Anda di halaman 1dari 38

Unggul dalam iptek

Kokoh dalam imtaq

LINGKUP LAYANAN KESEHATAN PADA ANAK BALITA DAN


PERAN PERAWAT SERTA JENIS PELAYANAN PADA ANAK
BALITA DITATANAN PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER

KELOMPOK 2
Annantusia , Skep. Ners (20210920100054)
Mursiah Skep. Ners (20210920100053)
Ruriwinita Skep. Ners (20210920100021)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
JAKARTA, 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul
“Lingkup Layanan Kesehatan Pada Anak Balita Dan Peran Perawat Serta Jenis
Pelayanan Pada Anak Balita Ditatanan Primer, Sekunder Dan Tersier”.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak
lanjut dalam konteks keluarga pada program magister keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta dengan tujuan untuk memahami lingkup layanan kesehatan
pada anak balita dan peran perawat serta jenis pelayanan pada anak balita ditatanan
primer, sekunder dan tersier. Hal ini sangat bermanfaat untuk keperawatan agar
mengetahui jenis pelayanan dan peran perawat didalamnya. Kelompok berterima
kasih karna atas bantuan dari semua pihak yang mendukung dalam pembuatan
makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan, segala
kritik dan saran sangat kami harapkan.

Jakarta, 1 Juli 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar.......................................................................................................................i

Daftar Isi................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................2
C. Manfaat..................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


1)
1.
2.
1.
2.
A. Filisifi Keperawatan Anak.....................................................................................4
1. Famely Centered-Care.....................................................................................4
2. Atraumatic Care...............................................................................................7
B. Prinsip-prinsip keperawatan anak..........................................................................8
C. Pelayanan Keperawatan Anak Di Tatanan Primer (Primary Health Care)..........10
D. Pelayanan Keperawatan Anak Di Tatanan Primer (Secondary Health Care)
...............................................................................................................................14
E. Pelayanan Keperawatan Anak Di Tatanan Primer (Secondary Health Care)
...............................................................................................................................18
F. Peran Perawat........................................................................................................18

BAB III PEMBAHASAN


A.
1.
2.
1.
2.
3.
A. Peran Perawat Pada Balita Di Pelayanan Kesehatan Tatanan Primer...................24
B. Peran Perawat Pada Balita Di Pelayanan Kesehatan Tatanan Sekunder...............29
C. Peran Perawat Pada Balita Di Pelayanan Kesehatan Tatanan Tersier..................30

iii
BAB IV PENUTUP
4.
1.
2.
3.
4.
A. Kesimpulan............................................................................................................32
B. Saran......................................................................................................................32

REFERENSI

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem kesehatan memiliki tujuan untuk mempromosikan, memulihkan dan
menjaga kesehatan populasi. Mereka terdiri dari seperangkat layanan yang
berkomunikasi satu sama lain, yang bertujuan untuk perlindungan sosial. Analisis
historis sistem kesehatan telah menunjukkan bahwa, hingga paruh pertama abad
ke-20, mereka fokus tentang penyakit menular dan pada paruh kedua abad itu,
pada kondisi akut (Nakata, et al., 2020).

Restrukturisasi Sistem Kesehatan Terpadu (UHS), dari perspektif jaringan


perawatan adalah strategi untuk mengatasi cara perawatan dan manajemen
kesehatan yang terfragmentasi dioperasikan. Di Brazil, model perawatan
kesehatan terus disesuaikan untuk mempromosikan perawatan integral bagi
pengguna layanan, dengan inklusi dan perluasan layanan. Untuk pengembangan
model, dicari horizontalitas dalam hubungan antara fasilitas kesehatan yang
diartikulasikan, baik untuk pemulihan kesehatan (tersier), kuratif (sekunder),
maupun untuk tindakan pencegahan atau tindakan promosi kesehatan (Primer)
(Erdmann, et al., 2013) .

Di sisi lain, itu adalah fakta bahwa telah terjadi kemajuan dalam pendekatan
terhadap kondisi kesehatan dalam beberapa dekade terakhir, dengan penurunan
tingkat kematian di seluruh dunia dan peningkatan harapan hidup. Namun, di
banyak negara, epidemiologi transisi tetap terdaftar dalam besarnya penyakit
kronis dan efeknya yang tidak diinginkan terhadap individu, keluarga dan sistem

1
kesehatan (Nakata, et al., 2020). Pelayanan kesehatan yang berperan didalamnya
diantaranya adalah keperawatan.

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan profesional yang


merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan, bentuk pelayanan biopsikososial dan spiritual yang komprehensif,
ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat
yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Salah satu ruang lingkup
praktek profesi keperawatan adalah keperawatan anak. Dalam menjalankan
tugasnya sebagai perawat anak dibutuhkan kompetensi yang bisa menangani sifat
anak. Anak tidak dipandang lagi sebagai miniatur orang dewasa, melainkan
sebagai mahluk yang memiliki kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang
dewasa.Anak- anak sangatlah berbeda dari orang dewasa baik secara fisiologis
maupun psikologis (Hockenberry et al., 2017).

Anak merupakan dambaan setiap keluarga, selain itu setiap keluarga juga
mengharapkan anaknya kelak bertumbuh kembang opimal (sehat fisik,
mental/kognitif dan social), dapat dibanggakan, serta berguna bagi nusa dan
bangsa dewasa ( soetjiningsih, 2013). Anak merupakan individu yang unik dan
bagian dari makhluk sosial yang membutuhkan perhatian khusus untuk
mengoptimalkan tumbuh kembangnya. Tumbuh kembang anak ditandai dengan
pertumbuhan (growth) dan perkembangan (development). Perkembangan anak
meliputi perkembangan motorik halus, motorik kasar, bahasa dan personal-sosial
(Sembiring,2017).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengidentifikasi jenis pelayanan keperawatan anak dalam
tatanan primer, sekunder, tersier.

2
2. Tujuan Khusus
a. Memahami filosofi keperawatan anak.
b. Memahami prinsip-prinsip keperawatan anak
c. Memahami pelayanan dan jenis pelayanan keperawatan anak dalam
tatanan primer.
d. Memahami pelayanan dan jenis pelayanan keperawatan anak dalam
tatanan sekunder
e. Memahami pelayanan dan jenis pelayanan keperawatan anak dalam
tatanan tersier.

C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu
mengetahui, menganalisis dan menetapkan pelayanan keperawatan anak pada
kegiatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif dan rehabilitative.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Filosofi Keperawatan Anak


Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang di miliki
perwat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada anak yang berfokus
pada keluarga (Family centered care), pencegahan terhadap trauma (atraumatic
care), dan manajemen kasus. Keperawatan anak telah mengalami beberapa
perubahan yang sangat mendasar, terutama dalam cara memandang terhadap
klien anak itu sendiri dan pendekatan dalam pelayanan keperawatan anak.

