Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Untuk Pekerjaan Sosial II
Kelompok 3
1C – Peksos
2019
KATA PENGANTAR
Penulis
2
Daftar Isi
BAB I PENDAHULAN
…………………………………………………………...4
BAB II PEMBAHASAN
………………………………………………………….6
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
simptom atau gejala yang dimunculkan, apa saja jenisnya, bagaimana
perspketif teoritis menjelaskan mengenai terjadinya gangguan tersebut, serta
upaya penanganan apa yang dapat diberikan untuk mengatasi gangguan
kecemasan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
1) Kegelisahan, kegugupan,
2) Tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar,
3) Sensasi dari pita ketat yang mengikat di sekitar dahi,
4) Kekencangan pada pori-pori kulit perut atau dada,
5) Banyak berkeringat,
6) Telapak tangan yang berkeringat,
7) Pening atau pingsan,
8) Mulut atau kerongkongan terasa kering,
9) Sulit berbicara,
10) Sulit bernafas,
11) Bernafas pendek,
12) Jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang,
13) Suara yang bergetar,
14) Jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin, pusing,
15) Merasa lemas atau mati rasa, sulit menelan,
16) Kerongkongan merasa tersekat,
17) Leher atau punggung terasa kaku,
18) Sensasi seperti tercekik atau tertahan,
19) Tangan yang dingin dan lembab,
20) Terdapat gangguan sakit perut atau mual,
21) Panas dingin,
22) Sering buang air kecil,
23) Wajah terasa memerah,
24) Diare,
25) Merasa sensitif atau “mudah marah”.
1) Perilaku menghindar,
2) Perilaku melekat dan dependen,
3) Perilaku terguncang.
7
6) Merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya
sedikit atau tidak mendapat perhatian,
7) Ketakutan akan kehilangan kontrol,
8) Ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah,
9) Berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan,
10) Berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan,
11) Berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tanpa bisa
diatasi,
12) Khawatir terhadap hal-hal yang sepele,
13) Berpikir tentang hal mengganggu yang sama secara berulang-ulang,
14) Berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti
akan pingsan,
15) Pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan,
16) Tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran terganggu,
17) Berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak menemukan
sesuatu yang salah secara medis,
18) Khawatir akan ditinggal sendirian,
19) Sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.
8
perihal biaya pengobatan, peluang kesembuhan, hingga bagaimana
Anda menghadapi masa depan nantinya. Selain karena penyakit, Anda
juga bisa mengalami gangguan ini karena masalah di pekerjaan,
kehilangan orang yang terkasih, atau bahkan himpitan ekonomi.
a. Gangguan panik
Ganguan panik mecakup munculnya serangan panik yang beulang
dan tidak terduga. Serangan serangan panik melibatkan reaksi kcemasan
yang intens disertai dengan simtom-simtom hasil seperti jantung berdebar
debar, nafas cepat, nafas tersengal, atau kesulitan bernafas, berkeringat
banyak; dan rasa lemas seta pusing tujuh kelling (Glass, 2000), Terdapat
komponen ketubuhan yang lebilh kuat pada serangan panik dbandingkan
pada bentuk-bentuk kecemasan lainnya. Serangan- serangan inl disertai
dengan perasan teror yang luar biasa dan perasaan akan adanya bahaya
yang segera menyerang atau malapetaka yang segera menimpa seta juga
disertai dengan suatu dorongan untuk melarikan diri dari situasi ini.
Biasanya disertai dengan pikiran-pikiran kehilangan kendali, menjadi gila,
atau akan dogup jantung mereka (Richatd, Edgar, & Gibon, 1996). Mereka
sering kali percaya bahwa mengalami serangan jantung meskipun tidak
ada yang salah dengan jantung mereka. Tetapi karena simtom-simtom
serangan panik dapat menyerupai simtom serangan jantung atau reaksi
alergi yang parah, perlu untuk dilakukanpemeriksaan medis yang teliti.
9
Serangan tidak dapat diduga muncul dalam bentuk kecemasan
akut, yang berlangsung selama 10 menit. Kepanikan merupakan episode
kecemasan ekstrem dalam merespon suatu ancaman nyata. Kepanikan
memperlihatkan gejala : palpitasi, keluhan sakit di dada, berkeringat,
demam, nafas pendek, nausea, sakit kepala atau perasaan aneh dan takut
kehilangan pengawasan pada dirinya. Misalnya Phobia (bentuk ketakutan
terhadap objek atau situasi tertentu/spesifik, sering dsertai dengan gejala-
gejala kecemasan ekstrem).
b. Gangguan Fobia
Kata fobia berasal dari kata Yunani phobos, berarti takut." Konsep
takut dan cemas bertautan erat. Takut adalah perasan cermas dan agtasi
sebagai respons terhadap suatu ancaman. Gangguan fobia adalah rasa takut
yang persisten terhadap objek atau situasi dan rasa takut ini tidak
sebanding dengan ancamannya. Untuk mengalami rasa takut yang
mencekam karena mobil Anda kehilangan kendali adalah normal karena
ada dasar objekif untuk rasa takut tersebut. Pada gangguan fobia,
ketakutan yang dialami jauh melebihi penilaian tentang bahaya yang ada.
