Disusun oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu, Adapun tema dari makalah kami ini adalah
“Teori Keperawatan menurut Calista Roy”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan Terima Kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
mata kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan yang telah memberikan tugas ini terhadap kami.
Kami juga ingin mengucapkan Terima Kasih kepada rekan-rekan kelompok yang turut
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan dalam
perkembangan Pendidikan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN …………………………………………………………..
1
BAB II
PEMBAHASAN ………………………………………………………….... 3
BAB III
PENUTUP …………………………………………………………………..
10
3.1Kesimpulan ………………………………………………………… 10
3
3.2Saran …………………………………………………………………
10
BAB I
PENDAHULUAN
4
menurut Roy, manusia adalah makhluk holistic yang memiliki sistem adaptif yang selalu
beradaptasi.
Aplikasi proses keperawatan menurut konsep teori Roy di Rumah Sakit telah banyak
diterapkan namun sedikit sekali perawat yang mengetahui dan memahami bahwa
Tindakan keperawatan tersebut telah sesuai. Bahkan perawat melaksanakan asuhan
keperawatan tanpa menyadari sebagian tindakan yang telah dilakukan pada klien adalah
penerapan konsep teori Roy.
Oleh karena itu, kelompok memandang perlu untuk mengetahui dan mengkaji
tentang penerapan model keperawatan yang sesuai dengan teori Sister Callista Roy
dilapangan atau rumah sakit, sehingga dapat diketahui apakah teori Roy dapat
diaplikasikan dengan baik dalam pelayanan keperawatan atau asuhan keperawatan.
1.5 Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengenal dan lebih mengetahui biografi, dan
Teori Keperawatan “Callista Roy”.
1.6 Manfaat
Manfaat dari makalah ini diantaranya, dapat menambah wawasan pembaca tentang “Teori
Keperawatan Callista Roy”.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai
dengan keperawatan.
Dimulai dengan pendekatan teori sistem Roy, Harry Helson (1964) seorang ahli
fisiologis-psikologis mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus
sampai tercapainya derajat adaptasi yang dibutuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk
oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu :
2.Konsep lingkungan,
4.Keperawatan.
7
Dimana antara keempat elemen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain karena
merupakan suatu sistem.
A. Manusia
Manusia merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan karena manusialah yang
menjadi penerima asuhan keperawatan, baik itu individu, keluarga, kelompok,
maupun masyarakat, yang dipandang sebagai “Holistic Adaptif System”. Dimana
“Holistic Adaptif System” ini merupakan perpaduan antara konsep sistem dan konsep
adaptasi.
B. Lingkungan
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan elemen dari
lingkungan (menurut Roy). Definisi lingkungan menurut Roy adalah semua kondisi /
keadaan dan pengaruh-pengaruh disekitar individu yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku individu dan kelompok. Dalam hal ini Roy menekankan
agar lingkungan dapat didesign untuk meningkatkan kemampuan adaptasi individu
atau meminimalkan resiko yang akan terjadi pada individu terhadap adanya
perubahan.
C. Sehat
Roy mendefinisikan sehat adalah “A State and a Process of Being and Becoming an
Integrated and Whole Person”. Integritas individu dapat ditunjukkan dengan
kemampuan untuk mempertahankan diri, tumbuh, reproduksi, dan “Mastery”.
Asuhan keperawatan berdasarkan model Roy bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan individu dengan cara meningkatkan respon adaptifnya.
D. Keperawatan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan keperawatan menurut Roy adalah
meningkatkan respon adaptif individu dan menurunkan respon inefektif individu
dalam kondisi sakit maupun sehat. Selain meningkatkan kesehatan di semua proses
kehidupan, keperawatan juga bertujuan untuk mengantarkan individu meninggal
dengan damai. Untuk mencapai tujuan tersebut, perawat harus dapat mengatur
stimulus fokal, kontekstual dan residual yang ada pada individu dengan lebih menitik
beratkan pada stimulus fokal yang merupakan stimulus tertinggi.
Dalam teorinya, Sister Callista Roy memiliki dua model mekanisme. Yaitu Fungsi atau
Proses Control yang terdiri dari kognator dan regulator. Efektor mekanisme ini dibagi
menjadi empat. Yaitu fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan interpendensi. Regulator
8
digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor cara adaptasi,
yaitu: fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan interdepensi. Berikut
penjelasannya :
1) Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan integritas terbagi menjadi dua bagian. Mode fungsi fisiologis
tingkat dasar yang terdiri dari kebutuhan dan fungsi fisiologis tingkat dasar yang
terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan yang kompleks terdiri dari 4
bagian, yaitu :
a) Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu
ventilasi, pertukaran gas, dan transpor gas. (Vairo, 1984 dalam Roy, 1991)
b) Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan, dan mengganti jaringan
yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy, 1991)
c) Eliminasi : yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan
ginjal. (Servonsky, 1984 dalam Roy, 1991)
d) Aktivitas dan Istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat
yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki
dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh. (Cho, 1984 dalam Roy,
1991)
e) Roteksi Perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas
dan struktur integumen (kulit, rambut, dan kuku) dimana hal ini penting
sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984
dalam Roy, 1991)
f) The sense / Perasaan : penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa, dan bau
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan. Sensasi nyeri
penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan. (Driscoll, 1984 dalam
Roy, 1991)
g) Cairan dan Elektrolit : Keseimbangan cairan dan elektrolit didalamnya
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik.
Sebaliknya, inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984 dalam Roy, 1991)
9
h) Fungsi Syaraf / Neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan
bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka
mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan
tubuh. Kesadaran dan proses emosikognitif yang baik untuk mengatur
aktivitas organ-organ tubuh. (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991)
i) Fungsi Endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan
fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh.
Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan
merupakan dari regulator koping mekanisme. (Howard & Valentine dalam
Roy,1991)
2) Mode Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik
pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini
berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan
ekspresi perasaan. Menurut Roy terdiri dari dua komponen, yaitu the physical self,
dan the personal self.
a) The Physical Self : yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya
berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan
pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah
operasi, amputasi, atau hilang kemampuan seksualitas.
b) The Personal Self : yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri,
moral-etik, dan spiritual diri orang tersbut. Perasaan cemas, hilangnya
kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini.
3) Mode Fungsi Peran
Mode fungsi peran mengenal pola-pola interaksi social seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder
dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya di
masyarakat sesuai kedudukannya.
4) Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang ditabarkan oleh
Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta,
kasih sayang, perhatian, dan saling menghargai. Interdependensi yaitu
keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima
sesuatu untuk dirinya.
10
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang
lain.
Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan
tindakan bagi dirinya. Iterdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara
dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah responinefektif.
Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan
integritas,
Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam mengembangkan proses
keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi pengkajian tahap
pertama dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi, Langkah-langkah tersebut
sama dengan proses keperawatan secara umum.
a. Pengkajian
Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengkajian
tahap I dan pengkajian tahap II. Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data
tentang perilaku klien sebagai suatu system adaptif berhubungan dengan masing-
masing mode adaptasi : fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan ketergantungan. Oleh
karena itu, pengkajian pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku, yaitu
pengkajian klien terhadap masing-masing mode adaptasi secara sistematik dan
holistic.
Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola perubahan perilaku klien
tentang ketidakefektifan respon atau respon adaptif yang memerlukan dukungan
perawat. Jika ditemukan ketidakefektifan respon-respon mal-adaptif, perawat
melaksanakan pengkajian tahap kedua. Pada tahap ini, perawat mengumpulkan data
tentang stimulus fokal, kontekstual, dan residual yang berdampak terhadap klien.
Menurut Martinz, faktor yang mempengaruhi respon adaptif meliputi : genetic, jenis
kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan, alcohol, merokok, konsep diri, fungsi dan
peran, ketergantungan, pola interaksi social, mekanisme koping, dan gaya, strea fisik
danemosi, budaya, dan lingkungan fisik.
b. Perumusan diagnosa keperawatan
Roy mendefinisikan 3 metode untuk menyusun diagnosa keperawatan :
Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan berhubungan
dengan 4 mode adaptif. Menggunakan diagnosa dengan pernyataan mengobservasi
11
dari perilaku yang tampak dan berpengaruh tehadap stimulusnya. Kemudian,
Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode berhubungan dengan
stimulus yang sama, yaitu berhubungan.
c. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah atau
memanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga
ditujukan kepada kemampuan klien dalam koping secara luas, supaya stimulus secara
keseluruhan dapat terjadi pada klien, sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan
adaptasi meningkat.
Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal,
denganmenggunakan koping yang konstruktif. Tujuan jangka panjang harus dapat
menggambarkan penyelesaian masalah adaptif dan ketersediaan energi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut (mempertahankan, pertumbuhan, reproduksi). Tujuan
jangka pendek mengidentifikasi harapan perilaku klien setelah manipulasi
stimulusfokal, kontekstual dan residual.
d. Implementasi
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah atau memanipulasi
fokal, kontextual, residual stimuli dan juga memperluas kemampuan koping
seseorang pada zona adaptasi sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan
adaptasi meningkat.
e. Evaluasi
Penilaian terakhir dari proses keperawatan berdasarkan tujuan keperawatan yang
ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan
padaperubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi
pada individu.
12
Dengan penerapan dari teori adaptasi Roy, perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang hal-hal yang
menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme koping dan effektor sebagai
upaya individu untuk mengatasi stress.
B. Kelemahan
Kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah terletak padasasarannya. Model
adaptasi Roy ini hanya berfokus pada proses adaptasi pasien dan bagaimana
pemecahan masalah pasien dengan menggunakan proses keperawatan dan tidak
menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku cara merawat (caring) pada pasien.
Sehingga seorang perawat yang tidak mempunyai perilaku caring ini akan menjadi
sterssor bagi para pasiennya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
konsep tentang person Roy menjelaskan bahwa person bisa berarti individu, keluarga,
kelompok, atau masyarakat luas, dan masing-masing sebagai sistem adaptasi holistik.
Roy memandang person secara menyeluruh atau holistik yang merupakan suatu
kesatuan yang hidup secara konstan dan berinteraksi dengan lingkungannya. Antara
sistem dan lingkungan terjadi pertukaran informasi. Interaksi yang konstan antara
orang dan lingkungannya akan menyebabkan perubahan baik internal maupun
eksternal. Dalam menghadapi perubahan ini, individu harus memelihara integritas
dirinya dan selalu beradaptasi dan proses kontribusi perawat terhadap ilmu
pengetahuan dan seni merawat.
13
3.2 Saran
Secara umum, pembaca diharapkan mampu menelaah dan mempelajari setiap model
dan teori keperawatan. Pembaca juga diharapkan senantiasa menerapkan model dan
teori keperawatan dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Synder, S., J. 2010. Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC
http://makalahkdk.blogspot.co.id/2016/10/konsep-dan-teori-callista-roy
14