Anda di halaman 1dari 26

Unggul dalam iptek

Kokoh dalam imtaq

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI RESIKO TINGGI DI


UNIT NEONATOLOGI: NEC (NECROTIZING
ENTEROCOLITIS)

KELOMPOK 2
Annantusia , Skep. Ners (20210920100054)
Mursiah Skep. Ners (20210920100053)
Ruriwinita Skep. Ners (20210920100021)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

1
JAKARTA, 2022

2
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Bayi Resiko Tinggi Di Unit Neonatologi: NEC
(Necrotizing Enterocolitis)”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah keperawatan anak lanjut 1 pada program magister keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta dengan tujuan untuk memahami dan
memberikan Asuhan Keperawatan Pada Bayi dengan NEC. Hal ini sangat bermanfaat
untuk pembelajaran dan asuhan keperawatan yang dilaksanakan di Rumah sakit dan
belajar mengenai perawatan dan prosedur yang dilakukan. Kelompok berterima kasih
karna atas bantuan dari semua pihak yang mendukung dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan, segala kritik dan
saran sangat kami harapkan.

Semoga makalah ini dapart meningkatkan ilmu pengetahuan kami terkait terapi
bermain pada anak.

Jakarta, 04 April 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar.......................................................................................................................i

Daftar Isi................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


1)
1.
2.
1.
2.
A. Defisi.....................................................................................................................3
B. Etiologi..................................................................................................................3
C. WOC......................................................................................................................5
D. Manifestasi Klinis..................................................................................................6
E. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................7
F. Penatalaksanaan ....................................................................................................8
G. Proses Keperawatan...............................................................................................10
1. Pengkajian.........................................................................................................10
2. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................12
3. Perencanaan......................................................................................................13
H. Hasil Penelitian terkait..............................................................................................16

BAB III PEMBAHASAN.....................................................................................................18

A.
1.
2.
1.
2.
3.
BAB IV PENUTUP
4.
1.
2.

ii
3.
4.
A. Kesimpulan............................................................................................................20
B. Saran......................................................................................................................20

REFERENSI

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Necrotizing Enterocolitis (NEC) atau enterokolitis nekrotikus merupakan
salah satu penyakit yang sangat serius dan berat pada saluran pencernaan
neonatus. Tatalaksana NEC sangat kompleks dan perjalanan penyakitnya sulit
diprediksi. Enterokolitis nekrotikans termasuk penyebab utama kesakitan dan
kematian pada neonates (Kartini, dkk. 2013). Necrotizing enterocolitis (NEC)
merupakan penyakit gastrointestinal yang fatal pada neonates dengan pilihan
terapi yang terbatas (Zhang, et al,. 2021)

NEC berkaitan erat dengan prematuritas terutama pada bayi berat lahir sangat
rendah (BBLSR), yaitu bayi dengan berat lahir amat sangat rendah
(BBLASR), yaitu bayi dengan berat lahir <1000 g. terjadi pada 5-7%
neonatus prematur dan pada 7-10% neonatus prematur dengan berat lahir
<1500 g. Tingkat kematian EKN makin tinggi pada bayi yang lebih kecil;
mortalitas pada BBLSR ialah 10-30% dan meningkat hingga 30-50% pada
BBLASR (Alganabi, et al., 2019). Kematian bahkan lebih tinggi hingga 50%
pada kasus pembedahan (Walke, et al., 2011). Insidensi NEC berbanding
terbalik dengan usia kehamilan (Meutia, dkk. 2018).

Kehamilan 28 minggu atau kurang dan bayi dengan berat lahir sangat rendah
yaitu kurang dari 1000 gram memiliki risiko tingkat serangan yang paling
tinggi. Sekitar 50% menyebabkan kematian, tergantung pada tingkat
keparahan. Angka ini turun menjadi 3,8 per 1000 kelahiran hidup untuk bayi
yang beratnya 1.501–2.500 gram saat lahir. Meskipun lebih sering terjadi pada
bayi prematur , akan tetapi juga didapatkan pada bayi aterm dan prematur

1
(Meutia, dkk. 2018). Biasanya bayi dating dengan bentuk klasik enterokolitis
nekrotikans (NEC) dengan distensi abdomen (75%), tinja berdarah (28%) dan
aspirasi/emesis empedu (18%), saat prognosis sudah mulai buruk (Gadepalli,
2017).

Deteksi dini sulit karena manifestasi klinis sulit dibedakan dan masih
tergantung pada radiologi abdomen yang kurang sensitive (Taufik & Lestari,
2021). Sangat sedikit kemajuan terkait dengan diagnosis, pencegahan, dan
tatalaksana hingga saat ini (Neu, 2020)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana asuhan
keperawatan Pada Bayi Resiko Tinggi Di Unit Neonatologi dengan kasus
NEC (Necrotizing Enterocolitis)

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa itu Necrotizing Enterocolitis pada bayi
b. Untuk memahami web of causation dari Necrotizing Enterocolitis
c. Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari Necrotizing Enterocolitis
d. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada bayi dengan Necrotizing
Enterocolitis

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Enterokolitis nekrotikans (NEC) adalah kelainan pada saluran pencernaan berupa
bercak atau nekrosis difus pada mukosa atau submukosa kolon yang didapat dan
paling sering terjadi pada bayi prematur dan dengan berat lahir sangat rendah.
Trihono, (2013) Juga menyebutkan bahwa Necrotizing enterocolitis (NEC)
merupakan keadaan iskemik dan nekrosis inflamasi pada usus, sering terjadi pada
bayi prematur setelah pemberian nutrisi secara enteral.

NEC Merupakan Kasus bedah berat yang paling sering ditemukan pada bayi
neonatal intensif dan merupakan penyebab kesakitan dan kematian neonates
yang bermakna. NEC merupakan penyakit imflamasi pada mukosa
gastrointestinal yang terkait dengan prematuritas dan kesempurnaan usus (Ball,
et.al., 2015).

B. Etiologi

Etiologi ENC hingga saat ini belum dapat dipastikan, namun diyakini erat
kaitannya dengan terjadinya iskemik intestinal, faktor koloni bakteri dan faktor
makanan. Iskemik menyebabkan rusaknya dinding saluran cerna, sehingga rentan
pada invasi bakteri. ENC jarang terjadi sebelum tindakan pemberian makanan
dan sedikit terjadi pada bayi yang mendapat ASI. Bagaimananapun, sekali
pemberian makanan dimulai, hal itu cukup untuk menyebabkan proliferasi
bakteri yang dapat menembus dinding saluran cerna yang rusak dan
menghasilkan gas hidrogen. Gas tersebut bisa berkumpul dalam dinding saluran
cerna (pneumotosis intestinalis) atau memasuki vena portal.

3
Enterokolitis nekrotikans sering dihubungkan dengan dengan faktor resiko
spesifik, antara lain : pemberian susu formula, asfiksia, Intrauterine Growth
Restriction (IUGR), polisitemia / hiperviskositas, pemasangan kateter umbilikal,
gastroskisis, penyakit jantung bawaan, dan mielomeningokel. Menurut
Maheswari, dkk. (2011) didalam penelitiannya terdapat beberapa penyebab
terjadinya NEC anatara lain :
1. Prematuritas
Observasi epidemiologi menunjukkan bahwa imaturitas saluran cerna pada
neonatus prematur menjadi predisposisi NEC yang penting. Imaturitas saluran
cerna meliputi imaturitas motilitas, digesti, absorpsi, sistem imun, fungsi
barier, dan sirkulasi yang meningkatkan risiko cedera saluran cerna.3
Contohnya, pada neonatus prematur sekresi asam lambung lebih sedikit dan
dapat meningkatkan risiko EKN terkait penurunan fungsi pertahanan terhadap
mikroba (Wertheimer, et al., 2019)

Salah satu mekanisme terpenting terjadinya EKN ialah imaturitas sistem imun
bawaan yang berespons berlebihan terhadap stimulus mikroba. Toll-like
receptor 4 (TLR4) di epitel usus berperan penting dalam mengenali
makromolekul pathogen, misalnya lipopolisakarida (LPS) dan factor regulasi
penting dalam transkripsi nuclear factor kappa-B (NFkB) (Hackam, Sodhi,
2018).

