KELOMPOK 2
Annantusia , Skep. Ners (20210920100054)
Mursiah Skep. Ners (20210920100053)
Ruriwinita Skep. Ners (20210920100021)
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul
“Lingkup Layanan Kesehatan Pada Anak Balita Dan Peran Perawat Serta Jenis
Pelayanan Pada Anak Balita Ditatanan Primer, Sekunder Dan Tersier”.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak
lanjut dalam konteks keluarga pada program magister keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta dengan tujuan untuk memahami lingkup layanan kesehatan
pada anak balita dan peran perawat serta jenis pelayanan pada anak balita ditatanan
primer, sekunder dan tersier. Hal ini sangat bermanfaat untuk keperawatan agar
mengetahui jenis pelayanan dan peran perawat didalamnya. Kelompok berterima
kasih karna atas bantuan dari semua pihak yang mendukung dalam pembuatan
makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan, segala
kritik dan saran sangat kami harapkan.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
Kata pengantar.......................................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................2
C. Manfaat..................................................................................................................2
iii
BAB IV PENUTUP
4.
1.
2.
3.
4.
A. Kesimpulan............................................................................................................32
B. Saran......................................................................................................................32
REFERENSI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem kesehatan memiliki tujuan untuk mempromosikan, memulihkan dan
menjaga kesehatan populasi. Mereka terdiri dari seperangkat layanan yang
berkomunikasi satu sama lain, yang bertujuan untuk perlindungan sosial. Analisis
historis sistem kesehatan telah menunjukkan bahwa, hingga paruh pertama abad
ke-20, mereka fokus tentang penyakit menular dan pada paruh kedua abad itu,
pada kondisi akut (Nakata, et al., 2020).
Di sisi lain, itu adalah fakta bahwa telah terjadi kemajuan dalam pendekatan
terhadap kondisi kesehatan dalam beberapa dekade terakhir, dengan penurunan
tingkat kematian di seluruh dunia dan peningkatan harapan hidup. Namun, di
banyak negara, epidemiologi transisi tetap terdaftar dalam besarnya penyakit
kronis dan efeknya yang tidak diinginkan terhadap individu, keluarga dan sistem
1
kesehatan (Nakata, et al., 2020). Pelayanan kesehatan yang berperan didalamnya
diantaranya adalah keperawatan.
Anak merupakan dambaan setiap keluarga, selain itu setiap keluarga juga
mengharapkan anaknya kelak bertumbuh kembang opimal (sehat fisik,
mental/kognitif dan social), dapat dibanggakan, serta berguna bagi nusa dan
bangsa dewasa ( soetjiningsih, 2013). Anak merupakan individu yang unik dan
bagian dari makhluk sosial yang membutuhkan perhatian khusus untuk
mengoptimalkan tumbuh kembangnya. Tumbuh kembang anak ditandai dengan
pertumbuhan (growth) dan perkembangan (development). Perkembangan anak
meliputi perkembangan motorik halus, motorik kasar, bahasa dan personal-sosial
(Sembiring,2017).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengidentifikasi jenis pelayanan keperawatan anak dalam
tatanan primer, sekunder, tersier.
2
2. Tujuan Khusus
a. Memahami filosofi keperawatan anak.
b. Memahami prinsip-prinsip keperawatan anak
c. Memahami pelayanan dan jenis pelayanan keperawatan anak dalam
tatanan primer.
d. Memahami pelayanan dan jenis pelayanan keperawatan anak dalam
tatanan sekunder
e. Memahami pelayanan dan jenis pelayanan keperawatan anak dalam
tatanan tersier.
C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu
mengetahui, menganalisis dan menetapkan pelayanan keperawatan anak pada
kegiatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif dan rehabilitative.
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
4
berhubungan dengan keadaan sakit anaknya. Dengan demikian, pada saat
anak diperoleh kan pulang ke rumah, orang tua sedah memiliki seperangkat
ilmu pengetahuan dan keterampilan tentang perawatan anaknya. Misalnya,
pada saat seorang ibu yang mempunyai anak sakit panas dan dirawat
dirumah sakit, jika pada awal masuk rumah sakit orang tua tidak tahu
tentang perawatan anak panas, saat keluar dari rumah sakit mmereka sudah
dapat memberikan kompres hangat dan mengukur suhu dengan
termometernya sendiri secara benar.
5
Elemen pokok asuhan yang berpusat pada keluarga:
a. Hubungan anak dan orangtua adalah unik, berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya. Setiap anak mempunyai karakteristik yang berbeda
dan berespon terhadapp sakit dan perawatan dirumah sakit secara bebeda
pula. Demikian pula orangtua mempunyai latarbelakang individu yang
berbeda dalam berespon terhadap kondisi anak dan perawatan dirumah
sakit.
b. Orang tua dapat memberikan asuhan yang efektif selama hospitalisasi
anaknya. Telah terbukti dalam beberapa penelitian bahwa anak akan
merasa aman apabila berada disamping orangtuanya, terlebih lagi pada
saat menghadapi situasi menakutkan seperti dilakukan prosedur invasif.
Dengan demikian, tujuan asuhan akan tercapai dengan baik apabila ada
kerjasama yang baik antara perawat dan orang tua.
c. Kerjasama dalam model asuhan adalah fleksible dan menggunakan konsep
dasar asuhan keperawatan anak. Saat tertentu perawat dapat melakukan
asuhan keluarga dan keluarga dapat melakukan asuhan keperawatan. Pada
kondisi tertentu ketika orang tua harus meninggalkan anak sesaat
(misalnya, membeli obat, ke kamar kecil), perawat harus siap
menggantikannya (misalnya, bayi menangis, perwat perlu menggendong,
meninabobokan). Sebaliknya, orangtua harus belajar melakukan tindakan
keperawatan, seperti memberikan kompres, mengukur suhu, atau
mengobservasi gejala panas anak, melalui proses pendidikan kesehatan
yang diberikan perawat.
d. Keberhasilan dan pendekatan ini bergantung pada kesepakatan tim
kesehatan untuk mendukung kerjasama yang aktif dari orangtua.
Kesepakatan untuk menggunakan pendekatan famili centred tidak cukup
hannya dari perawat, tetapi juga seluruh petugas kesehatan yang ada.
6
2. Atraumatic care
Atraumatic care yang dimaksud di sini adalah perawatan yang tidak
menimbulkan adanya trauma pada anak dan keluarga. Perawat tersebut
difokuskan dalam pencegahan terhadap trauma yang merupakan bagian dalam
keperawatan anak (Hockenberry, et al., 2017).
7
c. Mencegah atau mengurangi cedera (injuri) dan nyeri (dampak
psikologis). Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan
dalam keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa
dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai
teknis misalnya distraksi, relaksasi,imaginary. Apabila tindakan
pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan berlangsung
lama pada anak sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak.
d. Tidak melakukan kekerasan pada anak. Kekerasan pada anak akan
menimbulkan gangguan psikologis yang sangat berarti dalam kehidupan
anak. Apabila ini terjadi pada anak dalam proses tumbuh kembang maka
kemungkinan pencapaian kematangan akan terhambat, dengan demikian
tindakan kekerasan pada anak sangat tidak dianjurkan karena akan
memperberat kondisi anak.
e. Modifikasi lingkungan fisik. Melalui modifikasi lingkungan fisik yang
bernuansa anak dapat meningkatkan keceriaan, perasaan aman, dan
nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak selalu berkembangan
nyaman di lingkungan.
8
menuju proese kematangan. Pola-pola inilah yang harus dijadikan
ukuran,bukan hanya bentuk fisiknya saja tetapi kemampuan dan
kematanganya (Kyle & Carman, 2013).
2. anak sebagai individu yang unik yang mempuyai kebutuhan sesuai dengan
tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki kebutuhan
yang berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan
usia tumbuh kembang. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan
fisiologis seprti kebutuhan nutrisi dan caitan, aktivitas, eliminasi,
istirahat,tidur dan lain-lain. Selain kebutuhan fisiologis tersebut ,anak juga
sebagai individu yang membutuhkan kebutuhan psikologis,sosial,spiritual.
Hal tersebut dapat terlihat pada tahap usia tumbuh kembang anak. Pada saat
bersamaan perlu memandang tingkat kebutuhan yang khusus yang di alami
oleh anak (Hockenberry, et al., 2017).
9
5. praktek keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga
untuk mencegah,mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan kesejahteraan
hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai aspek moral
(etik) dan aspek hukum (legal). Sebagai bagian dari keluarga anak harus
dilibatkan dalam pelayanan keperawatan, dalam hal ini harus terjadi
kesepakatan antara keluarga, anak dan tim kesehatan.
Perawatan kesehatan yang sangat penting untuk dapat diakses dengan biaya yang
terjangkau, dengan metode yang praktis, ilmiah dan dapat diterima secara sosial.
Setiap orang harus memiliki akses ke sana dan terlibat di dalamnya, seperti
halnya sektor masyarakat lainnya. Ini harus mencakup partisipasi masyarakat dan
10
pendidikan tentang masalah kesehatan yang lazim, promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit, penyediaan makanan dan gizi yang memadai, air bersih,
sanitasi dasar, perawatan kesehatan ibu dan anak, perencanaan keluarga,
pencegahan dan pengendalian penyakit endemik, imunisasi terhadap penyakit
yang dapat dicegah dengan vaksin, pengobatan yang sesuai dengan penyakit dan
cedera umum, dan pemberian obat-obatan esensial (White, 2015).
Dalam artikel Primary Health Care (PHC) and Public Health (PH):
Foundations of Universal Health, 'model sosial-ekologis' (Model SE) sebagai
cara menghargai bagaimana orang berhubungan melalui keluarga dan hubungan
komunitas ke masyarakat secara keseluruhan. Analisis sejauh mana hubungan
diselaraskan dan diperkuat berpotensi untuk memahami hasil kesehatan yang
mungkin timbul baik positif maupun negatif. Dapat dipahami bahwa Model SE
ilustratif (gbr. 1) menggambarkan saling mempengaruhi antara individu,
hubungan, komunitas, sosial, dan pengaruh global (White, 2015).
11
The social-ecological model – spheres of influence.
Spheres of
influence
12
masalah dan mempromosikan hubungan yang sehat. Peran ini termasuk dalam
lingkaran sosial.
Pengaruh Global: Ini mencakup spektrum mulai dari Konvensi PBB hingga
pengaruh pemasaran perusahaan yang seringkali tidak terkendali (berpotensi
dapat dikendalikan), yang mungkin memiliki implikasi kesehatan.
13
D. Pelayanan Keperawatan Anak Di Tatanan Sekunder
Upaya kesehatan sekunder adalah upaya kesehatan rujukkan lanjutan. Pelayanan
kesehatan sekunder adalah pelayan kesehatan spesialistik yang menerima
rujukkan dari pelayanan kesehatan primer, yang meliputi rujukkan kasus,
specimen dan ilmu pengetahuan serta dapat merujuk kembali ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang merujuk. Perawatan sekunder terdiri dari khusus
layanan rawat jalan dan rumah sakit, dengan kepadatan teknologi sederhana
antara perawatan primer dan tersier secara historis diartikan sebagai prosedur
kompleksitas tingkat menengah. Tingkat ini termasuk layanan khusus medis,
layanan dukungan diagnostik atau terapeutik, dan layanan darurat. Dengan
demikian, dengan mengaitkan benchmark praktek terbaik dengan pelayanan
sekunder, salah satu meningkatkan respon positif tuntutan pengguna jasa dalam
ruang penataan di A Health Care Network (HCN).
14
Dalam penelitian Alacoque Lorenzini Erdmann et. al (2013) yang berjudul
Secondary Health Care: best practices in the health services network Jenis-jenis
perawatan yang dilakukan dalam perawatan sekunder meliputi konsultasi rawat
jalan di spesialisasi medis, perawatan darurat, perawatan kesehatan mental, jenis
tertentu dari pemeriksaan melalui tes laboratorium dan operasi. Pemenuhan
praktek pelayanan ini adalah viabilized dengan menggunakan catatan kesehatan
elektronik, jadwal komputerisasi dan transportasi pasien yang berisiko (Mobile
Layanan Darurat Perawatan dan ambulans ED).
15
dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang, lepas dari rasa
ketakutan.
b. Imunisasi.
Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit infeksi dengan
menyuntikkan vaksin kepada anak sebelum anak terinfeksi. Anak yang
diberi imunisasi akan terlindung dari infeksi penyakit-penyakit yang
dapat menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut memiliki
kesempatanuntuk menyerang tubuh kita. Dengan imunisasi tubuh kita
akan terlindungi dari infeksi begitu pula orang lain. Karena tidak tertular
dari kita Tujuan dari imunisasi adalah untuk menguranggi angka
penderitaan suatupenyakit yang sangat membahayakan kesehatan
bahkan bisa menyebabkankematian pada penderitanya.
16
2. Jenis Pelayanan Keperawatan Anak di Tatanan Sekunder meliputi:
a. Pelayanan posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi. Adapun jenis pelayanan yang
diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup :
1) Penimbangan berat badan
2) Penentuan status pertumbuhan
3) Penyuluhan
17
c. Pemberian kapsul vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat
diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata ( agar dapat
melihat dengan baik ) dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan
daya tahan tubuh, jaringan epitel, untuk melawan penyakit misalnya
campak, diare dan infeksi lain. Vitamin A terdiri dari 2 jenis :
1) Kapsul vitamin A biru ( 100.000 IU ) diberikan pada bayi yang
berusia 6-11 bulan satu kali dalam satu tahun
2) Kapsul vitamin A merah ( 200.000 IU ) diberikan kepada balita
18
3. Jenis Pelayanan Keperawatan Anak di Tatanan Tersier meliputi:
a. Pelayanan medic spesialis
b. Pelayanan kefarmasian
c. Pelayanan penunjang medik
d. Pelayanan gizi
19
BAB III
PEMBAHASAN
PERAN PERAWAT PADA BALITA
DI TATANAN PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER
Peran perawat pada balita di layanan kesehatan pada tatanan primer sangat
dibutuhkan, terutama untuk melakukan asuhan keperawatan. melakukan skrining
20
pertumbuhan dan perkembangan pada balita, memberikan edukasi pada
orangtua/caregiver terkait dengan promosi, pencegahan dan masalah kesehatan
anak. Pertumbuhan dan perkembangan balita mempengaruhi kehidupan sehari-
harinya serta keluarga. Meskipun beberapa balita mungkin tumbuh lebih cepat
atau mencapai tonggak perkembangan lebih cepat dari yang lain, pertumbuhan
dan perkembangan tetap teratur dan berurutan. Kunjungan kesehatan selama
masa balita tetap fokus pada pertumbuhan dan perkembangan. Perawat harus
memiliki pemahaman yang baik tentang perubahan yang terjadi selama masa
balita agar dapat memberikan bimbingan dan dukungan antisipatif yang tepat
kepada keluarga (Kyle & Carman, 2013).
Peningkatan Mobilitas pada balita membuka dunia baru untuk dijelajahi dan
membutuhkan kedekatan pengawasan untuk mencegah cedera. Oleh karena
itu perlunya peran perawat untuk memberikan edukasi kepada keluarga anak
21
balita tidak boleh ditinggal sendiri tanpa pendampingan orang dewasa.
Sebagai edukator perawat difasilitas kesehatan primer harus memberikan
edukasi pada ibu/caregiver terkait dengan nutrisi, eliminasi, tidur,
pertumbuhan dan perkembangan , perkembangan sosial, imunisasi, dan
keselamat balita dengan tujuan agar ibu mampu mengenali dan mencegah
sakit pada balita (Richardson, 2020) :
a. Nutrisi
Pertumbuhan melambat pada masa balita, penurunan kebutuhan energi
untuk 102 kkal/kg/hari (sekitar 1000-1300 kkal/hari), 1,23 g protein/kg/
hari, cairan sampai 115 mL/kg/hari; rata-rata pertumbuhan sekitar 4,4
pon (2 kg) dan 4,5 inci (11 cm)/tahun.
1) Porsi harus 1-2 sendok makan setiap makanan untuk setiap tahun
kehidupan, atau sekitar –⅓ porsi dewasa.
2) Susu (utuh sampai usia 2 tahun) harus dibatasi <24 ons/hari (16 ons
sudah cukup) karena kekurangan zat besi dan gangguan asupan dari
nutrisi lainnya. Kebutuhan kalsium 700 mg/hari dan vitamin D 600
IU/hari.
3) Kebutuhan nutrisi spesifik: Lemak 30% dari diet (< 10% dari total
kalori harian asupan harus berasal dari lemak jenuh); protein 5–20%,
karbohidrat hingga 45–65% (sangat sedikit dari karbohidrat tinggi
gula). Skrining faktor risiko anemia: Susu sapi dalam jumlah
banyak/hari, diet kekurangan makanan kaya zat besi lainnya.
(Kebutuhan nutrisiuntuk asupan zat besi adalah 7 mg/hari.)
4) Eating habits:
a) Mereka mampu mengenali diri mereka sebagai orang lain
terpisah dari keluarga dan membutuhkan kemandirian untuk
mengeksplorasi dengan menguji batas, termasuk batas pemberian
22
makan. Mereka mengenali kebaruan dan perbedaan makanan dan
juga mendambakan kenyamanan.
b) Mempromosikan kebiasaan baik: Sekaranglah saatnya untuk
membantu anak Anda berkembang. kebiasaan makan yang sehat
dan membuat pilihan yang baik. Saat dia menjadi lebih mandiri,
Jadilah teladan yang baik. Makan bersama keluarga, tanpa TV,
secara teratur waktu yang dijadwalkan. Berikan camilan bergizi
2-3 kali/hari di antara waktu makan, bukan sebagai Penghargaan;
batasi gula.
c) Izinkan balita untuk memilih dan eksperimen; Jangan memaksa.
Tawarkan makanan baru beberapa kali untuk memberikan
kesempatan kepada anak untuk belajar menerima dan
menyukainya. Biarkan balita makan sendiri dengan tangan atau
peralatan. Gunakan cangkir, bukan botol.
5) Safe eating:
a) Duduk saat makan; hindari makan di dalam mobil.
b) Hindari berteriak, berkelahi, menggelitik saat makan
6) Cegah Obesitas :
Angka obesitas pada anak usia 2-5 tahun sebenarnya sudah turun dari
13,9% pada tahun 2004 menjadi 9,4% pada tahun 2014, meskipun
tingkat obesitas secara keseluruhan di anak-anak dan remaja berada
pada titik tertinggi sepanjang masa. Kembangkan kebiasaan makan
yang sehat sejak usia dini, seperti tidak makan berlebihan, membatasi
makanan manis, mendorong camilan sehat, membatasi jumlah dan
menumbuhkan kecenderungan alami balita untuk makan hanya saat
lapar. Jangan biarkan anak mengisi cairan dan makanan ringan
sepanjang hari atau makan di mobil, saat bermain, atau saat
menonton TV (Richardson, 2020).
23
b. Eliminasi/ Toilet Training
Edukasi ibu/ caregiver untuk mencoba melatih toilet anak di bawah usia
24 bulan tidak bijaksana; namun, kesiapan perkembangan dan tingkat
keberhasilan agak tergantung pada jenis kelamin, etnis, dan bahkan
pengaturan pengasuhan anak. Kebanyakan anak melakukannya mulai
menunjukkan minat dalam eliminasi, meskipun mungkin tidak dalam
pelatihan, antara usia 18 dan 24 bulan.
24
air kecil. Semua orang biasanya melakukan hal pertama dalam pagi,
sebelum tidur, sebelum mandi, setelah makan. Coba beberapa menit,
tapi jangan bertengkar karena itu pasti akan menghambat prosesnya.
Peka terhadap ketakutan anak tentang toileting seperti toilet “keras”,
menumpahkan pispot, menggunakan toilet umum, perbedaan buang air
besar gerakan dan buang air kecil (Richardson, 2020).
c. Tidur
Rata-rata total 12 jam/hari. Tidur siang satu sampai dua kali/hari;
mungkin mengalami kesulitan menggabungkan tidur siang dan setelah
siang hari.
2) Perkembangan
a) Fisik
25
Memanfaatkan keterampilan gerak yang baru dikembangkan
dan ingin mengendalikan lingkungan. Balita mendorong dan
membawa benda-benda besar; menempatkan diri mereka
sendiri ke dalam ruang seperti kotak, lemari, dan di bawah
meja; senang berulang-ulang melempar dan mengambil;
mencoret-coret. Handedness didirikan.
b) Berbicara
Pada usia 18 bulan, mengerti banyak bahasa yang diucapkan
tetapi perintah relatif sedikit kata (memiliki kemampuan
reseptif yang baik). Lompatan terbesar dalam bahasa adalah
pada paruh kedua tahun kedua. "Big talkers" cenderung anak
sulung.
c) Emosional/sosial
Balita berjuang untuk kemandirian, otonomi, dan mencari
kekaguman dan penguatan positif dari keterampilan yang baru
ditemukan. Mereka masih mengalami kebutuhan
ketergantungan (separation anxiety) selama ini pencarian.
Pengembangan citra tubuh dimulai. Negativisme adalah bagian
dari individualisasi. Mungkin menyadari gender.
d) Kognitif (intelektual)
Balita mulai bekerja pada kausalitas dengan peningkatan
kemampuan fisik dan perkembangan memori. Mulai melihat
objek secara simbolis. Imajinasi dimulai. Catatan: Tanda-tanda
awal gangguan spektrum autisme (ASD), termasuk atipikal
perkembangan sosialisasi dan komunikasi, kini terdeteksi oleh
penyedia pediatrik pada anak-anak semuda balita.
26
e. Sosial Development
Pertumbuhan, perkembangan, dan sosialisasi anak ditunjukkan dalam
kegiatan bermain. Balita berkembang dari permainan sensorimotor
masa bayi untuk bermain paralel, menggabungkan imitasi,
keterampilan motorik halus dan kasar, dan baru bahasa. Mainaan yang
cocok untuk balita adalah: Ayunan set, kotak pasir, dapur bermain, alat
bermain, mainan musik dan "berbicara" (terutama yang interaktif),
mainan berkuda (terutama tanpa pedal), mainan dorong, bola, wadah,
telepon, cermin, boneka dan wayang, krayon besar, dan buku
(Richardson, 2020).
27
Mengidentifikasi dan mengomunikasikan teori dan praktik keperawatan
yang relevan dalam tim multidisiplin dan interdisipliner yang ditugaskan
untuk merawat pasien dan masyarakat. Menunjukkan keterampilan
komunikasi interpersonal yang efektif menggunakan teknologi yang relevan
untuk memastikan hasil kesehatan yang lebih baik (WHO, 2020).
28
bagian dari pengalaman perawatan dan penyakit anak (Hockenberry, et al.,
2017).
Salah satu penyakit yang sering diderita balita di rumas sakit adalah pneumonia,
peran perawat yaitu memberikan asuhan keperawatan dengan pneumonia
terutama bersifat suportif dan simtomatik tetapi memerlukan penilaian
pernapasan menyeluruh dan pemberian oksigen tambahan (sesuai kebutuhan),
cairan dan antibiotik. Tingkat pernapasan anak, ritme dan kedalaman, oksigenasi,
disposisi umum dan tingkat aktivitas harus sering dinilai. Untuk mencegah
dehidrasi, cairan mungkin diperlukan intravena selama fase akut (Hockenberry,
29
et al., 2017). Perawat memerlukan kolaborasi dengan tim lain seperti dokter, tim
gizi dan lainnya agar dapat melakukan asuhan keperawatan dengan baik.
30
Intervensi perawatan paliatif tidak berfungsi untuk mempercepat kematian.
Sebaliknya, mereka meminimalkan rasa sakit dan manajemen gejala, perhatian
terhadap masalah yang dihadapi anak dan keluarga terkait dengan kritis dan
kematian, dan peningkatan fungsi dan kualitas hidup yang optimal selama waktu
tersisa yang dimiliki anak. Pelaksanaan pelayanan konsultasi perawatan paliatif
neonatus dan pediatrik dalam rumah sakit telah mengarah pada peningkatan
kualitas hidup dan perawatan akhir hayat bagi anak-anak dan keluarga mereka
dan dukungan untuk penyedia perawatan mereka (Hockenberry, et al., 2017).
31
“Sudahkah Anda mempertimbangkan jenis intervensi yang Anda ingin kami
gunakan ketika anak Anda hampir mati?”) dapat dimulai diskusi tentang aspek
sensitif tetapi kritis dari perawatan terminal ini (Hockenberry, et al., 2017).
Keluarga dapat memilih untuk tetap tinggal di rumah sakit untuk menerima
perawatan jika penyakit atau kondisi anak tersebut tidak stabil dan perawatan di
rumah bukanlah pilihan atau keluarga tidak nyaman dengan memberikan
perawatan di rumah. Jika sebuah keluarga memilih untuk tetap tinggal di rumah
sakit untuk perawatan terminal, pengaturannya harus dibuat sebagai: seperti
rumah mungkin. Keluarga dianjurkan untuk membawa barang-barang familiar
dari kamar anak di rumah. Selain itu, harus ada rencana perawatan yang
konsisten dan terkoordinasi untuk kenyamanan pasien anak dan keluarga. Orang
tua juga harus ditawarkan pilihan untuk merawat anak mereka di rumah selama
fase akhir dari penyakit dengan bantuan organisasi rumah sakit. Hospice adalah
layanan kesehatan masyarakat organisasi yang mengkhususkan diri dalam
perawatan pasien sekarat dengan menggabungkan filosofi rumah sakit dengan
prinsip perawatan paliatif (Hockenberry, et al., 2017).
32
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
Erdmann, A.L., Andrage. S.G., Mello, A.L. & Drago,L.C., (2013). Secondary Health
Care: best practices in the health services network. Diakses pada tanggal 27
juni 2022 di https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23459900/
Kyle, T. & Carman, S., ( 2014), Essential Of Pediatric Nursing (2nd Ed.).
Listiyono, R.A., (2015). Studi Deskriptif Tentang Kuaitas Pelayanan di Rumah Sakit
Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Pasca Menjadi Rumah
Sakit Tipe B. Diakses pada tanggal 29 juni 2022 di
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmp1ad01a2a56full.pdf
Martin, C., Cwirko, M.G., Heleno, B., Brodersen, J., (2018). Quaternary prevention:
reviewing the concept Quaternary prevention aims to protect patients from
medical harm. European Journal Of General Practice Vol 24, No 1. Diakses
pada tanggal 29 juni 2022 di- https://doi.org/10.1080/13814788.2017.1422177
Nakata, L.C., Feltrin, A.F., Chaves, L.D., & Ferreire, J.B., (2020). Concept of health
care network and its key characteristics: a scoping review. Escola Anna Nery
24(2). DOI: 10.1590/2177-9465-EAN-2019-0154
http://old.scielo.br/scielo.php?
pid=S141481452020000200701&script=sci_abstract&tlng=en
Richardson, B., (2020). Pediatric Primary Care Practice guidelines for nurses (4th ed.).
Jones & Bartlett Learning.
White, F.,(2015). Primary Health Care and Public Health: Foundations of Universal
Health Systems.DOI: 10.1159/000370197 Diakses pada tanggal 29 juni 2022
di https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25591411/
34