Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

GANGGUAN KECEMASAN ( ANXIETY)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Untuk Pekerjaan Sosial II

Dosen Mata Kuliah: Dr. Carolina Nitimihardjo, MS

Ariska Natalia 18. 04. 058

Moch. Maulana Sakti 18. 04. 156

Melianata Saadah 18. 04. 226

Shafira Rahmadina 18. 04. 237

Frizal Moehammad Akbar 18. 04 321

Cristabella Fariska 18. 04. 323

Kelompok 3

1C – Peksos

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA IV PEKERJAAN SOSIAL

SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT yang telah


menganugerahkan nikmat kekuatan, kesehatan, dan kesempatan sehingga makalah
ini bisa terselesaikan dengan baik. Tak lupa pula kita panjatkan shalawat serta
salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membimbing
dan menjadi teladan dalam menuntut ilmu.

Makalah ini berisi informasi mengenai Anxiety Disorder (Gangguan


Kecemasan) yang merupakan salah satu bentuk gangguan psikologis yang
dipelajari dalam Psikologi Abnormal. Dalam tulisan ini, memuat penjelasan
mengenai Gangguan Kecemasan, mulai dari pengertian, karakteristik, faktor
penyebab, jenis-jenis tersebut, hingga bentuk penanganan yang diberikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat


kekurangan. Oleh karena ini kami sangat senang dan terbuka untuk menerima
saran dari pembaca untuk perbaikan makalah ini. Terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini, semoga dapat bermanfaat
bagi pengembangan ilmu psikologi khususnya di bidang Psikologi Abnormal.

Penulis

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………2

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………...3

BAB I PENDAHULAN
…………………………………………………………...4

1.1 LATAR BELAKANG


…………………………………………………….4
1.2 RUMUSAN MASALAH
………………………………………………. ...4
1.3 TUJUAN ………………………………………………………………….5

BAB II PEMBAHASAN
………………………………………………………….6

2.1 DEFINISI GANGGUAN KECEMASAN ( ANXIETY ) …………………


6
2.2 KARAKTERISTIK GANGGUAN KECEMASAN ( ANXIETY )
……….6
2.3 FAKTOR PENYEBAB GANGGUAN KECEMASAN
…………………..8
2.4 JENIS – JENIS GANGGUAN KECEMASAN ( ANXIETY)
…………....8
2.5 CARA PENANGANAN GANGGUAN KECEMASAN ( ANXIETY) …
14

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………...17

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………


17
3.2 Saran ……………………………………………………………………..17

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………


18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap hari manusia dihadapkan pada berbagai situasi atau kejadian yang
dapat memicu munculnya kecemasan. Misalnya ujian mendadak, presentasi
tugas, terlambat masuk kelas, deadline pekerjaan, dan sebagainya. Sebenarnya
kecemasan adalah reaksi yang wajar yang dapat dialami oleh siapapun,
sebagai respon terhadap situasi yang dianggap mengancam atau
membahayakan. Namun jika kecemasan tersbut berlebihan dan serta tidak
sesuai dengan proporsi ancamannya, maka dapat mengarah ke gangguan yang
akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya.
Menurut Jeffrey S Nevid (2003) Kecemasan (anxiety) adalah suatu
keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu
yang buruk akan segera terjadi. Banyak hal yang harus dicemaskan misalnya,
kesehatan kita, relasi sosial, ujian, karier, relasi internasional, dan kondisi
lingkungan adalah beberapa hal yang dapat menjadi sumber kekhawatiran.
Adalah normal, bahkan adaptif untuk sedikit cemas mengenai aspek-aspek
hidup tersebut.
Kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan
kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan.
Takut dan cemas merupakan dua emosi yang berfungsi sebagai tanda akan
adanya bahaya. Rasa takut muncul jika terdapat ancaman yang jelas atau
nyata, berasal dari lingkungan, dan tidak menimbulkan konflik bagi individu.
Sedangkan kecemasan muncul jika bahaya berasal dari dalam diri, tidak jelas
atau menyebabkan konflik bagi individu.
Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, maka makalah ini memberikan
informasi penting untuk memahami batasan-batasan yang jelas kapan
kecemasan yang dialami dikatakan sebagai sebuah gangguan, apa saja

