Dosen Pembimbing
Prof. Yati Afiyanti, SKp, MN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
1. AGUSTINA
2. YULIYANTI
3. RURIWINITA
4. DESY SETIAWATI
5. EXSOS GREND DAIS
6. SITI ARMY LESTARI
7. AGUS SYAMSUL HIDAYAT
Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, tuhan yang
maha esa karena atas rahmat Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas
makalah inidengan tepat waktu. Sholawat serta salam tidak lupa kita
haturkan kepada kekasih Allah junjungan baginda besar Rasulullah SAW
yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah menuju jaman terang
benderang seperti sekarang ini.
Dengan ini saya saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca, khususnya mahasiswa-mahasiswi fakultas ilmu keperawatan
dan profesi keperawatan pada umumnya sebagai sumbangan pikiran dalam
upaya meningkatkan mutu dalam pelayanan keperawatan kepada
masyarakat.
DAFTAR ISI
Gambar 1.
1.1. BIOGRAFI
Patricia Benner lahir di Hampton, Virginia, Amerika pada bulan 31 Agustus tahun
1942 , berkebangsaan Amerika dan menghabiskan masa kecilnya di California
dimana ia menerima pendidikan dasar dan profesionalnya (Alligood, 2014), menikah
dengan Richard Benner pada tahun 1967 dan mereka memiliki dua anak.
Patricia Benner adalah seorang perawat yang berpengalaman di Rumah Sakit dan
pernah bekerja di berbagai perawatan Rumah Sakit. Pada akhir 1960-an, Benner
bekerja dibidang perawatan sebagai kepala perawat Unit Perawatan Koroner di RS
Kansas City. Benner mendapatkan gelar sarjana muda di bidang keperawatan dari
Pasadena College pada tahun 1964. Ia mendapatkan Master keperawatan dengan
kekhususan keperawatan medikal bedah dari University of California di San
Francisco (UCSF) School of Nursing pada tahun 1970.
Benner bergabung dengan fakultas keperawatan di UCSF pada tahun 1982 dan
mendapatkan gelar PhD focus pada koping dan kesehatan dari University of
California di Berkeley. Kemudian sejak tahun 1982, Benner telah bekerja dalam
penelitian dan pengajaran di University of California di San Francisco School of
Nursing dan menerima posisi sebagai rekan Profesor pada Department of Social
Physiological Nursing di USCF serta menjadi profesor tetap 1989 hingga sekarang
Bekerja dengan Judith Wrubel pada tahun 1989, Benner memperluas modelnya untuk
menggabungkan konsep merawat dengan tahap-tahap perolehan keterampilan. Selain
pengaruh model Dreyfus, Benner telah menerbitkan sembilan buku, termasuk From
Novice to Expert, Nursing Pathways for Patient Safety, and The Primacy of Caring
juga telah menerbitkan banyak artikel dan pada tahun 1995 ia dianugerahi
Penghargaan Penelitian Helen Nahm ke 15 dari Universitas California di San
Francisco School of Nursing. Dr Benner saat ini menjadi Emerita profesor di
Departemen Ilmu Keperawatan Fisiologis di University of California di San Francisco
School of Nursing.
Dr. Benner adalah peneliti international dan dosen pada pendidikan kesehatan.
Karyanya memiliki pengaruh luas pada keperawatan baik di Amerika serikat
maupun di international, misalnya dalam memberikan dasar untuk perundang –
undangan baru dan desain untuk praktek keperawatan dan pendidikan untuk tiga
negara bagian di Australia. Dia terpilih sebagai rekan kehormatan dari Royal
College or Nursing. Karyanya memiliki pengaruh dalam keperawatan di bidang
praktik klinis dan etika klinis.
BAB II
KONSEP TEORI MODEL
Penjelasan Model Konsep Teori From Novice to Expert yang diusung oleh Benner
menjelaskan 5 tingkat/tahap akuisisi peran dan perkembangan profesi.
Penjelasan dari ke lima tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Novice
Tingkat Novice pada akuisisi peran pada Dreyfus Model, adalah seseorang
tanpa latar belakang pengalaman pada situasinya. Perintah yang jelas dan
atribut yang obyektif harus diberikan untuk memandu penampilannya. Di
sini sulit untuk melihat situasi yang relevan dan irrelevan. Secara umum
level ini diaplikasikan untuk mahasiswa keperawatan, tetapi Benner bisa
mengklasifikasikan perawat pada level yang lebih tinggi ke novice jika
ditempatkan pada area atau situasi yang tidak familiar dengannya.
2. Advanced beginner
Advance Beginner dalam Model Dreyfus adalah ketika seseorang
menunjukkan penampilan mengatasi masalah yang dapat diterima pada
situasi nyata. Advance beginner mempunyai pengalaman yang cukup untuk
memegang suatu situasi. Kecuali atribut dan ciri-ciri, aspek tidak dapat
dilihat secara lengkap karena membutuhkan pengalaman yang didasarkan
pada pengakuan dalam konteks situasi. Fungsi perawat pada situasi ini
dipandu dengan aturan dan orientasi pada penyelesaian tugas. Mereka akan
kesulitan memegang pasien tertentu yang sifatnya komplek. Situasi klinis
ditujukan oleh perawat level advance beginner sebagai ujian terhadap
kemampuannya. Advance beginner mempunyai responsibilitas yang lebih
besar untuk melakukan manajemen asuhan pada pasien melalui pengalaman.
