DAN ORANGTUA
Dosen Pembimbing:
Indriatie, S.Kp., M.M.Kes.
Disusun Oleh:
Rachmalia Rianda Mukti (P27820119034)
Rahayu Shofia Wijaya (P27820119035)
Ranum Anjarsari (P27820119036)
Regita Putri Pramesti (P27820119037)
Riska Anindya Novianti (P27820119038)
Rizqiatul Fitria (P27820119039)
Salsabiil Luthfia Nur Hida (P27820119040)
Santi Ayu Kasmita Suharini (P27820119041)
Tingkat 2 Reguler A
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
serta inayah-nya, karena kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah
mengenai “Respon Hospitalisasi pada Masa Remaja >12-18 Tahun dan Orangtua”. Makalah
ini ditulis sebagai tugas kelompok untuk mata kuliah Keperawatan Anak.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua dan dapat memberikan informasi bagi pembaca. Amin
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................i
Daftar Isi.............................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................13
3.2 Saran..............................................................................................................................13
Daftar Pustaka...................................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Peran orang tua adalah suatu bentuk tingkah laku yang ditunjukkan oleh orang tua
untuk mengembangkan kepribadian anak. Peran tradisional orang tua meliputi
mengasuh dan mendidik anak, mengajarkan disiplin anak mengelola rumah dan
keuangan keluarga. Orang tua dituntut dapat menjalankan fungsi dan perannya dalam
mendidik, mengasuh dan menjaga kesehatan anak. Peran orang tua dalam keluarga
menurut Broks (2011) adalah : Memberikan lingkungan yang protektif, Memberikan
pengalaman yang membawa pada pertumbuhan dan potensi maksimal, Orang tua
sebagai penasihat dan sosok pengasuh yang harus ada dalam kehidupan anak.
3
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui respon anak usia remaja dan orang tua dalam menghadapi proses hospitalisasi
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Apa definisi dari respon hospitalisasi?
b. Bagaimana respon hospitalisasi pada masa remaja >12-18 Tahun?
c. Apa peran orang tua pada anak?
d. Bagaimana respon orangtua terhadap proses hospitalisasi?
e. Bagaimana hubungan peran orang tua dengan kecemasan akibat hospitalisasi?
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Respon Hospitalisasi
Respon hospitalisasi merupakan reaksi penuh cemas baik bagi anak maupun
keluarganya. Kecemasan utama yang dialami dapat berupa perpisahan dengan keluarga,
kehilangan kontrol, lingkungan yang asing, kehilangan kemandirian dan kebebasan.
Reaksi anak dapat dipengaruhi oleh perkembangan usia anak, pengalaman terhadap sakit,
diagnosa penyakit, sistem dukungan dan koping terhadap cemas (Nursalam, 2013).
Reaksi Anak Usia Remaja terhadap Cedera Tubuh dan Nyeri. Meskipun
perkembangan citra tubuh dimulai pada saat lahir, namun relevansinya memuncak
selama masa remaja. Perubahan apapun yang membedakan remaja dari teman
sebayanya dianggap sebagai suatu tragedi besar. Oleh karena itu sifat cedera tubuh
dalam persepsi remaja tentang penyakit dianggap lebih penting dibandingkan tingkat
keparahan. Citra tubuh remaja yang berubah dengan cepat membuat mereka sangat
khawatir terhadap abnormalitas yang dapat disebabkan oleh penyakit yang diderita.
Mengajukan banyak pertanyaan, menarik diri, menolak orang lain, atau
mempertanyakan keadekuatan perawatan merupakan respon terhadap kekhawatiran
tersebut. Mereka juga terkadang bersikap terlalu percaya diri, sombong dan sok tahu
sebagai manifestasi dari kehilangan kendali dan perubahan citra tubuh. Perubahan
seksual menyebabkan remaja sangat khawatir tentang privasi. Hal ini menjadi stres yang
sangat besar daripada nyeri fisik. Remaja juga aktif mencari informasi terkait
5
perkembangan normal dan sesuai dengan standar. Jika menderita suatu penyakit,
mereka takut pertumbuhan mereka akan mengalami kemunduran, sehingga mereka
tertinggal dari teman-teman sebayanya.
Remaja sudah memiliki pengendalian diri yang lebih baik ketika berespon
terhadap nyeri. Resistensi dan agresi fisik berkurang pada usia ini kecuali jika remaja
tersebut tidak disiapkan secara total untuk menghadapi prosedur. Sejalan dengan
perkembangan kognitif, remaja sudah mampu menggambarkan pengalaman nyeri yang
dirasakan dan menggunakan alat pengkajian nyeri untuk orang dewasa. Akan tetapi
remaja terkadang merasa enggan mengungkapkan nyeri mereka sehingga mengharuskan
perawat untuk mendengarkan keluhan dengan cermat dan mengobservasi tanda-tanda
fisik seperti keterbatasan gerak, ketenangan yang berlebihan atau iritabilitas.
Stresor pada usia remaja:
a. Pengertian tentang sakit
Anak mulai memahami konsep yang abstrak dan penyebab sakit yang bersifat
kompleks
Anak mulai memahami bahwa hal-hal yang bias mempengaruhi sakit.
b. Separation / Perpisahan
Anak remaja sangat dipengaruhi oleh peer groupnya, jika mereka sakit akan
menimbulkan stress akan perpisahan dengan teman sebayanya.
Anak juga kadang menghindar dan mencoba membatasi kontak dengan peer
groupnya jika mereka mengalami kecacatan.
c. Kehilangan fungsi control
bagi remaja sakit dapat mempengaruhi fungsi kemandirian mereka.
Penyakit kronis dapat menimbulkan kehilangan dan mengncam konsep diri
remaja.
Reaksi anak biasanya marah frustasi atau menarik diri
d. Gangguan body image
sakit pada remaja mengakibatkan mereka merasa berbeda dengan peer groupnya
dan sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam menangani stress karena
adanya perubahan body image. Remaja khawatir diejek oleh teman / peer
groupnya.
Mengalami stress apabila dilakukan pemeriksaan fisik yang berhubungan
dengan organ seksual.
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan
merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah
keluarga (Ridwan, 2010). Orang tua terdiri dari ayah dan ibu yang masing-masing
mempunyai peran dan fungsi. Ibu adalah seorang wanita yang di sebagian besar keluarga
mempunyai peran sebagai pemimpin kesehatan dan pemberi asuhan. Ibu bertindak
sebagai sumber utama dalam memberikan kenyamanan dan bantuan selama sakit
(Friedman, 2010).
Peran orang tua adalah suatu bentuk tingkah laku yang ditunjukkan oleh orang tua
untuk mengembangkan kepribadian anak. Peran tradisional orang tua meliputi
mengasuh dan mendidik anak, mengajarkan disiplin anak mengelola rumah dan
keuangan keluarga. Peran modern orang tua adalah berpartisipasi aktif dalam perawatan
anak yang bertujuan untuk pertumbuhan yang optimal dan perkembangan anak
(Constantin, 2012).
b. Peran Orangtua
Peran orang tua menurut Mubarok, Chayatin, dan Santoso (2009) adalah:
1) Pengasuh
Orang tua berperan mengasuh anak sesuai dengan perilaku kesehatan yaitu
mengajarkan anak pada perilaku hidup bersih dan sehat, gosok gigi, cuci
tangan sebelum dan sesudah makan serta memberikan petunjuk makan
makanan yang sehat
2) Pendidik
Orang tua sebagai pendidik mampu memberikan pendidikan yang salah
satunya adalah pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga dapat
mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan. Contohnya
adalah suatu tindakan untuk menurunkan demam anak dan pemeriksaan anak
selama sakit.
3) Pendorong
Peran orang tua sebagai pendorong adalah memberikan motivasi, memuji dan
setuju menerima pendapat dari orang lain. Pendorong dapat merangkul dan
membuat seseorang merasa bahwa pemikiran dirinya penting dan bernilai
7
untuk didengar. Pendorong harus memberi dukungan pada anak yang akan
mendapat tindakan keperawatan selama anak dirawat di rumah sakit.
4) Pengawas
Tugas pengawas yang dilakukan orang tua salah satunya adalah mengawasi
tingkah laku anak untuk mencegah terjadinya sakit. Orang tua juga terlibat
saat perawat melakukan home visit yang teratur untuk mengidentifikasi atau
melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
5) Konselor
Konselor bukan yang mengatur, mengkritik atau membuat keputusan. Namun
demikian konselor harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya dalam
mengatasi masalah. Sikap terbuka yang dimaksud adalah memberikan
informasi tentang penyakit dan tindakan yang akan diterima anak.
Orang tua dituntut dapat menjalankan fungsi dan perannya dalam mendidik,
mengasuh dan menjaga kesehatan anak. Peran orang tua dalam keluarga menurut
Broks (2011) adalah :
a) lingkungan yang positif dalam keluarga, perasaan baik dalam diri ibu dan
komentar positif pada anak,
8
yang baik dapat menekan temperamen yang reaktif dan dapat memunculkan
potensi baru bagi anak.
Respon keluarga yaitu suatu reaksi yang diberikan keluarga terhadap keinginan
untuk menanggapi kebutuhan yang ada pada dirinya (Kotler, 2008). Perawatan anak
dirumah sakit tidak hanya menimbulkan stress pada orang tua. Orang tua juga merasa
ada sesuatu yang hilang dalam kehidupan keluarganya, dan hal ini juga terlihat bahwa
perawatan anak selama dirawat di rumah sakit lebih banyak menimbulkan stress pada
orang tua dan hal ini telah banyak dibuktikan oleh penelitian-penelitian sebelumnya.
Dan dari hal ini, timbul reaksi dari strees orang tua terhadap perawatan anak yang
1) Kecemasan, ini termasuk dalam kelompok emosi primer dan meliputi perasaan was-
was, bimbang, kuatir, kaget, bingung dan merasa terancam. Untuk menghilangkan
orang itu akan sangat terbatas setelah beberapa pengalaman yang menyakitkan.
2) Marah, dalam kelompok amarah sebagai emosi primer termasuk gusar, tegang,
9
penyesuaian diri dan hal ini merupakan sumber kecemasan tersendiri. Untuk orang
perasaan marah secara tegas dan jelas bila perasaan diungkapkan dengan baik, jelas,
dan tegas. Bila kita berbagi perasaan maka hal ini dapat menguatkan relasi, isolasi
dan mengangkat harga diri. Sebaliknya ada orang yang terlalu banyak dan tidak
3) Sedih, dalam kelompok sedih sebagai termasuk emosi primer termasuk susah, putus
asa, iba, rasa bersalah tak berdaya terpojok dan sebagainya. Bila kesedihan terlalu
lama maka timbulah tanda-tanda depresi dengan triasnya: rasa sedih, putus asa
sehingga timbul pikiran lebih baik mati saja. Depresi bisa terjadi setelah mengalami
kehilangan dari sesuatu yang sangat disayangi, pengalaman tidak berdaya sering
mengakibatkan depresi.
4) Stressor dan reaksi keluarga sehubungan denagn hospitalisasi anak, jika anak harus
fungsi keluarga (Wong dan Whaley, 2009). Reaksi orang tua dipengaruhi oleh
Studi qualitatif dengan grounded theory oleh Sitanon (2009) tentang pengalaman
orang tua dalam mengasuh bayi yang dirawat di Neonatal Intensive Care Unit (NICU)
terhadap bayi, peningkatan keterlibatan orang tua dalam perawatan anak, dan proses
pengasuhan anak oleh kedua orang tua selama anak bayi dirawat.
Salah satu aspek dari family centered care (FCC) adalah peran serta orang tua
dalam perawatan anak selama dirawat di rumah sakit yang disebut partisipasi orang tua
10
atau parental participation. Bentuk partisipasi orang tua yaitu membantu dalam
memenuhi kebutuhan fisik dan psikososial. Kebutuhan fisik yang sebaiknya dipenuhi
orang tua meliputi, nutrisi, personal hygiene, dan terlibat dalam tindakan keperawatan
seperti mengukur suhu dan memantau anak saat menerima cairan intravena. Kebutuhan
psikososial yang dipenuhi orang tua yaitu memberikan dukungan fisik, emosional, dan
spritual. Partisipasi orang tua dalam merawat anak di rumah sakit dipengaruhi oleh
Berdasarkan hasil penelitian Winarsih (2012) tentang hubungan peran serta orang
tua dan dampak hospitalisasi pada anak usia pra sekolah di RSUD Jepara, didapatkan
hasil terdapat hubungan yang signifikan antara peran serta orang tua dan Dampak
hospitalisasi pada anak prasekolah. Keterlibatan orang tua dalam perawatan membuat
anak mampu mengembangkan diri secara pribadi dan memberikan sikap positif orang
Menurut Abdulbaki, Gaafar, dan Waziry (2011) bahwa ibu memiliki sikap yang
positif terhadap anak yang sedang dirawat. Ibu bisa memenuhi kebutuhan anak secara
fisik maupun psikologis sehingga membuat anak bersikap positif terhadap kegiatan
keperawatan yang sedang dijalani anak. Konsep maternal attainment yang dikemukan
oleh Mercer dalam Tomey dan Alligood tahun 2006 menyatakan bahwa ibu lebih dapat
mengerti karakter anak dan memberikan dukungan sosial yang baik bagi anak sehingga
bisa memdapatkan pola asuh yang sesuai dan membuat anak merasa nyaman.
Perasaan mencintai dan mengasihi pada anak melibatkan sentuhan, belaian dan
pelukan yang membuat anak merasa nyaman. Menurut Soetrisno (2000) ibu sebagai
health provider yang selalu memberikan asuhan secara optimal untuk kehidupan yang
sehat bagi anak-anaknya. Hasil penelitian yang dilakukan Romaniuk (2010) bahwa
84,3% anak yang ditunggui oleh ibu menunjukkan perilaku yang kooperatif. Segala
11
kebutuhan anak selama dirawat lebih banyak dipenuhi oleh ibu. Ibu banyak
berpartisipasi dalam perawatan anak secara fisik dan psikososial. Kolcaba, (2010)
memaparkan kenyamanan menurut teori comfort meliputi rasa nyaman secara fisik,
bagi anak maupun orang tua dan untuk memenuhinya diperlukan bantuan dari perawat.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
12
Respon hospitalisasi merupakan reaksi penuh cemas baik bagi anak maupun
keluarganya. Kecemasan utama yang dialami dapat berupa perpisahan dengan keluarga,
kehilangan kontrol, lingkungan yang asing, kehilangan kemandirian dan kebebasan.
Anak usia remaja (12-18 tahun) mempersepsikan perawatan menyebabkan perasaan
cemas karena berpisah dengan teman sebaya. Kecemasan dan rasa takut dapat juga
disebabkan karena pengalaman secara dini seperti perawatan telah dilakukan sejak awal
kanak-kanak. Oleh karena itu orang tua dituntut dapat menjalankan fungsi dan perannya
dalam mendidik, mengasuh dan menjaga kesehatan anak
3.2. Saran
Hospitalisasi anak usia remaja (12-18 tahun) dalam waktu lama dengan
lingkungan yang tidak efisien teridentifikasi dapat mengakibatkan perubahan
perkembangan emosional dan intelektual anak. Gangguan tersebut dapat diminimalkan
dengan peran orang tua melalui pemberian rasa kasih sayang. Oleh karena itu peran
orang tua sangatlah penting. Manajemen asuhan keperawatan juga berpengaruh penting
terhadap dampak hospitalisasi, contohnya seperti Fasilitasi perencanaan aktifitas
(peer), Jelaskan ke orang tua tentang kebutuhan mandiri, Monitor perilaku bahwa anak
ingin bicara, Berikan permainan dan aktifitas lain yg membantu diskusi, Berikan
penyuluhan rinci tentang prosedur, pengobatan, terapi yg menyangkut genital, Berikan
privasi setiap prosedur.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/52176/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=3AEBC9779300E774A6F4C0B737CD5676?sequence=4 (Disarikan
dari berbagai sumber).
14