4
simptom atau gejala yang dimunculkan, apa saja jenisnya, bagaimana
perspketif teoritis menjelaskan mengenai terjadinya gangguan tersebut, serta
upaya penanganan apa yang dapat diberikan untuk mengatasi gangguan
kecemasan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari kecemasan (Anxiety) ?
2. Apa saja karakteristik dari kecemasan (Anxiety) ?
3. Apa saja Faktor-Faktor dari kecemasan (Anxiety) ?
4. Apa saja jenis-jenis dari kecemasan (Anxiety) ?
5. Bagaimana Solusi Penanganan dari kecemasan (Anxiety) ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Dapat mengetahui pengertian dari kecemasan (Anxiety)
2. Dapat mengetahui karakteristik dari kecemasan (Anxiety)
3. Dapat mengetahui faktor-faktor dari kecemasan (Anxiety)
4. Dapat mengetahui jenis-jenis dari kecemasan (Anxiety)
5. Dapat mengetahui bagaimana solusi penanganan dari kecemasan (Anxiety)

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Gangguan Kecemasan ( Anxiety )

Menurut Jeffrey S Nevid (2003) Kecemasan (anxiety) adalah suatu


keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu
yang buruk akan segera terjadi. Banyak hal yang harus dicemaskan misalnya,
kesehatan kita, relasi sosial, ujian, karier, relasi internasional, dan kondisi
lingkungan adalah beberapa hal yang dapat menjadi sumber kekhawatiran.
Adalah normal, bahkan adaptif untuk sedikit cemas mengenai aspek-aspek
hidup tersebut.

Kecemasan bermanfaat bila hal tersebut mendorong kita untuk melakukan


pemeriksaan medis secara reguler atau memotivasi kita untuk belajar
menjelang ujian. Kecemasan adalah respon yang tepat terhadap ancaman,
tetapi kecemasan bisa menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai
dengan proporsi ancaman, atau bila sepertinya datang tanpa ada penyebabnya
yaitu, bila bukan merupakan respon terhadap perubahan lingkungan. Dalam
bentuknya yang ekstrem, kecamasan dapat mengganggu fungsi kita sehari-
hari.

2.2 Karakteristik Gangguan Kecemasan ( Anxiety )

1. Karakterisik fisik dari kecemasan, diantaranya:

6
1) Kegelisahan, kegugupan,
2) Tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar,
3) Sensasi dari pita ketat yang mengikat di sekitar dahi,
4) Kekencangan pada pori-pori kulit perut atau dada,
5) Banyak berkeringat,
6) Telapak tangan yang berkeringat,
7) Pening atau pingsan,
8) Mulut atau kerongkongan terasa kering,
9) Sulit berbicara,
10) Sulit bernafas,
11) Bernafas pendek,
12) Jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang,
13) Suara yang bergetar,
14) Jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin, pusing,
15) Merasa lemas atau mati rasa, sulit menelan,
16) Kerongkongan merasa tersekat,
17) Leher atau punggung terasa kaku,
18) Sensasi seperti tercekik atau tertahan,
19) Tangan yang dingin dan lembab,
20) Terdapat gangguan sakit perut atau mual,
21) Panas dingin,
22) Sering buang air kecil,
23) Wajah terasa memerah,
24) Diare,
25) Merasa sensitif atau “mudah marah”.

2. Karakteristik behavioral dari kecemasan, diantaranya:

1) Perilaku menghindar,
2) Perilaku melekat dan dependen,
3) Perilaku terguncang.

3. Karakteristik kognitif dari kecemasan, diantaranya:

1) Khawatir tentang sesuatu,


2) Perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu
yang terjadi di masa depan,
3) Keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi,
tanpa ada penjelasan yang jelas,
4) Terpaku pada sensasi ketubuhan,
5) Sangat waspada terhadap sensasi ketubuhan,

7
6) Merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya
sedikit atau tidak mendapat perhatian,
7) Ketakutan akan kehilangan kontrol,
8) Ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah,
9) Berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan,
10) Berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan,
11) Berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tanpa bisa
diatasi,
12) Khawatir terhadap hal-hal yang sepele,
13) Berpikir tentang hal mengganggu yang sama secara berulang-ulang,
14) Berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti
akan pingsan,
15) Pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan,
16) Tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran terganggu,
17) Berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak menemukan
sesuatu yang salah secara medis,
18) Khawatir akan ditinggal sendirian,
19) Sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.