Benner menempatkan perawat yang baru lulus pada tahap ini tapi lebih
tinggi dari novice.
3. Competent
Menyelesaikan pembelajaran dari situasi praktik aktual dengan mengikuti
kegiatan yang lain, advance beginner akan menjadi competent. Tahap
competent dari model Dreyfus ditandai dengan kemampuan
mempertimbangkan dan membuat perencanaan yang diperlukan untuk suatu
situasi dan sudah dapat dilepaskan. Konsisten, kemampuan memprediksi,
dan manajemen waktu adalah penampilan pada tahap competent. Perawat
competent dapat menunjukkan reponsibilitas yang lebih pada respon pasien,
lebih realistik. Tingkat competent adalah tingkatan yang penting dalam
pembelajaran klinis, karena pengajar harus mengembangkan pola terhadap
elemen atau situasi yang memerlukan perhatian yang dapat diabaikan.
Competent harus mengetahui alasan dalam pembuatan perencanaan dan
prosedur pada situasi klinis. Untuk dapat menjadi proficient, competent
harus diizinkan untuk memandu respon terhadap situasi.
Point pembelajaran yang penting dari belajar mengajar aktif pada tingkatan
competent adalah untuk melatih perawat membuat transisi dari competent ke
proficient.
4. Proficient
Perawat pada tahap ini menunjukkan kemampuan baru untuk melihat
perubahan yang relevan pada setiap situasi, lebih mampu dan terampil
dalam mengimplementasikan pemenuhan berbagai respon kebutuhan
keterampilan dari situasi yang dikembangkan. Rasa percaya diri meningkat
dan kemampuan mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilannya
lebih berkembang. Pada tingkatan ini mereka banyak terlibat dengan
keluarga dan pasien.
5. Expert
Benner menjelaskan pada tingkatan ini perawat expert mempunyai
pegangan intuitif yang kuat karena lebih analitis dan kritis dari situasi yang
terjadi sehingga mampu mengidentifikasi masalah lebih cepat tanpa
kehilangan pertimbangan waktu untuk membuat diagnosa alternatif dan
penyelesaiannya.
Perubahan kualitatif pada pada expert adalah “mengetahui pasien” yang
berarti mengetahui tipe pola respon dan mengetahui pasien sebagai manusia.
Aspek kunci pada perawat expert adalah:
a. Menunjukkan pegangan klinis dan sumber praktis
b. Mewujudkan proses know-how
c. Memiliki paradigma keperwatan yang lebih dan melihat gambaran
keperawatan dari perspektif yang luas
d. Mengantisipasi dan mencegah kondisi yang tidak diharapkan
3.1. PARADIGMA
Paradigma pertama Benner adalah membuat perbedaan yang jelas antara praktik
dan teori. Benner memulai dengan mendefinisikan praktik yaitu “Terdiri dari
menyebarluaskan pengetahuan tahu bagaimana (Know-How) investigasi
berdasarkan teori dasar dan menghubungkannya dengan pemetaan Know-How
pada pengalaman praktik”. Benner percaya bahwa perawat memiliki kelalaian
dalam melakukan pencatatan keperawatan selama pembelajaran praktik dan ini
merupakan keburukan dalam pemetaan praktik kita dan menghilangkan teori
keperawatan.
Citing Khun, 1970 dan Polanyi, 1958 cit. Benner, 2009 menekankan perbedaan
antara knowing how “Pengetahuan praktik yang mungkin dapat menghindarkan
kita dari pengetahuan abstrak” dengan tahu bahwa (knowing that) “yang diawali
dengan penjelasan teori”. knowing that adalah cara seseorang untuk mengetahui
hubungan antara penyebab dengan kejadian. Knowing how adalah kemahiran
keterampilan/praktik yang mungkin akan bertentangan dengan teori yang ada.
Hal ini menunjukkan bahwa seseorang mengetahui sesuatu bekerja sebelum teori
berkembang. Situasi-situasi klinik selalu bervariasi dan kompleks dibandingkan
dengan teori, oleh karena itu praktik klinik menjadi ladang penelitian dan
pengembangan pengetahuan. Melalui praktik klinik, perawat dapat menerima
pengetahuan baru. Perawat harus mengembangkan pengetahuan berdasarkan
praktik (know-how) dan melanjutkan dengan investigasi dan pengamatan secara
menyeluruh. Semua ini dimulai dari pencatatan dan pengembangan know-how
tentang keahlian keterampilan.