Orang yang mempunyai fobia menyeitir ada kemungkinan menjadi takut
bahkan bila mereka menyetir dengan kecepatan di bawah batas, ketika
udara cerah dan di jalan yang sepi. Atau mereka mungkin begitu ketakutan
sehingga tidak berani menyetir atau bahkan naik mobil pun tidak berani.
Orang dengan gangguan fobia tidak kehilangan kontak dengan realitas;
mereka biasanya tahu bahwa ketakutan mereka itu berlebihan dan tidak
pada tempatnya.
Gambaran utama mengenai gangguan fobia adalah ketakutan yang
menetap dan tidak rasional terhadap suatu objek, aktivitas atau situasi
spesifik yang menimbulkan suatu keinginan untuk menghindari objek,
aktivitas atau situasi tersebut (stimulus fobik). Pada orang yang dinyatakan
fobia sering dijumpai suasana emosi yang komplek disertai dengan rasa
cemas. Secara psikologis faktor yang memyebabkan rasa cemas tersebut
bisa didapat dari lingkungan luar dan tidak mampu untuk menyebutkan
10
sumber ketakutannya, dan merasa kebingungan serta mengalami kesulitan
memusatkan perhatian.
Gangguan fobia dibagi dalam tiga tipe antara lain.
1) Agorafobia (bentuk yang paling berat pervasive/meresap)
Kekhawatiran pada suatu tempat atau situasi tertentu (misalnya tempat
ramai, dipasar atau tempat umum) karena merasa sulit untuk
berlindung dan merasa bahwa dirinya tidak berdaya. Ketakutan ini bisa
menyebabkan penderita makin lama semakin mengisolasi dirinya
sehingga tidak mau melakukan perjalanan atau selalu membutuhkan
pendamping.
Agrofobia dengan serangan panik, dapat diterangkan sebagai berikut.
a) Individu mempunyai ketakutan yang hebat terhadap situasi berada
sendirian atau tempat umum, dimana individu akan sulit melarikan
diri atau tempat yang tidak ada pertolongan apabila datang serangan
mendadak berupa perasaan tidak berdaya, seperti misalnya berada di
antara orang banyak dalam terowongan, atau diatas jembatan.
b) Aktivitas yang biasa dilakukan makin sempit dan ahkirnya ketakutan
atau tingkah laku menghindar menguasai hidup individu
c) Tidak disebabkan oleh episode Depresi Berat, Gangguan Obsesif-
Kompulsif, Gangguan Kepribadian Paranoid, atau Skizoprenia.
2) Fobia Sosial
11
penduduk Winnipeg, Manitoba, menemukan bahwa 1 di antara 3 orang
mengalami kecemasan yang berlebihan ketika berbicara didepan
umum, yang mempunyai pengaruh buruk yang cukup signifikan
terhadap hidup mereka(Stein, Walker, & Forde, 1996).
3) Fobia Spesifik
Fobia Spesifik Fobia spesifik (Specific phobias) adalah ketakutan yang
berlebihan dan parsinten terhadap objek atau situasi specifik, seperti
ketakutan tethadap ketinggian (Acrophobia), takut terhadap tempat
tertutup (claustrophobia), atau ketakutan tehadap binatang binatang
kecil seperti tikus atau ular atau binatang “melata menjijikan” yang
lainnya. Orang mengalami tingkat ketakutan dan reaksi fisiologis yang
meninggi bila bertemu dengan objek fobia, yang menimbulkan
dorongan kuat untuk menghindar atau melarikan diri dari situasi atau
menghindari stimulus yang ditakutkan.
c. Gangguan Obsesif-Kompulsif
Suatu obsesi adalah adalah pikiran, perasaan, ide, sensasi yang
menganggu (intrusif). Sedangkan kompulsif adalah perilaku yang disadari,
dibakukan, dan rekuren, seperti misalnya meghitung, memeriksa, atau
menghindar, yang bersebab adanya obsesi.
Obsesi meninggalkan kecemasan seseorang, sedangkan tindakan
kompulsif menurunkan kecemasan, namun menimbulkan kecemasan baru.
Seseorang dengan gangguan obsesif-kompulsif umumnya menyadari
irasionalitas dari obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan kompulsif
sebagai ego distronik.