2.3 Faktor Penyebab Gangguan Kecemasan ( Anxiety )

Berikut merupakan factor-faktor penyebab gangguan kecemasan:

1. Trauma. Anak-anak yang mengalami pelecehan seksual atau


menyaksikan peristiwa traumatis di masa kecil berisiko lebih tinggi
mengalami anxiety disorder ketika mereka dewasa. Tak hanya anak-
anak, orang dewasa yang mengalami peristiwa traumatis juga dapat
mengalami gangguan kecemasan.
2. Riwayat genetik. Memiliki kerabat sedarah, terutama orangtua dan
saudara kandung, dapat meningkatkan risiko Anda terkena kondisi ini
juga.
3. Kepribadian tertentu. Orang dengan tipe kepribadian tertentu lebih
rentan terhadap gangguan kecemasan daripada yang lain.
4. Mengalami gangguan mental. Orang dengan gangguan mental, seperti
depresi, sering kali juga mengalami gangguan kecemasan.
5. Penggunaan obat-obatan atau alkohol. Penyalahgunaan alkohol dan
narkoba dapat menyebabkan atau bahkan memperburuk gangguan
kecemasan yang Anda alami.
6. Stres karena suatu penyakit. Memiliki kondisi kesehatan atau penyakit
serius dapat memicu perasaan takut dan cemas berlebih. Terutama

8
perihal biaya pengobatan, peluang kesembuhan, hingga bagaimana
Anda menghadapi masa depan nantinya. Selain karena penyakit, Anda
juga bisa mengalami gangguan ini karena masalah di pekerjaan,
kehilangan orang yang terkasih, atau bahkan himpitan ekonomi.

2.4 Jenis – Jenis Gangguan Kecemasan ( Anxiety )

Gangguan kecemasan dapat muncul dalam berapa bentuk gangguan


kecemasan antara lain yaitu: Agorafobia, Fobia, Obsesif-Kompulsif,
Gangguan panik, Gangguan stres Pasca-trauma, Gangguan Stres Akut,
Gangguan Kecemasan menyeluruh. Gangguan kecemasan merupakan
gangguan mental yang hampir dialami tiap orang dan semua umur (Herbert,
2013), kecemasan dapat muncul dalam berbagai bentuk antara lain :

a. Gangguan panik
Ganguan panik mecakup munculnya serangan panik yang beulang
dan tidak terduga. Serangan serangan panik melibatkan reaksi kcemasan
yang intens disertai dengan simtom-simtom hasil seperti jantung berdebar
debar, nafas cepat, nafas tersengal, atau kesulitan bernafas, berkeringat
banyak; dan rasa lemas seta pusing tujuh kelling (Glass, 2000), Terdapat
komponen ketubuhan yang lebilh kuat pada serangan panik dbandingkan
pada bentuk-bentuk kecemasan lainnya. Serangan- serangan inl disertai
dengan perasan teror yang luar biasa dan perasaan akan adanya bahaya
yang segera menyerang atau malapetaka yang segera menimpa seta juga
disertai dengan suatu dorongan untuk melarikan diri dari situasi ini.
Biasanya disertai dengan pikiran-pikiran kehilangan kendali, menjadi gila,
atau akan dogup jantung mereka (Richatd, Edgar, & Gibon, 1996). Mereka
sering kali percaya bahwa mengalami serangan jantung meskipun tidak
ada yang salah dengan jantung mereka. Tetapi karena simtom-simtom
serangan panik dapat menyerupai simtom serangan jantung atau reaksi
alergi yang parah, perlu untuk dilakukanpemeriksaan medis yang teliti.

