Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH

BIMBINGAN KONSELING AGAMA ISLAM

BUKU 2

AGUNG FAINENDO
NIM: 211 040

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
IAIN IMAM BONJOL PADANG
1434 H / 2013 M
AZAS BIMBINGAN KONSELING AGAMA

I. PENDAHULUAN
Manusia sebagai homo religius atau homo dipinans (makhluk ber-Tuhan
hamba Allah yang diciptakan oleh-Nya, dengan kelengkapan-kelengkapan dasar
antara lain berupa bakat beragama dan bakat berbakti kepada Maha Pencipta). Dengan
kata lain dalam diri manusia telah ditanamkan benih yang disebut insting agama
(instink religious atau naturaliter relions) yang menurut Al-Qur’an kecenderungan
kearah beragama yang dapat dikembangkan melalui pendidikan/bimbingan yang
cukup baik.
Manusia dimanapun dia berada akan selalu menghadapi masalah dan pada
dasarnya manusia itu memerlukan bantuan untuk mengatasi masalahnya. Banyak
individu mempunyai masalah dan sulit untuk dipecahkan atau diatasi sendiri, untuk
itu perlu adanya usaha memberikan pilihan jalan untuk pemecahannya dari kehidupan
sehari-hari dan pengalamannya terutama bantuan dalam bidang mental atau spiritual
yang dikenal dengan istilah konseling agama.

II. PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AZAS BK
Di dalam buku bapak Prayitno, bimbingan dan Konseling, dijelaskan bahwa
pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional, sesuai dengan
makna uraian tentang pemahaman, penanganan, dan penyikapan (yang meliputi
unsur-unsur kognisi, afeksi dan perlakuan) konselor terhadap kasus. Pekerjaan
profesional itu harus dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin
efisien dan efektifitas proses dan lain-lainnya. Kaidah tersebut didasarkan atas
tuntutan keilmuan, layanan di satu segi (antara lain bahwa azas I harus didasarkan atas
data dan tingkat perkembangan klien), dan tuntutan optimalisasi proses
penyelenggaraan layanan disegi lain (yaitu antara lain suasana konseling ditandai
oleh adanya kehangatan, pemahaman, penerimaan, kebebasan dan keterbukaan, serta
berbagai sumber daya yang perlu diaktifkan).
Dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling kaidah-kaidah tersebut
dikenal dengan azas-azas bimbingan dan konseling, yaitu ketentuan-ketentuan yang
harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu. Bila azas-azas diikuti dan
terselenggara dengan baik, sangat diharapkan proses pelayanan mengarah pada
pencapaian tujuan yang diharapkan. Sebaliknya, apabila azas-azas itu diabaikan atau
dilanggar, sangat dikhawatirkan kegiatan yang terlaksana itu justru berlawanan
dengan tujuan bimbingan dan konseling.

B. AZAS-AZAS KEBAHAGIAAN
Mungkin telah dijelaskan sebelumnya bahwa bimbingan dan konseling Islami
itu berlandaskan terutama pada Al-Qur’an dan hadits atau sunnah Nabi. Ditambah
dengan berbagai landasan filosofis dan keimanan. Didalam buku Konseling Islami
karangan bapak Tohari Musnamar dijelaskan berdasarkan landasan-landasan tersebut
dijabarkan asas-asas atau prinsip-prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling Islami
sebagai berikut:
1. Asas-asas kebahagiaan dunia dan akhirat
Bimbingan konseling Islami tujuan akhirnya adalah membantu klien atau
konseli, yakni orang yang dibimbing mencapai kebahagiaan hidup yang senantiasa
didambakan oleh setiap muslim.
Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 201:
Waminhum man yaquulu robbanaaa aatinaa fii addunyaa hasanatan wafii al;aakhiroti
hasanatan waqinaa ‘adzaaba annaari.
Artinya: Dan diantara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari
siksa neraka(127).
[127] inilah doa yang sebaik-baiknya bagi seorang muslim.

Kebahagiaan hidup duniawi, bagi seorang muslim, hanya kebahagiaan yang


sifatnya sementara, kebahagiaan akhiratlah yang menjadi tujuan utama, sebab
kebahagiaan akhirat merupakan kebahagiaan akhirat merupakan kebahagiaan yang
abadi, yang amat banyak.
Ayatnya:
Artinya: 26. Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang dia
kehendaki, mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal
kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah
kesenangan (yang sedikit).
Kebahagiaan akhirat akan tercapai bagi semua manusia jika dalam kehidupan
dunianya juga mengingat Allah.
Ayatnya:
Artinya: 28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah. Hanya dengan mengingat Allah-lah hati
menjadi tenteram. 29. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi
mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.

Oleh karena itu maka Islam mengajarkan hidup dalam keseimbangan,


keselarasan, dan keserasian antara kehidupan keduniaan dan keakhiratan.
Ayatnya:
Artinya: 27. berkatalah dia (Syu’aib): “Sesungguhnya Aku bermaksud menikahkan
kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu
bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun
Maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu. Maka Aku tidak hendak
memberati kamu, dan kamu insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-
orang yang baik.

Selain itu hadits Nabi juga menjelaskan sebagai berikut:


Artinya: Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah kamu akan hidup abadi,
dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati esok hari.

2. Azas Fitrah
Bimbingan dan konseling Islami merupakan bantuan kepada klien atau konseli
untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya, sehingga segala bentuk
tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut.
Manusia, menurut Islam, dilahirkan dalam atau dengan membawa fitrah, yaitu
kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan sebagai muslim atau beragama
Islam. Bimbingan dan konseling membantu klien untuk mengenal dan memahami
fitrahnya itu, atau mengenal kembali fitrahnya tersebut manakala pernah “tersesat”,
serta menghayatinya sehingga dengan demikian akan mampu mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat karena bertingkah laku sesuai dengan fitrahnya itu.
Hadits:
Artinya: Setiap manusia dilahirkan ibunya dalam keadaan fitrah. Maka kemudian
ayah ibunya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. Dan jika
ayah ibunya itu seorang muslim, maka jadilah (si anak) seorang muslim
(HR. Muslim).

Surat .... Ayat 30:


Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah: (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak
ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus: tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui (1168).

[1168] fitrah Allah maksudnya ciptaan Allah, manusia diciptakan Allah mempunyai
naluri beragama yaitu agama tauhid, kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka
hal itu tidaklah wajar, mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh
lingkungan.
Fitrah kerap kali diartikan sebagai bakat, kemampuan, atau potensi. Dalam
konteks (dalam arti luas), maka potensi dan bakat tersebut diperhatikan pula dalam
bimbingan dan konseling Islami.

3. Azas “lillahi ta ‘alaa”


Bimbingan dan konseling Islami diselenggarakan semata-mata karena Allah.
Konsekuensi dari azas ini berarti pembimbing melakukan tugasnya dengan penuh
keihklasan, tanpa pamrih, sementara yang dibimbingpun menerima bimbingan atau
konselingpun dengan ikhlas dan rela pula, karena semua pihak merasa bahwa semua
yang dilakukan adalah karena dan pengabdian kepada Allah semata, sesuai dengan
fungsi dan tugasnya sebagai makhluk Allah yang senantiasa mengabdi kepada-Nya.
Dalam QS. Al;An’am ayat 162:
Qul inna sholaatii wanusukii wamahyaaya wamamaatii lillaahi robbi al’aalamiina.
Artinya: Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam.

Juga dalam QS. Adzdzariyat ayat 56:


Wamaa kholaqtu aljinna wa al;insa illaa liya’buduuni.
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.

Juga dalam QS. ........ ayat 5:


Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus
(1595), dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat: dan
yang demikian itulah agama yang lurus.

[1595] lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.

4. Azas Bimbingan Seumur Hidup


Manusia hidup betapapun tidak ada yang sempurna dan selalu bahagia dalam
kehidupannya. Mungkin saja manusia kesulitan dan kesusahan. Oleh karena itulah
bimbingan dan konseling Islami diperlukan selama hayat masih dikandung badan.
Kesepanjang hayatan bimbingan dan konseling ini, selain dilihat dari
kenyataan hidup manusia, dapat pula dilihat dari sudut kependidikan. Seperti telah
diketahui, bimbingan dan konseling merupakan bagian dan kependidikan. Pendidikan
sendiri berasaskan pendidikan seumur hidup karena belajar. Menurut Islam wajib
dilakukan oleh semua orang Islam, tanpa membedakan usia.
Sebagaimana nabi bersabda:
Artinya: Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam (HR. Ibnu Abdulbar dari
Anas).

5. Azas Kesatuan jasmaniah-rohaniah


Seperti yang telah diketahui dalam uraian mengenai citra manusia menurut
Islam. Manusia itu dalam kehidupannya di dunia merupakan satu kesatuan jasmaniah-
rohaniah. Bimbingan dan konseling islami memperlakukan kliennya sebagai makhluk
jasmaniah-rohaniah tersebut, tidak hanya memandangnya sebagai makhluk biologis
semata, atau makhluk rohaniah semata. Bimbingan dan konseling islami membantu
individu untuk hidup dalam keseimbangan jasmaniah dan rohaniah tersebut. allah
telah memberikan beberapa contoh kasus, seperti yang telah dicantumkan di dalam
Al-Qur’an surat AlBaqarah ayat 187:
Uhilla lakum lailata ashshiyaami arrofatsu ilaa nisaaa;ikum. Hunna libaasun lakum
wa antum libaasun lahunna. ‘Alima allaahu annakum kuntum takhtaanuuna
anfusakum fataaba ‘alaikum wa’afaa ‘ankum. Fa al;aana baasyiruuhunna
wabtaghuuna maa kataba allaahu lakum. Wakuluu wasyrobuu hattaa yatabayyana
lakumu alkhoithu al;abyadhu mina alkhoithi al;aswadi mina alfajri. Tsumma atimmuu
ashshiyaama ilaa allaili. Walaa tubaasyiruuhunna wa antum ‘aakifuuna fii
almasaajidi. Tilka huduudu allaahi falaa taqrobuuhaa. Kadzaalika yubayyinu allaahu
aayaatihii linnaasi la’allahum yattaquuna.
Artinya: Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan
isteri-isteri kamu: mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah
pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat
menahan nafsumu. Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma’af
kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang Telah
diciptakan Allah untukmu, dan minumlah hingga terang bagimu benang
putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu
sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu,
sedang kamu beri’tikaf [115] dalam mesjid. Itulah larangan Allah. Maka
janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah allah menerangkan ayat-ayat-
nya kepada manusia, supaya mereka bertaqwa.

[115] I’tikaf ialah berada dalam mesjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah.

6. Azas keseimbangan rohaniah


Rohani manusia memiliki beberapa unsur, yaitu unsur daya kemampuan
berfikir, merasakan atau menghayati, kehendak atau hawa nafsu, dan juga akal.
Kemampuan ini merupakan kemampuan sisi lain kemampuan fundamental potensial
untuk:
a. mengetahui (mendengar)
b. memperhatikan atau menganalisis 9melihat, dengan bantuan atau dukungan
fikiran).
c. Menghayati (hati/afdah, dengan dukungan kalbi atau akal)

Bimbingan dan konseling islami menyadari keadaan kodrati manusia tersebut.


dan dengan berpijak pada firman-firman Tuhan serta hadits nabi, membantu klien atau
yang dibimbing memperoleh keseimbangan dari dalam segi mental rohaniah tersebut.
Dalam QS. .......... ayat 179:
Artinya: Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahanam) kebanyakan
dari jin dan menusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya
untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi)
tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah), mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka telah
sesat lagi, mereka itulah orang-orang yang lalai.

7. Azas kemaujudan
Bimbingan dan konsleing islami berlangsung pada citra manusia menurut
Islam, memandang seseorang individu merupakan suatu yang lain ujudnya
(eksistensi) tersendiri. Individu mempunyai hak perbedaan individu dari yang lainnya,
dan mempunyai kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari haknya dan
kemampuan fundamental potensial rohaniahnya.
Mengenai hak individu Nabi SAW memberikan fatwa sebagai berikut:
Bahwasanya Tuhanmu mempunyai hak atasmu yang wajib engkau tunaikan, begitu
juga dirimu dan ahlimu semuanya mempunyai hak yang wajib engkau tunaikan, maka
dari itu engkaulah yang berpuasa sewaktu-waktu berbuka, sewaktu-waktu berjaga
malam (untuk beribadah atau sholat malam) sewaktu-waktu dan tidur sewaktu-waktu.
Dekatilah ahlimu dan berikanlah hak mereka masing-masing. (HR. Bukhari).

8. Azas solidaritas manusia


Manusia merupakan makhluk sosial. Hal ini diakui dan diperhatikan di dalam
konseling islami. Pergaulan, cinta kasih, rasa aman, penghargaan terhadap diri sendiri
dan orang lain, rasa memiliki dan dimiliki, semuanya merupakan aspek-aspek yang
diperhatikan di dalam konseling islami, karena merupakan ciri hakiki manusia.

9. Azas kekhalifahan manusia


Manusia menurut islami, diberi kedudukan yang tinggi sekaligus tanggung
jawab yang besar, yaitu sebagai pengelola alam semesta khalifatullah fil ard. Dengan
kata lain manusia dipandang sebagai makhluk yang berbudaya yang mengelola
keseimbangan ekosistem, sebab problem-problem kehidupan kerapkali muncul dan
ketidak seimbangan ekosistem yang diperbuat oleh manusia itu sendiri. Bimbingan
dan konseling fungsinya untuk kebahagiaan dirinya dan umat manusia.

10. Azas keselarasan dan keadilan


Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan, keseimbangan, keserasian
dalam segala segi kehidupan. Dengan kata lain, Islam menghendaki manusia berlaku
adil, terhadap hak dirinya sendiri, hak orang lain, hak alam semesta dan juga hak
tuhan.

11. Azas pembinaan akhlaqul-karimah


Manusia, menurut pandangan Islam memiliki sifat-sifat yang baik 9mulia).
Sekaligus mempunyai sifat-sifat lemah, seperti telah dijelaskan dalam uraian
mengenai citra manusia, sifat-sifat yang baik merupakan sifat-sifat yang
dikembangkan oleh bimbingan dan konseling islami. Bimbingan dan konseling islami
membantu klien atau yang dibimbing memelihara, mengembangkan,
menyempurnakan, sifat-sifat yang baik tersebut. sejalan dengan fungsi Rasulullah
diutus oleh Allah SWT, seperti yang dijelaskan dalam hadits tersebut:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia”. (HR. Ahmad dan
tabrani dari Abu hurairah).

12. Azas kasih sayang


Setiap manusia memerlukan cinta kasih sayang dari orang lain. Rasa kasih
sayang ini dapat mengalahkan dan menundukkan banyak hal. Bimbingan dan
konseling islami dilakukan dengan berlandaskan kasih sayang. Sebab hanya berkasih
sayanglah bimbingan dan konseling bisa berhasil.

13. Azas saling menghargai dan menghormati


Dalam bimbingan dan konseling islami kedudukan pembimbing atau konselor
dengan yang dibimbing pada dasarnya sama atau sederajat. Perbedaannya terletak
pada fungsinya saja, yakni pihak yang memberikan bantuan dan yang satu menerima
bantuan. Hubungan yang terjalin antara pihak pembimbing dengan yang dibimbing
merupakan hubungan yang saling menghormati sesuai dengan kedudukan masing-
masing sebagai makhluk Allah SWT.
14. Azas musyawarah
Bimbingan dan konseling dilakukan dengan azas musyawarah, artinya antara
pembimbing dan konselor / dengan yang dibimbing atau klien terjadi dialog yang
baik, satu sama lain tidak saling mendiktekan, tidak ada perasaan tertekan dan
keinginan tertekan.

15. Azas keahlian


Bimbingan dan konseling islami dilakukan oleh orang-orang yang memang
memiliki kemampuan keahlian dalam metodologi dan teknik-teknik bimbingan dan
konseling, maupun dengan bidang yang menjadi permasalahan (objek garapan materi)
bimbingan dan konseling.
Berdasarkan sabda rasulullah SAW: ‘Jika sesuatu perkara diserahkan kepada
orang yang bukan ahlinya, maka tunggu sajalah saatnya (saat kehancurannya)”.
(HR. Bukhari).

C. PENERAPAN BIMBINGAN DAN KONSELING


Secara umum tujuan bimbingan dan konseling islami itu dirumuskan sebagai”
membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat”.
Hakikat manusia dalam pandangan Islam adalah sebagai suatu kesatuan yang
terdiri dari ruh, jasad dan akal yang saling terikat dan tidak mungkin dipisahkan
menjadi beberapa bagian. Sedangkan tujuan manusia hidup di dunia ini adalah
beribadah kepada Allah SWT dengan menta’ati segala perintah-nya dan menjauhi
larangan-Nya. Dalam pandangan agama seorang manusia dikatakan mempunyai
perilaku bermasalah tatkala manusia melakukan sebuah aktifitas yang bertentangan
atau tidak sesuai dengan nilai-nilai agama tersebut yang telah menjadi pegangan
hidup.

III. KESIMPULAN
Konseling agama ialah usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang
mengalami kesulitan baik lahiriah maupu batiniah yang menyangkut kehidupannya di
masa kini dan di masa mendatang. Bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang
mental dan spiritual, agar orang yang bersangkutan mampu mengatasinya dengan
kemampuan yang ada pada dirinya sendiri maupun dorongan dari kekeuatan iman dan
takwa kepada Tuhan. Adapun tujuan dan fungsi dari Konseling agama adalah:
1. Untuk mengungkapkan kemampuan dasar mental spiritual dan agama dalam
pribadi anak.
2. berusaha meletakkan kemampuan mental-spiritual tersebut sebagai benteng
pribadi anak.
3. Berusaha menanamkan sikap dan orientasi kepada hubungan dalam empat
arah yaitu dengan Tuhannya, dengan masyarakatnya, dengan alam sekitarnya,
dan dengan dirinya sendiri.
4. Berusaha mencerahkan kehidupan batin.

DAFTAR PUSTAKA
Musnamar, Tohari, 1992. Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling. UIN
Press, Yogyakarta.
Prayitno, Amti Erman, 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Rineka Cipta.
Jakarta.
Makalah Bimbingan Konseling Agama Islam. Internet.
JENIS-JENIS LAYANAN BIMBINGAN KONSELING

I. PENDAHULUAN
Nabi Muhammad SAW membimbing, membina dan menunjuki masyarakat
Arab pada semua dimensi kehidupan mereka, oleh karenanya bentuk kegiatan
konselingnya meliputi semua kehidupan manusia. Kegiatan konseling yang dibahas
berikut ini tidak dikelompokkan kepada bidang layanan konseling yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad SAW, melainkan jenis layanan yang dilakukan Rasul. Bila
dibahas ruang lingkup layanan konseling, jumlahnya sangat banyak sehingga dapat
disimpulkan dengan mencakup semua aspek kehidupan manusia, baik dimensi
jasmani, rohani, agama, akhlak, etika, estetika, akal dan lain-lain. Berikut akan
dikemukakan beberapa bentuk layanan (jenis layanan konseling).

II. PEMBAHASAN
Fungsi dan peranan bimbingan dan konseling agama Islam sebagai yang telah
disebutkan dalam pasal pertama bisa dilakukan dalam mencapai tujuan pendidikan
agama dan dakwah agama, karena dalam ilmunya ada berbagai jenis layanan agama,
disamping kegiatan pendukung yang dapat dipandang sebagai metode dan dapat
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan dan dakwah agama, dalam hal ini ada
empat jenis layanan, yaitu:

A. KONSELING INDIVIDUAL
Metode personal adalah satu bentuk aplikasi dari metode konseling Islam yang
langsung dilakukan oleh nabi Muhammad SAW. Jenis layanan ini merupakan layanan
yang telah lama digunakan oleh nabi Muhammad SAW, yaitu sejak menerima wahyu
yang pertama surat Al-Alaq 1-5, sejak saat itu ia langsung menyampaikan konseling
Islam kepada satu persatu dan dengan cara yang amat rahasia disampaikan pesan-
pesan keislaman kepada mereka. Ia memilih layanan personal ini supaya tidak
menimbulkan kejutan-kejutan atau goncangan-goncangan sosial dikalangan
masyarakat Quraisy. Mengingat pada saat itu mereka masih memegang teguh
kepercayaan animisme warisan leluhur mereka.
Lebih dari tiga tahun Nabi Muhammad SAW menjalankan kegiatan konseling
individual Islam dengan layanan personal dan rahasia ini. Metode personal ini
dilakukan Muhammad SAW dengan jalan melakukan percakapan pribadi (face to
face communication) yang isinya adalah penyampaian pesan-pesan atau nasehat-
nasehat keislaman kepada individu-individu yang membutuhkannya baik individu
muslim atau non muslim.
Selanjutnya dengan metode personal inilah Nabi Muhammad SAW berusaha
menyentuh hati sanubari dari setiap individu masyarakat Arab pada waktu itu lalu
membimbing mereka kepada Islam agar mereka mampu keluar dari kesulitan-
kesulitan yang sedang mereka hadapi dan akhirnya mereka mampu memperoleh
kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

B. LAYANAN KONSELING KELUARGA


Selain melaksanakan layanan konseling secara personal, Nabi Muhammad
SAW melaksanakan konseling untuk keluarga. Seperti keluarga Rasul sendiri.
Menurut Amir Rahim Faqih, objek dari jenis bimbingan dan penyuluhan perkawinan
dan keluarga adalah pemilihan jodoh (pasangan hidup), peminangan, pelaksanaan
pernikahan, hubungan suami istri, hubungan antar keluarga, pembinaan hidup rumah
tangga, harta dan warisan, poligami, perceraian, talaq dan rujuk. Konseling
perkawinan dan keluarga lebih difokuskan kepada permasalahan-permasalahan yang
sering muncul dalam keluarga dan dapat berakibat rusaknya rumah tangga seseorang,
disamping persoalan pembentukan keluarga, ia memberikan perhatian terhadap
masalah keluarga, mulai dari pembentukan hingga pola hubungan dalam sebuah
keluarga.
Nabi Muhammad SAW juga mengajari keluarganya sendiri, seperti dalam
sebuah hadits diriwayatkan Hakim, dari Ummu Salamah, Nabi Muhammad SAW
mengajari saya, agar selesai adzan magrib membaca, yang artinya: “Ya Allah ini
permulaan malam-Mu, dan akhir siang-Mu dan suara penyeru-Mu, ampunilah aku
(HR. Muslim).
Nabi Muhammad SAW mendidik dan mengajar tidak hanya untuk orang lain,
juga untuk keluarganya sendiri. Ia mengingatkan hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam sebuah keluarga.

C. LAYANAN KONSELING PENDIDIKAN BERKELOMPOK


Seperti telah dicatat oleh sejarah peradaban islam bahwa ketika Nabi
Muhammad SAW masih tinggal di Makkah, ia sudah pernah menjalankan layanan
pendidikan ini, yaitu di rumah al-Arqam bin Abu Manaf (lazim dipanggil dengan al-
Arqam bin Abu Al-Arqam). Dengan demikian, layanan pendidikan ini sudah pernah
diterapkan oleh beliau pada periode Makkah. Namun situasi Makkah pada saat itu
belum memungkinkan berkembangnya pendidikan, terutama faktor keamanan. Dan
baru sesudah beliau hijrah ke Madinah, metode pendidikan bisa lebih terorganisir dan
berkembang. Ada beberapa tempat di Madinah yang pernah pendidikannya atau
sejumlah sahabat atas arahnya sebagai tempat-tempat untuk memberikan pendidikan
keislaman, tempat tersebut adalah:
1. Al-Suffah
Sewaktu Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, pekerjaan pertama kali
yang dilakukannya adalah membangun masjid (masjid ini kemudian dikenal
dengan masjid Nabawi). Salah satu ruangan dari masjid itu dipergunakannya
secara khusus untuk mengajar para sahabat. Ruangan itu kemudian dikenal
dengan al-shuffah yang juga berfungsi sebagai tempat penampungan para
siswa yang miskin. Ali mustafa Taqub menuliskan bahwa Muhammad
Mustafa Azmi melukiskan pendidikan al-shuffah ini merupakan perguruan
yang pertama kali dalam Islam. Ada satu yang menarik dari pendidikan al-
shuffah ini, bahwa Nabi Muhammad SAW tidak hanya sebagai seorang
pendidik yang memberikan bimbingan, nasehat, dan mengingatkan masalah-
masalah agama, zikir, tetapi juga seorang penjaga setia dan senantiasa yang
mengunjungi mereka, melihat keadaan mereka, dan menjenguk mereka jika
mereka sakit, serta menjamin kebutuhan keseharian mereka. Demikianlah
perhatiannya terhadap Alush Shuffah ini.
2. Dar al-Qurra
Selain perguruan al-shuffah ini, Madinah juga terdapat tempat pendidikan
yang lain, misalnya Darul-Qurra ini secara bahasa berarti rumah milik
Makhramah bin Nufal. Dar al-Qurra ini merupakan madrasah bagi mereka
yang ingin mempelajari al-Qur’an.
3. Kuttab
Dari sudut bahasa kuttab ini berarti tempat belajar, bentuk jamaknya katatib.
Di Madinah pada saat ini terdapat beberapa kuttab, menurut Ali Mustafa
Yaqub, kuttab ini biasanya dipakai untuk tempat pendidikan khusus bagi anak-
anak dan remaja.
4. Masjid
Di Madinah pada waktu itu sudah terdapat sembilan buah masjid. Dan
kemungkinan sekali masjid-masjid itu dipakai sebagai tempat-tempat
pendidikan keislaman sebab dalam Islam masjid itu tidak hanya sebagai
tempat untuk menerima ajaran, nasehat dan bimbingan keislaman.
5. Rumah Para Sahabat
Selain tempat-tempat di atas, rumah para sahabat juga dipakai untuk belajar
dan mengajar meskipun tidak secara rutin. Misalnya apabila Nabi Muhammad
SAW kedatangan tamu dari daerah sekitar Madinah, mereka menginap dan
langsung belajar Al-Qur’an dan as-Sunnah dari para sahabat pemilik rumah
itulah beberapa tempat pendidikannya selama di Madinah.

D. METODE MISI DIPLOMASI


Metode ini adalah salah satu bentuk aplikasi dari layanan konseling tidak
langsung Nabi Muhammad SAW. melalui layanan misi ini, ia berupaya memberikan
layanan konseling secara tak langsung dibeberapa daerah luar kota Mekkah dan
Madinah. Ia mengirimkan beberapa orang sahabat sebagai tenaga konselor ke daerah-
daerah tersebut guna menyampaikan bimbingan dan penyuluhan Islam kepada semua
penduduknya. Layanan ini telah dilakukan ketika di Makkah, namun jumlahnya hanya
sekali saja, yaitu ke Yastrib (nama lain Madinah sebelum hijrah).
Setelah Nabi Muhammad SAW tinggal di Madinah, pengiriman tenaga
konselor ini dilakukan secara besar-besaran dan dimulai tahun 2 H sampai 10 H
menjelang perlaksanaan haji Wada’. Biasanya sebelum mengutus para sahabat itu
sebagai tenaga konselor, ia terlebih dahulu membimbing mereka secara personal, lalu
menitipkan nasehat-nasehat yang mesti disampaikan di tempat-tempat mereka diutus.

E. LAYANAN KORESPONDENSI
Layanan ini adalah bentuk terakhir semua layanan konseling Nabi Muhammad
SAW. Metode ini sama halnya dengan missi, adalah salah satu bentuk aplikasi dari
layanan konseling tidak langsung beliau. Dengan layanan ini Nabi Muhammad SAW
berupaya memberikan bimbingan, pendidikan, pengajaran Islam kepada beberapa raja
dan penguasa sekitar jazirah Arab melalui surat-surat beliau yang dikirimkan kepada
mereka. Surat-surat tersebut dikirimkan serentak .......... Muhammad SAW kembali
dari perjanjian Hudaibiyah di Makkah. Semua surat ini berisikan seruan supaya para
raja dan penguasa itu mau memeluk agama Islam dan menjalankan syariatnya.
Sebelum dikirimkan, surat-surat itu diberi stempel yang terbuat dari perak dan diukir
dengan tiga baris kata: “Muhammad Rasul Allah”.
Jenis layanan konseling yang dilakukan oleh nabi Muhammad SAW meliputi
seluruh dimensi kehidupan manusia. Rasulullah melaksanakan konseling tidak hanya
dalam persoalan keagamaan semata, juga terhadap dimensi sosial kemasyarakatan.
Keberhasilan Nabi Muhammad SAW melaksanakan konseling serta implikasi
positifnya terhadap masyarakat benar-benar nyata. Dalam kesimpulan yang bersifat
umum dapat diamati, bahwa keberhasilannya dalam memperbaiki moralitas
masyarakat makkah dan Madinah ketika itu merupakan bukti yang nyata. Perubahan
yang begitu nyata terlihat pada tahap kedua periode usahanya, yang dikenal dengan
fase Madinah. Fase Madinah bukanlah gambaran rasa frustrasi yang dialaminya,
tetapi sebuah strategi dalam menyebarkan Islam. Periode Madinah benar-benar
menjadi titik balik dari kegiatan konseling Islam yang dilakukannya.

III. PENUTUP
a. Kesimpulan
Jenis layanan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW tentu dapat direformulasi
oleh penggiat konseling Islam modern. Dengan melakukan pengembangan yang
bersifat kontekstual, khususnya dari aspek model dan pendekatan. Namun jenis
layanan konseling Rasulullah SAW secara prinsip dapat diterima dan diadopsi dalam
melaksanakan konseling. Karena Nabi Muhammad SAW memberikan layanan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat muslim ketika itu baik bagi kebutuhan itu datang dari
ummat Islam maupun ia sendiri melihat bahwa masyarakatnya membutuhkan.
RUANG LINGKUP LAYANAN BK AGAMA

I. PENDAHULUAN
Puji syukur pemakalah ucapkan kepada Allah SWT yang mana berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Sholawat
dan salam penulis kirimkan kepada Allah semoga disampaikan-Nya kepada pucuk
pimpinan umat Islam sedunia yakni nabi besar Muhammad SAW. Terima kasih
penulis ucapkan kepada dosen pembimbing yang mana berkat arahan dari bapak,
penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik, seterusnya kepada teman-teman
terima kasih karena semangat dari teman-teman kami bisa menyelesaikan makalah ini
dengan semangat.

II. PEMBAHASAN
Islam adalah agama yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad
SAW untuk menjadi pegangan hidup bagi umat manusia agar mereka memperoleh
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Islam sebagai suatu system dan pandangan
hidup manusia bersikap lengkap dan sempurna, tidak cacat dan cela. Islam tidak
hanya merupakan suatu system agama, akan tetapi juga merupakan suatu system
kebudayaan yang lengkap. Islam tidak saja agama yang mementingkan hubungan
manusia dengan sesama (hablun minannas), hubungan manusia dengan alam
lingkungan (hablum minal alam), dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri
(hablum minannafs).
Islam dalam makna yang luas berhubungan dengan ruang lingkup bidang
pelayanan bimbingan dan konseling Islam yang di dalamnya ada bidang bimbingan
pribadi, bimbingan social, bimbingan pembelajaran, bimbingan karir, bimbingan
pendidikan dan bimbingan lainnya. Sedangkan Islam dalam makna yang sempit,
system agama, adalah kajian dan ruang lingkup bidang bimbingan dan konseling
agama. Dalam tulisan ini dipahami bahwa bimbingan dan konseling Islami jauh lebih
luas dibanding bimbingan dan konseling agama Islam. Bimbingan dan konseling
Islam seluas ajaran Islam itu sendiri yang meliputi semua aspek dan aktivitas
kehidupan manusia dalam beberapa kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Bimbingan dan konseling agama islam hanya meliputi aspek dan aktivitas kehidupan
manusia dalam keberagamaannya.
Perbedaan bimbingan dan konseling Islam dengan bimbingan konseling
agama islam tak ubahnya bagaikan pendidikan Islami dengan pendidikan agama
Islam, yang pertama jauh lebih luas dari pada yang kedua.
Pada dasarnya, Islam sebagai suatu system keagamaan, ajaran-ajarannya dapat
dibagi empat aspek, yaitu:
1. Akidah, yaitu aspek yang berhubungan dengan keyakinan dan kepercayaan,
seperti keimanan kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab suci, para rasul
Allah, hari akhirat dan keimanan kepada takdir Allah.
2. Ibadah, yaitu aspek yang berhubungan dengan amal perbuatan yang didasari
keta’atan mengerjakan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-
laranganNya, seperti thaharah, shalat, puasa, zakat, haji, do’a, dzikir, tilawat
al-Qur’an dan lain-lainnya.
3. Akhlak, yaitu aspek yang berhubungan dengan sikap dan perilaku baik dan
buruk manusia dalam hidup keberagamaannya. Misalnya sifat sabar, syukur,
tawakal, taubat, maaf, takut, harap kepada Allah, fakir, zuhud dan lain-lain.
4. Muamalah, yaitu aspek yang berhubungan dengan kehidupan social dan
budaya manusia yang beragama, seperti berbuat baik kepada ibu-bapak,
sanak-keluarga, masyarakat, nusa, bangsa dan agama.

Dalam pada itu ada pula orang yang membagi aspek agama Islam itu kepada
akidah, syariah, akhlak, iman, Islam dan ihsan. Dalam tulisan ini yang dipakai aspek
agama Islam itu sebagai suatu system keagamaan adalah akidah, ibadah, akhlak, dan
muamalah.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan ruang lingkup bidang
pelayanan bimbingan dan konseling agama Islam, yaitu bimbingan akidah, bimbingan
ibadah, bimbingan akhlak dan bimbingan muamalah. Pembagian ruang lingkup
bidang pelayanan bimbingan dan konseling agama ini sesuai dengan pembagian aspek
agama islam itu sendiri.
Dalam wujud yang lebih jelas keempat ruang lingkup bidang pelayanan
bimbingan dan konseling agama Islam itu dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Bimbingan Akidah
Menurut etimologi dalam bahasa Arab akidah dari kata al-‘aqdu yang berarti
ikatan, at-tautsiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu
yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabihu biquw-wah yang berarti
mengikat dengan kuat.
Sedangkan menurut istilah (terminology) akidah adalah iman yang teguh dan
pasti, yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya.
Jadi, akidah Islamiyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada
Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepada-Nya, beriman
kepada malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari akhirat, takdir
baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-
prinsip agama (ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang
menjadi ijma’ (consensus) dan Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita qath’i
(pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-
Qur’an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma’ Salaf as-Shalih.
Bimbingan akidah adalah bidang pelayanan yang membantu konseling dalam
mengenal, memahami, menghayati, mengamalkan, dan mengembangkan akidah
keimanannya, sehingga pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT,
mantap (istiqamah) dan mandiri (al-kaiyis), sehat dan bahagia, baik lahiriah maupun
bathiniah berdasarkan rukun iman yang enam. Pribadi muwahid adalah tujuan
tertingginya.

2. Bimbingan Ibadah
Bimbingan ibadah adalah bidang pelayanan yang membantu klien dalam
mengembangkan hubungan dan pengabdiannya kepada Allah melalui amal ibadah
agar menjadi pribadi yang taat dalam mengerjakan perintah-perintah-Nya dan taat
dalam menjauhi larangan-larangan-nya. Pembentukan manusia abid atau ibad adalah
tujuan tertinggi dari pelayanan bimbingan ibadah.

3. Bimbingan akhlak
Bimbingan akhlak adalah bidang pelayanan yang membantu konseling dalam
mengembangkan sikap dan perilaku yang baik, sehingga memiliki akhlak mahmuda
dan jauh dari akhlak mazmuma. Tujuan yang hendak dicapai oleh bidang bimbingan
ini pribadi mulia, khalaq ‘azhim atau makarin al akhlaq dalam bahasa al-Qur’an dan
hadits.
4. Bimbingan Muamalah
Bimbingan muamalah adalah bidang pelayanan yang membantu konseling
dalam membina dan mengembangkan hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang
dengan sesama manusia dan makhluk, sehingga memiliki keharmonisan dalam
kehidupan beragama.
Dakwah dan pendidikan agama melalui bimbingan dan konseling agama Islam
kegiatannya hendaklah meliputi keempat bidang pelayanan bimbingan dan konseling
agama tersebut. Dengan berjalannya keempat bidang bimbingan agama itu melalui
pelaksanaan dakwah dan pendidikan agama, maka dapat diwujudkan manusia
beragama yang berkualitas keimanan dan ketakwaannya.

III. PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan makalah penulis di atas, dapat penulis ambil
kesimpulan bahwa bimbingan konseling agama adalah segala kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang
mengalami kesulitan-kesulitan rohaniyah dalam lingkungan hidupnya supaya orang
tersebut mampu mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran atau penyerahan diri
terhadap kekuasaan Tuhan Y.M.E, sehingga timbul pada diri pribadinya suatu cahaya
harapan kebahagiaan hidup sekarang dan masa depannya. Serta di dalam pembahasan
bimbingan konseling agama ruang lingkupnya yaitu ada beberapa sebagai berikut:
1. Aqidah dan persoalannya
2. Ibadah dan persoalannya
3. Akhlak dan persoalannya
4. Muamalah dan persoalannya

b. Saran
karena keterbatasan referensi kami dari penulis merasa makalah kami ini
masih jauh dari kesempurnaan , maka dari itu demi kesempurnaan makalah kami ini,
kami harapkan tambahan dari dosen pembimbing dan teman-teman semua.