Gangguan ini dapat menyebabkan ketidak-berdayaan karena
obsebsi yang pada akhirnya menghabiskan waktu dan menganggu secara
bermakna pada rutinitas normal seseorang terutama gangguan ini meliputi
fungsi pekerjaan, aktivitas sosial, atau hubungan dengan teman dan
anggota keluarga. Gangguan obsesif-komulsif dialami 2% sampai 3%
12
masyarakat umum pada suatu saat dalam hidup mereka (APA,2000;
Taylor, 1995).
d. Gangguan stres Pasca-trauma
Gangguan ini terjadi secara berulang, yang disebabkan oleh
kecemasan sebagai akibat peristiwa yang mengerikan (katastropik).
Gangguan cemas ini terdiri pengalaman tentang trauma melalui mimpi dan
pikiran, penghindaran terhadap trauma, dan kesadaran berlebihan yang
persisten. Gangguan sangat mungkin terjadi pada individu yang sendirian,
bercerai, janda, mengalami gangguan ekonomis, atau menarik diri secara
sosial
Stressor adalah faktor penyebab utama dalam perkembangan
gangguan stress pasca-traumatik. Tetapi tidak semua orang akan
mengalami gangguan stress pasca-traumatik setelah suatu peristiwa
traumatik. Walaupun stressor diperlukan, namun stressor tidak cukup
untuk menyebabkan gangguan. Klinis stress pasca-traumatik harus
mempertimbangkan juga faktor biologis individual yang telah ada, faktor
psikososial sebelumnya, dan peristiwa yang terjadi setelah trauma.
Faktor kerentanan yang merupakan predisposisi tampaknya
memainkan peranan penting dalam menentukan apakah gangguan akan
berkembang menjadi trauma pasca-traumatik, sebagian ditentukan oleh :
1). Adanya trauma masa kanak-kanak
2). Sifat gangguan kepribadian ambang, paranoid, dependen, atau anti
sosial
3). Sistem pendukung yang tidak kuat
4). Penggunaan respons coping aktif dalam menghadapi stressor traumatis
5). Perubahan hidup penuh stress yang baru saja terjadi
6). Penggunaan alkohol, meskipun belum sampai pada taraf
ketergantungan.
e. Gangguan Stres Akut
Pengertian stress yaitu segala masalah atau tuntutan penyesuaian
diri sebagai akibat adanya penghalang kesukaran, kebimbangan, aral
13
melintang dalam usaha mencapai tujuan sehingga menganggu
kesimbangan, bila tidak dapat diatasi dengan baik akan muncul gangguan
badan atau jiwa. Apabila stress mengancam perasaan kemampuan dan
harga diri seseorang maka reaksinya akan condong berorientasi pada
pembelaan Ego (Ego Defence Oriented) dengan tujuan utama melindungi
diri terhadap rasa devaluasi diri, meringankan ketegangan serta kecemasan
yang menyakitkan.
f. Gangguan Kecemasan Menyeluruh (GAD)
Gangguan kecemasan umum (Generalized anxiety disorder/ GAD)
ditandai dengan gejala kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan.
Serangan ini meliputi sejumlah kejadian atau akivitas (pekerjaan, prestasi
sekolah). Individu merasa sulit untuk mengendalikan ketakutannya.
Gejala-gejala kecemasan akan dianggap signifikan klinis dimana
1). Tingkat keparahannya abnormal atau berkepanjangan
2). Terjadi dalam keadaan yang penuh tekanan
3). Merusak fungsi fisik, sosial atau pekerjaan
A. Pendekatan-pendekatan Psikodinamika
14
memberi perhatian kepada tugas-tugas yang lebih kreatif dan memberi
peningkatan.
C. Pendekatan-pendekatan Biologis
15
misalnya mengalami lagi simtom-simtom kecemasan, insomnia, dan
kegelisahan. Simton-simton tersebut yang tidak menyenangkan ini dapat
mendorong orang untuk menggunakan kembali obat-obat tersebut. Obat
antidepresan juga dapat membantu untuk mengobati gangguan-gangguan
kecemasan.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam artian kecemasan ini dapat ditangani oleh Diri sendiri. Sedangkan,
tingkat ke-2 kecemasan (axienty) adalah abnormal , Kecemasan yang dapat
17
mengganggu kehidupan sehari-hari karena dalam bentuknya yang ekstrim. Juga
membuat orang yang merasa cemas abnormal ini terguncang jiwanya. kecemasan
ini bisa menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi
ancaman, atau bila sepertinya datang tanpa ada penyebabnya yaitu, bila bukan
merupakan respon terhadap perubahan lingkungan.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Jeffrey S. Nevid, dkk. (2005). Psikologi Abnormal. Edisi Kelima. Jilid I. Jakarta:
Erlangga.
Feist, J. & Gregory J. Feist. (2010). Teori kepribadian (Edisi ketujuh). Jakarta:
Penerbit Salemba Humanika.
18