2. Menerima Makanan Eternal


NEC biasanya terjadi pada bayi yang menerima makanan enteral. Meskipun
NEC dapat terjadi pada neonatus yang tidak pernah diberi makan, 90% -95%
kasus terjadi pada bayi dengan riwayat peningkatan volume baru-baru ini atau
dimulainya kembali pemberian makanan enteral. Selain risiko cedera osmotik
langsung pada mukosa usus, pemberian makanan juga dapat mengubah aliran
darah splanknik dan meningkatkan risiko cedera iskemik di daerah yang
kurang perfusi dengan meningkatkan kebutuhan oksigen lokal. Selain itu,

4
imaturitas motilitas dan pencernaan di usus yang sedang berkembang dapat
meninggalkan makanan yang tidak tercerna di lumen untuk waktu yang lama,
mendorong pertumbuhan bakteri yang berlebihan dan translokasi

3. Pemberian Susu Formula


Bayi yang menerima susu formula memiliki peningkatan risiko NEC
dibandingkan dengan neonatus yang disusui secara eksklusif. Formula tidak
memiliki faktor imunoprotektif seluler maupun larut, seperti IgA dan berbagai
antimikroba alami, dan juga memiliki kecenderungan untuk mengubah
kolonisasi bakteri usus normal pascakelahiran. Studi terbaru menunjukkan
bahwa pemberian susu formula pada hewan yang baru lahir dapat secara
langsung menyebabkan perubahan inflamasi pada mukosa usus.

C. WOC
(Terlampir)

D. Menifestasi Klinis
Manifestasi klinis NEC sulit dibedakan dengan banyak kondisi klinis lainnya.
Neonatus dengan usia kehamilan <3 bulan. seperti instabilitas suhu (7-20%),
apnea dan bradikardia (32-60%), hipotensi (20- 80%), peningkatan residu gaster
(50-90%), emesis (30-40%), kemerahan, nyeri tekan dan distensi abdomen (10-
70%), bising usus hilang (20-40%), massa kuadran kanan bawah (1-2,7%), dan
BAB darah (14-40%) (Wertheimer, et al., 2019)

Bayi dengan NEC mempunyai variasi gejala klinis dan onset bisa secara
tersembunyi maupun tiba-tiba. Onset NEC biasanya muncul pada usia kurang
dari 3minggu pertama. Hal ini lebih sering terjadi pada bayi prematur yang
paling kecil.Penyebabnya belum diketahui, tetapi cedera hipoksia pada dinding
usus mungkin berhubungan dengan septikemia, serangan apnue, dan kolonisasi
usus oleh organismetertentu mungkin merupakan faktor presipitat Penyakit ini
dicirikan oleh suatu rentang tanda dan gejala yang luas yangmencerminkan

5
keparahan, komplikasi, dan mortalitas penyakit. Secara khas, NEC terdiri dari 3
derajat:
1. Derajat I
Terdiri atas temuan klinik yang tidak spesifik dan dapat menyerupaikondisi
yang biasa lainnya pada bayi prematur temuan klinis antara lain:
e. Ketidakstabilan Suhu
f. Letargi
g. Apnue dan bradikar
h. Hipoglikemia
i. Perfusi perifer buruk
j. Intoleransi makan
k. Emesis
l. Distensi Abdomen ringan
m. Peningkatan residu gaster prapemberian makan melalui selang

2. Derajat II
Derdiri atas temuan klinis non spesifik yang telah disebutkan ditambah:
a. Distensi abdomen berat
b. Nyeri tekan abdomen
c. Feses berdarah
d. Lengkung pada usus teraba
e. Edema dinding abdomen
f. Bunyi usus yang mungkin menurun

3. Derajat III
Terjadi bila sakit akut. Tanda-tanda dan gejala yang berkaitan meliputi:
a. Kemunduran tanda-tanda vital
b. Adanya bukti syok septik
c. Edema dan eritema dinding abdomen
d. Massa Kuadran kanan bawah

6
e. Asidosis (metabolik dan/respiratorik)

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
Frekuensi pengujian laboratorium akan didasarkan pada tren dan gangguan
yang ada. Untuk penyakit sedang hingga berat, gangguan bisa tiba-tiba dan
parah, terutama dengan penyakit lanjut. Antara lain : rontgen dekubitus
anterior-posterior dan lateral kiri, USG abdomen, CT-Scan Abdomen
(Gadepali, et al. 2017).

Temuan pneumatosis intestinal atau udara vena porta menegakkan diagnosis


NEC selain visualisasi saat laparotomi.16 Pneumatosis intestinal, yaitu udara
di lapisan submukosa usus hasil metabolisme bakteri anaerob, merupakan
temuan patognomonik NEC. Walaupun mudah dan murah, radiologi
abdomen memiliki kelemahan yakni variabilitas interpretasi dan kurang
sensitif mendeteksi pneumoperitoneum dan pneumatosis intestinal.17 Hanya
50-75% kasus yang dapat didiagnosis melalui radiologi abdomen.17
Pneumoperitoneum merupakan indikasi tindakan pembedahan. Namun, pada
40-50% EKN yang memerlukan pembedahan tidak ditemukan
pneumoperitoneum (sony, et al., 2019).

2. Laboratorium
evaluasi sepsis (darah, urin, CSF), tinja untuk guaiac, CBCPD, CRP, dan
panel metabolik dasar, gas darah, CBCPD, CRP, panel metabolisme dasar,
kultur darah. Tinjauan sistematis tes serologis dalam diagnosis NEC
melaporkan: CRP adalah "penanda yang relatif sensitif tetapi tidak spesifik
untuk NEC", trombositopenia terjadi di banyak keadaan penyakit sistematis
neonatal, dan jumlah trombosit nadir biasanya terjadi setelah diagnosis
dibuat dan karenanya kurang berguna dalam diagnosis.7CRP telah terbukti
abnormal pada bayi dengan stadium II dan III NEC dalam 24-48 jam tetapi

7
mungkin juga positif pada keadaan penyakit lain misalnya, sepsis (Gadepali,
et al. 2017)

Walaupun tidak spesifik, pemeriksaan laboratorium abnormal yang sering


dijumpai pada EKN, yaitu trombositopenia, neutropenia, peningkatan C-
reactive protein, asidosis metabolik, abnormalitas elektrolit, dan koagulopati
(Wertheimer, et al., 2019)

F. Penatalaksanaan
Tatalaksana EKN tidak banyak berubah dalam tiga dekade terakhir. Secara
umum, untuk stadium Bell I (suspek), cukup tatalaksana konservatif. Untuk
stadium Bell II (konfirmatif) dan Bell III (lanjutan), dilakukan tatalaksana
konservatif dahulu. Apabila neonatus mengalami perforasi usus atau gagal
respons tatalaksana konservatif, dilakukan pembedahan (Alganabi, rt al., 2019).
Kecurigaan terhadap EKN harus tetap tinggi pada populasi berisiko karena
deteksi dan tatalaksana dini dapat memperbaiki luaran penyakit.
1. Tatalaksana Konservatif
Prinsip tatatalaksana konservatif baik pada kasus suspek dan konfirmatif
menurut Wertheimer, et al., (2019):
a. Pasien dengan gejala dan tanda EKN harus dipantau ketat di NICU.
b. Pasien NEC harus dipuasakan (nil per os).
c. Nutrisi enteral sebaiknya segera dimulai kembali saat klinis membaik „
d. Pemasangan OGT untuk dekompresi usus dan monitor aspirat lambung.
„
e. Nutrisi Parenteral Total untuk memenuhi kalori selama puasa. „
f. Pemeriksaan radiologi abdomen dengan posisi supine atau lateral
dekubitus secara serial. „
g. Penggunaan antibiotik dengan spektrum gram negatif dan bakteri
anaerob dengan durasi 7-14 hari tergantung klinis pasien. Antifungi

8
dapat dipertimbangkan pada pasien yang tidak respons atau mengalami
perforasi. Hasil kultur darah dan drainase peritoneum mempertajam
pilihan antibiotik.
h. Pemeriksaan laboratorium rutin dan koreksi terhadap anemia,
ketidakseimbangan eletrolit, dan koagulopati.
i. Keseimbangan cairan dengan target diuresis 1-3 mL/kgBB/hari.
j. Konsultasi segera ke bagian bedah anak untuk semua kasus suspek atau
konfirmatif NEC.
k. Tatalaksana resusitasi pada ketidakstabilan status hemodinamik dan
respirasi.

Perbaikan klinis pasien NEC ditandai dengan stabilitas tanda vital


(kejadian apnea dan bradikardia berkurang), pemeriksaan fisik abdomen
membaik, dan perbaikan secara labotarium dan radiologi.

2. Tatalaksana Pembedahan
Sebanyak 30% kasus NEC akan memberat dan menjadi kasus bedah.
Indikasi pembedahan ialah pneumoperitoneum, massa abdomen dengan
obstruksi persisten, dan gagal respons terhadap terapi konservatif yang
optimal. Pengenalan dan intervensi bedah segera dapat meningkatkan
luaran. Jika pneumoperiteum dikonfirmasi, terdapat dua pilihan yakni
pemasangan drainase peritoneum atau laparatomi.19 Pemasangan drainase
peritoneum merupakan tindakan penyelamatan pada neonatus dengan berat
lahir (Thakkar, et al., 2019).

Terdapat beberapa prosedur saat laparatomi tergantung kondisi neonatus dan


luas usus yang terkena (fokal, multifokal, total). Reseksi dan anastomosis
primer merupakan pilihan utama pada pasien stabil dengan kerusakan usus
fokal dan multifokal. Enterostomi sebaiknya dihindari karena komplikasi
akibat stoma kecuali pada kasus dengan viabilitas usus distal yang

9
diragukan, reseksi usus berisiko perdarahan signifikan, dan pasien tidak
stabil. Pada pasien dengan kerusakan total (>75% panjang usus), dua
alternatif yakni jejunostomi dan teknik clip and drop. Jejunostomi dipilih
apabila reseksi usus menyebabkan perdarahan siginifkan atau hilangnya
mayoritas panjang usus. Teknik clip and drop dipilih untuk menghindari
reseksi usus luas dan komplikasi akibat stoma. (Thakkar, et al., 2019).

G. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan
yang bertujuanuntuk mengumpulkan data tentang pasien agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien baik fisik, mental dan lingkungan. Hal yang perlu dikaji
pada penderita ENC adalah dentitas pasien yang meliputi : nama, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,diagnosa medis, tanggal
masuk, tanggal pengkajian dan alamat. Identitas penanggung jawab yang
meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan dengan pasien
dan alamat.0. 5eluhan utama Pasien dengan ENC.
a. Keluhan Utama
Biasanya mengeluh adanya distensi abdomen.
b. Riwayat kesehatan wayat kesehatan sekarang;, berisi tentang penyakit
yang sedang dialami mencakup0a Paliatif Pada pasien ENC, biasanya
keaadaan akan memburuk jika diberi makan. kualitas keluhan pasien
ENC tergantung pada tingkat keparahan ENC. Region radiasi Pasien
ENC akan merasakan keluhan di daerah perut.
c. Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien dengan ENC biasanya ditemukan adanya riwayat gangguan
pencernaan
d. Riwayat kesehatan keluarga<pakah anggota keluarga pasien ada yang
mempunyai penyakit menular ataupun penyakit keturunan .

10
e. Riwayat kehamilan dan kelahiran
1) Prenatal menjelaskan tentang bagaimana, keadaan ibu pasien selama
hamil, kemana ibu pasien memeriksakan kehamilan, apakah
mendapat suntikan TT dan tablet.
2) Natal Menjelaskan saat ibu persalinan, jenis persalinan, siapa yang
menolong, dan dimana tempat persalinan. Bagaimana letak bayi
waktu lahir dan keadaan NN akhir Berat badan dan panjang badan
dan terdapat kelainan atau tidak.
3) Post natal menjelaskan apa yang diberikan ibu pasien saat pasien
masih bayi, apakah pasien diberi atau tidak, berapa bulan pasien
mendapat eksklusif, MP Asi (Makanan Penggani), apa dan siapa
yang merawat tali pusat dan hari keberapa tali pusat lepas.
f. Riwayat imunisasi Menerangkan status imunisasi pasien, baik imunisasi
dasar maupun imunisasi ulang (booster).
g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
Status perkembangan pasien perlu diteliti secara rinci untuk mengetahui
apakah semua tahapan perkembangan dilalui dengan mulus atau terdapat
penyimpangan.
h. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan lingkar Kepala, kesadaran, tanda-tanda vital dan hal umum
yang mencolok. Pada pasien dengan ENC mungkin letargi dapat menjadi
tampilan awal.
1) Sistem pernapasan
Pada pasien dengan ENC mungkin ditemukan adanya apnea
2) Sistem kardiovaskuler
Pada pasien dengan ENC mungkin akan ditemukan bradikardi, serta
perfusi perifer yang buruk.
3) Sistem pen0ernaanPada pasien dengan ENC ditemukan adanya
distensi abdomen, bunyi usus yang kemungkinan tidak ada, edema di
daerah abdomen dan darah di dalam feses.

11
4) Muskuloskeletal
Pada pasien dengan ENC ditemukan adanya perubahan akti2itas,
seperti mudah menangisterutama pada pasien bayi.
5) Sistem integument
Pada pasien dengan ENC mungkin ditemukan adanya eritema pada
dinding abdomen serta suhu badan yang tidak stabil.
6) Sistem neurosensory
Pada pasien dengan ENC mungkin ditemukan kondisi letargi. Sistem
endokrin Pada pasien dengan mungkin akan ditemukan adanya
hipoglikemi. Sistem genitourinariusPada pasien dengan ENC
biasanya tidak ditemukan adanya gangguan dalam Aktivitas sehari-
hari. Aktivitas sehari-hari yang perlu dikaji meliputi nutrisi (pasien
ENC biasanya mengalami penurunan pola makan), eliminasi
(mungkin akan ditemukan darah dalam feses pada pasien ENC),
7) pola istirahat tidur
8) personal hygiene serta pola akti3itas sebelum dan selama sakit.
9) Aspek psikologis
Perlu di ketahui dampak hospitalisasi anak terhadap orang tua pasien.
10) Aspek sosial.
Perlu dikaji status pasien dalam keluarga, hubungan pasien dengan
lingkungannya yang akandipengaruhi oleh aspek psikologis sebagai
dampak dari penyakit yang dideritanya.

i. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan diagrafi ditemukan adanya dilatasi nonspesifik lokal di
usus, penebalan dinding abdomen karena edema,dan pneumatosis
intestinalis (gelembung-gelembung gas alkeoli di dalam dinding
usus).
2) Pemeriksaan laboratorium

12
Biasanya akan ditemukan leukopenia (hitung sel darah putih,
trombositopenia(hitung trombosit.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit Nutrisi
b. Nyeri Akut
c. Gangguan Tumbuh Kembang
d. Resiko Perdarahan
e. Resiko Ketidak Seimbangan Cairan
f. Resiko Infeksi

3. Perencanaan
a. Defisit Nutrisi
SLKI L.030120 fungsi gastrointestinal : Toleransi terhadap makanan
meningkat
SIKI I.03119 Manajemen nutrisi parenteral Mandiri
1) Identifikasi indikasi pemberian nutrisi parenteral (gangguan motilitas
usus, gangguan absorpsi)
2) Identifikasi jenis akses parenteral
3) Monitor asupan nutrisi Teurapeutik
4) Hitung kebutuhan kalori
5) Berikan nutrisi parenteral sesuai indikasi
6) Hindari kantung terpasang lebih dari 24 jam Edukasi
7) Jelaskan tujuan dan prosedur pemberian nutrisi parenteral
Kolaborasi
8) Kolaborasi dpemasangan akses vena sentral, jika perlu

b. Nyeri Akut
SLKI L.08019 Tingkat nyeri : Distensi abdomen menurun
SIKI I.08238 Manajemen nyeri Mandiri

13
1) Identifikasi skala nyeri
2) Identifikasi rspon nyeri non verbal Teurapeutik
3) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan) Edukasi
4) Jelaskan penyebab, pemicu, serta periode nyeri Kolaborasi
5) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu Hockenberry (Buku
Esensial of pediatric nursing,2019)
6) Berikan dukungan emosional baik dari keluarga maupun dari tenaga
kesehatan

c. Gangguan Tumbuh Kembang


SLKI L.10102, L.101001 Status pertumbuhan dan perkembangan :
Panjang/tinggi badan sesuai usia meningkat dan Keterampilan/prilaku
sesuai usia meningkat.
SIKI I. 10339 Perawatan perkembangan Mandiri
1) Identifiaksi pertumbuhan yang terjadi pada bayi
2) Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak
3) Identifikasi isyarat fisiologis yang ditunjukan bayi Terapeutik
4) Pertahankan sentuhan seminimal mungkin pada bayi prematur
5) Minimalkan kebisingan ruangan
6) Pertahankan kenyamanan anak
7) Pertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan optimal

Edukasi
8) Jelaskan orang tua tentang milestone perkembangan anak dan prilaku
anak
9) Anjurkan orang tua menyentuh dan menggendong bayinya
10) Anjurkan orang tua berinteraksi dengan bayinya

d. Resiko Perdarahan

14
SLKI L.02017 Tingkat perdarahan: Hematemesis menurun
SIKI I.02067 Pencegahan perdarahan Mandiri
1) Monitor tanda dan gejala perdarahan
2) Monitor tanda tanda vital
3) Monitor koagulasi (hasil PT/PTT) Teurapeutik
4) Batasi tindakan invasive
5) Hindari pemeriksaan anus dengan colok dubur Edukasi
6) Jelaskan tanda dan gejala perdarahan

Kolaborasi
7) Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu
8) Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
9) Kaji feses untuk adanya darah Hockenberry (Buku Esensial of
pediatric nursing,2019)

e. Resiko Ketidak Seimbangan Cairan


SLKI L.03020 Keseimbangan cairan: Asupan cairan meningkat
SIKI I.02052 Syok septik Mandiri
1) Monitor status kardiopulmonal ( frekuensi dan kekuatan nadi,
frekuensi nafas)
2) Monitor status oksigenasi (AGD, oksimetri)
3) Monitor status cairan
4) Monitor kultur Teurapeutik
5) Pertahankan jalan nafas
6) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen
7) Pasang dekompresi lambung
8) Pasang jalur IV

Kolaborasi
9) Kolaborasi pemberian ressusitasi cairan

15
10) Kolaborasi pembeian agen vasoaktif (dopamin)
11) monitor haluaran urin (Hockenberry, 2019)

f. Resiko Infeksi
SLKI l.14137 Tingkat infeksi : Demam menurun, Kultur darah membaik
SIKI I.14539 Pencegahan infeksi Mandiri
1) Monitor dan pantau suhu dengan teliti
2) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik Terapeutik
3) Batasi jumlah pengunjung
4) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
5) Pertahankan tehnik aseptik Edukasi
6) Jelaskan tanda dan gejala infeksi kepada orang tua
7) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar kepada orang tua

Kolaborasi

8) Kolaborasi pemberian antibiotik


9) Pantau tanda-tanda vital terutama suhu (Hockenberry, 2019)
10) Cuci tangan aseptik saat melakukan prosedur
11) Kebersihan laken dan pakaian

H. Hasil Peneliti Terkait


Dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap bayi dengan NEC kita bisa
menggunakan pendekatan dengan teori model Konservasi Levine. Asuhan
keperawatan mengintegrasikan model Konservasi Levine pada setiap proses
keperawatan. proses pengkajian mengumpulkan data berdasarkan 4 prinsip
konservasi :
1. Konservasi Energi
2. Konservasi Integritas structural

16
3. Konservasi Integritas personal
4. Konservasi Integritas social

Hal diatas didukung didalam penelitian Herlina, dkk. (2014) bahwasanya


penggunaan teori model Konservasi Levine efektif untuk diterapkan dalam
melakukan asuhan keperawatan NEC maupun BBLR. NEC sangat sulit untuk
dideteksi dini dan biasanya bayi dengan NEC akan mengalami perawatan yang
lama, pembedahan berulang, sehingga membutuhkan biaya yang banyak
didukung oleh Bazacliu, et al., (2019). dalam penelitiannya bahwa NEC juga
memerlukan biaya perawatan yang besar dan komplikasi jangka panjang serius
seperti striktur saluran cerna, gagal usus, gagal tumbuh, dan keterlambatan
neurodevelopmental. Sebagai perawat kita berperan untuk memberikan edukasi
dan menjadi konselor terhadap keluarga pasien, agar keluarga dapat
mempersiapkan diri.

17
BAB III
PEMBAHASAN

NEC memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Komplikasi lebih berat
dialami pada kasus bedah dan bayi dengan usia gestasional terkecil. Perawatan rumah
sakit yang lama dan berulang, kemudian pembedahan berulang, dan komplikasi
jangka panjang meningkatkan biaya secara signifikan (Bazacliu, et al., 2019).
Walaupun belum diketahui pasti penyebabnya Sebagai seorang perawat kita bisa
memberikan edukasi pada ibu hamil atau yang memiliki bayi premature terkait
pencegahan NEC ini berdasarkan beberapa penelitian terdahulu dengan :
A. Pemberian ASI
ASI merupakan faktor protektif yang terbukti paling konsisten mencegah
kejadian NEC. American Academy of Pediatrics menyatakan bahwa neonatus
prematur sebaiknya mendapat ASI ibu atau jika tidak tersedia, ASI donor yang
telah dipasteurisasi. ASI saja tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi neonatus
prematur sehingga dianjurkan ditambahkan Human Milk Fortifier (HMF) (Neu,
J. 2014).

Pemberian ASI dengan HMF dapat menurunkan risiko pembedahan, sepsis, lama
pemberian nutrisi parenteral, dan kematian. Efek positif ASI diyakini timbul
karena kandungan seperti IgA sekretori, imunoglobulin lainnya, oligosakarida,
laktoferin, sitokin anti-inflamasi, faktor pertumbuhan, eksosom, dan asam lemak
tidak jenuh. Oligosakarida merupakan komponen yang dianggap paling berperan
dalam mencegah NEC. Oligosakarida berperan dalam menstimulasi bakteri
komensal dan menekan jalur sinyal inflamasi akibat bakteri (Ou, J., et al.,2020).
Oligosakarida ialah kompleks gula yang banyak dijumpai pada ASI, namun tidak
pada susu formula (Bode, et al., 2018). Namun hingga sekarang, belum ada
strategi cara pemberian ASI yang terbukti lebih baik mencegah NEC. Memulai

18
pemberian ASI lebih lambat, penambahan volume ASI secara perlahan, ataupun
pemberian ASI secara bolus dibandingkan kontinyu tidak menurunkan insidens
NEC secara signifikan.

B. Probiotik
Probiotik ialah mikroorganisme hidup yang dapat menguntungkan pejamu bila
diberikan pada jumlah tertentu. Pemberian probiotik diyakini menjaga
keseimbangan mikrobiota usus dengan meningkatkan flora komensal. Secara
meta-analisis, probiotik dapat menurunkan insidens EKN, namun studi studi
tersebut memiliki jenis, dosis, dan lama pemberian probiotik yang bervariasi (Jin,
Y. 2019).

Food and Drug Administration belum menyetujui pemberian probiotik karena


ketidakpastian terkait keamanan, kualitas, dosis, dan durasi pemberian. Sebuah
trial besar, prospektif, acak, double blind dengan protokol seragam penting
dilaksanakan sebelum pemberian probiotik dapat disarankan. Probiotik harus
dikembangkan seperti obat dengan standar keamanan dan kualitas yang tinggi
(neu, J., 2014).

C. Pembatasan Pemberian Antibiotik Empiris


Penelitian terakhir menunjukkan antibiotik profilaksis tidak bermanfaat untuk
mencegah NEC. Sebaliknya, penelitian menunjukkan bahwa pemberian
antibiotik >4 hari pada pasien dengan kultur darah steril justru meningkatkan
insidens dan mortalitas NEC. Pembatasan antibiotik dapat menjaga
keseimbangan dan diversitas bakteri komensal usus dan mencegah respons
inflamasi yang tidak diinginkan (Jin, et al., 2019).

19
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Enterokolitis nekrotikans (NEC) adalah kelainan pada saluran pencernaan berupa
bercak atau nekrosis difus pada mukosa atau submukosa kolon yang didapat dan
paling sering terjadi pada bayi prematur dan dengan berat lahir sangat rendah.
Trihono, (2013) Juga menyebutkan bahwa Necrotizing enterocolitis (NEC)
merupakan keadaan iskemik dan nekrosis inflamasi pada usus, sering terjadi pada
bayi prematur setelah pemberian nutrisi secara enteral.

NEC Merupakan Kasus bedah berat yang paling sering ditemukan pada bayi
neonatal intensif dan merupakan penyebab kesakitan dan kematian neonatus
yang bermakna. NEC merupakan penyakit imflamasi pada mukosa
gastrointestinal yang terkait dengan prematuritas dan kesempurnaan usus (Ball,
et.al., 2015). Hingga saat ini belum dapat dipastikan, namun diyakini erat
kaitannya dengan terjadinya iskemik intestinal, faktor koloni bakteri dan faktor
makanan. Iskemik menyebabkan rusaknya dinding saluran cerna, sehingga rentan
pada invasi bakteri.

B. Saran
Penelitian terkait NEC menjadi prioritas karena kurangnya pemahaman
mengenai patofisiologi dan belum ditemukan kriteria diagnosis yang jelas.
Strategi pencegahan dan tatalaksana NEC yang komprehensif diharapkan
ditemukan sehingga luaran penyakit dapat ditingkatkan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Alganabi, M. et al., (2019). Recent advances in understanding necrotizing


enterocolitis. F1000 Res. 8:1-9.

Bazacliu, C., & Neu, J,. (2019). Necrotizing enterocolitis: Long term complications. Curr
Pediatr Rev. 15(2):115-24.

Gadepalli, S. et al., (2017). Diagnosis And Management Of Suspected And Definitive


Necrotizing Enterocolitis. : C.S Mott’s Children Hospital

Hockenberry, M. et all. (2017). Wong’s essentials of pediatric nursing, (10th ed.). St.
Louis: Elsevier,Inc.

Maheshwari, L. et al., (2011). Enterokolitis Nekrotikans Neonatus. Research and


report in neonatology. Chicago :Dove medical post ltd.

Neu J. (2020). Necrotizing enterocolitis: The future. Neonatology ;117:240–24


doi:10.1159/000506866

Ou, J. et al., (2020). Nutrition in necrotizing enterocolitis and following intestinal


resection. Nutrients

Walker, W,. (2011). Necrotizing enterocolitis. N Engl J Med. 364(3):255-64

Jin, Y. et al, (2019). Prevention of necrotizing enterocolitis in premature infants – an


updated review. World J Clin Pediatr.8(2):23-32.

21

Anda mungkin juga menyukai