1. Novice
2. Advanced Beginner
3. Competent
4. Proficient
5. Expert.
1. Praktek keperawatan
Benner menggambarkan praktek klinik keperawatan menggunakan
pendekatan interpretasi fenomenologi. From Novice to Expert (1984)
berisi beberapa contoh aplikasi dalam penerapan metodenya di beberapa
situasi praktek ( Dolan et all, 1984). Awalnya, benner menggunakan
pendekatan promosi, jenjang perawat klinik, program untuk lulusan
perawat yang baru dan seminar untuk mengembangkan pengetahuan
klinik. Simposium berfokus pada keunggulan pada praktek keperawatan
yang dilaksanakan untuk pengembangan staff, pengenalan, dan
penghargaan sebagai salah satu jalan untuk mendemonstrasikan
perkembangan pengetahuan klinik dalam praktek (Dolan, 1984).
Setelah itu metode benner banyak diadopsi oleh para praktisi keperawatan
misalnya Fenton (1984) menggunakan pendekatan Benner dalam sebuah
studi ethnography untuk penampilan perawat klinik spesialis.
Penemuannya terdiri dari identifikasi dan deskripsi kompetensi perawat
untuk mempersiapkan perawat mahir. Balasco dan Black (1988) and silver
(1986) menggunakan metode Benner untuk membuat pedoman pembedaan
pengembangan klinik dan jenjang karir dalam keperawatan. Farrell and
Bramadat (1990) menggunakan paradigma analisa kasus Benner dalam
proyek kolaborasi antara universitas pendidikan keperawatan dan rumah
sakit pendidikan untuk mendalami perkembangan klinik yang sesuai
dengan skill dalam praktek yang nyata.
2. Pendidikan
Dalam dunia pendidikan, model Benner banyak digunakan sebagai acuan
oleh para pendidik untuk mempelajari setiap level perawat dari novice
sampai expert dan mempelajari perbedaan masing masing level sehingga
memberikan pengalaman pembelajaran kepada mahasiswa keperawatan.
Benner (1982) mengkritisi tentang konsep competency-based testing yang
berlawanan dengan kompleksitas keahlian dan tingkat keahlian yang
dijelaskan dalam Model Dreyfus dan 31 kompetensi yang dijelaskan oleh
AMICAE (Benner, 1984). Dalam Expertise In Nursing Practice , Benner
dan kolega (1996) menekankan pentingnya pembelajaran skill dan
perawatan melaui pengalaman praktis, penggunaan ilmu pengetahuna
dalam praktek, dan dengan pendidikan formal. Dalam Clinical Wisdom in
Critical Care, Benner dan kolega (1999) memberikan perhatian yang besar
pembelajaran berdasarkan pengalaman dan mempresentasikan bagaimana
cara mengajar. Mereka mendisain CD ROM interaktif untuk melengkapi
buku.
3. Penelitian
Metode Benner banyak digunakan sebagai acuan penelitian dalam bidang
keperawatan. Sebagai contoh Fenton (1984, 1985) menggunakan model Benner
dalam penelitian pendidikan. Lock dan Gordon (1989) yang membantu proyek
AMICAE, yang mengembangkan pembelajaran inquiry dalam model formal
yang digunakan dalam praktek keperawatan dan medis. Mereka menyimpulkan
bahwa model formal memberikan petunjuk mengenai pelayanan langsung,
pengetahuan dan hasil yang diinginkan.
4.2. KELEMAHAN TEORI
1. Teori Patricia Benner diadaptasi dari “Model Dreyfus” yang dikemukakan
oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus. Teori From Novice to Expert
menjelaskan 5 tingkat/tahap akuisisi peran dan perkembangan profesi
meliputi: Novice, Advance Beginner, competent, proficient, dan expert.
Model ini relative simple dengan hanya membagi tingkat kemahiran
perawat dalam 5 tahap dan hal itu memerlukan identifikasi tingkat praktek
keperawatan dari gambaran perawat secara individu dan dari observasi
praktek klinik yang sebenarnya .
2. Teori From Novice to Expert mempunyai karakteristik yang universal
yang tidak dibatasi oleh umur, penyakit, kesehatan atau lokasi praktek
keperawatan. Untuk interpretasi model ini dalam praktek keperawatan
digunakan sebagai kerangka kerja saja sedangkan penerapannya dibatasi
oleh situasi praktek keperawatan, sehingga diperlukan pemahaman yang
kompetensi 5 level perawat tersebut dan kemampuan mengidentifikasi
karakteristik dan tujuan disetiap level.
3. Model Benner ini hanya dibuktikan dengan menggunakan metodologi
kualitatif yang terdiri dari 31 kompetensi, 7 domain praktek keperawatan
dan 9 domain perawatan kritis. Dengan pendekatan kualitatif, benner
menganggap sebagai hipotesis generating (penyebab) daripada hipotesis
testing, maka dari itu perlu dibuktikan dengan pendekatan alternative lain
selain kualitatif.
4. Perspektif Benner adalah fenomenologi dan bukan kognitif. Model
Benner didasarkan pada data based research yang mendukung
pengembangan praktek keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M.R. (2014). Nursing Theorists and Their Work. 8th Edisi Bahasa Indonesia k2-8 : Elsevier Inc.
Devi, A. (2019). Kelebihan dan kelemahan Teori Benner. Diakses pada tanggal 04 October 2021, diakses
https://www.scribd.com/document/430941277/Kelebihan-Dan-Kelemahan-Teori-Banner