1. Family Centered Care


Dua konsep yang mendasari asuhan yang berpusat pada keluarga, yaitu
fasilitas keterlibatan orangtua dalam keperawatan dan peningkatan
kemampuan keluarga dalam merawat anaknya. Perawat juga punya peran
penting untuk memfasilitasi hubungan orangtua dan anaknya selama
dirumah sakit. Harus diupayakan jangan sampai terjadi perpisahan antara
orang tua dan anaknya dirumah sakit. Hal ini bertujuan agar dengan
difasilitasinya hubungan antara orangtua dengan anaknya, orang tua
diharapkan mempunyai kesempatan untuk mmeneruskan peran dan tugasnya
merawat anak selama dirumah sakit (Hockenberry, et al., 2017).

Perawat juga mempunyai peran penting untuk meningkatkan kemampuan


oorang tua dalam merawat anaknya. Orang tua dipandang sebagai subjek
yang punya potensi untuk anaknya dirumah sakit, terjadi proses belajar pada
orang, baik dalam hal peningkattan pengetahuan maupun keterampilan yang

4
berhubungan dengan keadaan sakit anaknya. Dengan demikian, pada saat
anak diperoleh kan pulang ke rumah, orang tua sedah memiliki seperangkat
ilmu pengetahuan dan keterampilan tentang perawatan anaknya. Misalnya,
pada saat seorang ibu yang mempunyai anak sakit panas dan dirawat
dirumah sakit, jika pada awal masuk rumah sakit orang tua tidak tahu
tentang perawatan anak panas, saat keluar dari rumah sakit mmereka sudah
dapat memberikan kompres hangat dan mengukur suhu dengan
termometernya sendiri secara benar.

Untuk itu, pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh perawat menjadi


begitu penting untuk dilaksanakan. Proses perawatan anak dirumah sakit
harus memberikan kesempatan belajar pada orangtua untuk merawat anak.
Kkesabaran perawat orangtua merawat anak sesuai dengan kapasitasnya.
Keluarga merupakan unsur penting dalam perwatan anak meningat anak
bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat di tentukan oleh lingkungan
keluarga, untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai
tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak
(Hockenberry, et al., 2017).

Sebagai perawat, dalam memberikan pelayanan keperawatan anak, harus


mampu menfasilitasi keluarga dalam berbagai bentuk pelayanan kesehatan
baik berupa pemberian tindakan keperawatan langsung maupun pemberian
pendidikan kesehatan pada anak. Selain itu, keperawatan anak harus
memperhatian kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi keluarga karena
tingkat sosial, budaya ,dan ekonomi dari keluarga dapat menentukan pola
kehidupan anak selanjutnya dalam kehidupan di masyarakat. Perawat
bertindak sebagai pemberi pelayanan keperawatan hendaknya berfokus pada
keluarga, dengan memperhatikan kemampuan dalam menentukan kekuatan
dan kelemahan sebab kekuatan dan kelemahan,dari keluarga tersebut dapat
dijadika acuan dalam pemberian playanan keperawatan.

5
Elemen pokok asuhan yang berpusat pada keluarga:

a. Hubungan anak dan orangtua adalah unik, berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya. Setiap anak mempunyai karakteristik yang berbeda
dan berespon terhadapp sakit dan perawatan dirumah sakit secara bebeda
pula. Demikian pula orangtua mempunyai latarbelakang individu yang
berbeda dalam berespon terhadap kondisi anak dan perawatan dirumah
sakit.
b. Orang tua dapat memberikan asuhan yang efektif selama hospitalisasi
anaknya. Telah terbukti dalam beberapa penelitian bahwa anak akan
merasa aman apabila berada disamping orangtuanya, terlebih lagi pada
saat menghadapi situasi menakutkan seperti dilakukan prosedur invasif.
Dengan demikian, tujuan asuhan akan tercapai dengan baik apabila ada
kerjasama yang baik antara perawat dan orang tua.
c. Kerjasama dalam model asuhan adalah fleksible dan menggunakan konsep
dasar asuhan keperawatan anak. Saat tertentu perawat dapat melakukan
asuhan keluarga dan keluarga dapat melakukan asuhan keperawatan. Pada
kondisi tertentu ketika orang tua harus meninggalkan anak sesaat
(misalnya, membeli obat, ke kamar kecil), perawat harus siap
menggantikannya (misalnya, bayi menangis, perwat perlu menggendong,
meninabobokan). Sebaliknya, orangtua harus belajar melakukan tindakan
keperawatan, seperti memberikan kompres, mengukur suhu, atau
mengobservasi gejala panas anak, melalui proses pendidikan kesehatan
yang diberikan perawat.
d. Keberhasilan dan pendekatan ini bergantung pada kesepakatan tim
kesehatan untuk mendukung kerjasama yang aktif dari orangtua.
Kesepakatan untuk menggunakan pendekatan famili centred tidak cukup
hannya dari perawat, tetapi juga seluruh petugas kesehatan yang ada.

6
2. Atraumatic care
Atraumatic care yang dimaksud di sini adalah perawatan yang tidak
menimbulkan adanya trauma pada anak dan keluarga. Perawat tersebut
difokuskan dalam pencegahan terhadap trauma yang merupakan bagian dalam
keperawatan anak (Hockenberry, et al., 2017).

Beberapa kasus yang sering dijumpai di masyarakat seperti peristiwa yang


dapat menimbulkan trauma pada anak adalah cemas, marah,nyeri dan lain-
lain. Apabila hal tersebut dibiarkan dapat menyebabkan dampak psikologis
pada anak dan tentunya akan mengganggu perkembangan anak. Dengan
demikian atraumatic care sebagai bentuk perawatan trapeutik dapat diberikan
pada anak dan keluarga dengan mengurangi dampak psikologis dari tindakan
keperawatan yang diberikan,seperti memperhatikan dampak tindakan yang
diberikan dengan melihat prosedur tindakan atu aspek lain yang kemungkinan
berdampak adanya trauma. Untuk mencapai perawatan tersebut beberapa
prinsip yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain:
a. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga Dampak
perpisahan dari keluarga, anak mengalami gangguan psikologis seperti
kecemasan,ketakutan, kekurangan kasih sayang gangguan ini akan
menghambat proses penyembuan anak dan dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol dalam perawatan
pada anak. Melalui kontrol peningkatan orang tua pada diri anak
diharapkan anak mampu mandiri dalam kehidupannya. Anak akan selalu
berhati-hati dalam melakukan aktivitas sehari-hari, selalu bersikap
waspada dalam segala hal. Serta pendidikan dalam hal kemampuan dan
keterampilan orang tua dalam mengawasi perawatan anak.

7
c. Mencegah atau mengurangi cedera (injuri) dan nyeri (dampak
psikologis). Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan
dalam keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa
dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai
teknis misalnya distraksi, relaksasi,imaginary. Apabila tindakan
pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan berlangsung
lama pada anak sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak.
d. Tidak melakukan kekerasan pada anak. Kekerasan pada anak akan
menimbulkan gangguan psikologis yang sangat berarti dalam kehidupan
anak. Apabila ini terjadi pada anak dalam proses tumbuh kembang maka
kemungkinan pencapaian kematangan akan terhambat, dengan demikian
tindakan kekerasan pada anak sangat tidak dianjurkan karena akan
memperberat kondisi anak.
e. Modifikasi lingkungan fisik. Melalui modifikasi lingkungan fisik yang
bernuansa anak dapat meningkatkan keceriaan, perasaan aman, dan
nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak selalu berkembangan
nyaman di lingkungan.

B. Prinsip-Prinsip Keperawatan Anak


Terdapat prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yang dijadikan sebagai
pedoman dalam memahami filosofi keperawatan anak. Perawat harus
memahaminya,mengingat ada beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan
asuhan. Diantara prinsip dalam asuhan keperawatan anak tersebut adalah:
1. anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik. Prinsip
dan pandangan ini mengandung arti bahwa tidak boleh memandak anak dari
ukuran fisik saja sebagaimana orang dewasa melainkan anak sebagai
individu yang unik yang mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan

8
menuju proese kematangan. Pola-pola inilah yang harus dijadikan
ukuran,bukan hanya bentuk fisiknya saja tetapi kemampuan dan
kematanganya (Kyle & Carman, 2013).
2. anak sebagai individu yang unik yang mempuyai kebutuhan sesuai dengan
tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki kebutuhan
yang berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan
usia tumbuh kembang. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan
fisiologis seprti kebutuhan nutrisi dan caitan, aktivitas, eliminasi,
istirahat,tidur dan lain-lain. Selain kebutuhan fisiologis tersebut ,anak juga
sebagai individu yang membutuhkan kebutuhan psikologis,sosial,spiritual.
Hal tersebut dapat terlihat pada tahap usia tumbuh kembang anak. Pada saat
bersamaan perlu memandang tingkat kebutuhan yang khusus yang di alami
oleh anak (Hockenberry, et al., 2017).

3. pelayanan keperawatan berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan


peningkatan derajat kesehatan ,bukan hanya mengobati anak yang sakit.
Upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan bertujuan
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak, mengingat
anak adalah generasi penerus bangsa (Richardson, 2020).

4. keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada


kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara
komperhensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak. Untuk
mensejahterakan anak, keperawatan selalu mementingkan anak. Anak
dikatakan sejahtera berarti anak tidak merasakan gangguan
psikologis ,seperti rasa cemas, takut dan lainya. Mereka selalu menikmati
masa-masa kecil dengan penuh kesenangan dan kasih sayang. Kemudian
dalam upaya mensejahterakan anak tersebut, tidak lepas dari peran
keluarga,sehingga dalam memperbaiki mutu keperawatan selalu melibatkan
keluarga(Hockenberry, et al., 2017).

9
5. praktek keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga
untuk mencegah,mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan kesejahteraan
hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai aspek moral
(etik) dan aspek hukum (legal). Sebagai bagian dari keluarga anak harus
dilibatkan dalam pelayanan keperawatan, dalam hal ini harus terjadi
kesepakatan antara keluarga, anak dan tim kesehatan.

6. Tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi


atau kematangan yang sehat bagi anak remaja sebagai mahluk biopsikososial
dan spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat. Upaya kematangan
pada anak adalah selalu memperhatikan lingkungan yang ada, baik anak
sebagai individu maupun anak sebagai bagian dari masyarakat.

7. pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak berfokus


pada ilmu tumbuh kembang sebab ilmu tumbuh kembang ini yang akan
mempelajari aspek kehidupan anak.

C. Pelayanan Keperawatan Anak Di Tatanan Primer (Primary Health Care).


Berdasarkan hasil penelitian Franklin White (2015) yang berjudul Primary
Health Care (PHC) and Public Health (PH): Foundations of Universal Health
Systems. PHC adalah perawatan kesehatan atau medis yang dimulai pada saat
kontak pertama antara dokter atau profesional kesehatan lainnya dan seseorang
yang mencari informasi atau perawatan untuk penyakit atau cedera.

Perawatan kesehatan yang sangat penting untuk dapat diakses dengan biaya yang
terjangkau, dengan metode yang praktis, ilmiah dan dapat diterima secara sosial.
Setiap orang harus memiliki akses ke sana dan terlibat di dalamnya, seperti
halnya sektor masyarakat lainnya. Ini harus mencakup partisipasi masyarakat dan

10
pendidikan tentang masalah kesehatan yang lazim, promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit, penyediaan makanan dan gizi yang memadai, air bersih,
sanitasi dasar, perawatan kesehatan ibu dan anak, perencanaan keluarga,
pencegahan dan pengendalian penyakit endemik, imunisasi terhadap penyakit
yang dapat dicegah dengan vaksin, pengobatan yang sesuai dengan penyakit dan
cedera umum, dan pemberian obat-obatan esensial (White, 2015).

Dalam artikel Primary Health Care (PHC) and Public Health (PH):
Foundations of Universal Health, 'model sosial-ekologis' (Model SE) sebagai
cara menghargai bagaimana orang berhubungan melalui keluarga dan hubungan
komunitas ke masyarakat secara keseluruhan. Analisis sejauh mana hubungan
diselaraskan dan diperkuat berpotensi untuk memahami hasil kesehatan yang
mungkin timbul baik positif maupun negatif. Dapat dipahami bahwa Model SE
ilustratif (gbr. 1) menggambarkan saling mempengaruhi antara individu,
hubungan, komunitas, sosial, dan pengaruh global (White, 2015).

11
The social-ecological model – spheres of influence.

Spheres of
influence

Global Society Community Interpersonal Individual


+ social
Examples: Cultural values Neighborhood Personal
UN Universal Political priorities Workplace Family support beliefs
Declaration on Public policies Schools Friendships + Places of Attitudes
Human Rights Laws + regulations worship networks Community Behaviors/hab
WHO Consultative Economic capacity Social interactions its Knowledge
Group on Equity Science + organizations Group membership base
and Universal technology Circumstances
Health Coverage Health literacy
Absorptive Other life
Multinational capacity course
corporate influences
Resource
marketing
allocations
Gbr.1 (Franklin white, 2015)

Individual: Level pertama ini mengidentifikasi faktor biologis dan pribadi,


seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, dan riwayat pribadi atau
keluarga. Strategi pencegahan pada tingkat ini dirancang untuk
mempromosikan sikap, kepercayaan, dan perilaku dan dapat mencakup
pendidikan dan pelatihan keterampilan hidup.

Hubungan: Tingkat kedua meneliti hubungan yang dapat meningkatkan atau


mengurangi risiko mengalami hasil negatif atau positif. Lingkaran sosial
terdekat seseorang (teman sebaya, mitra, dan keluarga) memengaruhi perilaku
mereka dan berkontribusi pada berbagai pengalaman mereka. Strategi
pencegahan di sini dapat mencakup pendampingan dan program sebaya yang
tidak ditandatangani untuk mengurangi konflik, mendorong penyelesaian

12
masalah dan mempromosikan hubungan yang sehat. Peran ini termasuk dalam
lingkaran sosial.

Komunitas: Tingkat ketiga mengeksplorasi pengaturan, seperti sekolah, tempat


kerja dan lingkungan, di mana hubungan sosial terjadi dan berusaha
mengidentifikasi karakteristik pengaturan ini yang terkait dengan pengaruh
terhadap hasil negatif atau positif. Untuk mencapai keberhasilan pada tingkat
ini biasanya membutuhkan lebih dari upaya satu individu dan dapat melibatkan
organisasi masyarakat.

Masyarakat: Tingkat keempat melihat faktor-faktor sosial yang luas yang


membantu menciptakan perilaku kesehatan yang bersangkutan didorong atau
dihambat, termasuk norma sosial dan budaya. Faktor sosial besar lainnya
termasuk kebijakan kesehatan, ekonomi, pendidikan, dan sosial yang membantu
menghasilkan atau mempertahankan status kesehatan.

Pengaruh Global: Ini mencakup spektrum mulai dari Konvensi PBB hingga
pengaruh pemasaran perusahaan yang seringkali tidak terkendali (berpotensi
dapat dikendalikan), yang mungkin memiliki implikasi kesehatan.

Dalam model SE ini bahwa sementara individu sering dianggap bertanggung


jawab atas apa yang mereka lakukan, perilaku mereka sebagian besar
ditentukan oleh lingkungan sosial dan ekonomi mereka, norma dan nilai-nilai
masyarakat, peraturan dan kebijakan. Pelayanan primer dalam asuhan
keperawatan anak yang konsisten terhadap anak dan berfokus pada unit
keluarga sebagai bagian komponen integral pada perencanaan dan pelaksanaan.
Berikut PHC dalam keperawatan anak seperti membantu anak dan orang tua
memahami diagnose dan treatment, melakukan konseling, memenuhi
kebutuhan fisik dan member pelayanan untuk memenuhi kebutuhan asah asih
asuh.

13
D. Pelayanan Keperawatan Anak Di Tatanan Sekunder
Upaya kesehatan sekunder adalah upaya kesehatan rujukkan lanjutan. Pelayanan
kesehatan sekunder adalah pelayan kesehatan spesialistik yang menerima
rujukkan dari pelayanan kesehatan primer, yang meliputi rujukkan kasus,
specimen dan ilmu pengetahuan serta dapat merujuk kembali ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang merujuk. Perawatan sekunder terdiri dari khusus
layanan rawat jalan dan rumah sakit, dengan kepadatan teknologi sederhana
antara perawatan primer dan tersier secara historis diartikan sebagai prosedur
kompleksitas tingkat menengah. Tingkat ini termasuk layanan khusus medis,
layanan dukungan diagnostik atau terapeutik, dan layanan darurat. Dengan
demikian, dengan mengaitkan benchmark praktek terbaik dengan pelayanan
sekunder, salah satu meningkatkan respon positif tuntutan pengguna jasa dalam
ruang penataan di A Health Care Network (HCN).

Perawatan sekunder dilaksanakan di tempat kerja maupun fasilitas pelayanan


kesehatan baik rumah sakit setara kelas C serta pelayanan kesehatan lainnya
milik pemerintah, pemerintah daerah, swasta. Perawatan sekunder harus
memberikan pelayanan kesehatan yang aman, sesuai, efektif, efisien dan berbasis
bukti serta di dukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.

Perawatan sekunder dalam sistem perawatan kesehatan: struktur dan organisasi


dari praktek-praktek dalam jaringan perawatan”. Empat kategori analitis
diidentifikasi, yang mendukung perumusan model teoritis: Mengidentifikasi
struktur dan organisasi dari perawatan sekunder dalam jaringan pelayanan
kesehatan; Listing kesulitan dalam organisasi praktek kesehatan di tingkat
perawatan sekunder; Karakteristik praktik terbaik di tingkat perawatan sekunder
untuk penataan jaringan pelayanan kesehatan; dan Kontribusi perawatan
sekunder untuk praktik terbaik dalam kesehatan.

14
Dalam penelitian Alacoque Lorenzini Erdmann et. al (2013) yang berjudul
Secondary Health Care: best practices in the health services network Jenis-jenis
perawatan yang dilakukan dalam perawatan sekunder meliputi konsultasi rawat
jalan di spesialisasi medis, perawatan darurat, perawatan kesehatan mental, jenis
tertentu dari pemeriksaan melalui tes laboratorium dan operasi. Pemenuhan
praktek pelayanan ini adalah viabilized dengan menggunakan catatan kesehatan
elektronik, jadwal komputerisasi dan transportasi pasien yang berisiko (Mobile
Layanan Darurat Perawatan dan ambulans ED).

1. Kontribusi Perawatan Sekunder Dalam Kesehatan


Membimbing dan mendidik penduduk tentang fungsi jaringan (menetapkan
fungsi layanan yang diberikan pada setiap tingkat perawatan) adalah
kontribusi. Model keperawatan dalam hal ini komponen manajemen,
peningkatan proses perencanaan dan evaluasi terus menerus ditekankan,
peningkatan struktur komponen jaringan pelayanan serta peningkatan
pendidikan dengan melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan (Erdmann
et. al., 2013).

E. Pelayanan Keperawatan Anak Di Tatanan Tersier


Pelayanan tersier adalah pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan
subspesialis.

F. Jenis Pelayanan Keperawatan Anak Di Tatanan Primer Sekunder Teriser


Usia anak adalah periode yang sangat menentukan kualitas seseorang manusia
dewasa nantinya. . perttumbuhan anak yang sempurna dalam lingkungan yang
sehat adalah penting untuk mencapai generasi yang sehat dan bangsa yang kuat.
untuk itu salah satu program KIA adalah agar setiap anak dimana saja dapat

15
dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang, lepas dari rasa
ketakutan.

1. Jenis Pelayanan Keperawatan Anak di Tatanan Primer meliputi:


a. Pola asuh anak.
Pentingnya kedua orang tua memahami tujuan utama pengasuhan adalah 
mempertahankan kehidupan fisik anak dan meningkatkan kesehatan me
mfasilitasi anak untuk menyeimbangkan kemampuan sejalan dengan
tingkat perkembangannya dan peningkatan kemapuan berperilaku sesuai
dengan nilai agama dan budaya di yakininya. Kemampuan orang tua
untuk mngasuh tidak hanya didapatkan dari pendidikan tetapi juga
berdasarkan pengalaman sendiri dan orang lain.

b. Imunisasi.
Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit infeksi dengan
menyuntikkan vaksin kepada anak sebelum anak terinfeksi. Anak yang
diberi imunisasi akan terlindung dari infeksi penyakit-penyakit yang
dapat menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut memiliki
kesempatanuntuk menyerang tubuh kita. Dengan imunisasi tubuh kita
akan terlindungi dari infeksi begitu pula orang lain. Karena tidak tertular
dari kita Tujuan dari imunisasi adalah untuk menguranggi angka
penderitaan suatupenyakit yang sangat membahayakan kesehatan
bahkan bisa menyebabkankematian pada penderitanya.

c. Pemantauan Pertumbuhan balita dengan KMS


KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan
murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan
pertumbuhan anak.

16
2. Jenis Pelayanan Keperawatan Anak di Tatanan Sekunder meliputi:
a. Pelayanan posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi. Adapun jenis pelayanan yang
diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup :
1) Penimbangan berat badan
2) Penentuan status pertumbuhan
3) Penyuluhan

Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,


imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang, apabila ditemukan
kelainan, segera ditunjuk ke Puskesmas.

b. Pelayanan kesehatan balita melalui manajen terpadi balita sakit


(MTBS).
MTBS merupakan suatu bentuk pengelolaan balita yang mengalami
sakit dan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak serta
kualitas pelayanan kesehatan anak. cara ini sangat efektif untuk
menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi dan anak. Karena
bentuk pelayanan ini dpat dilakukan pada pelayanan tingkat pertama
seperti unit rawat jalan, puskesmas, posyandu.

17
c. Pemberian kapsul vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat
diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata ( agar dapat
melihat dengan baik ) dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan
daya tahan tubuh, jaringan epitel, untuk melawan penyakit misalnya
campak, diare dan infeksi lain. Vitamin A terdiri dari 2 jenis :
1) Kapsul vitamin A biru ( 100.000 IU ) diberikan pada bayi yang
berusia 6-11 bulan satu kali dalam satu tahun
2) Kapsul vitamin A merah ( 200.000 IU ) diberikan kepada balita

d. Penanganan kesehatan anak


Berdasrkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 25 tahun 2014 pasal 2,
Pengaturan upaya kesehatan anka bertujuan untuk:
1) Menjamin kelangsungan hidup anak yang diutamakan npada upaya
menurunkan angka kematian BBL, bayi dan anak balita
2) Menjamin tumbuh kembang anak secara optimal sesuai dengan
potensi yang dimiliki
3) Melibatkan partisipasi anak usia sekolah dan remaja di bidang
kesehatan
4) Menjamin terpenuhnya hak kesehatan anak dengan memperhatikan
siklus hidup
5) Menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang komrehensif bagi
anak dan remaja.

e. Penanganan gizi pada anak


f. Pelayanan ambulans

18
3. Jenis Pelayanan Keperawatan Anak di Tatanan Tersier meliputi:
a. Pelayanan medic spesialis
b. Pelayanan kefarmasian
c. Pelayanan penunjang medik
d. Pelayanan gizi

19
BAB III
PEMBAHASAN
PERAN PERAWAT PADA BALITA
DI TATANAN PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER

A. Peran Perawat Pada Balita Di Pelayanan Kesehatan (Tatanan Primer)


Perawatan primer merupakan tingkat pertama dari layanan perawatan kesehatan
pribadi di masyarakat, yang memastikan dapat diakses, berkelanjutan, perawatan
orang seutuhnya untuk kebutuhan kesehatan sepanjang umur individu.
Profesional perawatan primer bekerja dengan pasien dan keluarga mereka untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan jangka pendek dan jangka panjang mereka dan
bukan hanya untuk serangkaian penyakit tertentu dengan pendekatan yang
membahas determinan kesehatan yang lebih luas dan aspek yang saling terkait
yang mempengaruhi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial (WHO 2020).

Perawat memiliki peran inti dalam perawatan primer dalam memperluas,


menghubungkan, dan mengoordinasikan perawatan. Melalui pelatihan mereka
dan pekerjaan, mereka ditempatkan dengan baik dan telah terbukti memberikan
perawatan yang aman dan efektif dalam pencegahan penyakit, diagnosis,
pengobatan, manajemen dan rehabilitasi. Tujuan dari dokumen ini adalah untuk
memberikan bimbingan dan inspirasi bagi pembuat kebijakan, instruktur,
manajer, dan dokter yang berusaha mengembangkan dan mengamankan
kompetensi di antara perawat mereka tenaga kerja di layanan primer. Ini harus
disesuaikan dengan konteks masing-masing negara (WHO, 2020).

Peran perawat pada balita di layanan kesehatan pada tatanan primer sangat
dibutuhkan, terutama untuk melakukan asuhan keperawatan. melakukan skrining

20
pertumbuhan dan perkembangan pada balita, memberikan edukasi pada
orangtua/caregiver terkait dengan promosi, pencegahan dan masalah kesehatan
anak. Pertumbuhan dan perkembangan balita mempengaruhi kehidupan sehari-
harinya serta keluarga. Meskipun beberapa balita mungkin tumbuh lebih cepat
atau mencapai tonggak perkembangan lebih cepat dari yang lain, pertumbuhan
dan perkembangan tetap teratur dan berurutan. Kunjungan kesehatan selama
masa balita tetap fokus pada pertumbuhan dan perkembangan. Perawat harus
memiliki pemahaman yang baik tentang perubahan yang terjadi selama masa
balita agar dapat memberikan bimbingan dan dukungan antisipatif yang tepat
kepada keluarga (Kyle & Carman, 2013).

Adapun beberapa kompetensi keperawatan yang bekerja di pelayanan primer


menurut WHO (2020) antara lain:

1. Advokasi dan educator


Kemampuan untuk mempromosikan hak pasien untuk memastikan kualitas
perawatan yang terbaik dan memberdayakan pasien untuk menjadi aktif
untuk kesehatan mereka. Memberikan asuhan keperawatan, dengan
mempertimbangkan latar belakang budaya dan etnis, orientasi seksual,
identitas gender, status sosial ekonomi, fisik atau kapasitas mental dan
nilai/keyakinan. Kembangkan, berikan, dan evaluasi edukasi berdasarkan
informasi yang berbasis bukti mengenai promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit bagi pasien dan keluarganya yang mencerminkan dan melindungi
individu, sosial. Bekerja untuk meningkatkan literasi kesehatan dan
mendukung manajemen diri di antara pasien untuk mencegah efek negatif
dari faktor resiko dan penyakit (WHO, 2020).

Peningkatan Mobilitas pada balita membuka dunia baru untuk dijelajahi dan
membutuhkan kedekatan pengawasan untuk mencegah cedera. Oleh karena
itu perlunya peran perawat untuk memberikan edukasi kepada keluarga anak

21
balita tidak boleh ditinggal sendiri tanpa pendampingan orang dewasa.
Sebagai edukator perawat difasilitas kesehatan primer harus memberikan
edukasi pada ibu/caregiver terkait dengan nutrisi, eliminasi, tidur,
pertumbuhan dan perkembangan , perkembangan sosial, imunisasi, dan
keselamat balita dengan tujuan agar ibu mampu mengenali dan mencegah
sakit pada balita (Richardson, 2020) :

a. Nutrisi
Pertumbuhan melambat pada masa balita, penurunan kebutuhan energi
untuk 102 kkal/kg/hari (sekitar 1000-1300 kkal/hari), 1,23 g protein/kg/
hari, cairan sampai 115 mL/kg/hari; rata-rata pertumbuhan sekitar 4,4
pon (2 kg) dan 4,5 inci (11 cm)/tahun.
1) Porsi harus 1-2 sendok makan setiap makanan untuk setiap tahun
kehidupan, atau sekitar –⅓ porsi dewasa.
2) Susu (utuh sampai usia 2 tahun) harus dibatasi <24 ons/hari (16 ons
sudah cukup) karena kekurangan zat besi dan gangguan asupan dari
nutrisi lainnya. Kebutuhan kalsium 700 mg/hari dan vitamin D 600
IU/hari.
3) Kebutuhan nutrisi spesifik: Lemak 30% dari diet (< 10% dari total
kalori harian asupan harus berasal dari lemak jenuh); protein 5–20%,
karbohidrat hingga 45–65% (sangat sedikit dari karbohidrat tinggi
gula). Skrining faktor risiko anemia: Susu sapi dalam jumlah
banyak/hari, diet kekurangan makanan kaya zat besi lainnya.
(Kebutuhan nutrisiuntuk asupan zat besi adalah 7 mg/hari.)

4) Eating habits:
a) Mereka mampu mengenali diri mereka sebagai orang lain
terpisah dari keluarga dan membutuhkan kemandirian untuk
mengeksplorasi dengan menguji batas, termasuk batas pemberian

22
makan. Mereka mengenali kebaruan dan perbedaan makanan dan
juga mendambakan kenyamanan.
b) Mempromosikan kebiasaan baik: Sekaranglah saatnya untuk
membantu anak Anda berkembang. kebiasaan makan yang sehat
dan membuat pilihan yang baik. Saat dia menjadi lebih mandiri,
Jadilah teladan yang baik. Makan bersama keluarga, tanpa TV,
secara teratur waktu yang dijadwalkan. Berikan camilan bergizi
2-3 kali/hari di antara waktu makan, bukan sebagai Penghargaan;
batasi gula.
c) Izinkan balita untuk memilih dan eksperimen; Jangan memaksa.
Tawarkan makanan baru beberapa kali untuk memberikan
kesempatan kepada anak untuk belajar menerima dan
menyukainya. Biarkan balita makan sendiri dengan tangan atau
peralatan. Gunakan cangkir, bukan botol.

5) Safe eating:
a) Duduk saat makan; hindari makan di dalam mobil.
b) Hindari berteriak, berkelahi, menggelitik saat makan

6) Cegah Obesitas :
Angka obesitas pada anak usia 2-5 tahun sebenarnya sudah turun dari
13,9% pada tahun 2004 menjadi 9,4% pada tahun 2014, meskipun
tingkat obesitas secara keseluruhan di anak-anak dan remaja berada
pada titik tertinggi sepanjang masa. Kembangkan kebiasaan makan
yang sehat sejak usia dini, seperti tidak makan berlebihan, membatasi
makanan manis, mendorong camilan sehat, membatasi jumlah dan
menumbuhkan kecenderungan alami balita untuk makan hanya saat
lapar. Jangan biarkan anak mengisi cairan dan makanan ringan
sepanjang hari atau makan di mobil, saat bermain, atau saat
menonton TV (Richardson, 2020).

23
b. Eliminasi/ Toilet Training
Edukasi ibu/ caregiver untuk mencoba melatih toilet anak di bawah usia
24 bulan tidak bijaksana; namun, kesiapan perkembangan dan tingkat
keberhasilan agak tergantung pada jenis kelamin, etnis, dan bahkan
pengaturan pengasuhan anak. Kebanyakan anak melakukannya mulai
menunjukkan minat dalam eliminasi, meskipun mungkin tidak dalam
pelatihan, antara usia 18 dan 24 bulan.

Orang tua didorong untuk mengawasi anak untuk tanda-tanda kesiapan:


1) Anak kering setidaknya 2 jam setiap kali di siang hari atau kering
setelah tidur siang.
2) Pergerakan usus menjadi teratur dan dapat diprediksi.
3) Ekspresi wajah, postur, atau kata-kata mengungkapkan bahwa anak
akan buang air kecil atau buang air besar. Ini adalah salah satu yang
paling penting tanda-untuk dapat memberitahu sebelum kejadian,
bukan hanya setelah kejadian, yang merupakan keterampilan
sebelumnya.
4) Anak meminta untuk memakai pakaian dalam dewasa.
5) Anak meminta untuk menggunakan kursi toilet atau toilet.
6) Anak tampak tidak nyaman dengan popok yang kotor dan ingin
diganti.
7) Anak mampu mengikuti petunjuk sederhana.
8) Anak dapat berjalan ke dan dari kamar mandi dan membantu
membuka pakaian.

Orang tua didorong untuk mengenalkan anak pada “bisnis” toileting


dengan mengizinkan anak-anak untuk mengamati anak-anak yang lebih
besar/orang tua bila perlu, mendapatkan kursi toilet dan duduk di
atasnya, dan menyiram toilet. Cobalah untuk membuat rutinitas buang

24
air kecil. Semua orang biasanya melakukan hal pertama dalam pagi,
sebelum tidur, sebelum mandi, setelah makan. Coba beberapa menit,
tapi jangan bertengkar karena itu pasti akan menghambat prosesnya.
Peka terhadap ketakutan anak tentang toileting seperti toilet “keras”,
menumpahkan pispot, menggunakan toilet umum, perbedaan buang air
besar gerakan dan buang air kecil (Richardson, 2020).

c. Tidur
Rata-rata total 12 jam/hari. Tidur siang satu sampai dua kali/hari;
mungkin mengalami kesulitan menggabungkan tidur siang dan setelah
siang hari.

d. Pertumbuhan dan perkembangan


1) Pertumbuhan
a) Peningkatan rata-rata di tahun kedua kehidupan: 4,5 pon, tinggi
4 inci,lingkar depan oksipital.
b) Jika berat badan meningkat < 1 kg/tahun (2,2 pon/tahun), pantau
dengan cermat, pertimbangkan rujukan.
c) Fontanel anterior menutup pada usia 18 bulan.
d) Kepala dalam proporsi yang lebih kecil dari tubuh.
e) Fisik seperti bebek: Lordotic, berperut buncit, berkaki bengkok.
f) Binokular penglihatan (strabismus harus dirujuk).
g) 14 gigi rata-rata pada 18 bulan.
h) sistem kekebalan berkembang lebih baik, tetapi kekebalan pasif
dari ibu pergi (terutama jika tidak disusui), dan baru mulai
meningkat paparan antigen di lingkungan.

2) Perkembangan
a) Fisik

25
Memanfaatkan keterampilan gerak yang baru dikembangkan
dan ingin mengendalikan lingkungan. Balita mendorong dan
membawa benda-benda besar; menempatkan diri mereka
sendiri ke dalam ruang seperti kotak, lemari, dan di bawah
meja; senang berulang-ulang melempar dan mengambil;
mencoret-coret. Handedness didirikan.

b) Berbicara
Pada usia 18 bulan, mengerti banyak bahasa yang diucapkan
tetapi perintah relatif sedikit kata (memiliki kemampuan
reseptif yang baik). Lompatan terbesar dalam bahasa adalah
pada paruh kedua tahun kedua. "Big talkers" cenderung anak
sulung.

c) Emosional/sosial
Balita berjuang untuk kemandirian, otonomi, dan mencari
kekaguman dan penguatan positif dari keterampilan yang baru
ditemukan. Mereka masih mengalami kebutuhan
ketergantungan (separation anxiety) selama ini pencarian.
Pengembangan citra tubuh dimulai. Negativisme adalah bagian
dari individualisasi. Mungkin menyadari gender.

d) Kognitif (intelektual)
Balita mulai bekerja pada kausalitas dengan peningkatan
kemampuan fisik dan perkembangan memori. Mulai melihat
objek secara simbolis. Imajinasi dimulai. Catatan: Tanda-tanda
awal gangguan spektrum autisme (ASD), termasuk atipikal
perkembangan sosialisasi dan komunikasi, kini terdeteksi oleh
penyedia pediatrik pada anak-anak semuda balita.

26
e. Sosial Development
Pertumbuhan, perkembangan, dan sosialisasi anak ditunjukkan dalam
kegiatan bermain. Balita berkembang dari permainan sensorimotor
masa bayi untuk bermain paralel, menggabungkan imitasi,
keterampilan motorik halus dan kasar, dan baru bahasa. Mainaan yang
cocok untuk balita adalah: Ayunan set, kotak pasir, dapur bermain, alat
bermain, mainan musik dan "berbicara" (terutama yang interaktif),
mainan berkuda (terutama tanpa pedal), mainan dorong, bola, wadah,
telepon, cermin, boneka dan wayang, krayon besar, dan buku
(Richardson, 2020).

Mobilitas baru balita dan dorongan untuk otonomi membuat disiplin


menjadi hal baru tantangan bagi orang tua dan pengasuh. Pedoman
disiplin yang tepat untuk balita termasuk menawarkan pilihan bila
tersedia, termasuk mengikuti "tidak" dengan "ya", menjaga aturan
tetap sederhana dan sedikit, menghilangkan objek tentangnya ada
ketidaksepakatan terus-menerus, "menangkap anak itu baik," dan
memberi penghargaan (Richardson, 2020).

2. Kominikan yang Efektif


Kemampuan untuk cepat membangun hubungan dengan pasien dan anggota
keluarga mereka dengan cara yang empatik dan sensitif terhadap budaya
yang dirasakan dan dinyatakan pasien (WHO, 2020). Artinya sebagai
perawat kita harus mampu membangun hubungan terapeutik dengan cepat
terhadap pasien dan keluarganya, mampu mendengarkan masalah kesehatan
pasien dan mampu memberikan solusi terhadap permasalahan yang dimiliki
pasien dan keluarga sehingga dapat mencegah sakit.

27
Mengidentifikasi dan mengomunikasikan teori dan praktik keperawatan
yang relevan dalam tim multidisiplin dan interdisipliner yang ditugaskan
untuk merawat pasien dan masyarakat. Menunjukkan keterampilan
komunikasi interpersonal yang efektif menggunakan teknologi yang relevan
untuk memastikan hasil kesehatan yang lebih baik (WHO, 2020).

3. People-Centered Care and Clinical Practice


Kemampuan untuk menciptakan kondisi untuk menyediakan
terkoordinasi/terintegrasi layanan berpusat pada pasien dan kebutuhan
keluarga mereka, nilai-nilai dan preferensi sepanjang rangkaian perawatan
dan selama perjalanan hidup (WHO, 2020). Kaji sifat keluarga pasien,
dukungan sosial dan sumber daya sosial ekonomi lainnya yang mungkin
mempengaruhi kesehatan individu. Rencanakan dan laksanakan perawatan
dalam kolaborasi erat dengan pasien dan keluarga, teman, atau pengasuh
mereka (jika perlu) dengan cara yang tidak menghakimi dan hormat. Menilai
dan menerapkan jenis dan intensitas layanan untuk kebutuhan pasien,
memastikan tepat waktu, tidak berlebihan, aman dan perawatan yang efektif.
Mengelola pandangan alternatif dan bertentangan dari keluarga, pengasuh,
teman, dan anggota tim interprofesional untuk tetap fokus pada
kesejahteraan pasien.

Untuk anak kita sangat perlu melibatkan keluarga/ caregiver dalam


melakukan asuhan keperawatan, karena anak masih bergantung pada
orangtua. Famely-Centered Care (FCC) dikenal sebagai filosofi dalam
melakukan asuhan keperawatan pada anak, Tujuan keperawatan utama
adalah untuk mencegah perpisahan, terutama pada anak di bawah 5 tahun.
Banyak rumah sakit telah mengembangkan sistem perawatan yang berpusat
pada keluarga. Filosofi perawatan ini mengakui peran integral keluarga
dalam kehidupan anak dan mengakui keluarga sebagai hal yang esensial

28
bagian dari pengalaman perawatan dan penyakit anak (Hockenberry, et al.,
2017).

B. Peran Perawat Pada Balita Di Pelayanan Kesehatan (Tatanan Sekunder)


Pelayanan kesehatan sekunder adalah pelayanan yang lebih bersifat spesialis dan
bahkan kadang kala pelayanan subspesialis, tetapi masih terbatas. Pelayanan
kesehatan sekunder dan tersier (secondary and tertiary health care), adalah
rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan lebih lanjut (rujukan). Di
Indonesia terdapat berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari rumah sakit tipe D
sampai dengan rumah sakit kelas A (Listiyono, 2015).

Peran perawat dalam pelayan keperawtan ditatanan sekunder ialah melakukan


asuhan keperawatan untuk berbagai jenis penyakit anak, peran perawat
diantaranya melakukan pengkajian head to toe, melakukan penilaian sistem
pernapasan (untuk penilaian telinga, hidung, mulut dan tenggorokan, dada, dan
paru-paru). Penilaian harus mencakup pernapasan frekuensi, kedalaman dan
ritme, detak jantung, oksigenasi, status hidrasi, suhu tubuh, tingkat kesadaran,
tingkat aktivitas, dan tingkat kenyamanan. Oksimeter nadi noninvasif (saturasi
oksigen) pengukuran harus dilakukan pada semua kondisi pernapasan anak
sebagai bagian dari penilaian fisik rutin (Hockenberry, et al., 2017).

Salah satu penyakit yang sering diderita balita di rumas sakit adalah pneumonia,
peran perawat yaitu memberikan asuhan keperawatan dengan pneumonia
terutama bersifat suportif dan simtomatik tetapi memerlukan penilaian
pernapasan menyeluruh dan pemberian oksigen tambahan (sesuai kebutuhan),
cairan dan antibiotik. Tingkat pernapasan anak, ritme dan kedalaman, oksigenasi,
disposisi umum dan tingkat aktivitas harus sering dinilai. Untuk mencegah
dehidrasi, cairan mungkin diperlukan intravena selama fase akut (Hockenberry,

29
et al., 2017). Perawat memerlukan kolaborasi dengan tim lain seperti dokter, tim
gizi dan lainnya agar dapat melakukan asuhan keperawatan dengan baik.

Perawat juga berperan untuk melibatkan keluarga dalam perawatan dengan


tujuan mencegah stress pada balita, melakukan terapi bermain sebagai intervensi
keperawatan untuk mengatasi hospitalisasi pada anak (Hockenberry, et al.,
2017).

C. Peran Perawat Pada Balita Di Pelayanan Kesehatan (Tatanan Tersier)


Pelayanan kesehatan tersier adalah pelayanan yang lebih mengutamakan
pelayanan subspesialis serta subspesialis luas (Listiyono, 2015). Tindakan yang
dilakukan untuk mengurangi gejala dan komplikasi penyakit pada orang yang
merasa sakit, untuk mengurangi perkembangan dan meningkatkan fungsi fisik
dan kualitas hidup (Martins, et al., 2018).

Peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan di level fasilitas kesehatan


tersier, salah satu peran perawat yaitu ikut andil dalam palliative care. Perawatan
paliatif sebagai perawatan total aktif pasien yang penyakitnya tidak responsif
terhadap kuratif perlakuan. Mengontrol rasa sakit, gejala lain, dan masalah
psikologis, sosial, dan spiritual adalah yang terpenting. Tujuan perawatan paliatif
adalah pencapaian kualitas hidup terbaik untuk pasien dan keluarganya. Tujuan
ini tentunya sesuai dengan perawatan bagi pasien yang mengejar terapi kuratif
atau memperpanjang hidup. Oleh karena itu harus ada perbedaan antara
perawatan paliatif dan perawatan akhir kehidupan. Perawatan akhir kehidupan
adalah bagian dari perawatan paliatif, tetapi tujuan dari perawatan paliatif meluas
ke semua aspek kualitas hidup pasien dan dapat ditetapkan sejak dini lintasan
penyakit pasien (Hockenberry, et al., 2017).

30
Intervensi perawatan paliatif tidak berfungsi untuk mempercepat kematian.
Sebaliknya, mereka meminimalkan rasa sakit dan manajemen gejala, perhatian
terhadap masalah yang dihadapi anak dan keluarga terkait dengan kritis dan
kematian, dan peningkatan fungsi dan kualitas hidup yang optimal selama waktu
tersisa yang dimiliki anak. Pelaksanaan pelayanan konsultasi perawatan paliatif
neonatus dan pediatrik dalam rumah sakit telah mengarah pada peningkatan
kualitas hidup dan perawatan akhir hayat bagi anak-anak dan keluarga mereka
dan dukungan untuk penyedia perawatan mereka (Hockenberry, et al., 2017).

Nursing Care Management dalam palliatif care pada balita menurut


Hockenberry, et al., (2017) diantaranya :
1. Bantu orang tua mengatasi perasaan mereka, biarkan mereka lebih emosional
untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya.
2. Dorong orang tua untuk tetap sedekat mungkin dengan anak peka terhadap
kebutuhan orang tua. Pertahankan lingkungan senormal mungkin untuk
dipertahankan ritualisme.
3. Jika orang tua telah meninggal, dorong untuk memiliki pengasuh yang
konsisten untuk anak.
4. Melibatkan keluarga dalam mengambil keputusan dan difasilitasi oleh perawat
dan tim lain.
5. Mempromosikan keperawatan primer.

Sebagai kelompok profesional kesehatan yang paling banyak terlibat dengan


keluarga, perawat berada dalam posisi yang sangat baik untuk memastikan
bahwa keluarga diberikan pilihan yang tersedia bagi mereka. Perawat
bertanggung jawab untuk mengeksplorasi keinginan keluarga. Ini paling baik
dilakukan bersama dengan dokter tetapi kadang-kadang mungkin perlu
diprakarsai oleh perawat. Pernyataan (seperti, “Ceritakan tentang pemikiran
Anda untuk jenis perawatan yang Anda ingin ketika anak Anda sekarat” atau

31
“Sudahkah Anda mempertimbangkan jenis intervensi yang Anda ingin kami
gunakan ketika anak Anda hampir mati?”) dapat dimulai diskusi tentang aspek
sensitif tetapi kritis dari perawatan terminal ini (Hockenberry, et al., 2017).

Keluarga dapat memilih untuk tetap tinggal di rumah sakit untuk menerima
perawatan jika penyakit atau kondisi anak tersebut tidak stabil dan perawatan di
rumah bukanlah pilihan atau keluarga tidak nyaman dengan memberikan
perawatan di rumah. Jika sebuah keluarga memilih untuk tetap tinggal di rumah
sakit untuk perawatan terminal, pengaturannya harus dibuat sebagai: seperti
rumah mungkin. Keluarga dianjurkan untuk membawa barang-barang familiar
dari kamar anak di rumah. Selain itu, harus ada rencana perawatan yang
konsisten dan terkoordinasi untuk kenyamanan pasien anak dan keluarga. Orang
tua juga harus ditawarkan pilihan untuk merawat anak mereka di rumah selama
fase akhir dari penyakit dengan bantuan organisasi rumah sakit. Hospice adalah
layanan kesehatan masyarakat organisasi yang mengkhususkan diri dalam
perawatan pasien sekarat dengan menggabungkan filosofi rumah sakit dengan
prinsip perawatan paliatif (Hockenberry, et al., 2017).

32
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
B. Saran

33
DAFTAR PUSTAKA

Erdmann, A.L., Andrage. S.G., Mello, A.L. & Drago,L.C., (2013). Secondary Health
Care: best practices in the health services network. Diakses pada tanggal 27
juni 2022 di https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23459900/

Hockenberry, M., Wilson, D. & Rodger,C.C., (2017). Wong’s essentials of pediatric


nursing, (10th ed.). St. Louis: Elsevier,Inc.

Kyle, T. & Carman, S., ( 2014), Essential Of Pediatric Nursing (2nd Ed.).

Listiyono, R.A., (2015). Studi Deskriptif Tentang Kuaitas Pelayanan di Rumah Sakit
Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Pasca Menjadi Rumah
Sakit Tipe B. Diakses pada tanggal 29 juni 2022 di
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmp1ad01a2a56full.pdf

Martin, C., Cwirko, M.G., Heleno, B., Brodersen, J., (2018). Quaternary prevention:
reviewing the concept Quaternary prevention aims to protect patients from
medical harm. European Journal Of General Practice Vol 24, No 1. Diakses
pada tanggal 29 juni 2022 di- https://doi.org/10.1080/13814788.2017.1422177

Nakata, L.C., Feltrin, A.F., Chaves, L.D., & Ferreire, J.B., (2020). Concept of health
care network and its key characteristics: a scoping review. Escola Anna Nery
24(2). DOI: 10.1590/2177-9465-EAN-2019-0154
http://old.scielo.br/scielo.php?
pid=S141481452020000200701&script=sci_abstract&tlng=en

Richardson, B., (2020). Pediatric Primary Care Practice guidelines for nurses (4th ed.).
Jones & Bartlett Learning.

White, F.,(2015). Primary Health Care and Public Health: Foundations of Universal
Health Systems.DOI: 10.1159/000370197 Diakses pada tanggal 29 juni 2022
di https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25591411/

WHO (2020). Competencies for nurses working in primary health care.

34

Anda mungkin juga menyukai