Disusun Oleh :
Kelompok 1
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami kelompok 1 dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Gangguan Kecemasan ini pada waktunya.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Ibu Rina Rifayanti, S.Psi., M.Psi., Psikolog pada mata kuliah Psikologi Umum II.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
gangguan psikologis bagi para pembaca dan juga penyusun.
Kami menyadari, makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini
ii
Penyusun
iii
Daftar Isi
Makalah Gangguan Kecemasan......................................................................................i
Kata Pengantar.................................................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................................iii
Bab I..................................................................................................................................1
Pendahuluan.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
D. Manfaat.........................................................................................................1
Bab II................................................................................................................................2
Pembahasan......................................................................................................................2
B. Jenis-Jenis Kecemasan..................................................................................3
2. Panic Disorder...........................................................................................5
6. Specific Phobia........................................................................................13
Bab III.............................................................................................................................16
Penutup...........................................................................................................................16
A. Kesimpulan.................................................................................................16
B. Saran............................................................................................................16
Daftar Pustaka................................................................................................................17
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecemasan merupakan respon normal dalam menghadapi stress, namun
sebagian orang dapat mengalami kecemasan yang berlebihan sehingga mengalami
kesulitan dalam mengatasinya. Secara klinis, seseorang yang mengalami masalah
kecemasan dibagi dalam beberapa kategori, yaitu gangguan cemas (anxiety
disorder), gangguan cemas menyeluruh (generalized anxiety disorder/GAD),
gangguan panik (panic disorder), gangguan fobia (obsessive-complusive
disorder). Jadi disini kita akan mengurai materi tentang gangguan kecemasan, apa
saja faktor penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari gangguan kecemasan?
2. Apa saja penyebab gangguan kecemasan?
3. Bagaimana cara mengatasinya?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari gangguan kecemasan.
2. Untuk mengetahui penyebab gangguan kecemasan.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasinya.
D. Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah untuk menambah ilmu dan wawasan yang
luas mengenai gangguan kecemasan, agar kita bisa mengetahui penyebab dari
gangguan kecemasan dan bisa mengatasinya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gangguan Kecemasan
Kecemasan bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan respon yang timbul
pada setiap individu ketika menghadapi situasi menekan. Kecemasan dapat
muncul sebagai akibat akumulasi dari frustasi, konflik, dan stres. Menurut
beberapa penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa kecemasan lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria (Situmorang, 2018;
Situmorang, Mulawarman, & Wibowo, 2018).
Gangguan kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak
didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau
takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak
mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Gangguan kecemasan
adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran penting tentang kecemasan
yang berlebihan, disertai respons, perilaku, emosional, dan fisiologis. Individu
yang mengalami kecemasan memiliki kecenderungan memiliki kondisi emosi
yang negatif seperti: kegelisahan, kekhawatiran, dan ketakutan. Individu yang
mengalami gangguan kecemasan dapat memperlihatkan perilaku yang tidak lazim
seperti panik tanpa alasan, takut yang tidak beralasan terhadap objek atau kondisi
kehidupan, melakukan tindakan berulang-ulang tanpa dapat dikendalikan,
mengalami kembali peristiwa yang traumatik, atau rasa khawatir yang tidak dapat
dijelaskan atau berlebihan. Gangguan kecemasan dapat menyebabkan gangguan
kondisi psikis yang menimbulkan masalah produktivitas.
2
bersosialisasi sehingga akan menjadi kendala dalam menjalankan fungsi sosial,
pekerjaan, dan peranannya, sehingga langkah pencegahan dan penanggulangan
harus segera dilakukan. Kecemasan dalam arti ringan dapat meningkatkan
produktivitas seseorang, namun jika terjadi secara terus menerus dapat
mengganggu mekanisme kerja, baik fisik maupun psikis. Menurut Hurlock
(1975), kecemasan digambarkan sebagai suatu kekhawatiran umum mengenai
suatu peristiwa yang tidak jelas, tidak pasti terhadap peristiwa yang akan datang.
Kecemasan muncul ketika menghadapi atau berpikir terhadap suatu peristiwa
yang akan datang dimana masih merupakan bayangan yang belum pasti.
B. Jenis-Jenis Kecemasan
Ada beberapa jenis kecemasan di antaranya :
1. Generalized Anxiety Disorder (GAD) atau Gangguan Kecemasan Menyeluruh
Kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan tentang sejumlah peristiwa
atau kegiatan dan dapat sangat menghancurkan bagi pasien, sehingga kadang-
kadang mereka akan mengalami masalah dengan tidur mereka, jadwal makan
mereka, dan bahkan kadang-kadang bermanifestasi dengan gejala fisik seperti
sakit kepala, sakit perut, dan gejala jantung berdebar juga.
a) Penyebab
Penyebab GAD belum diketahui secara pasti. Pengalaman hidup traumatis,
pengaruh genetik, dan gangguan pada sistem saraf dianggap sebagai faktor yang
memicu munculnya GAD.
b) Gejala (Symptoms)
3
c) Diagnosis menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
(DSM V)
Kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan, terjadi lebih dari beberapa hari
selama setidaknya 6 bulan, tentang sejumlah acara atau kegiatan (seperti
kinerja sekolah atau pekerjaan).
Individu merasa sulit mengontrol rasa khawatir mereka.
Untuk orang dewasa. kecemasan dan kekhawatiran dikaitkan dengan tiga (atau
lebih) dari enam gejala berikut:
4
itu, pemberian terapi CBT (Cognitive Behavioral Therapy) cocok digunakan
untuk menangani kasus ini.
2. Penggunaan Obat-Obatan
Benzodiazepine untuk meredakan gejala dan keluhan GAD dalam waktu
singkat.
Obat anti depressan golongan selective serotonin reuptake inhibitor
(SSRI) untuk meningkatkan serotonin di otak, dan serotonin and
noradrenaline reuptake inhibitor (SNRI) untuk meningkatkan serotonin
dan noradrenaline di otak.
5
b) Gejala (Symptoms)
Setidaknya satu serangan telah diikuti oleh 1 bulan (atau lebih) dari satu atau
kedua hal berikut:
6
a) Kekhawatiran terus-menerus atau khawatir tentang serangan panik
tambahan atau konsekuensinya.
b) Perubahan maladaptif signifikan dalam perilaku yang terkait dengan
serangan (mis., perilaku yang dirancang untuk menghindari serangan
panik, seperti menghindari olahraga atau situasi yang tidak dikenal)
Gangguan panik dengan serangan panik yang bukan disebabkan efek
pemakaian obat-obatan ataupun karena penyakit.
Keluhan ini tidak didasari oleh efek dari suatu zat seperti obat-obatan,
penyakit atau kondisi kesehatan khusus.
d) Pengobatan (Treatment)
Psikoterapi dengan menggunakan Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
Penggunaan Obat-Obatan
Benzodiazepine, seperti alprazolam atau clonazepam.
Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), seperti fluoxetine atau
sertraline.
Serotonin and noradrenaline reuptake inhibitor (SNRI), seperti venlafaxine.
7
a) Penyebab
Fobia sosial tidak diketahui penyebabnya secara pasti. Fobia sosial
mungkin saja terjadi pada seorang anak akibat meniru tingkah laku orangtuanya
yang juga mengalami fobia sosial. Bisa juga seorang anak mengalami fobia sosial
karena faktor lingkungan keluarga yang memperlakukannya dengan terlalu
protektif. Kemungkinan lain tentang penyebab terjadinya fobia sosial ada
hubungannya dengan amigdala. Amigdala adalah struktur yang berada di otak,
yang mengendalikan pikiran atau perasaan akan rasa cemas, serta mengatur
respons terhadap ketakutan. Fobia sosial bisa terjadi jika amigdala bekerja terlalu
aktif.
b) Gejala (Symptoms)
8
c) Diagnosis menurut DSM V
Ketakutan atau kecemasan yang ditandai mengenai satu atau lebih situasi
sosial di mana individu terpapar oleh pengawasan yang cermat oleh orang
lain. Contohnya termasuk interaksi sosial (mis., Bercakap-cakap, bertemu
orang yang tidak dikenal), diamati (misalnya, makan atau minum), dan tampil
di depan orang lain (mis., Memberikan pidato).
Catatan: Pada anak-anak, kecemasan harus terjadi dalam pengaturan teman
sebaya dan tidak hanya selama interaksi dengan orang dewasa.
Individu takut bahwa dia akan bertindak dengan cara atau menunjukkan gejala
kecemasan yang akan dievaluasi secara negatif (yaitu, akan memalukan: akan
menyebabkan penolakan atau menyinggung orang lain).
Situasi sosial hampir selalu memancing rasa takut atau kecemasan.
Catatan: Pada anak-anak, ketakutan atau kecemasan dapat diekspresikan
dengan menangis, mengamuk, membeku, melekat, menyusut, atau gagal
berbicara dalam situasi sosial.
