Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA DENGAN TAHAP

PERKEMBANGAN BALITA

Disusun Oleh :

NAMA : Belinna Eslly Mayopu


NIM : (SN211019)
PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2021/2022

A. PENGERTIAN
Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu penduduk yang berada
dalam rentan usia tertentu. Usia balita dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu
golongan usia bayi (0-2 tahun), golongan batita (2-3 tahun), dan golongan prasekolah
(>3-5 tahun) (Adiningsih, 2019). Adapun menurut WHO, kelompok balita adalah 0-60
bulan (Adiningsih, 2019).

Seribu hari pertama kehidupan adalah 270 hari selama masa di dalam kandungan
dan 730 hari selama masa 2 tahun pertama pasca lahir. Pembagian 1000 hari pertama
kehidupan adalah (Adiningsih, 2019) :

1. Saat masih dalam kandungan ibu yaitu 280 hari


2. Saat bayi berusia 0-6 bulan yaitu 180 hari
3. Saat bayi berusia 6-8 hari yaitu 60 hari
4. Saat bayi berusia 8-12 bulan yaitu 120 hari
5. Saat usia 12-24 bulan yaitu 360 hari

Tahap- tahap pada gerakan 1000 hari pertama kehidupan :

1. Periode dalam kandungan (280 hari)


a. Pastikan bahwa ibu yang mengandung memiliki status gizi yang
baik, tidak mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) dan anemia.
Selama ibu hamil wajib mengkonsumsi makan yang bergizi sesuai
dengan kebutuhan, makanan dengan porsi kecil namun sering dapat
dianjurkan dengan memperbanyak konsumsi sayur dan buah- buahan.
b. Suplement tambah besi (Fe), asam folat dan vitamin C dibutuhkan
untuk mencegah terjadinya anemia.
2. Periode 0-6 bulan (180 hari)
a. Semua anak yang lahir harus mendapatkan Inisiasi Menyusui Dini
(IMD)
b. Mendapatkan ASI Eksklusif
c. Membantu ibu yang mengalami masalah dengan pemberian ASI
Eksklusif dengan tersedianya media konsultasi ASI eksklusif
3. Periode 6-24 bulan (540 hari)
a. Memastikan bahwa ibu mengetahui jenis dan bentuk makanan serta
frekuensi pemberian makanan untuk bayi
b. Mengajarkan kepada ibu mengenai masa transisi pemberian
makanan pada bayi. Makanan lumat atau cair pada usia 6-8 bulan,
lembek lunak atau semi pada usia 8-12 bulan dan makanan padat
usia 12-24 bulan.
c. Memantau pertumbuhan secara teratur
Gizi yang baik (terutama vitamin C dan vitamin D) memungkinkan
struktur gigi terbentuk dengan sempurna. Pada tahun pertama
hidupnya, ukuran kepala bertambah 10 cm. Pertumbuhan otot sangat
cepat pada usia anak-anak. Saat lahir, lingkar lengan atasnya
bertambah ± 10 cm. Pada usia 12 bulan menjadi sekitar 16 cm tetapi
hanya mekar 1 cm pada empat tahun berikutnya. Saat lahir, hanya
ubun-ubun depan yang masih terbuka, tetapi biasanya tertutup pada
usia 18 bulan. Denyut jantung bayi lebih cepat daripada orang dewasa.
Rata-rata denyut jantung bayi saat lahir 140 x/menit

(Almatsier, S., 2013).

B. TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA


Menurut Sarwono (2012) Dimulai pada saat anak pertama meninggalkanrumah
dan berakhir pada saat anakterakhir meninggalkan rumah.Lamanyatahapan ini
tergantung jumlah anak dan adaatau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap
tinggal bersama orang tua. Tugas perkembangan :
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua memasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
Selain itu ada beberapa tahap tugas perkembangan keluarga, antara lain:
1. Tahap I : keluarga pemula perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya
sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke
hubungan baru yang intim.
2. Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak dimulai dengan kelahiran anak pertama
hingga bayi berusia 30 bulan .
3. Tahap III : keluarga dengan anak usian pra sekolah dimulai ketika anak pertama
berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika anak berusia lima tahun.
4. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah dimulai ketika anak pertama telah
berusia enam tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun,
awal dari masa remaja.
5. Tahap V : keluarga dengan anak remaja dimulai ketika anak pertama melewati umur
13 tahun, berlangsung selama enam hingga tujuh tahun. Tahap ini dapat lebih
singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih
tinggal dirumah hingga berumur 19 atau 20 tahun.
6. Tahap VI : keluarga yang melepas anak usia dewasa muda, ditandai oleh anak
pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan “rumah kosong” ketika
anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang,
tergantung pada berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal
dirumah. Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anak-
anak untuk kehidupan dewasa yang mandiri.
7. Tahap VII : orang tua usia pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan.
8. Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiun dan lansia dimulai dengan salah stu atau
kedua pasangan memasuki masa pensiun, hingga salah satu pasangan meninggal
dan berakhir dengan pasangan lainnya.

C. POLA DAN PROSES KOMUNIKASI KELUARGA


Pola dan proses komunikasi keluarga menurut Widjaja (2017) adalah
1. bersifat terbuka dan jujur,
2. selalu menyelesaikan konflik keluarga,
3. berpikiran positif,
4. tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.
Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :
1. Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat.
2. Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
3. Selalu meminta dan menerima umpan balik.
4. Karakteristik penerima (siap mendengarkan, memberi umpan balik, melakukan
validasi).

Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan,harapan dan pesan


yangdisampaikan melalui lambang tertentu yang mengandung arti , dilakukan oleh
penyampaipesan (sumber, komunikator sendiri) ditujukan kepada penerimapesan
(receiver,komunikan, audience). Komunikasi dalam interaksi keluarga penyampai
pesan dapat ayah, ibu, orang tua, anak, suami, isteri, mertua, kakek, nenek.
Begitupun sebagai penerima pesan. Pesan yang disampaikan dapat berupa informasi,
nasihat, petunjuk, pengarahan, meminta bantuan. Komunikasi yang terjadi dalam
keluarga merupakan komunikasi yang unik. Komunikasi yang terjadi dalam keluarga
melibatkan paling sedikit dua orang yang mempunyai sifat, nilai-nilai, pendapat,
sikap, pikiran dan perilaku yang khas dan berbeda-beda. Komunikasi keluarga tidak
sama dengan komunikasi antar anggota kelompok biasa. Komunikasi yang terrjadi
dalam suatu keluarga tidak sama dengan komunikasi keluarga yang lain. Setiap
keluarga mempunyai pola komunikasi tersendiri. Relasi antara anak dan orang tua
menunjukkan adanya keragaman yang luas. Relasi orang tua dan anak dipengaruhi
dan ditentukan oleh sikap orang tua. Sikap yang berhubungan dengan afeksi dan
dominasi; ada orang tua yang mendominasi, yang memanjakan, acuh tak acuk dan
oang tua akrab, terbuka, bersahabat. Sikap orang tua yang berhubungan dengan
ambisi dan minat yaitu sikap orang tua yang mengutamakan sukses sosial, suasana
keagamaan dan nilai-nilai artistic. Perbedaan struktur sosial dapat menyebabkan
perbedaan relasi antara orang tua dan anak.
1. Masyarakat industri modern: anak sering kurang melakukan relasi dengan orang
tuanya sehingga koordinasi relasi lemah.
2. Masyarakat pertanian: terdapat relasi yang dekat dengan tetangga dekat
3. Masyarakat yang mengenal pemisahan orang dewasa dan anak: banyak
menimbulkan prasangka
4. Kehidupan di rumah sewaan (di kota besar) dan rumah sederhana (di desa):
Proses hidup dan kehidupan terbuka

D. STRUKTUR PERAN KELUARGA


Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam
masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak, dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini
tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak
yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain
sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri dirumah.

E. FUNGSI KELUARGA
Menurut Ali (2015) fungsi keluarga terdiri dari beberapa fungsi, yaitu:
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubugngan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan
basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Keluarga yang berhasil melaksanakan
fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif.
Fungsi afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan kebahagiaan keluarga.
Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi
afektif didalam keluarga tidak dapat terpenuhi.
2. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang
menghasilkan interaksi sosial. Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir.Keluarga
merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.Keberhasilan perembangan
individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga
yang diwujudkan dalam sosialisasi.Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-
norma, budaya, dan perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga.
3. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia.Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk
meneruskan keturunan.
4. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggoat keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat
tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan tidak seimbang
antara suami dan istri hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada
perceraian.
5. Fungsi Perawatan atau Pemeliharan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat
anggota keluarga yang sakit.Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.Kesanggupan keluarga
melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga
yang dilaksanakan.Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti
sanggup menyelesaikan masalah kesehatan

F. STRESS DAN KOPING KELUARGA


Menurut Maryam (2016), stres keluarga merupakan sebuah krisis yang timbul karena
sumber-sumber dan strategi adaptif tidak secara efektif mengatasi ancaman-ancaman
stresor, sehingga keluarga tidak dapat terampil dalam memecahkan masalah dan keluarga
menjadi kurang bermanfaat.
Kemampuan koping diperlukan oleh setiap manusia untuk mampu bertahan hidup
dalam lingkungan yang selalu berubah dengan cepat. Koping adalah proses pemecahan
masalah dimana seseorang mempergunakannya untuk mengelola kondisi stres. Derajat
stres ditentukan oleh perbandingan antara apa yang terjadi (sumber stresor) orang akan
secara sadar atau tidak sadar untuk mengatasi situasi tersebut Sumber koping terdiri atas
dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal (Stuart dan Sudden, 1995), antara lain:
a. Faktor internal yang meliputi: kesehatan dan energi, system kepercayaan
seseorang termasuk kepercayaan eksistensial (iman, kepercayaan, agama ),
komitmen atau tujuan hidup (property motivasional ), perasaan seseorang seperti
harga diri, kontrol, dan kemahiran, ketrampilan pemecahan masalah, ketrampilan
sosisal (kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain ).
b. Faktor eksternal terdiri atas : dukungan sosial dan sumber material. Menurut
Cobb, dukungan sosial sebagai rasa memiliki informasi terhadap seseorang atau
lebih dengan tiga kategori yaitu : dukungan emosional, di mana seseorang merasa
di cintai : dukungan harga diri, berupa pengakuan dari seseorang akan
kemampuan yang di miliki ; perasaan memiliki dan dimiliki dalam sebuah
kelompok .
G. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang
mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
a. Pengumpulan data (anamnesa dan riwayat kesehatan keluarga)
b. Pemeriksaan fisik (head to-toe)

2. Dianosa yang muncul


1. Defisit Pengetahuan tentang Pemenuhan Gizi anak bd Kurang terpapar
informasi (D.0111).
2. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko bd Pemlihan gaya hidup tidak sehat
(D.0099).
3. Tujuan dan kriteria hasil
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
. Keperawatan Hasil
1. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan
tentang Pemenuhan tindakan keperawatan (I.12383)
Gizi anak bd Kurang (edukasi) 2x15 menit - Identifikasi kesiapan
terpapar informasi diharapkan tingkat dan kemampuan
(D.0111). pengetahuan menerima informasi
membaik dengan - Sediakan materi dan
kriteria hasil: media pendidikan
a. Perilaku sesuai kesehatan
anjuran meningkat - Jadwalkan pendidikan
b. Presepsi yang keliru kesehatan sesuai
terhadap masalah kesepakatan
menurun - Berikan kesempatan
c. Perilaku sesuai untuk bertanya
dengan pengetahuan - Jelaskan faktor resiko
meningkat. yang dapat
(L. 12111) mempengaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku
hidup bersih dan sehat
2. Perilaku Kesehatan Setelah dilakukan Promosi Perilaku
Cenderung Beresiko tindakan keperawatan Upaya Kesehatan
(D.0099) (edukasi) 2x15 menit (I.12472)
diharapkan perilaku - Identifikasi perilaku
kesehatan membaik upaya kesehatan yang
dengan kriteria hasil: dapat ditingkatkan
1. Kemampuan - Berikan edukasi
melakukan tentang rokok dan
pencegahan masalah bahaya merokok
kesehatan - Anjurkan tidak
meningkat merokok didalam
2. Kemampuan rumah.
peningkatan - Anjurkan melakukan
kesehatan aktifitas fisik setiap
meningkat hari.
(L.12107)
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan dari
evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan
tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adiningsih, Sri. 2019. Waspadai Gizi Balita Anda. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo
2. Ali, I. (2015). Hubungan Fungsi Afektif Keluarga Dengan Kecerdasan Emosional
Remaja Di SMP Negeri 1 Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango.Jurusan
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri
Gorontalo.
3. Almatsier, Sunita. 2013. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama
4. Fatimatuzzahroh, S. (2017). Pengaruh Cognitive Restructuring TerhadapPerubahan
Perilaku Game Online Addiction Pada Remaja Usia 12-14 Tahun. 53(9).
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
5. Maryam, S. (2016). Stres keluarga: model dan pengukurannya. Fakultas Kedokteran
Universitas Malikussaleh Jurnal Psikoislamedia Volume 1, Nomor 2. 335-343.
6. Widjaja.H.A.W (2017). Ilmu Komunikasi. Jakarta : Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai