BUKU 2
AGUNG FAINENDO
NIM: 211 040
I. PENDAHULUAN
Manusia sebagai homo religius atau homo dipinans (makhluk ber-Tuhan
hamba Allah yang diciptakan oleh-Nya, dengan kelengkapan-kelengkapan dasar
antara lain berupa bakat beragama dan bakat berbakti kepada Maha Pencipta). Dengan
kata lain dalam diri manusia telah ditanamkan benih yang disebut insting agama
(instink religious atau naturaliter relions) yang menurut Al-Qur’an kecenderungan
kearah beragama yang dapat dikembangkan melalui pendidikan/bimbingan yang
cukup baik.
Manusia dimanapun dia berada akan selalu menghadapi masalah dan pada
dasarnya manusia itu memerlukan bantuan untuk mengatasi masalahnya. Banyak
individu mempunyai masalah dan sulit untuk dipecahkan atau diatasi sendiri, untuk
itu perlu adanya usaha memberikan pilihan jalan untuk pemecahannya dari kehidupan
sehari-hari dan pengalamannya terutama bantuan dalam bidang mental atau spiritual
yang dikenal dengan istilah konseling agama.
II. PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AZAS BK
Di dalam buku bapak Prayitno, bimbingan dan Konseling, dijelaskan bahwa
pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional, sesuai dengan
makna uraian tentang pemahaman, penanganan, dan penyikapan (yang meliputi
unsur-unsur kognisi, afeksi dan perlakuan) konselor terhadap kasus. Pekerjaan
profesional itu harus dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin
efisien dan efektifitas proses dan lain-lainnya. Kaidah tersebut didasarkan atas
tuntutan keilmuan, layanan di satu segi (antara lain bahwa azas I harus didasarkan atas
data dan tingkat perkembangan klien), dan tuntutan optimalisasi proses
penyelenggaraan layanan disegi lain (yaitu antara lain suasana konseling ditandai
oleh adanya kehangatan, pemahaman, penerimaan, kebebasan dan keterbukaan, serta
berbagai sumber daya yang perlu diaktifkan).
Dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling kaidah-kaidah tersebut
dikenal dengan azas-azas bimbingan dan konseling, yaitu ketentuan-ketentuan yang
harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu. Bila azas-azas diikuti dan
terselenggara dengan baik, sangat diharapkan proses pelayanan mengarah pada
pencapaian tujuan yang diharapkan. Sebaliknya, apabila azas-azas itu diabaikan atau
dilanggar, sangat dikhawatirkan kegiatan yang terlaksana itu justru berlawanan
dengan tujuan bimbingan dan konseling.
B. AZAS-AZAS KEBAHAGIAAN
Mungkin telah dijelaskan sebelumnya bahwa bimbingan dan konseling Islami
itu berlandaskan terutama pada Al-Qur’an dan hadits atau sunnah Nabi. Ditambah
dengan berbagai landasan filosofis dan keimanan. Didalam buku Konseling Islami
karangan bapak Tohari Musnamar dijelaskan berdasarkan landasan-landasan tersebut
dijabarkan asas-asas atau prinsip-prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling Islami
sebagai berikut:
1. Asas-asas kebahagiaan dunia dan akhirat
Bimbingan konseling Islami tujuan akhirnya adalah membantu klien atau
konseli, yakni orang yang dibimbing mencapai kebahagiaan hidup yang senantiasa
didambakan oleh setiap muslim.
Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 201:
Waminhum man yaquulu robbanaaa aatinaa fii addunyaa hasanatan wafii al;aakhiroti
hasanatan waqinaa ‘adzaaba annaari.
Artinya: Dan diantara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari
siksa neraka(127).
[127] inilah doa yang sebaik-baiknya bagi seorang muslim.
2. Azas Fitrah
Bimbingan dan konseling Islami merupakan bantuan kepada klien atau konseli
untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya, sehingga segala bentuk
tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut.
Manusia, menurut Islam, dilahirkan dalam atau dengan membawa fitrah, yaitu
kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan sebagai muslim atau beragama
Islam. Bimbingan dan konseling membantu klien untuk mengenal dan memahami
fitrahnya itu, atau mengenal kembali fitrahnya tersebut manakala pernah “tersesat”,
serta menghayatinya sehingga dengan demikian akan mampu mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat karena bertingkah laku sesuai dengan fitrahnya itu.
Hadits:
Artinya: Setiap manusia dilahirkan ibunya dalam keadaan fitrah. Maka kemudian
ayah ibunya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. Dan jika
ayah ibunya itu seorang muslim, maka jadilah (si anak) seorang muslim
(HR. Muslim).
[1168] fitrah Allah maksudnya ciptaan Allah, manusia diciptakan Allah mempunyai
naluri beragama yaitu agama tauhid, kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka
hal itu tidaklah wajar, mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh
lingkungan.
Fitrah kerap kali diartikan sebagai bakat, kemampuan, atau potensi. Dalam
konteks (dalam arti luas), maka potensi dan bakat tersebut diperhatikan pula dalam
bimbingan dan konseling Islami.
[1595] lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.
[115] I’tikaf ialah berada dalam mesjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah.
7. Azas kemaujudan
Bimbingan dan konsleing islami berlangsung pada citra manusia menurut
Islam, memandang seseorang individu merupakan suatu yang lain ujudnya
(eksistensi) tersendiri. Individu mempunyai hak perbedaan individu dari yang lainnya,
dan mempunyai kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari haknya dan
kemampuan fundamental potensial rohaniahnya.
Mengenai hak individu Nabi SAW memberikan fatwa sebagai berikut:
Bahwasanya Tuhanmu mempunyai hak atasmu yang wajib engkau tunaikan, begitu
juga dirimu dan ahlimu semuanya mempunyai hak yang wajib engkau tunaikan, maka
dari itu engkaulah yang berpuasa sewaktu-waktu berbuka, sewaktu-waktu berjaga
malam (untuk beribadah atau sholat malam) sewaktu-waktu dan tidur sewaktu-waktu.
Dekatilah ahlimu dan berikanlah hak mereka masing-masing. (HR. Bukhari).
III. KESIMPULAN
Konseling agama ialah usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang
mengalami kesulitan baik lahiriah maupu batiniah yang menyangkut kehidupannya di
masa kini dan di masa mendatang. Bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang
mental dan spiritual, agar orang yang bersangkutan mampu mengatasinya dengan
kemampuan yang ada pada dirinya sendiri maupun dorongan dari kekeuatan iman dan
takwa kepada Tuhan. Adapun tujuan dan fungsi dari Konseling agama adalah:
1. Untuk mengungkapkan kemampuan dasar mental spiritual dan agama dalam
pribadi anak.
2. berusaha meletakkan kemampuan mental-spiritual tersebut sebagai benteng
pribadi anak.
3. Berusaha menanamkan sikap dan orientasi kepada hubungan dalam empat
arah yaitu dengan Tuhannya, dengan masyarakatnya, dengan alam sekitarnya,
dan dengan dirinya sendiri.
4. Berusaha mencerahkan kehidupan batin.
DAFTAR PUSTAKA
Musnamar, Tohari, 1992. Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling. UIN
Press, Yogyakarta.
Prayitno, Amti Erman, 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Rineka Cipta.
Jakarta.
Makalah Bimbingan Konseling Agama Islam. Internet.
JENIS-JENIS LAYANAN BIMBINGAN KONSELING
I. PENDAHULUAN
Nabi Muhammad SAW membimbing, membina dan menunjuki masyarakat
Arab pada semua dimensi kehidupan mereka, oleh karenanya bentuk kegiatan
konselingnya meliputi semua kehidupan manusia. Kegiatan konseling yang dibahas
berikut ini tidak dikelompokkan kepada bidang layanan konseling yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad SAW, melainkan jenis layanan yang dilakukan Rasul. Bila
dibahas ruang lingkup layanan konseling, jumlahnya sangat banyak sehingga dapat
disimpulkan dengan mencakup semua aspek kehidupan manusia, baik dimensi
jasmani, rohani, agama, akhlak, etika, estetika, akal dan lain-lain. Berikut akan
dikemukakan beberapa bentuk layanan (jenis layanan konseling).
II. PEMBAHASAN
Fungsi dan peranan bimbingan dan konseling agama Islam sebagai yang telah
disebutkan dalam pasal pertama bisa dilakukan dalam mencapai tujuan pendidikan
agama dan dakwah agama, karena dalam ilmunya ada berbagai jenis layanan agama,
disamping kegiatan pendukung yang dapat dipandang sebagai metode dan dapat
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan dan dakwah agama, dalam hal ini ada
empat jenis layanan, yaitu:
A. KONSELING INDIVIDUAL
Metode personal adalah satu bentuk aplikasi dari metode konseling Islam yang
langsung dilakukan oleh nabi Muhammad SAW. Jenis layanan ini merupakan layanan
yang telah lama digunakan oleh nabi Muhammad SAW, yaitu sejak menerima wahyu
yang pertama surat Al-Alaq 1-5, sejak saat itu ia langsung menyampaikan konseling
Islam kepada satu persatu dan dengan cara yang amat rahasia disampaikan pesan-
pesan keislaman kepada mereka. Ia memilih layanan personal ini supaya tidak
menimbulkan kejutan-kejutan atau goncangan-goncangan sosial dikalangan
masyarakat Quraisy. Mengingat pada saat itu mereka masih memegang teguh
kepercayaan animisme warisan leluhur mereka.
Lebih dari tiga tahun Nabi Muhammad SAW menjalankan kegiatan konseling
individual Islam dengan layanan personal dan rahasia ini. Metode personal ini
dilakukan Muhammad SAW dengan jalan melakukan percakapan pribadi (face to
face communication) yang isinya adalah penyampaian pesan-pesan atau nasehat-
nasehat keislaman kepada individu-individu yang membutuhkannya baik individu
muslim atau non muslim.
Selanjutnya dengan metode personal inilah Nabi Muhammad SAW berusaha
menyentuh hati sanubari dari setiap individu masyarakat Arab pada waktu itu lalu
membimbing mereka kepada Islam agar mereka mampu keluar dari kesulitan-
kesulitan yang sedang mereka hadapi dan akhirnya mereka mampu memperoleh
kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
E. LAYANAN KORESPONDENSI
Layanan ini adalah bentuk terakhir semua layanan konseling Nabi Muhammad
SAW. Metode ini sama halnya dengan missi, adalah salah satu bentuk aplikasi dari
layanan konseling tidak langsung beliau. Dengan layanan ini Nabi Muhammad SAW
berupaya memberikan bimbingan, pendidikan, pengajaran Islam kepada beberapa raja
dan penguasa sekitar jazirah Arab melalui surat-surat beliau yang dikirimkan kepada
mereka. Surat-surat tersebut dikirimkan serentak .......... Muhammad SAW kembali
dari perjanjian Hudaibiyah di Makkah. Semua surat ini berisikan seruan supaya para
raja dan penguasa itu mau memeluk agama Islam dan menjalankan syariatnya.
Sebelum dikirimkan, surat-surat itu diberi stempel yang terbuat dari perak dan diukir
dengan tiga baris kata: “Muhammad Rasul Allah”.
Jenis layanan konseling yang dilakukan oleh nabi Muhammad SAW meliputi
seluruh dimensi kehidupan manusia. Rasulullah melaksanakan konseling tidak hanya
dalam persoalan keagamaan semata, juga terhadap dimensi sosial kemasyarakatan.
Keberhasilan Nabi Muhammad SAW melaksanakan konseling serta implikasi
positifnya terhadap masyarakat benar-benar nyata. Dalam kesimpulan yang bersifat
umum dapat diamati, bahwa keberhasilannya dalam memperbaiki moralitas
masyarakat makkah dan Madinah ketika itu merupakan bukti yang nyata. Perubahan
yang begitu nyata terlihat pada tahap kedua periode usahanya, yang dikenal dengan
fase Madinah. Fase Madinah bukanlah gambaran rasa frustrasi yang dialaminya,
tetapi sebuah strategi dalam menyebarkan Islam. Periode Madinah benar-benar
menjadi titik balik dari kegiatan konseling Islam yang dilakukannya.
III. PENUTUP
a. Kesimpulan
Jenis layanan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW tentu dapat direformulasi
oleh penggiat konseling Islam modern. Dengan melakukan pengembangan yang
bersifat kontekstual, khususnya dari aspek model dan pendekatan. Namun jenis
layanan konseling Rasulullah SAW secara prinsip dapat diterima dan diadopsi dalam
melaksanakan konseling. Karena Nabi Muhammad SAW memberikan layanan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat muslim ketika itu baik bagi kebutuhan itu datang dari
ummat Islam maupun ia sendiri melihat bahwa masyarakatnya membutuhkan.
RUANG LINGKUP LAYANAN BK AGAMA
I. PENDAHULUAN
Puji syukur pemakalah ucapkan kepada Allah SWT yang mana berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Sholawat
dan salam penulis kirimkan kepada Allah semoga disampaikan-Nya kepada pucuk
pimpinan umat Islam sedunia yakni nabi besar Muhammad SAW. Terima kasih
penulis ucapkan kepada dosen pembimbing yang mana berkat arahan dari bapak,
penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik, seterusnya kepada teman-teman
terima kasih karena semangat dari teman-teman kami bisa menyelesaikan makalah ini
dengan semangat.
II. PEMBAHASAN
Islam adalah agama yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad
SAW untuk menjadi pegangan hidup bagi umat manusia agar mereka memperoleh
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Islam sebagai suatu system dan pandangan
hidup manusia bersikap lengkap dan sempurna, tidak cacat dan cela. Islam tidak
hanya merupakan suatu system agama, akan tetapi juga merupakan suatu system
kebudayaan yang lengkap. Islam tidak saja agama yang mementingkan hubungan
manusia dengan sesama (hablun minannas), hubungan manusia dengan alam
lingkungan (hablum minal alam), dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri
(hablum minannafs).
Islam dalam makna yang luas berhubungan dengan ruang lingkup bidang
pelayanan bimbingan dan konseling Islam yang di dalamnya ada bidang bimbingan
pribadi, bimbingan social, bimbingan pembelajaran, bimbingan karir, bimbingan
pendidikan dan bimbingan lainnya. Sedangkan Islam dalam makna yang sempit,
system agama, adalah kajian dan ruang lingkup bidang bimbingan dan konseling
agama. Dalam tulisan ini dipahami bahwa bimbingan dan konseling Islami jauh lebih
luas dibanding bimbingan dan konseling agama Islam. Bimbingan dan konseling
Islam seluas ajaran Islam itu sendiri yang meliputi semua aspek dan aktivitas
kehidupan manusia dalam beberapa kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Bimbingan dan konseling agama islam hanya meliputi aspek dan aktivitas kehidupan
manusia dalam keberagamaannya.
Perbedaan bimbingan dan konseling Islam dengan bimbingan konseling
agama islam tak ubahnya bagaikan pendidikan Islami dengan pendidikan agama
Islam, yang pertama jauh lebih luas dari pada yang kedua.
Pada dasarnya, Islam sebagai suatu system keagamaan, ajaran-ajarannya dapat
dibagi empat aspek, yaitu:
1. Akidah, yaitu aspek yang berhubungan dengan keyakinan dan kepercayaan,
seperti keimanan kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab suci, para rasul
Allah, hari akhirat dan keimanan kepada takdir Allah.
2. Ibadah, yaitu aspek yang berhubungan dengan amal perbuatan yang didasari
keta’atan mengerjakan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-
laranganNya, seperti thaharah, shalat, puasa, zakat, haji, do’a, dzikir, tilawat
al-Qur’an dan lain-lainnya.
3. Akhlak, yaitu aspek yang berhubungan dengan sikap dan perilaku baik dan
buruk manusia dalam hidup keberagamaannya. Misalnya sifat sabar, syukur,
tawakal, taubat, maaf, takut, harap kepada Allah, fakir, zuhud dan lain-lain.
4. Muamalah, yaitu aspek yang berhubungan dengan kehidupan social dan
budaya manusia yang beragama, seperti berbuat baik kepada ibu-bapak,
sanak-keluarga, masyarakat, nusa, bangsa dan agama.
Dalam pada itu ada pula orang yang membagi aspek agama Islam itu kepada
akidah, syariah, akhlak, iman, Islam dan ihsan. Dalam tulisan ini yang dipakai aspek
agama Islam itu sebagai suatu system keagamaan adalah akidah, ibadah, akhlak, dan
muamalah.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan ruang lingkup bidang
pelayanan bimbingan dan konseling agama Islam, yaitu bimbingan akidah, bimbingan
ibadah, bimbingan akhlak dan bimbingan muamalah. Pembagian ruang lingkup
bidang pelayanan bimbingan dan konseling agama ini sesuai dengan pembagian aspek
agama islam itu sendiri.
Dalam wujud yang lebih jelas keempat ruang lingkup bidang pelayanan
bimbingan dan konseling agama Islam itu dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Bimbingan Akidah
Menurut etimologi dalam bahasa Arab akidah dari kata al-‘aqdu yang berarti
ikatan, at-tautsiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu
yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabihu biquw-wah yang berarti
mengikat dengan kuat.
Sedangkan menurut istilah (terminology) akidah adalah iman yang teguh dan
pasti, yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya.
Jadi, akidah Islamiyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada
Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepada-Nya, beriman
kepada malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari akhirat, takdir
baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-
prinsip agama (ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang
menjadi ijma’ (consensus) dan Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita qath’i
(pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-
Qur’an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma’ Salaf as-Shalih.
Bimbingan akidah adalah bidang pelayanan yang membantu konseling dalam
mengenal, memahami, menghayati, mengamalkan, dan mengembangkan akidah
keimanannya, sehingga pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT,
mantap (istiqamah) dan mandiri (al-kaiyis), sehat dan bahagia, baik lahiriah maupun
bathiniah berdasarkan rukun iman yang enam. Pribadi muwahid adalah tujuan
tertingginya.
2. Bimbingan Ibadah
Bimbingan ibadah adalah bidang pelayanan yang membantu klien dalam
mengembangkan hubungan dan pengabdiannya kepada Allah melalui amal ibadah
agar menjadi pribadi yang taat dalam mengerjakan perintah-perintah-Nya dan taat
dalam menjauhi larangan-larangan-nya. Pembentukan manusia abid atau ibad adalah
tujuan tertinggi dari pelayanan bimbingan ibadah.
3. Bimbingan akhlak
Bimbingan akhlak adalah bidang pelayanan yang membantu konseling dalam
mengembangkan sikap dan perilaku yang baik, sehingga memiliki akhlak mahmuda
dan jauh dari akhlak mazmuma. Tujuan yang hendak dicapai oleh bidang bimbingan
ini pribadi mulia, khalaq ‘azhim atau makarin al akhlaq dalam bahasa al-Qur’an dan
hadits.
4. Bimbingan Muamalah
Bimbingan muamalah adalah bidang pelayanan yang membantu konseling
dalam membina dan mengembangkan hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang
dengan sesama manusia dan makhluk, sehingga memiliki keharmonisan dalam
kehidupan beragama.
Dakwah dan pendidikan agama melalui bimbingan dan konseling agama Islam
kegiatannya hendaklah meliputi keempat bidang pelayanan bimbingan dan konseling
agama tersebut. Dengan berjalannya keempat bidang bimbingan agama itu melalui
pelaksanaan dakwah dan pendidikan agama, maka dapat diwujudkan manusia
beragama yang berkualitas keimanan dan ketakwaannya.
III. PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan makalah penulis di atas, dapat penulis ambil
kesimpulan bahwa bimbingan konseling agama adalah segala kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang
mengalami kesulitan-kesulitan rohaniyah dalam lingkungan hidupnya supaya orang
tersebut mampu mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran atau penyerahan diri
terhadap kekuasaan Tuhan Y.M.E, sehingga timbul pada diri pribadinya suatu cahaya
harapan kebahagiaan hidup sekarang dan masa depannya. Serta di dalam pembahasan
bimbingan konseling agama ruang lingkupnya yaitu ada beberapa sebagai berikut:
1. Aqidah dan persoalannya
2. Ibadah dan persoalannya
3. Akhlak dan persoalannya
4. Muamalah dan persoalannya
b. Saran
karena keterbatasan referensi kami dari penulis merasa makalah kami ini
masih jauh dari kesempurnaan , maka dari itu demi kesempurnaan makalah kami ini,
kami harapkan tambahan dari dosen pembimbing dan teman-teman semua.
DAFTAR PUSTAKA
Musnamar, Thohari, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, UII
Press, Yogyakarta: 1992.
Sunaryputro, Bimbingan Konseling Islami, Senen, 4 Maret 2013.
Yahya, Jaya, Bimbingan Konseling Agama Islam, Angkasa Raya.
TEORI-TEORI (PENDEKATAN) KONSELING DALAM ISLAM
I. PENDAHULUAN
Teori (pendekatan) konseling dalam islam adalah landasan berpijak yang
benar tentang bagaimana proses konseling itu dapat berlangsung baik dan
menghasilkan perubahan-perubahan positif pada klien mengenai cara berfikir, cara
menggunakan potensi nurani, cara berperasaan, cara berkeyakinan dan cara
bertingkah laku berdasarkan wahyu (Al-Qur’an dan Sunnah).
II. PEMBAHASAN
Adapun teori-teori pendekatan konseling dalam islam sebagaimana yang
tertuang dalam QS An-Nahl ayat 125:
Ud’u ilaa sabiili robbika bi alhikmati wa almaw’izhoti alhasanati wajaadilhum bi
allatii hiya ahsanu.
Artinya: Ajaklah orang-orang kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik serta bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Adapun menurut surat An-nahl ayat 125 tersebut, teori pendekatan konseling
dalam Islam tersebut adalah:
A. TEORI AL-HIKMAH
Kata al-hikmah dalam perspektif bahasa mengandung makna:
1. Mengetahui keunggulan sesuatu melalui suatu pengetahuan sempurna,
bijaksana.
2. Ucapan yang sesuai dengagn kebenaran.
3. Kata “al-hikmah” dengan bentuk jamak “al-hikam” bermakna kebijaksanaan,
ilmu dengan pengetahuan.
Al-Hikmah itu tidak hanya kepada para nabi dan rasul, akan tetapi dia telah
dilimpahkan juga kepada siapa saja yang dikehendakinya, sebagaimana firman Allah
dalam surat Al-Baqarah ayat 269.
Yu;tii alhikmata man yasyaaa;u. Wa man yu;ta alhikmata faqod uutiya khoiron
katsiiron. Wamaa yadzdzakkaruuu illaaa uluu al’albaabi.
Artinya: Allah akan memberikan Al-hikmah itu kepada siapa yang dia kehendaki, dan
barang siapa yang diberi Al-Hikmah itu maka sesungguhnya ia telah diberi
kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil suatu
pelajaran, kecuali orang-orang yang berakal tinggi.
Maka lebih mendasar penulis memaparkan lagi bahwa teori al-hikmah itu
adalah sebuah pedoman, penuntun dan pembimbing untuk memberi bantuan kepada
individu yang sangat membutuhkan pertolongan dalam mendidik dan
mengembangkan eksistensi dirinya hingga ia dapat menentukan jati diri dan citra
dirinya serta dapat menyelesaikan atau mengatasi berbagai ujian hidup secara
mandiri.
Ciri khas dari teori konseling dengan al-hikmah adalah berupa:
1. Adanya pertolongan Allah SWT secara langsung atau melalui malaikat-Nya.
2. Diagnosa menggunakan metode ilham (intuisi) dan kasysyaf (penyingkapan
batin).
3. Adanya ketauladanan dan keshahihan konselor.
4. Alat terapi yang dilakukan adalah nasehat-nasehat dengan menggunakan
teknik ilahiyah, yaitu dengan do’a, ayat-ayat al-Qur’an dan menerangkan
esensi dari problem yang sedang dialami.
5. Teori al-hikmah ini biasanya khusus dilakukan untuk terapi penyakit yang
berat dan klien tidak dapat melakukan sendiri.
III. KESIMPULAN
Secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa teori Al-hikmah ialah melihat
esensi permasalahan yang terjadi atau terdapat dalam diri individu, kemudian
menjelaskan tentang hikmah, rahasia atau pengetahuan yang terdapat dibalik
permasalahan tersebut, sementara teori Al Mau’izhoh Al-hasanah lebih melihat
kepada model atau kasus yang dihadapi individu, sedangkan teori mujadalah menitik
beratkan kepada individu yang membutuhkan kekuatan dalam keyakinan dan ingin
menghilangkan keraguan, was-was dan prasangka-prasangka negatif terhadap
kebenaran sesuatu.
DAFTAR PUSTAKA
M. Hamdanin Bakran Adz-Dzaky, 2001. Psikoterapi dan Konseling Islam.
Yogyakarta, Fajar Pustaka.
TEKNIK KONSELING ISLAM
I. PENDAHULUAN
Ketika memahami mengenai Bimbingan Konseling, yakni proses interaksi
antara konselor dengan klien/konseli baik secara langsung (tatap muka) atau tidak
langsung (melalui media internet atau telepon) dalam rangka membantu klien agar
dapat mengembangkan potensi dirinya atau memecahkan masalah yang dialaminya.
Hal tersebut tidaklah dapat berjalan dengan baik tanpa adanya pengetahuan serta
pengalaman yang baik dari konselor.
Di dalam proses bimbingan konseling perlu adanya beberapa hal yang dapat
mendukung proses jalannya bimbingan dan konseling dengan baik, salah satunya
adalah dengan menggunakan teknik-teknik di dalam proses Bimbingan Konseling.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis akan membahas beberapa hal mengenai
teknik-teknik yang dapat dilakukan di dalam proses bimbingan dan konseling.
II. PEMBAHASAN
A. TEKNIK DAN KONSELING ISLAM
Teknik bimbingan dan konseling Islam ini akan diklasifikasikan berdasarkan
segi komunikasi tersebut. pengelompokkannya menjadi beberapa bagian diantaranya:
1. Teknik komunikasi langsung atau disingkat metode langsung.
2. Teknik komunikasi tidak langsung atau metode tidak langsung.
1. Teknik Langsung
Metode langsung (metode komunikasi langsung) adalah metode dimana
pembimbing melakukan komunikasi langsung (bertatap muka) dengan apa yang
dibimbingnya. Metode ini dapat dirinci lagi menjadi:
a. Metode individual
Bimbingan konseling individu yaitu bimbingan konseling yang
memungkinkan klien mendapat layanan langsung tatap muka dalam rangka
pembahasan dan pengentasan permasalahan yang sifatnya pribadi yang dideritanya.
Dalam konseling ini hendaknya konselor bersikap penuh simpati dan empati.
Simpati artinya menunjukkan adanya sikap turut merasakan apa yang sedang
dirasakan oleh klien. Dan empati artinya berusaha menempatkan diri dalam situasi
dari klien dengan segala masalah-masalah yang dihadapinya. Dalam sikap ini klien
akan memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada konselor. Dan ini sangat
membantu keberhasilan konseling.
Bentuk khusus teknik konseling:
1. Konselor yang paling berperan
2. Konselor berusaha mengarahkan klien sesuai dengan masalahnya.
3. Berpusat pada konselor.
4. Konselor hanya menampung pembicaraan yang berperan konseli.
5. Konseli bebas bicara, sedangkan konselor menampung dan mengarahkan.
b. Metode kelompok
Teknik ini dipergunakan dalam membantu klien atau sekelompok klien
memecahkan masalah-masalah dengan melalui kegiatan kelompok, yaitu yang
dirasakan bersama oleh kelompok atau bersifat individual yaitu dirasakan oleh
individu sebagai anggota kelompok.
Teknik ini membawa keuntungan pada diri klien / murid, diantaranya:
1. Menghemat waktu dan tenaga.
2. Menciptakan kesempatan kerja bagi semua siswa untuk berinteraksi dengan
konselor, yang memungkinkan siswa lebih berkeinginan membicarakan
perencanaan masa depan atau masalah pribadi sosial.
3. Menyadarkan siswa bahwa kenyataan yang sama juga dihadapi oleh teman-
temannya, sehingga mereka terdorong untuk berusaha menghadapi kenyataan
itu bersama-sama dan sering mendiskusikannya.
Beberapa bentuk khusus teknik bimbingan kelompok:
a. Home room program
Yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar dapat
mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga dapat membentunya secara efisien.
Kegiatan ini dilakukan dalam kelas salam bentuk pertemuan antara guru dengan
murid diluar jam-jam pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap
perlu. Dalam program home room ini hendaknya diciptakan suatu situasi yang bebas
dan menyenangkan, sehingga murid-murid dapat mengutarakan perasaannya seperti
dirumah. Dalam kesempatan ini diadakan tanya jawab, merencanakan suatu kegiatan,
menampung pendapat, dan lain-lain. Dalam contoh digambarkan guru merencanakan
peninjauan ke proyek jalan raya. Murid-murid diberikan kebebasan untuk berbicara,
bertanya dan mengajukan usul.
c. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana murid-murid akan mendapat
kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama. Setiap murid dapat
menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan suatu masalah.
Dalam diskusi itu dapat tertanam pula rasa tanggung jawab dan harga diri.
Masalah yang mungkin dapat didiskusikan antara lain:
1. Pembagian kerja dalam suatu kegiatan kelompok.
2. Perencanaan suatu kegiatan.
3. Masalah-masalah pekerjaan.
4. Masalah belajar.
5. Masalah penggunaan waktu senggang.
6. Masalah persahabatan, keluarga, dan lain-lain.
d. Kegiatan kelompok
Kegiatan kelompok merupakan teknik yang baik dalam bimbingan, karena
kelompok memberikan kesempatan kepada individu untuk berpartisipasi dengan
sebaik-baiknya. Banyak kegiatan tertentu yang lebih berhasil jika dilakukan dalam
kelompok. Untuk mengembangkan bakat-bakat dan menyalurkan dorongan-dorongan.
Juga dapat mengembangkan tanggung jawab. Teknik sosiometri dapat banyak
menolong dalam pembentukan kelompok.
e. Keorganisasian
Keorganisasian baik dalam lingkungan pendidikan maupun dilingkungan
masyarakat. Melalui organisasi ini banyak masalah individual maupun kelompok
dapat diselesaikan. Dalam organisasi murid mendapat kesempatan untuk belajar
mengenal berbagai aspek kehidupan sosial. Mengaktifkan murid dalam
mengembangkan bakat kepemimpinan disamping memupuk rasa tanggung jawab dan
harga diri.
f. Sosiodrama
Sosiodrama dipergunakan sebagai suatu teknik di dalam memecahkan
masalah-masalah sosial dengan melalui kegiatan bermain peranan. Di dalam
sosiodrama ini individu akan memerankan suatu peranan tertentu dari suatu masalah
sosial.
Dalam kesempatan itu individu akan menghayati secara langsung situasi
masalah yang dihadapinya. Dan pementasan itu kemudian diadakan diskusi mengenai
cara-cara pemecahan masalahnya.
g. Psikodrama
jika sosiodrama merupakan teknik memecahkan masalah sosial, maka
psikodrama adalah teknik untuk memecahkan masalah-masalah psikis yang dialami
oleh individu. Dengan memerankan suatu peranan tertentu, konflik atau ketegangan
yang ada dalam dirinya dapat dikurangi atau dihindari. Kepada sekelompok murid
dikemukakan suatu cerita yang didalamnya tergambarkan adanya ketegangan ssychis
yang dialami individu. Kemudian murid-murid diminta untuk memainkan dimuka
kelas. Bagi murid-murid yang mengalami ketegangan, permainan dalam peranan itu
dapat mengurangi ketegangannya.
h. Remedical teaching
Remdeial teaching atau pengajaran remeadial yaitu bentuk pengajaran
remedial yaitu bentuk pengajaran yang diberikan seorang murid untuk membantu
memecahkan kesulitan belajar yang dihadapinya. Remedial ini mungkin berbentuk
bermacam-macam seperti penambahan pelajaran, pengulangan kembali, latihan-
latihan, penekanan aspek-aspek tertentu, tergantung dari jenis dan tingkat kesulitan
belajar yang dialami murid. Teknik remedial ini dilakukan setelah diadakan diagnose
terhadap kesulitan yang dialami murid.
Metode dan teknik mana yang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan atau
konseling, tergantung pada:
a. Masalah/probelm yangs edang dihadapi/digarap.
b. Tujuan penggarapan masalah.
c. Keadaan yang dibimbing/klien
d. Kemampuan pembimbing/konselor mempergunakan metode/teknik.
e. Sarana dan prasarana yang tersedia.
f. Kondisi dan situasi lingkungan sekitar.
g. Organisasi dan administrasi layanan bimbingan dan konseling.
h. Biaya yang tersedia.
III. PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan di atas dapatlah diketahui bahwa di dalam
melaksanakan proses bimbingan dan konseling seorang konselor memiliki tanggung
jawab yang besar, seperti halnya dipaparkan di bab pembahasan di atas bahwa di
dalam untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh klien seorang
konselor harus memiliki teknik-teknik yang digunakan mulai sejak awal pertemuan
hingga akhir penyelesaian masalah.
Dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwa di dalam proses penyelesaian
permasalahan yang dialami klien, memiliki banyak sekali teknik-teknik yang dapat
digunakan, sehingga banyak alternatif ketika gagal di dalam penggunaan satu teknik,
bisa diganti dengan penggunaan teknik yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Faqih, Aunur Rahim. 1997. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam. UII Press.
Yogyakarta.
Djuhur I. dan Surya Moh. 1973. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. CV. Ilmu.
Bandung.
A.Hellen. 2002. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Ciputat Press. Jakarta.
Walgito, Bimo.1995. Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah. Andi Offset.
Yogyakarta.
www.bimbingan-dan-penyuluhan.DYP.Sugiharto.com.
PENDEKATAN SUFISTIK DALAM KONSELING ISLAM
(TAZKIYATUN NAFS)
I. PENDAHULUAN
Sesungguhnya pembentukan kepribadian yang lurus, tidak akan sempurna
tanda-tandanya, kecuali dengan pembersihan jiwa. Yaitu penyucian lubuk hati
manusia paling dalam . seseorang yang tidak kuasa membetulkan jiwa serta diri
sendiri, niscaya tak mampu melakukan hal yang sama pada orang lain. Bagaimanapun
jiwa manusia itu mempunyai pengaruh serta dorongan-dorongan yang bisa
mempengaruhi tingkah laku pembawaan seseorang. Jiwa tersebut mempunyai
godaan-godaan yang mengarah kepada kebimbangan, yang mengakibatkan seseorang
melakukan penyimpangan, kejahatan, kekejian dan kemungkaran.
II. PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TAZKIYATUN NAFS
Tazkiyah secara bahasa (harfiah) berarti tathahhur, maksudnya bersuci seperti
yang terkandung dalam kata zakat, yang memiliki makna mengeluarkan sedekah
berupa harta yang berarti tazkiyah (penyucian). Karena dengan mengeluarkan zakat,
seseorang berarti telah menyucikan hartanya dari hak Allah yang wajib ia tunaikan.
Sarana tazkiyatun nafs adalah melalui ibadah dan berbagai-bagai amal baik,
sedangkan hasilnya adalah akhlak yang baik kepada Allah dan pada manusia, serta
terpeliharanya anggota badan, senantiasa dalam batas-batas syari’at Allah.
Pengertian Al-nafs menurut Al-Qur’an, dapat disimpulkan dengan satu
pernyataan bahwa nafs adalah makhluk yang memiliki eksistensi, sifat dan
karakteristik khusus. Oleh karena itu, dalam pengertian ini dapat mengalami kematian
dan kebinasaan sebagaimana makhluk-makhluk lainnya.
Jadi, dalam ajaran Islam tazkiyah merupakan salah satu penyucian jiwa atau
penyucian harta, pendidikan jiwa, pembinaan mental, kepribadian, akhlak, keta’atan,
kedekatan jiwa kepada Allah, kebahagiaan kesempurnaan kehidupan etika, moral dan
spiritual manusia.
III. PENUTUP
a. KESIMPULAN
Tazkiyatun nafs berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata tazkiyat
dan nafs. Secara kebahasaan (etimologi) tazkiyat berarti menyucikan, menguatkan
dan mengembangkan. Sedangkan nafs adalah diri atau jiwa seseorang. Dengan
demikian istilah tazkiyatun nafs memiliki makna mensucikan, menguatkan dan
mengembangkan jiwa sesuai dengan potensi dasarnya (fitrah) yakni potensi iman, dan
ihsan kepada Allah.
Ada beberapa bentuk dari an-nafs atau jiwa yaitu diantaranya nafs amarah,
nafs muthma’innah, nafs lawwamah, yang dari masing-masing nafs itu berbeda dari
satu dengan yang lain. Metode yang digunakan untuk menyucikan jiwa kita yaitu
yang pertama dengan metode mujahadat atau yang disebut dengan berusaha keras,
atau penuh kesungguhan hati dan perilaku dengan penuh ketekunan, metode yang
kedua yaitu dengan riyadhat, atau yang disebut dengan pembenahan diri dengan
melatih suatu perbuatan yang pada fase awal yang merupakan beban yang sangat
berat dan pada fase akhir menjadi sebuah karakter atau kebiasaan yang tentunya baik.
DAFTAR PUSTAKA
Jaya Yahya. 2004. Bimbingan Konseling Agama Islam. Angkasa Raya. Padang.
http://tazkiyah-annafs.blogspot.com/2006/07/pentingnya-tazkiyatun-nafs.html.hari-
senin/3/4/2013.
MAQAM TASAUF SEBAGAI TEKNIK KONSELING
I. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan beragama banyak terjadi permasalahan baik dari segi
pengamalan ajaran Islam atau hidup berdampingan dengan agama-agama lain diluar
Islam. Dalam hal ini masalah jarang bisa diucapkan namun kebanyakan disimpan
dalam hati, maka hati inilah menjadi kotor dan manusiapun banyak berdosa, sehingga
manusia perlu mensucikan dirinya yakni dengan maqam-maqam yang telah
ditentukan oleh sufi. Dalam makalah ini kami akan membahas maqam-maqam
tersebut.
II. PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MAQAM TASAUF
Secara harfia maqam berasal dari bahasa arab, yang berarti tempat berdiri atau
pangkal mula. Istilah ini selanjutnya diartikan sebagai jalan panjang yang harus
ditempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat dengan Allah. Dalam bahasa Inggris
maqam dikenal dengan istilah stages yang berarti tangga.
2. Al-Ataubah
Al-ataubah berasal dari bahasa arab yaitu taba, yatubu, taubatan yang artinya
kembali, sedangkan taubat yang dimaksud oleh orang sufi adalah memohon ampun
atas segala dosa dan kesalahan disertai janji yang sungguh-sungguh tidak akan
mengulangi perbuatan dosa tersebut, yang disertai melakukan amal kebajikan. Harun
nasution mengatakan taubat yang dimaksud oleh orang sufi adalah taubat yang
sebenarnya, taubat yang tidak akan membawa kepada dosa lagi.
Di dalam Al-Qur’an banyak dijumpai ayat-ayat yang menyuruh manusia untuk
bertaubat diantaranya QS Ali-Imran ayat 135.
Wa alladziina idzaa fa’aluu faahisyatan aw zholamuuu anfusahum dzakaruu allaaha fa
astaghfir lidzunuubihim.
Artinya: Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka.
3. Al-Wara’
Secara harfiah al-wara’ artinya shaleh, menjauhkan diri dari dosa. Kata ini
selanjutnya mengandung arti menjauhi hal-hal yang tidak baik. Dan dalam pengertian
sufi al-wara’ adalah meninggalkan segala yang di dalamnya terdapat keraguan antara
halal dan haram (syubhat) sikap menjauhi yang syubhat ini sejalan dengan hadits
nabi:
Artinya: Barang siapa yang dirinya terbebas dari syubhat sesungguhnya dia terbebas
dari yang haram.
Hadits di atas menjelaskan bahwa syubhat mendekati pada yang haram kaum
sufi menyadari benar bahwa setiap makanan, minuman, pakaian dan sebagainya yang
haram dapat memberi pengaruh pada orang yang memakan atau meminumnya. Orang
yang demikian akan keras hatinya mendapatkan hidayah dan ilham dari tuhan.
4. Kefakiran
Secara harfiah kefakiran diartukan orang yang berhajat, butuh atau orang
miskin. Dalam pandangan sufi fakir adalah tidak meminta lebih dari apa yang ada
pada diri kita. Tidak meminta reski kecuali hanya untuk menjalankan kewajiban, tidak
meminta meskipun tidak ada pada diri kita. Tidak meminta tetapi tidak menolak.
5. Sabar
Secara harfiah sabar berarti tabah hati. Menurut Zun al-Nun al-Misry, sabar
artinya menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah, tetapi
tenang ketika mendapatkan cobaan, dan menampakkan sifat cukup walaupun
sebenarnya berada dalam keadaan fakir dari segi ekonomi.
Sikap sabar dianjurkan dalam Al-Qur’an surah Al-Ahqaf ayat 35:
Fa ishbir kamaa shobaro uluu al’azmi mina arrusuli walaa tasta’jil lahum.
Artinya: Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan
hati dan rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta
disegerakan (azab) bagi mereka.
Menurut Ali bin Abi thalib bahwa sabar sebagian dari iman sebagaimana
kepala yang kedudukannya yang lebih tinggi dari jasad. Hal ini menunjukkan pada
kita semua bahwa sabar sangat berperan penting dalam kehidupan ini untuk mencapai
hidup yang harmonis dalam keluarga, masyarakat dan bernegara.
6. Tawakal
Secara harfiah arti tawakal adalah menyerah diri. Menurut Sahal bin Abdullah
bahwa awalnya tawakal adalah apabila seseorang hamba dihadapan Allah seperti
bangkai dihadapan orang yang memandikannya, ia mengikuti semuanya yang
memandikan, tidak dapat bergerak dan bertindak.
Dapat diartikan tawakal sangat penting dalam tasauf karena membuktikan
bahwa manusia itu sebagai hamba Allah.
Dalam Al-Qur’an Allah menjelaskan surat At-Taubah ayat 51:
Huwa mawlaanaa wa’alaa allaahi falyatawakkali almu’minuuna.
Artinya: dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.
7. Kerelaan
Secara harfiah rida artinya rela, suka, senang. Harun Nasution mengatakan
ridha berarti tidak berusaha, tidak menentang kada dan kadar tuhan. Menerima kada
dan kadar dengan hati senang. (Abuddin Nata, 2011: 194).
III. PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan, secara harfiah maqam berasal
dari bahasa arab, yang berarti tempat berdiri atau pangkal mula. Istilah ini selanjutnya
diartikan sebagai jalan panjang yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada
dekat dengan Allah, dalam bahasa Inggris maqam dikenal istilah stages yang berarti
tangga.
Bentuk-bentuk maqam para sufi berbeda pendapat ada yang mengatakan 10
dan ada pula yang mengatakan 7, namun dalam hal itu ada yang sama dan ada yang
tidak disepakati.
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abudin. 2011. Akhlak Tasauf. Jakarta: Raja Grafindo.
Jemkhairil. 2010. Psikoterapi Islam. Padang: Universitas Baiturrahmah.
Jaya, Yahya. 2004. Bimbingan Konseling Islam. Padang: Angkasa Raya.
KONSELOR DALAM PANDANGAN ISLAM
I. PENDAHULUAN
Konseling memiliki makna yang menggembirakan dalam bidang pendidikan,
begitu juga dengan konseling Islam. Konseling islam yang berkembang dewasa ini
memiliki hubungan erat dengan tradisi Nabi Muhammad SAW yang diteruskan oleh
generasi sesudahnya. Perkembangan konseling setelah masa Nabi SAW juga
diperkaya oleh pemikiran para sahabat, sufi, dan filosof, dan pada saat sekarang
sangat dituntut berkemampuan untuk menginterpretasikan tradisi tersebut dalam
konteks kekinian.
Dalam islam, konseling merupakan salah satu jalan untuk membentuk manusia
yang ideal. Konseling Islam merupakan aktivitas pemberian bimbingan, pelajaran dan
pedoman kepada individu yang meminta bimbingan (klien) dalam mengembangkan
potensi problematika hidup dengan baik dan benar secara mandiri yang sesuai dengan
Al-Qur’an dan sunnah rasulullah.
Konseling Islampun bertujuan agar manusia memiliki kesadaran akan
eksistensi dirinya, berjuang untuk fitrahnya, selain itu juga berkewajiban
mengembangkan kemampuannya agar dapat mengemban tanggung jawabnya dalam
hidup, membentuk citra positif, mampu berinteraksi secara arif, konsisten dalam
menjalankan petunjuk-Nya, menjauhi larangan-Nya, terpelihara dari maksiat zhahir
dan bathin serta jauh dari penyakit rohani.
Pada pembahasan berikutnya pemakalah akan menguraikan tentang pengertian
konselor / Al-Mursyid, syarat keilmuan konselur, syarat spiritualitas konselor dan
syarat personal/moral konselor.
II. PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KONSELOR/AL-MURSYID
Dalam kamus bahasa Inggris “counseling” dikaitkan dengan kata counsel yang
diartikan sebagai:
1. Nasehat (to obtain counsel)
2. Anjuran (to give counsel)
3. Pembicaraan (to take counsel)
Jadi konseling diartikan sebagai pemberian nasehat, pemberian anjuran, dan
pembicaraan dengan bertukar pikiran.
Menurut C. Patterson (1959) bahwa konseling adalah proses yang melibatkan
hubungan antar pribadi antara seorang terapis dengan satu atau lebih klien dimana
terapis menggunakan metode-metode psikologis atas dasar pengetahuan sistematik
tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan kesehatan mental.
Sedangkan menurut Edwin C. Lewis (1970), mengemukakan bahwa konseling
adalah suatu proses dimana orang yang bermasalah (klien) dibantu secara pribadi
untuk merasa dan berprilaku yang lebih memuaskan, melalui interaksi dengan
seseorang yang tidak terlibat (konselor) menyediakan informasi dan reaksi-reaksi
yang merangsang klien untuk mengembangkan prilaku-prilaku yang
memungkinkannya berhubungan secara lebih efektif dengan dirinya dan
lingkungannya.
Berbeda dengan pandangan barat, konseling dalam pandangan Islam adalah
suatu aktifitas memberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu yang
meminta bimbingan (klien) dalam hal bagaimana seseorang seharusnya seorang klien
dapat menanggulangi problematikka hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar
secara mandiri yang berparadigma kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah
SAW.
Sedangkan konselor dalam pandangan Islam adalah seseorang (konselor) yang
beraktifitas sebagai pemberian bimbingan, pelajaran, dan pedoman kepada individu
yang meminta bimbingan (klien) dalam hal bagaimana seseorang klien seharusnya
dapat mengembangkan akal fikirannya, kejiwaannya, keimanannya dan keyakinan
serta dapat menanggulangi problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan
benar secara mandiri yang berparadigma kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah rasulullah
SAW.
III. PENUTUP
a. Kesimpulan
Konseling merupakan salah satu jalan untuk membentuk manusia yang ideal.
Konseling Islam merupakan aktivitas pemberian bimbingan, pelajaran, dan pedoman
kepada aindividu yang meminta bimbingan (klien) dalam mengembangkan potensi
akal fikirannya, kejiwaannya, keimanannya, keyakinannya serta mampu
menanggulangi problematika hidup dengan baik dan benar secara mandiri yang sesuai
dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah.
Konselor dalam pandangan Islamnya adalah seseorang (konselor) yang
beraktifitas sebagai pemberian bimbingan, pelajaran, dan pedoman kepada individu
yang meminta bimbingan (klien) dalam hal bagaimana seseorang seharusnya seorang
klien dapat mengembangkan akal fikirannya, kejiwaannya, keimanan dan keyakinan
serta dapat menanggulangi problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan
benar secara mandiri yang berparadigma kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah
Rasulullah SAW.
Syarat-syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang konselor adalah:
1. Adanya hubungan spiritual yang sangat dekat dengan Rabb-Nya, yang dapat
diperoleh melalui ketaatannya melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.
2. Adanya kualitas moral atau akhlak Islamiyah yang baik dan benar secara
otomatis dari nurani bukan karena rekayasa dan tuntunan profesionalisme.
3. Adanya pendidikan yang cukup dan menguasai teori konseling,
psikodiagnostik dan terapi islam maupun umum.
4. Adanya keahlian dan keterampilan dalam melakukan proses konseling,
psikodiagnostik dan terapi dengan metode ilmiah, propetik (kenabian) maupun
normatif (Al-Qur’an dan As-Sunnah).
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Jemkhairil, 2008. Konsep Konseling nabi Muhammad SAW. Hayfa
Press. Padang.
Bakran Hamdani Adz-Dzikri, 2001. Psikoterapi dan Konseling Islam. Fajar Pustaka
Baru: Yogyakarta.
Prayitno, Erman Amti, 1994. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Rineka Cipta:
Jakarta.