DAFTAR PUSTAKA
Musnamar, Thohari, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, UII
Press, Yogyakarta: 1992.
Sunaryputro, Bimbingan Konseling Islami, Senen, 4 Maret 2013.
Yahya, Jaya, Bimbingan Konseling Agama Islam, Angkasa Raya.
TEORI-TEORI (PENDEKATAN) KONSELING DALAM ISLAM

I. PENDAHULUAN
Teori (pendekatan) konseling dalam islam adalah landasan berpijak yang
benar tentang bagaimana proses konseling itu dapat berlangsung baik dan
menghasilkan perubahan-perubahan positif pada klien mengenai cara berfikir, cara
menggunakan potensi nurani, cara berperasaan, cara berkeyakinan dan cara
bertingkah laku berdasarkan wahyu (Al-Qur’an dan Sunnah).

II. PEMBAHASAN
Adapun teori-teori pendekatan konseling dalam islam sebagaimana yang
tertuang dalam QS An-Nahl ayat 125:
Ud’u ilaa sabiili robbika bi alhikmati wa almaw’izhoti alhasanati wajaadilhum bi
allatii hiya ahsanu.
Artinya: Ajaklah orang-orang kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik serta bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Adapun menurut surat An-nahl ayat 125 tersebut, teori pendekatan konseling
dalam Islam tersebut adalah:
A. TEORI AL-HIKMAH
Kata al-hikmah dalam perspektif bahasa mengandung makna:
1. Mengetahui keunggulan sesuatu melalui suatu pengetahuan sempurna,
bijaksana.
2. Ucapan yang sesuai dengagn kebenaran.
3. Kata “al-hikmah” dengan bentuk jamak “al-hikam” bermakna kebijaksanaan,
ilmu dengan pengetahuan.

Al-Hikmah itu tidak hanya kepada para nabi dan rasul, akan tetapi dia telah
dilimpahkan juga kepada siapa saja yang dikehendakinya, sebagaimana firman Allah
dalam surat Al-Baqarah ayat 269.
Yu;tii alhikmata man yasyaaa;u. Wa man yu;ta alhikmata faqod uutiya khoiron
katsiiron. Wamaa yadzdzakkaruuu illaaa uluu al’albaabi.
Artinya: Allah akan memberikan Al-hikmah itu kepada siapa yang dia kehendaki, dan
barang siapa yang diberi Al-Hikmah itu maka sesungguhnya ia telah diberi
kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil suatu
pelajaran, kecuali orang-orang yang berakal tinggi.

Menurut M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky berpendapat dalam bukunya


psikoterapi dan konseling Islam bahwa, teori pendekatan Al-Hikmah itu adalah:
1. Sikap bijaksana yang mengandung asas musyawarah dan mufakat, asas
manfaat dan menjauhkan mudharat serta asas kasih sayang.
2. Energi ilahiyah yang mengandung potensi perbaikan, perubahan,
pengembangan dan penyembuhan.
3. Esensi keta’atan dan ibadah.
4. Wujudnya berupa cahaya yang selalu menerangi jiwa kalbu, akal fikiran dan
inderawi.
5. Kecerdasan ilahiyah, yang dengan kecerdasan itu segala persoalan hidup
dalam kehidupan dapat teratasi dengan baik dan benar.
6. Rahasia ketuhanan yang tersembunyi dan gaib.
7. Ruh dan esensi al-Qur’an.
8. Potensi kenabian.

Maka lebih mendasar penulis memaparkan lagi bahwa teori al-hikmah itu
adalah sebuah pedoman, penuntun dan pembimbing untuk memberi bantuan kepada
individu yang sangat membutuhkan pertolongan dalam mendidik dan
mengembangkan eksistensi dirinya hingga ia dapat menentukan jati diri dan citra
dirinya serta dapat menyelesaikan atau mengatasi berbagai ujian hidup secara
mandiri.
Ciri khas dari teori konseling dengan al-hikmah adalah berupa:
1. Adanya pertolongan Allah SWT secara langsung atau melalui malaikat-Nya.
2. Diagnosa menggunakan metode ilham (intuisi) dan kasysyaf (penyingkapan
batin).
3. Adanya ketauladanan dan keshahihan konselor.
4. Alat terapi yang dilakukan adalah nasehat-nasehat dengan menggunakan
teknik ilahiyah, yaitu dengan do’a, ayat-ayat al-Qur’an dan menerangkan
esensi dari problem yang sedang dialami.
5. Teori al-hikmah ini biasanya khusus dilakukan untuk terapi penyakit yang
berat dan klien tidak dapat melakukan sendiri.

B. TEORI “AL-MAU’IZHOH AL-HASANAH”


Yaitu teori bimbingan atau konseling dengan cara mengambil pelajaran-
pelajaran atau i’tibar-i’tibar dari perjalanan kehidupan para nabi, rasul dan para
Auliya Allah. Bagaimana Allah membimbing dan mengarahkan cara berfikir, cara
berperasaan, cara berperilaku serta menanggulangi berbagai problem kehidupan.
Bagaimana mereka membangun keta’atan dan ketaqwaan kepada-Nya.
Yang dimaksud dengan Al mau’izhoh al Hasanah ialah pelajaran yang baik
dalam pandangan Allah dan rasul-Nya, yang mana pelajaran itu dapat membantu klien
untuk menyelesaikan atau menanggulangi problem yang sedang dihadapinya.
Materi-materi Al mau’izhoh al hasanah itu dapat diambul dari sumber-sumber
pokok ajaran Islam maupun dari pakar selama tidak bertentangan dengan norma-
norma Islam tersebut, yaitunya:
1. Al-Qur’an.
2. As-Sunnah (perilaku rasulullah SAW).
3. Al-Atsar (perilaku para sahabat Nabi).
4. Pendapat atau ijtihad para ulama muslim.
5. Pendapat atau penemuan-penemuan para pakar.

C. TEORI “MUJADALAH” YANG BAIK


Yang dimaksud dengan teori mujadalah ialah teori konseling yang terjadi
dimana seorang klien sedang dalam kebimbangan. Teori ini biasa digunakan ketika
seorang klien ingin mencari suatu kebenaran yang dapat meyakinkan dirinya yang
selama ini dia sulit untuk mengambil keputusan tentang suatu pilihan.
Prinsip-prinsip dan khas teori mujadalah ini adalah sebagai berikut:
1. Harus adanya kesabaran yang tinggi dari konselor.
2. Konselor harus menguasai akar permasalahan dan terapinya dengan baik.
3. Saling menghormati dan menghargai.
4. Bukan bertujuan menjatuhkan atau mengalahkan klien, tetapi membimbing
dalam mencari kebenaran.
5. Rasa persaudaraan dan penuh kasih sayang.
6. Tutur kata dan bahasa yang mudah dipahami dan halus.
7. Tidak menyinggung perasaan klien.
8. Mengemukakan dalil-dalil al-Qur’an dan sunnah dengan tepat dan jelas.
9. Ketauladanan yang sejati sebagaimana firman Allah dalam QS. Ash-Shaff 61:
2 – 3.
Yaaa ayyuhaa alladziina aamanuu limaa taquuluuna maa laa taf’aluuna,
kaburo maqtan ‘inda allaahi an taquulu maa laa taf’aluuna.
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa
yang tidak kamu kerjakan. Sangat besar kemarahan disisi Allah jika
kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.

III. KESIMPULAN
Secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa teori Al-hikmah ialah melihat
esensi permasalahan yang terjadi atau terdapat dalam diri individu, kemudian
menjelaskan tentang hikmah, rahasia atau pengetahuan yang terdapat dibalik
permasalahan tersebut, sementara teori Al Mau’izhoh Al-hasanah lebih melihat
kepada model atau kasus yang dihadapi individu, sedangkan teori mujadalah menitik
beratkan kepada individu yang membutuhkan kekuatan dalam keyakinan dan ingin
menghilangkan keraguan, was-was dan prasangka-prasangka negatif terhadap
kebenaran sesuatu.

DAFTAR PUSTAKA
M. Hamdanin Bakran Adz-Dzaky, 2001. Psikoterapi dan Konseling Islam.
Yogyakarta, Fajar Pustaka.
TEKNIK KONSELING ISLAM

I. PENDAHULUAN
Ketika memahami mengenai Bimbingan Konseling, yakni proses interaksi
antara konselor dengan klien/konseli baik secara langsung (tatap muka) atau tidak
langsung (melalui media internet atau telepon) dalam rangka membantu klien agar
dapat mengembangkan potensi dirinya atau memecahkan masalah yang dialaminya.
Hal tersebut tidaklah dapat berjalan dengan baik tanpa adanya pengetahuan serta
pengalaman yang baik dari konselor.
Di dalam proses bimbingan konseling perlu adanya beberapa hal yang dapat
mendukung proses jalannya bimbingan dan konseling dengan baik, salah satunya
adalah dengan menggunakan teknik-teknik di dalam proses Bimbingan Konseling.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis akan membahas beberapa hal mengenai
teknik-teknik yang dapat dilakukan di dalam proses bimbingan dan konseling.

II. PEMBAHASAN
A. TEKNIK DAN KONSELING ISLAM
Teknik bimbingan dan konseling Islam ini akan diklasifikasikan berdasarkan
segi komunikasi tersebut. pengelompokkannya menjadi beberapa bagian diantaranya:
1. Teknik komunikasi langsung atau disingkat metode langsung.
2. Teknik komunikasi tidak langsung atau metode tidak langsung.

1. Teknik Langsung
Metode langsung (metode komunikasi langsung) adalah metode dimana
pembimbing melakukan komunikasi langsung (bertatap muka) dengan apa yang
dibimbingnya. Metode ini dapat dirinci lagi menjadi:
a. Metode individual
Bimbingan konseling individu yaitu bimbingan konseling yang
memungkinkan klien mendapat layanan langsung tatap muka dalam rangka
pembahasan dan pengentasan permasalahan yang sifatnya pribadi yang dideritanya.
Dalam konseling ini hendaknya konselor bersikap penuh simpati dan empati.
Simpati artinya menunjukkan adanya sikap turut merasakan apa yang sedang
dirasakan oleh klien. Dan empati artinya berusaha menempatkan diri dalam situasi
dari klien dengan segala masalah-masalah yang dihadapinya. Dalam sikap ini klien
akan memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada konselor. Dan ini sangat
membantu keberhasilan konseling.
Bentuk khusus teknik konseling:
1. Konselor yang paling berperan
2. Konselor berusaha mengarahkan klien sesuai dengan masalahnya.
3. Berpusat pada konselor.
4. Konselor hanya menampung pembicaraan yang berperan konseli.
5. Konseli bebas bicara, sedangkan konselor menampung dan mengarahkan.

Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung secara individual


dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat dilakukan dengan mnggunakan
teknik:
1. Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog langsung tatap
muka dengan pihak yang dibimbing.
2. Kunjungan ke rumah (home visit), yakni pembimbing mengadakan dialog
dengan kliennya tetapi dilaksanakan di rumah klien sekaligus untuk
mengamati keadaan rumah klien dan lingkungannya.
3. Kunjungan dan observasi kerja, yakni pembimbing / konseling jabatan,
melakukan percakapan individual sekaligus mengamati kerja klien dan
lingkungannya.

b. Metode kelompok
Teknik ini dipergunakan dalam membantu klien atau sekelompok klien
memecahkan masalah-masalah dengan melalui kegiatan kelompok, yaitu yang
dirasakan bersama oleh kelompok atau bersifat individual yaitu dirasakan oleh
individu sebagai anggota kelompok.
Teknik ini membawa keuntungan pada diri klien / murid, diantaranya:
1. Menghemat waktu dan tenaga.
2. Menciptakan kesempatan kerja bagi semua siswa untuk berinteraksi dengan
konselor, yang memungkinkan siswa lebih berkeinginan membicarakan
perencanaan masa depan atau masalah pribadi sosial.
3. Menyadarkan siswa bahwa kenyataan yang sama juga dihadapi oleh teman-
temannya, sehingga mereka terdorong untuk berusaha menghadapi kenyataan
itu bersama-sama dan sering mendiskusikannya.
Beberapa bentuk khusus teknik bimbingan kelompok:
a. Home room program
Yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar dapat
mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga dapat membentunya secara efisien.
Kegiatan ini dilakukan dalam kelas salam bentuk pertemuan antara guru dengan
murid diluar jam-jam pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap
perlu. Dalam program home room ini hendaknya diciptakan suatu situasi yang bebas
dan menyenangkan, sehingga murid-murid dapat mengutarakan perasaannya seperti
dirumah. Dalam kesempatan ini diadakan tanya jawab, merencanakan suatu kegiatan,
menampung pendapat, dan lain-lain. Dalam contoh digambarkan guru merencanakan
peninjauan ke proyek jalan raya. Murid-murid diberikan kebebasan untuk berbicara,
bertanya dan mengajukan usul.

b. Karyawaisata (field trip)


