Amaliah
Dalam proses konseling islami, konselor dituntut untuk bersifat realistis, dengan
pengertian sebelum memberikan bantuan terlebih dahulu ia harus mencerminkan sosok figur
yang memiliki keterpaduan ilmu dan amal. Pemberian konselor kepada klien/konseli secara
esensial merupakan pantulan nuraninya yang telah lebih dahulun terkondisi secara baik.
B . Pendekatan Konseling
Dalam bukunya Dr. Sofyan S. Willis, Pendekatan Konseling (Counseling Approach)
disebut juga teori konseling merupakan dasar bagi suatu praktek konseling.
Untuk menyelesaikan kasus, harus dicoba secara kreatif memilih bagian-bagian dari
beberapa pendekatan yang relevan, kemudian secara sintesis–analitik diterapkan kepada
kasus yang dihadapi. Pendekatan seperti itu dinamakan Creative–Synthesis–Analytic (CSA).
Allen E. Ivey (1980) menyebut pendekatan CSA ini dengan nama Electric Approach yaitu
memilih secara selektif bagian-bagian teori yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan
konselor.[3]3
PENUTUP
Bimbingan dan konseling Islami adalah suatu usaha pemberian bantuan kepada seseorang
(individu) yang mengalami kesulitan rohaniah baik mental dan spiritual agar yang bersangkutan
mampu mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri melalui dorongan dari
3]
Willis, Sofyan S., 2004, Konseling Individual Teori dan Praktek, Bandung : Alfabeta.
kekuatan iman dan ketakwaan kepada Allah SWT, atau dengan kata lain bimbingan dan
konseling Islam ditujukan kepada seseorang yang mengalami kesulitan, baik kesuliatan lahiriah
maupun batiniah yang menyangkut kehidupannya di masa kini dan masa datang agar tercapai
kemampuan untuk memahami dirinya, kemampuan untuk mengarahkan dan merealisasikan
dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya dengan tetap berpegang pada nilai-nilai Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Faqih, Aunur Rahim, 2001, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta : UII Press.