9
Serangan tidak dapat diduga muncul dalam bentuk kecemasan
akut, yang berlangsung selama 10 menit. Kepanikan merupakan episode
kecemasan ekstrem dalam merespon suatu ancaman nyata. Kepanikan
memperlihatkan gejala : palpitasi, keluhan sakit di dada, berkeringat,
demam, nafas pendek, nausea, sakit kepala atau perasaan aneh dan takut
kehilangan pengawasan pada dirinya. Misalnya Phobia (bentuk ketakutan
terhadap objek atau situasi tertentu/spesifik, sering dsertai dengan gejala-
gejala kecemasan ekstrem).
b. Gangguan Fobia
Kata fobia berasal dari kata Yunani phobos, berarti takut." Konsep
takut dan cemas bertautan erat. Takut adalah perasan cermas dan agtasi
sebagai respons terhadap suatu ancaman. Gangguan fobia adalah rasa takut
yang persisten terhadap objek atau situasi dan rasa takut ini tidak
sebanding dengan ancamannya. Untuk mengalami rasa takut yang
mencekam karena mobil Anda kehilangan kendali adalah normal karena
ada dasar objekif untuk rasa takut tersebut. Pada gangguan fobia,
ketakutan yang dialami jauh melebihi penilaian tentang bahaya yang ada.
Orang yang mempunyai fobia menyeitir ada kemungkinan menjadi takut
bahkan bila mereka menyetir dengan kecepatan di bawah batas, ketika
udara cerah dan di jalan yang sepi. Atau mereka mungkin begitu ketakutan
sehingga tidak berani menyetir atau bahkan naik mobil pun tidak berani.
Orang dengan gangguan fobia tidak kehilangan kontak dengan realitas;
mereka biasanya tahu bahwa ketakutan mereka itu berlebihan dan tidak
pada tempatnya.
Gambaran utama mengenai gangguan fobia adalah ketakutan yang
menetap dan tidak rasional terhadap suatu objek, aktivitas atau situasi
spesifik yang menimbulkan suatu keinginan untuk menghindari objek,
aktivitas atau situasi tersebut (stimulus fobik). Pada orang yang dinyatakan
fobia sering dijumpai suasana emosi yang komplek disertai dengan rasa
cemas. Secara psikologis faktor yang memyebabkan rasa cemas tersebut
bisa didapat dari lingkungan luar dan tidak mampu untuk menyebutkan

10
sumber ketakutannya, dan merasa kebingungan serta mengalami kesulitan
memusatkan perhatian.
Gangguan fobia dibagi dalam tiga tipe antara lain.
1) Agorafobia (bentuk yang paling berat pervasive/meresap)
Kekhawatiran pada suatu tempat atau situasi tertentu (misalnya tempat
ramai, dipasar atau tempat umum) karena merasa sulit untuk
berlindung dan merasa bahwa dirinya tidak berdaya. Ketakutan ini bisa
menyebabkan penderita makin lama semakin mengisolasi dirinya
sehingga tidak mau melakukan perjalanan atau selalu membutuhkan
pendamping.
Agrofobia dengan serangan panik, dapat diterangkan sebagai berikut.
a) Individu mempunyai ketakutan yang hebat terhadap situasi berada
sendirian atau tempat umum, dimana individu akan sulit melarikan
diri atau tempat yang tidak ada pertolongan apabila datang serangan
mendadak berupa perasaan tidak berdaya, seperti misalnya berada di
antara orang banyak dalam terowongan, atau diatas jembatan.
b) Aktivitas yang biasa dilakukan makin sempit dan ahkirnya ketakutan
atau tingkah laku menghindar menguasai hidup individu
c) Tidak disebabkan oleh episode Depresi Berat, Gangguan Obsesif-
Kompulsif, Gangguan Kepribadian Paranoid, atau Skizoprenia.

2) Fobia Sosial

Fobia sosial adalah perasaan takut terhadap hal-hal dan tidak


termasuk dalam kriteria agoraphobia atau fobia sosial seperti takut
pada binatang, kilat, sakit, kecelakaan atau kematian. Ketika situasi
ketakutan muncul orang yang terkena fobia sosial dapat saja
mengalami gejala somatik sebagai akibat dari kecemasan. Beberapa
penderita tidak mengeluh akan gejala somatik tetapi mengalami
ketakutan. Situasi umum yang dianggap sebagai fobia sosial
berhadapan dengan hal-hal seperti diperhatikan ketika melakukan
sesuatu atau berbicara didepan umum. Suatu survei acak terhadap 500

11
penduduk Winnipeg, Manitoba, menemukan bahwa 1 di antara 3 orang
mengalami kecemasan yang berlebihan ketika berbicara didepan
umum, yang mempunyai pengaruh buruk yang cukup signifikan
terhadap hidup mereka(Stein, Walker, & Forde, 1996).

3) Fobia Spesifik
Fobia Spesifik Fobia spesifik (Specific phobias) adalah ketakutan yang
berlebihan dan parsinten terhadap objek atau situasi specifik, seperti
ketakutan tethadap ketinggian (Acrophobia), takut terhadap tempat
tertutup (claustrophobia), atau ketakutan tehadap binatang binatang
kecil seperti tikus atau ular atau binatang “melata menjijikan” yang
lainnya. Orang mengalami tingkat ketakutan dan reaksi fisiologis yang
meninggi bila bertemu dengan objek fobia, yang menimbulkan
dorongan kuat untuk menghindar atau melarikan diri dari situasi atau
menghindari stimulus yang ditakutkan.
c. Gangguan Obsesif-Kompulsif
Suatu obsesi adalah adalah pikiran, perasaan, ide, sensasi yang
menganggu (intrusif). Sedangkan kompulsif adalah perilaku yang disadari,
dibakukan, dan rekuren, seperti misalnya meghitung, memeriksa, atau
menghindar, yang bersebab adanya obsesi.
Obsesi meninggalkan kecemasan seseorang, sedangkan tindakan
kompulsif menurunkan kecemasan, namun menimbulkan kecemasan baru.
Seseorang dengan gangguan obsesif-kompulsif umumnya menyadari
irasionalitas dari obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan kompulsif
sebagai ego distronik.
Gangguan ini dapat menyebabkan ketidak-berdayaan karena
obsebsi yang pada akhirnya menghabiskan waktu dan menganggu secara
bermakna pada rutinitas normal seseorang terutama gangguan ini meliputi
fungsi pekerjaan, aktivitas sosial, atau hubungan dengan teman dan
anggota keluarga. Gangguan obsesif-komulsif dialami 2% sampai 3%

12
masyarakat umum pada suatu saat dalam hidup mereka (APA,2000;
Taylor, 1995).
d. Gangguan stres Pasca-trauma
Gangguan ini terjadi secara berulang, yang disebabkan oleh
kecemasan sebagai akibat peristiwa yang mengerikan (katastropik).
Gangguan cemas ini terdiri pengalaman tentang trauma melalui mimpi dan
pikiran, penghindaran terhadap trauma, dan kesadaran berlebihan yang
persisten. Gangguan sangat mungkin terjadi pada individu yang sendirian,
bercerai, janda, mengalami gangguan ekonomis, atau menarik diri secara
sosial
Stressor adalah faktor penyebab utama dalam perkembangan
gangguan stress pasca-traumatik. Tetapi tidak semua orang akan
mengalami gangguan stress pasca-traumatik setelah suatu peristiwa
traumatik. Walaupun stressor diperlukan, namun stressor tidak cukup
untuk menyebabkan gangguan. Klinis stress pasca-traumatik harus
mempertimbangkan juga faktor biologis individual yang telah ada, faktor
psikososial sebelumnya, dan peristiwa yang terjadi setelah trauma.
Faktor kerentanan yang merupakan predisposisi tampaknya
memainkan peranan penting dalam menentukan apakah gangguan akan
berkembang menjadi trauma pasca-traumatik, sebagian ditentukan oleh :
1). Adanya trauma masa kanak-kanak
2). Sifat gangguan kepribadian ambang, paranoid, dependen, atau anti
sosial
3). Sistem pendukung yang tidak kuat
4). Penggunaan respons coping aktif dalam menghadapi stressor traumatis
5). Perubahan hidup penuh stress yang baru saja terjadi
6). Penggunaan alkohol, meskipun belum sampai pada taraf
ketergantungan.
e. Gangguan Stres Akut
Pengertian stress yaitu segala masalah atau tuntutan penyesuaian
diri sebagai akibat adanya penghalang kesukaran, kebimbangan, aral