Karyawisata atau field trip selain berfungsi sebagai kegiatan rekreasi atau
metode mengajar, dapat pula berfungsi sebagai salah satu teknik dalam bimbingan
kelompok. Dengan berkaryawisata murid mendapat kesempatan meninjau objek-
objek yang menarik dan mereka mendapat informasi yang lebih baik dari objek itu.
Disamping itu murid-murid mendapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian
dalam kehidupan kelompok, misalnya dalam berorganisasi, kerja sama, rasa tanggung
jawab, percaya pada diri sendiri. Juga dapat mengembangkan bakat dan cita-cita yang
ada.
Dalam contoh seorang anak dapat kesempatan untuk mengembangkan
kesenangannya dan bakatnya dalam karyawisatanya. Ia dapat menunjukkan
kemampuannya kepada teman-temannya dan mengembalikan harga dirinya.

c. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana murid-murid akan mendapat
kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama. Setiap murid dapat
menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan suatu masalah.
Dalam diskusi itu dapat tertanam pula rasa tanggung jawab dan harga diri.
Masalah yang mungkin dapat didiskusikan antara lain:
1. Pembagian kerja dalam suatu kegiatan kelompok.
2. Perencanaan suatu kegiatan.
3. Masalah-masalah pekerjaan.
4. Masalah belajar.
5. Masalah penggunaan waktu senggang.
6. Masalah persahabatan, keluarga, dan lain-lain.

d. Kegiatan kelompok
Kegiatan kelompok merupakan teknik yang baik dalam bimbingan, karena
kelompok memberikan kesempatan kepada individu untuk berpartisipasi dengan
sebaik-baiknya. Banyak kegiatan tertentu yang lebih berhasil jika dilakukan dalam
kelompok. Untuk mengembangkan bakat-bakat dan menyalurkan dorongan-dorongan.
Juga dapat mengembangkan tanggung jawab. Teknik sosiometri dapat banyak
menolong dalam pembentukan kelompok.

e. Keorganisasian
Keorganisasian baik dalam lingkungan pendidikan maupun dilingkungan
masyarakat. Melalui organisasi ini banyak masalah individual maupun kelompok
dapat diselesaikan. Dalam organisasi murid mendapat kesempatan untuk belajar
mengenal berbagai aspek kehidupan sosial. Mengaktifkan murid dalam
mengembangkan bakat kepemimpinan disamping memupuk rasa tanggung jawab dan
harga diri.

f. Sosiodrama
Sosiodrama dipergunakan sebagai suatu teknik di dalam memecahkan
masalah-masalah sosial dengan melalui kegiatan bermain peranan. Di dalam
sosiodrama ini individu akan memerankan suatu peranan tertentu dari suatu masalah
sosial.
Dalam kesempatan itu individu akan menghayati secara langsung situasi
masalah yang dihadapinya. Dan pementasan itu kemudian diadakan diskusi mengenai
cara-cara pemecahan masalahnya.

g. Psikodrama
jika sosiodrama merupakan teknik memecahkan masalah sosial, maka
psikodrama adalah teknik untuk memecahkan masalah-masalah psikis yang dialami
oleh individu. Dengan memerankan suatu peranan tertentu, konflik atau ketegangan
yang ada dalam dirinya dapat dikurangi atau dihindari. Kepada sekelompok murid
dikemukakan suatu cerita yang didalamnya tergambarkan adanya ketegangan ssychis
yang dialami individu. Kemudian murid-murid diminta untuk memainkan dimuka
kelas. Bagi murid-murid yang mengalami ketegangan, permainan dalam peranan itu
dapat mengurangi ketegangannya.

h. Remedical teaching
Remdeial teaching atau pengajaran remeadial yaitu bentuk pengajaran
remedial yaitu bentuk pengajaran yang diberikan seorang murid untuk membantu
memecahkan kesulitan belajar yang dihadapinya. Remedial ini mungkin berbentuk
bermacam-macam seperti penambahan pelajaran, pengulangan kembali, latihan-
latihan, penekanan aspek-aspek tertentu, tergantung dari jenis dan tingkat kesulitan
belajar yang dialami murid. Teknik remedial ini dilakukan setelah diadakan diagnose
terhadap kesulitan yang dialami murid.

2. Teknik Tidak langsung


Metode tidak langsung (metode komunikasi tidak langsung) adalah metode
bimbingan / konseling yang dilakukan melalui media komunikasi masa. Hal ini
ndapat dilakukan secara individual maupun kelompok, bahkan massal.
Adalah:
a. Metode individual
 Melalui surat menyurat
 Melalui telepon
 Metode kelompok/sosial
b. Melalui papan bimbingan
c. Melalui surat kabar/majalah
d. Melalui brosur
e. Melalui radio / media audio
f. Melalui televisi

Metode dan teknik mana yang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan atau
konseling, tergantung pada:
a. Masalah/probelm yangs edang dihadapi/digarap.
b. Tujuan penggarapan masalah.
c. Keadaan yang dibimbing/klien
d. Kemampuan pembimbing/konselor mempergunakan metode/teknik.
e. Sarana dan prasarana yang tersedia.
f. Kondisi dan situasi lingkungan sekitar.
g. Organisasi dan administrasi layanan bimbingan dan konseling.
h. Biaya yang tersedia.

B. TEKNIK LAHIRIYAH DAN BATHINIYAH


1. Teknik yang bersifat lahir
Teknik yang bersifat lahir ini menggunakan alat yang dapat dilihat, didengar
atau dirasakan oleh klien (anak didik) yaitu dengan menggunakan tangan atau lisan
antara lain:
a. Dengan menggunakan kekuatan, power dan otoritas.
b. Keinginan, kesungguhan dan usaha yang keras.
c. Sentuhan tangan (terhadap klien yang mengalami stres dengan memijit di
bagian kepala, leher dan pundak).
d. Nasehat, wejangan, himbauan dan ajakan yang baik dan benar. Maksudnya
dalam konseling, konselor lebih banyak menggunakan lisan yang berupa
pertanyaan yang harus dijawab oleh klien dengan baik, jujur dan benar. Agar
konselor bisa mendapatkan jawaban dan pernyataan yang jujur dan terbuka
dari klien, maka kalimat yang dilontarkan konselor harus mudah dipahami,
sopan dan tidak menyinggung perasaan atau melukai hati klien. Demikian pula
ketika memberikan nasehat hendaklah dilakukan dengan kalimat yang indah,
bersahabat, menenangkan dan menyenangkan.
e. Membacakan do’a atau berdo’a dengan menggunakan lisan.
f. Sesuatu yang dekat dengan lisan yakni dengan air liur hembusan (tiupan).

2. Teknik yang bersifat batin


Yaitu teknik yang hanya dilakukan dalam hati dengan do’a dan harapan
namun tidak usaha dan upaya yang keras secara konkrit, seperti dengan menggunakan
potensi tangan dan lisan. Oleh karena itulah rasulullah bersabda: “bahwa melakukan
perbuatan dan perubahan dalam hati saja merupakan selemah-lemahnya iman”.
Teknik konseling yang ideal adalah dengan kekuatan, keinginan dan usaha
yang keras dan sungguh-sungguh dan diwujudkan dengan nyata melalui perbuatan,
baik dengagn tangan, maupun sikap yang lain. Tujuan utamanya adalah membimbing
dan mengantarkan individu (anak didik) kepada perbaikan dan perkembangan
eksistensi diri dan kehidupannya baik dengan Tuhannya, diri sendiri, lingkungan
keluarga, lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat.

III. PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan di atas dapatlah diketahui bahwa di dalam
melaksanakan proses bimbingan dan konseling seorang konselor memiliki tanggung
jawab yang besar, seperti halnya dipaparkan di bab pembahasan di atas bahwa di
dalam untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh klien seorang
konselor harus memiliki teknik-teknik yang digunakan mulai sejak awal pertemuan
hingga akhir penyelesaian masalah.
Dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwa di dalam proses penyelesaian
permasalahan yang dialami klien, memiliki banyak sekali teknik-teknik yang dapat
digunakan, sehingga banyak alternatif ketika gagal di dalam penggunaan satu teknik,
bisa diganti dengan penggunaan teknik yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Faqih, Aunur Rahim. 1997. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam. UII Press.
Yogyakarta.
Djuhur I. dan Surya Moh. 1973. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. CV. Ilmu.
Bandung.
A.Hellen. 2002. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Ciputat Press. Jakarta.
Walgito, Bimo.1995. Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah. Andi Offset.
Yogyakarta.
www.bimbingan-dan-penyuluhan.DYP.Sugiharto.com.
PENDEKATAN SUFISTIK DALAM KONSELING ISLAM
(TAZKIYATUN NAFS)

I. PENDAHULUAN
Sesungguhnya pembentukan kepribadian yang lurus, tidak akan sempurna
tanda-tandanya, kecuali dengan pembersihan jiwa. Yaitu penyucian lubuk hati
manusia paling dalam . seseorang yang tidak kuasa membetulkan jiwa serta diri
sendiri, niscaya tak mampu melakukan hal yang sama pada orang lain. Bagaimanapun
jiwa manusia itu mempunyai pengaruh serta dorongan-dorongan yang bisa
mempengaruhi tingkah laku pembawaan seseorang. Jiwa tersebut mempunyai
godaan-godaan yang mengarah kepada kebimbangan, yang mengakibatkan seseorang
melakukan penyimpangan, kejahatan, kekejian dan kemungkaran.

II. PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TAZKIYATUN NAFS
Tazkiyah secara bahasa (harfiah) berarti tathahhur, maksudnya bersuci seperti
yang terkandung dalam kata zakat, yang memiliki makna mengeluarkan sedekah
berupa harta yang berarti tazkiyah (penyucian). Karena dengan mengeluarkan zakat,
seseorang berarti telah menyucikan hartanya dari hak Allah yang wajib ia tunaikan.
Sarana tazkiyatun nafs adalah melalui ibadah dan berbagai-bagai amal baik,
sedangkan hasilnya adalah akhlak yang baik kepada Allah dan pada manusia, serta
terpeliharanya anggota badan, senantiasa dalam batas-batas syari’at Allah.
Pengertian Al-nafs menurut Al-Qur’an, dapat disimpulkan dengan satu
pernyataan bahwa nafs adalah makhluk yang memiliki eksistensi, sifat dan
karakteristik khusus. Oleh karena itu, dalam pengertian ini dapat mengalami kematian
dan kebinasaan sebagaimana makhluk-makhluk lainnya.
Jadi, dalam ajaran Islam tazkiyah merupakan salah satu penyucian jiwa atau
penyucian harta, pendidikan jiwa, pembinaan mental, kepribadian, akhlak, keta’atan,
kedekatan jiwa kepada Allah, kebahagiaan kesempurnaan kehidupan etika, moral dan
spiritual manusia.

B. LANGKAH-LANGKAH TAZKIYATUN NAFS


Adapun beberapa langkah-langkah tazkiyatun nafs diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. BERSEGERA PADA KEBENARAN
Yakni dengan senantiasa menyambut berbagai syiar dan seruan kebenaran
dengan sambutan sami’na wa atha’na kami dengar dan kami ta’ati (Allah) yaitu
terdapat dalam surat Az-Zumar: 18.
Alladziina yastami’uuna alqowla fayattabi’uuna ahsanahu. Ulaaa’ika alladziina
hadaahumu allaahu wa ulaaa;ika hum uluu al’albaabi.
Artinya: Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik
diantaranya mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk
dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.
Maksudnya ialah mereka yang mendengarkan ajaran-ajaran Al-Qur’an dan ajaran-
ajaran yang lain, tetapi yang diikutinya ialah ajaran-ajaran Al-Qur’an
karena ia adalah yang paling baik.

Sebagai contoh adalah kesigapan para sahabat Rasul dalam menyambut


larangan minum khamar. Mereka segera menghancurkan gentong-gentong minuman
keras mereka, sehingga Madinah banjir khamar. Bahkan ada diantara sahabat yang
baru saja minum khamar, segera memasukkan jarinya ke mulut untuk memuntahkan
khamar yang baru diminumnya. Juga kesigapan para muslimah sahabat Rasul dalam
menerima perintah hijab (jilbab), segera mereka ambil dan sobek kain yang
dimilikinya untuk menutup auratnya, dada dan seluruh tubuhnya dengan jilbab untuk
menunjukkan keta’atannya kepada Allah dan Rasul-Nya.

2. CINTA KEBENARAN DAN BERLAPANG DADA UNTUK ISLAM


Artinya ia siap mengorbankan segala kesenangan pribadi dan egonya untuk
mengamalkan Islam, tanpa ada tawar menawar.