Situasi sosial dihindari atau ditanggung dengan rasa takut atau kecemasan
yang intens.
Ketakutan atau kecemasan tidak sebanding dengan ancaman aktual yang
ditimbulkan oleh situasi sosial dan konteks sosial budaya.
Ketakutan, kecemasan, atau penghindarannya persisten, biasanya berlangsung
selama 6 bulan atau lebih.
Ketakutan, kegelisahan, atau penghindaran menyebabkan tekanan atau
gangguan signifikan secara sosial dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang
fungsi penting lainnya.
Keluhan ini tidak didasari oleh efek dari suatu zat seperti obat-obatan,
penyakit atau kondisi kesehatan khusus.
d) Pengobatan (Treatment)
Psikoterapi dengan menggunakan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) atau
terapi perilaku kognitif.
Penggunaan Obat-Obatan
Benzodiazepine, seperti alprazolam atau clonazepam.
9
Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), seperti Citalopram,
Escitalopram, Fluoxetine, Fluvoxamine, Paroxetine, Sertraline.
Serotonin and noradrenaline reuptake inhibitor (SNRI), seperti
Venlafaxine-XR dan Duloxetine.
10
2. Kecenderungan untuk mengelak, penderita PTSD enggan memikirkan
atau membicarakan peristiwa yang membuatnya trauma. Hal ini
ditunjukkan dengan menghindari tempat, aktivitas, dan seseorang yang
terkait dengan kejadian traumatis tersebut.
3. Pemikiran dan perasaan negative, penderita PTSD cenderung
menyalahkan dirinya atau orang lain. Selain itu, penderita juga kehilangan
minat pada aktivitas yang dulu disukainya dan merasa putus asa. Penderita
juga lebih menyendiri dan sulit menjalin hubungan dengan orang lain.
4. Perubahan perilaku dan emosi, penderita PTSD sering kali mudah takut
atau marah meski tidak dipicu oleh ingatan pada peristiwa traumatis.
Perubahan perilaku ini juga sering membahayakan dirinya atau orang lain.
Penderita juga sulit tidur dan berkonsentrasi.
c) Diagnosis menurut DSM V
Catatan: Diagnosis ini untuk anak diatas 6 tahun, orang dewasa, remaja
Mengalami kembali peristiwa tersebut secara terus-menerus: pikiran-
pikiran mengganggu yang berkaitan dengan peristiwa traumatis, mimpi
buruk atau mimpi-mimpi menyedihkan, ingatan-ingatan yang tidak
disengaja terus-menerus, disosiasi (termasuk kilas balik) dan reaksi emosi
atau fisiologis yang intens dan negatif pada paparan pengingat (pemicu
traumatis)
Menghindari pemicu traumatis atau berpikir / berbicara tentang
pengalaman
Perubahan negatif dalam kognisi dan suasana hati: ketidakmampuan untuk
mengingat aspek-aspek penting dari trauma; keyakinan dan harapan
negatif yang persisten tentang diri sendiri, orang lain, dan dunia;
menyalahkan diri sendiri karena trauma; keyakinan negatif yang dilebih-
lebihkan tentang konsekuensi trauma; keadaan emosi negatif yang
persisten (kesedihan, kengerian, rasa bersalah); kekurangan pengalaman
emosional positif; kehilangan minat atau partisipasi dalam kegiatan
penting; dan detasemen dari orang-orang.
11
Peningkatan gairah atau reaktivitas: lekas marah, masalah dengan tidur
atau konsentrasi, peningkatan reaksi mengejutkan, peningkatan
kewaspadaan terhadap potensi bahaya, tindakan yang merugikan diri
sendiri, atau kecerobohan
Seseorang tidak dapat mendiagnosis PTSD sampai satu bulan berlalu sejak
kejadian traumatis. Gangguan stres akut, yang memiliki gejala serupa,
didiagnosis selama bulan pertama.
d) Pengobatan (Treatment)
Psikoterapi dengan menggunakan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) atau
terapi perilaku kognitif; Eye Movement Desentization And Reprocessing
(EMDR); Exposure-Based Interventions atau Terapi Eksposur.
Penggunaan Obat-Obatan yaitu antidepresan golongan Selective serotonin
reuptake inhibitor (SSRI), seperti Citalopram, Fluvoxamine, Paroxetine,
Sertraline.
12
mengganggu dan tidak diinginkan, dan pada kebanyakan individu
dapat menyebabkan kecemasan.
2. Individu berusaha untuk mengabaikan atau menekan pemikiran,
dorongan, atau gambar tersebut, atau untuk menetralisirnya dengan
beberapa pemikiran atau tindakan lain (yaitu dengan melakukan
kompulsi).
13
1. Penyebab
a) Mengalami insiden atau trauma tertentu, misalnya takut naik pesawat
akibat pernah mengalami turbulensi di pesawat.
b) Menderita gangguan mental, seperti skizofrenia, depresi, OCD, gangguan
panik, PTSD (post-traumatic stress disorder), atau gangguan kecemasan
umum.
c) Memiliki orang tua yang terlalu melindungi (over protective) atau
memiliki hubungan yang kurang dekat dengan orang tua.
d) Memiliki anggota keluarga yang mengalami fobia tertentu. Misalnya fobia
terhadap laba-laba, karena ada keluarga yang juga takut pada laba-laba.
e) Mengalami tekanan atau stres dalam jangka waktu panjang. Stres yang
tidak dikelola dengan baik berisiko menurunkan kemampuan seseorang
untuk mengatasi ketakutan yang muncul pada situasi atau kondisi tertentu.
2. Symptoms atau Gejala
Jantung terasa berdebar-debar (palpitasi)
Sesak napas
Kebingungan
Pusing atau sakit kepala
Mual
Dada terasa nyeri
Leher terasa tercekik
Sulit berbicara dengan jelas
Tubuh gemetar dan berkeringat
Telinga berdenging
Sensasi selalu ingin buang air kecil
Mulut terasa kering
Menangis
Takut ditinggal sendirian (terutama pada anak-anak)
14
3. Diagnosis menurut DSM V
a. Rasa takut atau cemas yang ditandai tentang objek atau situasi tertentu
(mis. Terbang, ketinggian, hewan, menerima suntikan, melihat darah).
Catatan: Pada anak-anak, ketakutan atau kecemasan dapat diekspresikan
dengan menangis, mengamuk, membeku, atau melekat.
b. Objek atau situasi fobia hampir selalu memicu ketakutan atau kecemasan
langsung.
c. Objek atau situasi fobia secara aktif dihindari atau ditanggung dengan rasa
takut atau kecemasan yang intens.
d. Ketakutan atau kecemasan tidak sebanding dengan bahaya aktual yang
ditimbulkan oleh objek atau situasi tertentu dan konteks sosial budaya.
e. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran bersifat persisten, biasanya
berlangsung selama 6 bulan atau lebih.
f. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran menyebabkan tekanan atau
gangguan signifikan secara sosial dalam bidang sosial, pekerjaan, atau
bidang fungsi penting lainnya.
4. Treatment
Psikoterapi dengan menggunakan terapi perilaku kognitif (CBT)
Obat-obatan: Benzodiazepine, SSRI, Beta Blockers
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan kecemasan merupakan rasa cemas dan khawatir yang tidak terkendali,
berlebihan, dan bahkan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari. Terdapat gejala
seperti munculnya rasa khawatir berlebihan, gelisah, gugup, ragu-ragu, takut, sulit
mengambil keputusan, dan sulit untuk berkonsentrasi. Gangguan kecemasan ada
beberapa jenis : gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan panik, gangguan
kecemasan sosial, gangguan stress pascatrauma, dan Obsessive Compulsive
Disorder (OCD).
B. Saran
Gangguan kecemasan bisa diatasi dengan penanganan : Konsultasi dengan ahli
mental seperti psikolog/konselor, terapi seperti Cognitive behavioral
therapy (CBT) , Behavior Therapy dan farmakoterapi atau pengobatan medis.
16
DAFTAR PUSTAKA
Alodokter (2020). Fobia.
Antony, M. M., & Swinson, R. P. (2008). A new harbinger self help workbook:
the shyness & social anxiety workbook second edition. Canada: New
Harbinger Publication Inc.
Lancaster, C. L., Teeters, J. B., Gros, D. F., & Back, S. E. (2016). Posttraumatic
stress disorder: Overview of evidence-based assessment and
treatment. Journal of clinical medicine, 5(11), 105.
17
Taylor C. B. (2006). Panic disorder. BMJ (Clinical research ed.), 332(7547),
951–955.
Wicaksono, E., Permana, V.F.Y., Putri, P.A. and Situmorang, D.D.B., 2020.
Memahami Gangguan Kecemasan Dalam Diri Remaja.
18