13
melintang dalam usaha mencapai tujuan sehingga menganggu
kesimbangan, bila tidak dapat diatasi dengan baik akan muncul gangguan
badan atau jiwa. Apabila stress mengancam perasaan kemampuan dan
harga diri seseorang maka  reaksinya akan condong berorientasi pada
pembelaan Ego (Ego Defence Oriented) dengan tujuan utama melindungi
diri terhadap rasa devaluasi diri, meringankan ketegangan serta kecemasan
yang menyakitkan.
f. Gangguan Kecemasan Menyeluruh (GAD)
Gangguan kecemasan umum (Generalized anxiety disorder/ GAD)
ditandai dengan gejala kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan.
Serangan ini meliputi sejumlah kejadian atau akivitas (pekerjaan, prestasi
sekolah). Individu merasa sulit untuk mengendalikan ketakutannya.
Gejala-gejala kecemasan akan dianggap signifikan klinis dimana
1). Tingkat keparahannya abnormal atau berkepanjangan
2). Terjadi dalam keadaan yang penuh tekanan
3). Merusak fungsi fisik, sosial atau pekerjaan

2.5 Cara Penanganan Gangguan Kecemasan ( Anxiety )

Masing-masing perspektif teoritis mayor telah menciptakan berbagai


pendekatan untuk menangani gangguan-gangguan kecemasan. Pendekatan-
pendekatan psikologis mungkin berbeda satu sama lain dalam tehnik-tehnik dan
tujuannya, tetapi sepertinya ada satu hal yang sama: Dengan cara-cara mereka
sendiri, mereka mendorong klien untuk menghadapi dan tidak menghindari
sumber-sumber kecemasan mereka. Sebagai kontras, perspektif biologis, terutama
berfokus pada penggunaan obat-obatan untuk meredam kecemasan.

A. Pendekatan-pendekatan Psikodinamika

Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang


dilekatkan kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk
membiarkannya tetap teresepsi. Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa
kecemasan klien merupakan simbolisasi dari konflik dalam (inner conflik) diri
mereka: dengan adanya simbolisasi ini, ego dapat dibebaskan dari penghabisan
energi untuk melakukan represi. Dengan demikian ego dapat dapat lebih

14
memberi perhatian kepada tugas-tugas yang lebih kreatif dan memberi
peningkatan.

Terapis psikodinamika yang lebh modern juga menyadarkan klien


mengenai sumber-sumber konflik yang berasal dari dalam. Tetapi,
dibandingkan dengan pendekatan yang tradisional, mereka lebih menjajaki
sumber kecemasan yang berasal dai keadaan hubungan sekarang ini daripada
hubungan-hubungan di masa lampau, dan mereka mendorong klien untuk
mengembangkan tingkah laku yang lebih adaftif. Terapis semacam ini lebih
pendek waktu terapinya dan lebih direktif dibandingkan dengan psikoanalisis
tradisional. Meskipun terapis-terapis psikodinamika barangkali terbukti
membantu dalam menangani gangguan gangguan kecemasan, bukti empiris
ekstensif yang membuktikan efektivitas mereka tidaklah mencukupi
(USDHHS:1999).

B. Pendekatan- pendekatan Humanistik

Para teoretikus humanistik percaya bahwa banyak dari kecemasan kita


yang berasal dari represi sosial diri kita yang sesungguhnya. Kecemasan
terjadi bila ketidakselarasan antara inner self seorang yang sesungguhnya dan
kedok sosialnya mendekat ke taraf kesadaran. Orang merasakan bahwa
sesuatu yang buruk akan terjadi, tetapi tidak mampu untuk mengatakan apa itu
karena bagian diri yang tidak diakui tidak secara langsung diekspresikan
dalam kesadaran. Karena ketidaksetujuan orang lain, orang barangkali gagal
mengembangkan bakat-bakat individual mereka dan gagal mengenali
perasaan-perasaan mereka mereka yang autentik. Dengan demikian terapis-
terapis humanistik bertujuan membantu orang untuk memahami dan
mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan mereka yang sesungguhnya.
Sebagai akibatnya, klien menjadi bebas untuk menemukan dan menerima diri
mereka yang sesungguhnya, dan tidak bereaksi dengan kecemasan bila
perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya dan kebutuhan-kebutuhan
mereka mulai muncul ke permukaan.

C. Pendekatan-pendekatan Biologis

Berbagai variasi obat-obatan dipakai untuk mengobati gangguan-gangguan


kecemasan. Di antara obat-obat yang banyak dipakai adalah obat penenang
ringan seperti dari golongan benzodiazepine Valium (nama genetik diazepam)
dan Xanax (alpharazolam). Meskipun benzodiazepine mempunya efek
menenangkan, tetapi dapat mengakibatkan dependensi fisik (adiksi). Orang-
orang yang menjadi tergantung kepadanya dapat mengalami serangkaian
simtom putus zat bila mereka berhenti menggunakankannya dengan tiba-tiba,

15
misalnya mengalami lagi simtom-simtom kecemasan, insomnia, dan
kegelisahan. Simton-simton tersebut yang tidak menyenangkan ini dapat
mendorong orang untuk menggunakan kembali obat-obat tersebut. Obat
antidepresan juga dapat membantu untuk mengobati gangguan-gangguan
kecemasan.

Masalah sosial terapi obat adalah bahwa pasien kemungkinan


mengganggap perbaikan klinis yang terjadi disebabkan oleh obat dan bukan
karena sumber daya mereka sendiri. Obat-obat ini juga tidak membawa
kesembuhan total. Kambuh (relapse) sering terjadi setelah pasien
menghentikan pengobatan (Spiegel & Bruce, 1997). Munculnya kembali
panik adalah sangat mungkin kecuali diberikan juga penganganan secara
kognitif-behavional untuk membantu pasien pasien anik memodifikasi reaksi
kognitif mereka yang berlebh terhadap sensasi tubuh (Clack,1986). Terapi
obat kadag kadang dikombinasikan dengan terapi kognitif – behavional.
Bukti bukti menunjukan bahwa terapi obat tidak mengganggu efektivitas dan
penanganan kognitif behavional.

D. Pendekatan – pendekatan belajar

Cukup banyak hasil riset yang mendemontrasikan efektivitas dari


pendekatan-pendekatan belajar dalam menangani serangkaian gangguan-
gangguan kecemasan (USDHHS,1999) yang menjadi inti dari pendekatan-
pendekatan ini adalah usaha untuk membantu individu – individu menjadi
lebih efektif dalam menghadapi objek-objek atau situasi-situasi yang
menimbulkan kecemasan

Adam menjalani desensitiasi sistematis, suatu prosedur untuk mengurangi


rasa takut diciptakan oleh seorang psikiater Joseph Wolpe (1958) pada
tahun 1950 an . desensitiasi sistematis adalah suatu proses gradual. Klien
belajar untuk secara progresif menghadapi stimuli yang makin mengganggu
sementara mereka tetap rileks.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi, kecemasan (axienty) mempunya dua tingkatan. Tingkat ke-1


Kecemasan (anxiety) normal, bahkan adaptif untuk sedikit cemas mengenai
aspek-aspek hidup tersebut. Kecemasan ini terkadang bisa menjadi motivasi untuk
melakukan hal baik, semisalnya ada seorang murid ia akan presentasi esok , ia
cemas tidak bisa menguasai materi sehingga ia tidak bisa menjelaskan kepada
teman-temannya apa yang ia presentasikan, dari rasa cemas itu membuat ia
termotivasi dan terdorong untuk belajar agar esok ia bisa memahami materi
sehingga esok ia dapat menampilkan yang terbaik pada saat presentasi.

Dalam artian kecemasan ini dapat ditangani oleh Diri sendiri. Sedangkan,
tingkat ke-2 kecemasan (axienty) adalah abnormal , Kecemasan yang dapat

17
mengganggu kehidupan sehari-hari karena dalam bentuknya yang ekstrim. Juga
membuat orang yang merasa cemas abnormal ini terguncang jiwanya. kecemasan
ini bisa menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi
ancaman, atau bila sepertinya datang tanpa ada penyebabnya yaitu, bila bukan
merupakan respon terhadap perubahan lingkungan.

3.2 Saran

1. Kontrol lah diri anda jangan sampai mengalami kecemasan abnormal .


2. Apabila merasakan tanda-tanda kecemasan abnormal apa diri sendiri
segeralah konsultasikan kepada psikolog agar bisa mencegah kecemasan
abnormal

DAFTAR PUSTAKA

Jeffrey S. Nevid, dkk. (2005). Psikologi Abnormal. Edisi Kelima. Jilid I. Jakarta:
Erlangga.

Feist, J. & Gregory J. Feist. (2010). Teori kepribadian (Edisi ketujuh). Jakarta:
Penerbit Salemba Humanika.

18

Anda mungkin juga menyukai