3. MENYAMBUT SERUAN KEIMANAN


Yakni digunakan segala waktu dan kesempatan untuk mengabdi kepada Allah
(Al-Ash: 1-3, Ali Imran: 193).
Rasulullah SAW bersabda: min husnil islaamil mar’i tarkuhi maa laa ya’nih ..
rawahu muslim .. diantara kebaikan Islamnya seseorang adalah meninggalkan
perkara yang tidak berguna baginya” (HR. Muslim). “Khairunnassi man thaala
‘umruhu wa hasuna ‘amaluhu .... sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya
dan baik amalnya” (HR. Tirmidzi).
4. BANYAK BERDZIKIR
Yakni mewarnai kehidupannya dengan banyak mengingat Allah, diawali
dengan asma Allah, beramal merasa diawasi Allah mengakhiri amal perbuatan dengan
menyebut asma Allah. Mengadakan koreksi diri untuk semata-mata menggapai ridha
Allah, bekerja semaksimal mungkin, sungguh-sungguh, efektif dan efisien untuk
mencari kecintaan Allah.
Manfaat dzikir adalah akan menjauhkan diri dari syaitan, menyingkirkan
kesusahan, mendatangkan ketenteraman, mendatangkan rizki, membuka pintu
ma’rifat kepada Allah, mengenyahkan perkataan kotor dan perbuatan sia-sia, hiburan
orang susah dan miskin karena amal-amal banyak diborong orang-orang kaya, dan
masih banyak lagi yang lainnya.

5. YAKIN YANG DIIKUTI DENGAN PEMBENARAN BERUPA AMAL


SHALIH
Yakni keyakinan yang tiada henti pada konsep tetapi membuahkan amal
nyata. Syahadat diikuti dengan shalat, nilai-nilai shalat diwujudkan dengan
meninggalkan perbuatan keji dan munkar, menegakkan jiwa disiplin. Puasa mendidik
jiwa sabar dan istiqamah direalisir di dalam kehidupan.
Zakat diwujudkan dalam keperdulian sosial terhadap kerabat, masyarakat
maupun umat secara menyeluruh, karena masih banyak belahan dunia Islam yang
miskin dan kelaparan. Nilai haji diwujudkan dengan meningkatkan pengorbanan
untuk tegaknya masyarakat Islam, yakni selalu mendermakan apa yang dimilikinya di
jalan Allah, baik waktu, harta, jiwa, maupun raganya untuk Islam (At-Taubah: 111)
untuk ditukar dengan surga. Karena ibadah bukanlah sekedar “wisata rohani” untuk
mencari kepuasan batin semata.

6. MELEMBUTKAN HATI DENGAN MENGINGAT ALLAH


Artinya pribadi mukmin tidak layak ditaburi butir-butir maksiat, dosa,
kedengkian, hasad, prasangka, yang justru akan mengotori dan merusaknya. Maka ia
terus menerus berinteraksi dengan Al-Qur’an, banyak bersujud, dan amal-amal shalih
yang membebaskan jiwa.
Seorang ualam salaf berkata, “telitilah hatimu dalam tiga hal, ketika membaca
Al-Qur’an, berdzikir dan shalat. Jika dalam saat-saat tersebut tidak dapat khusyu’,
maka mohonlah kepada Allah agar diri anda diberi “hati”. Sebab ketika diri anda tidak
menggapai kekhusyu’an, sebenarnya anda tidak “berhati”.

7. ITTIBA’ TERHADAP AL-QUR’AN DAN SUNNAH


Yakni mengembalikan segala cara kehidupan dengan Al-Qur’an dan sunnah.
Al-Qur’an dan sunnah yang menyatu dalam kepribadian, dalam ibadah, akhlakul
karimah, dan muamalah.

C. RELEVANSI TAZKIYATUN NAFS DAN KONSELING


Tazkiyah dalam ajaran Islam identik dengan keimanan dan ketakwaan Islami.
Ibnu Rasyid (1126 – 1198) mengartikan kesehatan jiwa dalam Islam dengan takwa.
Orang yang sehat jiwanya adalah orang yang beriman dan bertakwa, dans ebaliknya.
Takwa sebagai konsep kesehatan jiwa dalam Islam bagi Ibnu Rasyid dapat
dimaklumi, karena takwa memiliki makna yang luas di dalam Al-Qur’an.
Aspek agama (kesehatan mental) sejak tahun 1984 sudah masuk dalam
perumusan pengertian kesehatan dalam WHO, disamping badan, jiwa dan sosial.
Dengan demikian dapat dipahami menurut Ibnu Rasyid takwa sebagai konsep
kesehatan jiwa dalam Islam. Disinilah letaknya hubungan yang erat antar tazkiyah dan
ilmu kesehatan mental.
Pada umumnya, apa yang menjadi prinsip, metode dan penyebab gangguan
kejiwaan dalam ilmu kesehatan jiwa dalam ilmu tazkiyah sekalipun antara keduanya
ada perbedaan. Antara tazkiyah dan kesehatan mental terdapat perbedaan dan
persamaannya. Persamaan terdapat pada esensi dan tujuan, yaitu pada masalah
kejiwaan dan usaha untuk mendapatkan kesehatan dan kebahagiaan jiwa serta
memanusiakan manusia.

III. PENUTUP
a. KESIMPULAN
Tazkiyatun nafs berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata tazkiyat
dan nafs. Secara kebahasaan (etimologi) tazkiyat berarti menyucikan, menguatkan
dan mengembangkan. Sedangkan nafs adalah diri atau jiwa seseorang. Dengan
demikian istilah tazkiyatun nafs memiliki makna mensucikan, menguatkan dan
mengembangkan jiwa sesuai dengan potensi dasarnya (fitrah) yakni potensi iman, dan
ihsan kepada Allah.
Ada beberapa bentuk dari an-nafs atau jiwa yaitu diantaranya nafs amarah,
nafs muthma’innah, nafs lawwamah, yang dari masing-masing nafs itu berbeda dari
satu dengan yang lain. Metode yang digunakan untuk menyucikan jiwa kita yaitu
yang pertama dengan metode mujahadat atau yang disebut dengan berusaha keras,
atau penuh kesungguhan hati dan perilaku dengan penuh ketekunan, metode yang
kedua yaitu dengan riyadhat, atau yang disebut dengan pembenahan diri dengan
melatih suatu perbuatan yang pada fase awal yang merupakan beban yang sangat
berat dan pada fase akhir menjadi sebuah karakter atau kebiasaan yang tentunya baik.

DAFTAR PUSTAKA
Jaya Yahya. 2004. Bimbingan Konseling Agama Islam. Angkasa Raya. Padang.
http://tazkiyah-annafs.blogspot.com/2006/07/pentingnya-tazkiyatun-nafs.html.hari-
senin/3/4/2013.
MAQAM TASAUF SEBAGAI TEKNIK KONSELING

I. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan beragama banyak terjadi permasalahan baik dari segi
pengamalan ajaran Islam atau hidup berdampingan dengan agama-agama lain diluar
Islam. Dalam hal ini masalah jarang bisa diucapkan namun kebanyakan disimpan
dalam hati, maka hati inilah menjadi kotor dan manusiapun banyak berdosa, sehingga
manusia perlu mensucikan dirinya yakni dengan maqam-maqam yang telah
ditentukan oleh sufi. Dalam makalah ini kami akan membahas maqam-maqam
tersebut.

II. PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MAQAM TASAUF
Secara harfia maqam berasal dari bahasa arab, yang berarti tempat berdiri atau
pangkal mula. Istilah ini selanjutnya diartikan sebagai jalan panjang yang harus
ditempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat dengan Allah. Dalam bahasa Inggris
maqam dikenal dengan istilah stages yang berarti tangga.

B. BENTUK-BENTUK MAQAM TASAUF


Tentang berapa jumlah tangga atau maqam yang harus ditempuh oleh seorang
sufi untuk sampai menuju tuhan, dikalangan para sufi tidak sama pendapatnya.
Muhammad al-Kalabazy dalam kitabnya al-ta’aruf lil Mazhab ahl al-tasauf sebagai
dikutip oleh harun Nasution misalnya mengatakan bahwa maqam itu jumlahnya ada
sepuluh yaitu: al-taubah, al-zuhud, al-shabar, al-faqir, al-tawadhu’, al-taqwa, al-
tawakal, al-ridha, al-mahabbah dan al-ma’rifah.
Sementara itu Abu Nasr al-Saraj al-tusi dalam kitabnya al-luma’ jumlah
maqam hanya tujuh, yaitu al-taubah, al-wara’, al-zuhud, al-faqir, al-tawakal dan al-
ridha.
Kutipan tersebut memperlihatkan keadaan variasi penyebutan maqam yang
berbeda-beda namun ada maqam yang mereka sepakati yaitu al-taubah, al-wara’, al-
zuhud, al-faqir, al-tawakal dan al-ridha sedangkan al-tawadhu’, mahabbah dan al-
ma’rifah. Tidak disepakati sebagai maqamat, dan disini akan diterangkan sedikit
tentang istilah maqam yang disepakati oleh ahli tasauf tersebut.
1. Al-Zuhud
Secara harfiah al-zuhud berarti tidak ingin kepada sesuatu keduniaan,
sedangkan menurut Harun Nasution zuhud berarti keadaan meninggalkan dunia dan
hidup kematerian.
Zuhud termasuk salah satu ajaran yang sangat penting dalam rangka
pengendalian diri dari pengaruh kehidupan dunia. Orang yang zuhud lebih
mengutamakan atau mengejar kebahagiaan hidup diakhirat yang kekal dan abadi, dari
pada mengejar kehidupan dunia yang sepintas lalu. Hal ini dapat dipahami dari isyarat
dalam QS. Al-An’am ayat 32:
Wamaa alhayaatu addunyaaa illaa la’ibun walahwun, waladdaaru al;aakhirotu khoirun
lilladziina yattaquuna, afalaa ta’qiluuna.
Artinya: Dan Tuhan kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau
belaka, dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang
bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?

Dan juga terdapat dalam surat At-taubah ayat 38.


Famaa mataa’u alhayaati addunyaa fii al;aakhiroti illaa qoliilun.
Artinya: Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan)
diakhirat hanyalah sedikit.

2. Al-Ataubah
Al-ataubah berasal dari bahasa arab yaitu taba, yatubu, taubatan yang artinya
kembali, sedangkan taubat yang dimaksud oleh orang sufi adalah memohon ampun
atas segala dosa dan kesalahan disertai janji yang sungguh-sungguh tidak akan
mengulangi perbuatan dosa tersebut, yang disertai melakukan amal kebajikan. Harun
nasution mengatakan taubat yang dimaksud oleh orang sufi adalah taubat yang
sebenarnya, taubat yang tidak akan membawa kepada dosa lagi.
Di dalam Al-Qur’an banyak dijumpai ayat-ayat yang menyuruh manusia untuk
bertaubat diantaranya QS Ali-Imran ayat 135.
Wa alladziina idzaa fa’aluu faahisyatan aw zholamuuu anfusahum dzakaruu allaaha fa
astaghfir lidzunuubihim.
Artinya: Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka.

Dan dalam surah An-Nur ayat 31.


Watuubuuu ilaa allaahi jamii’an ayyuhaa almu;minuuna la’allakum tuflihuuna.
Artinya: Bertaubatlah kamus ekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung.

Berdasarkan ayat al-Qur’an tersebut begitu penting taubat supaya menjadi


orang-orang yang beruntung di dunia dan di akhirat.

3. Al-Wara’
Secara harfiah al-wara’ artinya shaleh, menjauhkan diri dari dosa. Kata ini
selanjutnya mengandung arti menjauhi hal-hal yang tidak baik. Dan dalam pengertian
sufi al-wara’ adalah meninggalkan segala yang di dalamnya terdapat keraguan antara
halal dan haram (syubhat) sikap menjauhi yang syubhat ini sejalan dengan hadits
nabi:
Artinya: Barang siapa yang dirinya terbebas dari syubhat sesungguhnya dia terbebas
dari yang haram.

Hadits di atas menjelaskan bahwa syubhat mendekati pada yang haram kaum
sufi menyadari benar bahwa setiap makanan, minuman, pakaian dan sebagainya yang
haram dapat memberi pengaruh pada orang yang memakan atau meminumnya. Orang
yang demikian akan keras hatinya mendapatkan hidayah dan ilham dari tuhan.

4. Kefakiran
Secara harfiah kefakiran diartukan orang yang berhajat, butuh atau orang
miskin. Dalam pandangan sufi fakir adalah tidak meminta lebih dari apa yang ada
pada diri kita. Tidak meminta reski kecuali hanya untuk menjalankan kewajiban, tidak
meminta meskipun tidak ada pada diri kita. Tidak meminta tetapi tidak menolak.
5. Sabar
Secara harfiah sabar berarti tabah hati. Menurut Zun al-Nun al-Misry, sabar
artinya menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah, tetapi
tenang ketika mendapatkan cobaan, dan menampakkan sifat cukup walaupun
sebenarnya berada dalam keadaan fakir dari segi ekonomi.
Sikap sabar dianjurkan dalam Al-Qur’an surah Al-Ahqaf ayat 35:
Fa ishbir kamaa shobaro uluu al’azmi mina arrusuli walaa tasta’jil lahum.
Artinya: Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan
hati dan rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta
disegerakan (azab) bagi mereka.

Dan juga terdapat dalam surah An-Nahal ayat 127:


Wa ishbir wamaa shobartuka illaa bi allaahi walaa tahzan ‘alaihim walaa taku fii
dhoiqin mimmaa yamkuruuna.
Artinya: Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan
dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap
(kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang
mereka tipu dayakan.

Menurut Ali bin Abi thalib bahwa sabar sebagian dari iman sebagaimana
kepala yang kedudukannya yang lebih tinggi dari jasad. Hal ini menunjukkan pada
kita semua bahwa sabar sangat berperan penting dalam kehidupan ini untuk mencapai
hidup yang harmonis dalam keluarga, masyarakat dan bernegara.

6. Tawakal
Secara harfiah arti tawakal adalah menyerah diri. Menurut Sahal bin Abdullah
bahwa awalnya tawakal adalah apabila seseorang hamba dihadapan Allah seperti
bangkai dihadapan orang yang memandikannya, ia mengikuti semuanya yang
memandikan, tidak dapat bergerak dan bertindak.
Dapat diartikan tawakal sangat penting dalam tasauf karena membuktikan
bahwa manusia itu sebagai hamba Allah.
Dalam Al-Qur’an Allah menjelaskan surat At-Taubah ayat 51:
Huwa mawlaanaa wa’alaa allaahi falyatawakkali almu’minuuna.
Artinya: dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.

Dan juga dalam surah Al-Maidah ayat 11:


Wa ittaquu allaaha wa’alaa allaahi falyatawakkali almu;minuuna.
Artinya: dan bertawakal lah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-
orang mukmin itu harus bertawakal.

7. Kerelaan
Secara harfiah rida artinya rela, suka, senang. Harun Nasution mengatakan
ridha berarti tidak berusaha, tidak menentang kada dan kadar tuhan. Menerima kada
dan kadar dengan hati senang. (Abuddin Nata, 2011: 194).

C. MAQAM TASAUF PERSPEKTIF KONSELING ISLAM


Bimbingan konseling agama Islam adalah pelayanan bantuan yang diberikan
konselor agama kepada manusia yang mengalami masalah dalam kehidupan
beragamanya, ingin mengembangkan dimensi keberagamaan seoptimal mungkin, baik
secara individu atau berkelompok, agar menjadi manusia yang mandiri dan dewasa
dalam beragama dalam bidang akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah, melalui
berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan keimanan dan ketakwaan
yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadits (Yahya Jaya, 2004: 108).
Dalam hal ini dapat diartikan bahwa bimbingan konseling agama Islam
layanan diberikan pada manusia untuk pengembangan dimensinya seoptimal
mungkin. Kalau dalam kenyatannya manusia sudah tidak bisa mengembangkan
dimensi hidupnya, maka disini perlu psikoterapi.
Psikoterapi dimaknai dengan ilmu keperawatan dan penyembuhan gangguan
kejiwaan dengan pendekatan psikologis. Istilah ini mencakup berbagai teknik yang
kesemuanya dimaksudkan untuk membantu individu yang emosinya terganggu serta
untuk merobah perilaku, perasaan sehingga mereka dapat mengembangkan dirinya
dengan cara lebih bermanfaat khususnya dalam menghadapi orang lain atau suatu
apapun jua. (Jemkhairil, 2010: 11).
Pengertian psikoterapi tidak sebatas pengobatan juga berdimensi pencegahan
dan pengembangan. Dalam psikoterapi islam langkah psikoterapi religius diakomodir
melalui pendekatan sufistik (Jemkhairil, 2010: 203)
Bentuk-bentuk psikoterapi religius adalah:
1. Taubat
2. Khauf dan raja’
3. Sabar
4. Syukur
5. Zuhud
6. Redha
7. Ikhlas
8. Tawakal
9. Mahabah
10. Zikrul maut (Dikutip dari buku Jemkhairil psikoterapi Islam, hal 203).

III. PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan, secara harfiah maqam berasal
dari bahasa arab, yang berarti tempat berdiri atau pangkal mula. Istilah ini selanjutnya
diartikan sebagai jalan panjang yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada
dekat dengan Allah, dalam bahasa Inggris maqam dikenal istilah stages yang berarti
tangga.
Bentuk-bentuk maqam para sufi berbeda pendapat ada yang mengatakan 10
dan ada pula yang mengatakan 7, namun dalam hal itu ada yang sama dan ada yang
tidak disepakati.

DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abudin. 2011. Akhlak Tasauf. Jakarta: Raja Grafindo.
Jemkhairil. 2010. Psikoterapi Islam. Padang: Universitas Baiturrahmah.
Jaya, Yahya. 2004. Bimbingan Konseling Islam. Padang: Angkasa Raya.
KONSELOR DALAM PANDANGAN ISLAM

I. PENDAHULUAN
Konseling memiliki makna yang menggembirakan dalam bidang pendidikan,
begitu juga dengan konseling Islam. Konseling islam yang berkembang dewasa ini
memiliki hubungan erat dengan tradisi Nabi Muhammad SAW yang diteruskan oleh
generasi sesudahnya. Perkembangan konseling setelah masa Nabi SAW juga
diperkaya oleh pemikiran para sahabat, sufi, dan filosof, dan pada saat sekarang
sangat dituntut berkemampuan untuk menginterpretasikan tradisi tersebut dalam
konteks kekinian.
Dalam islam, konseling merupakan salah satu jalan untuk membentuk manusia
yang ideal. Konseling Islam merupakan aktivitas pemberian bimbingan, pelajaran dan
pedoman kepada individu yang meminta bimbingan (klien) dalam mengembangkan
potensi problematika hidup dengan baik dan benar secara mandiri yang sesuai dengan
Al-Qur’an dan sunnah rasulullah.
Konseling Islampun bertujuan agar manusia memiliki kesadaran akan
eksistensi dirinya, berjuang untuk fitrahnya, selain itu juga berkewajiban
mengembangkan kemampuannya agar dapat mengemban tanggung jawabnya dalam
hidup, membentuk citra positif, mampu berinteraksi secara arif, konsisten dalam
menjalankan petunjuk-Nya, menjauhi larangan-Nya, terpelihara dari maksiat zhahir
dan bathin serta jauh dari penyakit rohani.
Pada pembahasan berikutnya pemakalah akan menguraikan tentang pengertian
konselor / Al-Mursyid, syarat keilmuan konselur, syarat spiritualitas konselor dan
syarat personal/moral konselor.

II. PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KONSELOR/AL-MURSYID
Dalam kamus bahasa Inggris “counseling” dikaitkan dengan kata counsel yang
diartikan sebagai:
1. Nasehat (to obtain counsel)
2. Anjuran (to give counsel)
3. Pembicaraan (to take counsel)
Jadi konseling diartikan sebagai pemberian nasehat, pemberian anjuran, dan
pembicaraan dengan bertukar pikiran.
Menurut C. Patterson (1959) bahwa konseling adalah proses yang melibatkan
hubungan antar pribadi antara seorang terapis dengan satu atau lebih klien dimana
terapis menggunakan metode-metode psikologis atas dasar pengetahuan sistematik
tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan kesehatan mental.
Sedangkan menurut Edwin C. Lewis (1970), mengemukakan bahwa konseling
adalah suatu proses dimana orang yang bermasalah (klien) dibantu secara pribadi
untuk merasa dan berprilaku yang lebih memuaskan, melalui interaksi dengan
seseorang yang tidak terlibat (konselor) menyediakan informasi dan reaksi-reaksi
yang merangsang klien untuk mengembangkan prilaku-prilaku yang
memungkinkannya berhubungan secara lebih efektif dengan dirinya dan
lingkungannya.
Berbeda dengan pandangan barat, konseling dalam pandangan Islam adalah
suatu aktifitas memberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu yang
meminta bimbingan (klien) dalam hal bagaimana seseorang seharusnya seorang klien
dapat menanggulangi problematikka hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar
secara mandiri yang berparadigma kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah
SAW.
Sedangkan konselor dalam pandangan Islam adalah seseorang (konselor) yang
beraktifitas sebagai pemberian bimbingan, pelajaran, dan pedoman kepada individu
yang meminta bimbingan (klien) dalam hal bagaimana seseorang klien seharusnya
dapat mengembangkan akal fikirannya, kejiwaannya, keimanannya dan keyakinan
serta dapat menanggulangi problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan
benar secara mandiri yang berparadigma kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah rasulullah
SAW.

B. SYARAT KEILMUAN KONSELOR


Firman Allah SWT:
“Allah akan senantiasa akan mengangkat orang-orang yang telah beriman
diantara kamu dan orang-orang yang telah diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat”. (Al-Mujadalah, 58: 11).
“Bahkan Al-Qur’an itu merupakan ayat-ayat yang nyata dalam dada orang
yang berilmu”. (Al-Ankabut, 29: 49).
Sabda Rasulullah SAW:
“Ada dua golongan dari umatku, apabila mereka baik maka manusiapun
akan baik, dan apabila mereka telah rusak, maka rusaklah manusia, yaitu
para pemegang pemerintahan (umara’) dan para ahli fiqh (fuqaha’)”. (HR.
Ibnu Abdula Bar dari Ibnu Abbas R.A)

Aspek keilmuan yang dimaksud ialah konselor, psikodiagnostikus dan


psikoterapis harus memiliki ilmu pengetahuan yang cukup luas tentang manusia
dengan berbagai eksistensi dan problematikanya, baik melalui psikologi pada
umumnya maupun psikologi Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an, As-Sunnah
dan empirik para sahabat, Auliya Allah dan orang-orang shalih.
Dalam keilmuan psikologi Islam seseorang tidak akan pernah memperoleh
secara tuntas dan lengkap tentang manusia apabila ia tidak memenuhi beberapa hal
sebagai berikut:
1. Pendidikan atau studi kasus tentang psikologi Islam baik secara formal
maupun non formal.
2. Penguasaan materi tentang manusia, eksistensi dan hakikatnya melalui
metodologi prophetic yang sering digunakan oleh golongan ‘irfan dan sufi.
3. Penguasaan konsep dan berbagai pandangan para pakar tentang manusia baik
dari kalangan pakar muslim maupun non muslim.
4. Penguasaan aplikasi metodologi ilmiah, prophetic (kenabian) dan normatif
(Al-Qur’an dan Sunnah) dalam lapangan psikologi Islam dan psikologi
umumnya.
5. Penguasaan teori-teori tentang konseling, psikoterapis dan psikodiagnostik,
baik dalam paradigma Islam maupun paradigma psikologi pada umumnya.

C. SYARAT SPIRITUALITAS KONSELOR


Keahlian (skill) dalam bidang konseling, psikodaignostik dan psikoterapi
merupakan profesi kenabian, dimana para Nabi, rasul mempunyai tugas yang paling
hakiki yaitu mengajak, membantu, dan membimbing manusia menuju kepada
kehidupan yang bahagia lahir dan bathin, didunia dan dilangit, didunia dan diakhirat.
Agama Islam adalah suatu peraturan, pedoman dan hukum-hukum yang jelas,
yang bersumber dari wahyu Allah SWT. Untuk mengatur hidup manusia didunia agar
memperoleh kebahagiaan yang hakiki yaitu menjadi manusia yang bertitel “Abdullah
dan Khalifatullah” yang memiliki potensi kenabian. Dengan potensi itulah seorang
hamba dapat menjalankan tugasnya dengan baik, benar, profesional dan dapat
berkomunikasi dengan Tuhannya dan seluruh makhluk-Nya dibumi dan dilangit.
Konselor, psikodiagnostik, psikoterapis dalam ajaran Islam mereka adalah
“ulama billah” (ulama Allah), karena mereka telah mewarisi tugas dan tanggung
jawab kenabian. Oleh karena itu tidak akan mungkin seseorang dapat mengetahui
tentang seluk beluk manusia secara utuh dan sempurna baik dari aspek lahiriah lebih-
lebih aspek bathiniah, atau aspek jasmaniah dan aspek rohaniah.
Seorang konselor harus memiliki keimanan, kemakrifatan dan ketauhidan
yang berkualitas, karena berkaitan erat dengan metode-metode yang sangat erat
kaitannya dengan Allah SWT, seperti metode kenabian (mimpi dan kesysyaf), serta
dengan para malaikat-Nya yang menyampaikan berita, peristiwa dan hal-hal yang
bersifat rohaniah, tersembunyi, rahasia, dan transetal, jadi syarat spiritual yang paling
utama harus dimiliki bermakrifat kepada Allah SWT.
Dalam bermakrifat (mengenal) dan dekat dengan Allah, maka semua tabir
alam transcendal khusus insan akan terbuka dan dibukakan oleh-Nya. Apabila
makrifat pertama sukses akan membuka tabir-tabir selanjutnya. Seseorang yang telah
dapat menemukan Tuhannya, ridha-Nya, cinta-Nya, dan wajah-Nya, maka Dia
bukakan segala rahasia perniatan dan kebijaksanaan-Nya (af’al), rahasia nama-nama-
Nya yang Maha baik (al Asm al Husna) dan nama-nama-Nya yang agung (ismul
A’zham), rahasia sifat-sifat-Nya dan rahasia Dzat-Nya. Melalui itulah akan tersibak
seluruh makhluk dan alam.

D. SYARAT PERSONAL/MORAL KONSELOR


Aspek moralitas ini juga sangat penting bila dimiliki oleh seorang konselor,
psikodiagnostikus dan psikoterapis, yang memperhatikan nilai-nilai, sopan santun,
adab, etika, dan tata krama ketuhanan yang dengan moralitas ini proses kerja
konseling diagnosis, dan terapi dilakukan,
Karena tanpa moralitas ketuhanan yang tinggi, maka keberkahan, kerahmatan
dan kemanfaatan yang agung tidak dapat hadir dalam proses kerja psikologi.
Aspek-aspek moralitas adalah:
1. Niat
“sesungguhnya segala perbuatan itu disertai dengan niat-niat, dan
sesungguhnya setiap perkara/masalah tergantung bagaimana niatnya”. (HR.
Bukhari dan Muslim dari Umar bin Khattab R.A)
Niat adalah menyegaja dan bermaksud sungguh-sungguh untuk melakukan
sesuatu dan tempatnya adalah di dalam hati. Niat yang paling esensial dalam
melakukan perbuatan, khusus dalam hal ini ialah memberikan bantuan dan
pertolongan kepada individu-individu yang sangat membutuhkannya,
hendaknya semata mengharapkan ridho Allah semata bukan selain dari itu.
Karena hal itu termasuk ibadah.
2. I’tikad (Keyakinan)
I’tikad adalah suatu keyakinan bahwa pada hakikatnya Allah SWT, yang
Maha memberi bimbingan, petunjuk dan nasehat, maha memberi kesembuhan,
sedangkan seorang hamba hanya sebagai media dan jalan. Selain itu tertanam
pula keyakinan bahwa setiaip masalah atau penyakit ada obatnya dan jalan
keluar penyembuhannya.
“Setiap penyakit pasti ada obatnya, maka apa bila obat itu dari penyakit itu
telah ditemukan, maka dengan seizin Allah penyakit tersebut akan sembuh”.
(HR. Muslim dari Jubir bin Abdullah R.A).
3. Siddiq (Kejujuran dan Kebenaran)
Siddiq adalah suatu sifat dan sikap yang lurus, benar dan jujur. Dalam proses
kerja konseling, diagnosis ataupun terapi, kejujuran dan kebenaran merupakan
sesuatu yang prinsip. Kejujuran adalah tiang penopang segala persoalan
dengannya kesempurnaan dalam menempuh jalan ini tercapai dan melalui
kejujuran itu terdapat tata aturan, dan kejujuran itu mengiringi derajat
kenabian.
4. Amanah
Amanah adalah segala sesuatu yang dipercayakan kepada manusia, baik yang
menyangkut hak dirinya, orang lain, mampu hak Allah SWT, atau sesuatu
yang diberikan kepada seseorang yang dinilai memiliki kemampuan untuk
mengembannya. Namun dengan kemampuannya juga bisa menyalahkan
amanah tersebut.
5. Tablig
Tablig secara makna bahasa berarti menyampaikan, sedangkan secara istilah
adalah menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang diterima dari Allah SWT
kepada umat manusia untuk dijadikan pedoman dan dilaksanakan agar
memperoleh kebahagiaan dunia akhirat.
Prinsip terapi dan konseling Islam pada dasarnya adalah memberi nasehat-
nasehat, saran-saran dan petunjuk-petunjuk agar seseorang dapat
mengaplikasikan segala perintah Allah SWT dan rasul-Nya dan menjauhkan
diri sejauh-jauhnya dari perbuatan yang mungkar atau menyimpang dan
melanggar hukum-hukum-Nya.
6. Sabar (Tabah)
Sabar adalah menahan diri dan membawanya kepada yang dituntun syara’ akal
serta menghindarkannya dari apa yang dibenci oleh keduanya. Jadi sabar ialah
suatu kekuatan, daya positif yang mendorong jiwa untuk menunaikan
kewajiban dan suatu kekuatan (daya) preventif yang menghalangi seseorang
untuk melakukan kejahatan.
Sikap sabar ini harus dimiliki oleh konselor dan terapis dalam menjalankan
tugasnya, sabar dalam menerima keluhan-keluhan dan pencurahan isi hati
individu atau ketika melakukan terapi dan konseling. Jadi kesabaran dalam
kerja psikologi adalah kesabaran dalam hal:
a. Mendengarkan keluhan-keluhan dan perasaan yang tidak nyaman dari
individu.
b. Proses melakukan terapi baik berupa konseling atau psikoterapi terganggu
kejiwaan yang lebih berat.
c. Bersikap mulia, bahwa apa yang sedang dilakukan merupakan ibadah dan
perintah Allah SWT.
d. Menghadapi cobaan, tingkah laku dan sikap dari individu atau klien yang
kadang-kadang dapat menyinggung atau menyakitkan hati dan perasaan
konselor dan terapis.
7. Ikhtiar dan Tawakal
Ikhtiar ialah suatu daya upaya dengan mengarahkan segala kemampuan,
tenaga dan fikiran dalam rangka ingin meraih suatu tujuan yang positif dengan
baik, benar dan memuaskan. Sedang tawakal adalah suatu sikap menyerahkan
segala permasalahan kepada Allah SWT, dengan totalitas agar apa yang telah
diikhtiarkan itu Dia memberikan restu dan keridhaan dengan mengabulkan
permohonan.
Tawakal adalah sikap dari seorang hamba yang memiliki ketauhidan yang
kokoh, bahwa segala apapun yang telah dilakukan, diperjuangkan dan
dirasakan oleh manusia tidak akan dapat berhasil dengan baik dan benar tanpa
adanya bimbingan, petunjuk dan pertolongan dari Allah SWT. Oleh karena itu
tawakal adalah sangat menemukan sebuah keberhasilan yang dapat memberi
manfaat dan keselamatan baik bagi dari konselor, psikodiagnostikus maupun
psikoterapis.
8. Mendo’akan
Mendo’a’kan klien merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh
seorang konselor atau terapis, karena do’a merupakan inti sebuah pengabdian
yang bersih dan mulia. Kewajiban saling mendo’akan merupakan perintah
Allah dan Rasul-Nya.
Maksud dan tujuan mendo’akan klien ialah agar Allah berkenan memberikan
hidayah, kesembuhan dan keselamatan kepadanya, sehingga pada akhirnya ia
dapat menjadi individu yang mandiri, berkepribadian yang agung dan
bermental yang tangguh dalam menjalani kehidupan didunia hingga akhirat.
9. Memelihara Kerahasiaan
“Tiada seorang hamba menutupi kejelekan hamba yang lain didunia,
melainkan Allah akan menutupi kejelekannya dihari kiamat”. (HR. Muslim
dari Abu Hurairah RA).
Hukum menyembunyikan atau merahasiakan problem atau masalah yang
sedang dihadapi oleh klien adalah wajib, apalagi bersifat pribadi. Allah
memberikan sanksi bagi orang yang suka membuka rahasia orang lain tanpa
hak.
Dalam hal kerahasiaan tersebut ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
a. Klien sebaiknya mengetahui tentang bagaimana kedudukan sehubungan
dengan kerahasiaan itu.
b. Konselor hendak meminta izin terlebih dahulu dari klien jika diperlukan
alih tangan kasus atau konsultasi.
c. Jika klien menghendaki keterangan tersebut untuk dirahasiakan, maka
konselor harus menghargai permintaan tersebut dengan sebaik-baiknya.
d. Jika kerahasiaan tidak dapat dijamin karena adanya tuntutan hukum atau
pertimbangan yang lain yang mungkin dapat membahayakan diri klien
maupun orang lain, maka klien harus diberitahukan segera.
e. Catatan keterangan tertentu yang bersifat pribadi dan sangat rahasia,
sebaiknya jangan diarsipkan atau hendaknya dimusnahkan apabila
hubungan konseling telah selesai atau dihentikan.
f. Jika konselor diperbolehkan mencatat keterangan penting sewaktu
konseling, maka konselir hendaknya memperlihatkan catatan itu.
10. Memelihara Pandangan Mata
Firman Allah SWT dalam QS. An-Nur, 24: 30.
Katakanlah kepada orang-orang mukmin agar mereka menahan
pandangannya dan memelihara kehormatannya yang demikian itu lebih suci
bagi mereka”.
Firman Allah SWT dalam QS, Al-Isra’, 17: 36.
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya akan dimintai
pertanggung jawabannya”.
Dalam proses aplikasi konseling atau terapi umumnya adalah aktifitas
berhadapan antara konselor atau terapis dengan klien. Ini sangat berbahaya
apalagi berlainan jenis, karena dapat mengundang birahi baik konselor
maupun klien. Apalagi klien maupun konselor berpenampilan menarik yang
dapat mengundang birahi.
Oleh karena itu dalam anjuran etika Islam idealnya seorang wanita atau
sebaliknya kecuali kondisi darurat, seperti tidak ada konselor atau terapis yang
dapat memberikan bantuan dalam penyelesaian masalahnya, kecuali seorang
laki-laki atau sebaliknya yang semata untuk menjaga kesucian jiwa, kehati-
hatian dan keimanan.
11. Menggunakan Kata-kata yang baik dan terpuji
Firman Allah SWT dalam QS. Ali-Imran, 3: 159.
“Dan andaikan engkau bersikap keras, keji mulut dan keras hati pasti mereka
akan menjauhkan diri dari sekelilingmu”.
Menggunakan kata atau kalimat dalam pembicaraan hendaknya dengan suara
yang lembut dan tidak keras, perkataan yang baik, tidak mengundang
ungkapan yang tidak etis dan tidak menyinggung perasaan klien, bahkan
dengan wajah yang bersahabat dan penuh keakraban, karena semua sikap
tersebut dapat mendukung terapi terhadap klien secara tidak langsung bahkan
dalam ajaran Islam itu merupakan ibadah shadaqah dihadapan Allah SWT.

III. PENUTUP
a. Kesimpulan
Konseling merupakan salah satu jalan untuk membentuk manusia yang ideal.
Konseling Islam merupakan aktivitas pemberian bimbingan, pelajaran, dan pedoman
kepada aindividu yang meminta bimbingan (klien) dalam mengembangkan potensi
akal fikirannya, kejiwaannya, keimanannya, keyakinannya serta mampu
menanggulangi problematika hidup dengan baik dan benar secara mandiri yang sesuai
dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah.
Konselor dalam pandangan Islamnya adalah seseorang (konselor) yang
beraktifitas sebagai pemberian bimbingan, pelajaran, dan pedoman kepada individu
yang meminta bimbingan (klien) dalam hal bagaimana seseorang seharusnya seorang
klien dapat mengembangkan akal fikirannya, kejiwaannya, keimanan dan keyakinan
serta dapat menanggulangi problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan
benar secara mandiri yang berparadigma kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah
Rasulullah SAW.
Syarat-syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang konselor adalah:
1. Adanya hubungan spiritual yang sangat dekat dengan Rabb-Nya, yang dapat
diperoleh melalui ketaatannya melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.
2. Adanya kualitas moral atau akhlak Islamiyah yang baik dan benar secara
otomatis dari nurani bukan karena rekayasa dan tuntunan profesionalisme.
3. Adanya pendidikan yang cukup dan menguasai teori konseling,
psikodiagnostik dan terapi islam maupun umum.
4. Adanya keahlian dan keterampilan dalam melakukan proses konseling,
psikodiagnostik dan terapi dengan metode ilmiah, propetik (kenabian) maupun
normatif (Al-Qur’an dan As-Sunnah).

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Jemkhairil, 2008. Konsep Konseling nabi Muhammad SAW. Hayfa
Press. Padang.
Bakran Hamdani Adz-Dzikri, 2001. Psikoterapi dan Konseling Islam. Fajar Pustaka
Baru: Yogyakarta.
Prayitno, Erman Amti, 1994. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Rineka Cipta:
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai