Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

RESPON HOSPITALISASI PADA MASA REMAJA >12-18 TAHUN

DAN ORANGTUA

Dosen Pembimbing:
Indriatie, S.Kp., M.M.Kes.

Disusun Oleh:
Rachmalia Rianda Mukti (P27820119034)
Rahayu Shofia Wijaya (P27820119035)
Ranum Anjarsari (P27820119036)
Regita Putri Pramesti (P27820119037)
Riska Anindya Novianti (P27820119038)
Rizqiatul Fitria (P27820119039)
Salsabiil Luthfia Nur Hida (P27820119040)
Santi Ayu Kasmita Suharini (P27820119041)

Tingkat 2 Reguler A

PRODI DIII KEPERAWATAN SOETOMO


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
serta inayah-nya, karena kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah
mengenai “Respon Hospitalisasi pada Masa Remaja >12-18 Tahun dan Orangtua”. Makalah
ini ditulis sebagai tugas kelompok untuk mata kuliah Keperawatan Anak.

Makalah ini kami persembahkan kepada:

1. Indriatie, S.Kp., M.M.Kes.


2. Serta teman – teman yang telah mendukung terselesaikannya makalah ini.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam mengerjakan makalah ini, sehingga makalah ini dapat selesai pada waktunya. Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini memiliki banyak kekurangan,
oleh sebab itu kami mengharapkan kritik, saran, petunjuk, pengarahan, dan bimbingan dari
berbagai pihak.

Semoga makalah ini bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua dan dapat memberikan informasi bagi pembaca. Amin

Surabaya, 26 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................i

Daftar Isi.............................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................3

1.3 Tujuan penulisan............................................................................................................4

BAB II Pembahasan

2.1 Definisi Respon Hospitalisasi........................................................................................5

2.2 Respon Hospitalisasi pada Masa Remaja......................................................................5

2.3 peran Orang Tua............................................................................................................6

2.4 Respon Orang Tua Terhadap Proses Hospitalisasi........................................................9

2.5 Hubungan Peran Orang Tua dengan kecemasan Akibat Hospitalisasi..........................10

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................13

3.2 Saran..............................................................................................................................13

Daftar Pustaka...................................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hospitalisasi merupakan suatu proses yang memiliki alasan yang berencana atau
darurat sehingga mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan
perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Respon hospitalisasi merupakan
reaksi penuh cemas baik bagi anak maupun keluarganya. Kecemasan utama yang
dialami dapat berupa perpisahan dengan keluarga, kehilangan kontrol, lingkungan yang
asing, kehilangan kemandirian dan kebebasan. Reaksi anak dapat dipengaruhi oleh
perkembangan usia anak, pengalaman terhadap sakit, diagnosa penyakit, sistem
dukungan dan koping terhadap cemas (Nursalam, 2013).
Anak usia remaja (12-18 tahun) mempersepsikan perawatan menyebabkan
perasaan cemas karena berpisah dengan teman sebaya. Kecemasan dan rasa takut dapat
juga disebabkan karena pengalaman secara dini seperti perawatan telah dilakukan sejak
awal kanak-kanak. (Sacharin, 1996;74) Pembatasan aktivitas di rumah sakit membuat
anak kehilangan kontrol terhadap dirinya dan menjadi bergantung pada keluarga atau
petugas kesehatan di rumah sakit. Reaksi yang sering muncul terhadap pembatasan
aktivitias ini adalah dengan menolak perawatan atau tindakan yang dilakukan padanya
atau anak tidak mau kooperatif dengan petugas kesehatan atau menarik diri dari
keluarga, sesama pasien, dan petugas kesehatan (isolasi).

Peran orang tua adalah suatu bentuk tingkah laku yang ditunjukkan oleh orang tua
untuk mengembangkan kepribadian anak. Peran tradisional orang tua meliputi
mengasuh dan mendidik anak, mengajarkan disiplin anak mengelola rumah dan
keuangan keluarga. Orang tua dituntut dapat menjalankan fungsi dan perannya dalam
mendidik, mengasuh dan menjaga kesehatan anak. Peran orang tua dalam keluarga
menurut Broks (2011) adalah : Memberikan lingkungan yang protektif, Memberikan
pengalaman yang membawa pada pertumbuhan dan potensi maksimal, Orang tua
sebagai penasihat dan sosok pengasuh yang harus ada dalam kehidupan anak.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah
dalam makalah ini adalah bagaimanakah respon anak usia remaja dan orang tua dalam
menghadapi proses hospitalisasi?

3
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui respon anak usia remaja dan orang tua dalam menghadapi proses hospitalisasi
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Apa definisi dari respon hospitalisasi?
b. Bagaimana respon hospitalisasi pada masa remaja >12-18 Tahun?
c. Apa peran orang tua pada anak?
d. Bagaimana respon orangtua terhadap proses hospitalisasi?
e. Bagaimana hubungan peran orang tua dengan kecemasan akibat hospitalisasi?

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Respon Hospitalisasi

Respon hospitalisasi merupakan reaksi penuh cemas baik bagi anak maupun
keluarganya. Kecemasan utama yang dialami dapat berupa perpisahan dengan keluarga,
kehilangan kontrol, lingkungan yang asing, kehilangan kemandirian dan kebebasan.
Reaksi anak dapat dipengaruhi oleh perkembangan usia anak, pengalaman terhadap sakit,
diagnosa penyakit, sistem dukungan dan koping terhadap cemas (Nursalam, 2013).

2.2. Respon Hospitalisasi Pada Masa Remaja >12-18 Tahun


Anak usia remaja (12-18 tahun) mempersepsikan perawatan menyebabkan
perasaan cemas karena berpisah dengan teman sebaya. Kecemasan dan rasa takut dapat
juga disebabkan karena pengalaman secara dini seperti perawatan telah dilakukan sejak
awal kanak-kanak. (Sacharin, 1996;74) Pembatasan aktivitas di rumah sakit membuat
anak kehilangan kontrol terhadap dirinya dan menjadi bergantung pada keluarga atau
petugas kesehatan di rumah sakit. Reaksi yang sering muncul terhadap pembatasan
aktivitias ini adalah dengan menolak perawatan atau tindakan yang dilakukan padanya
atau anak tidak mau kooperatif dengan petugas kesehatan atau menarik diri dari
keluarga, sesama pasien, dan petugas kesehatan (isolasi). Perasaan sakit karena
perlukaan atau pembedahan menimbulkan respon anak bertanya-tanya, menarik diri dari
lingkungan, dan menolak kehadiran orang lain (Supartini,2004)

Reaksi Anak Usia Remaja terhadap Cedera Tubuh dan Nyeri. Meskipun
perkembangan citra tubuh dimulai pada saat lahir, namun relevansinya memuncak
selama masa remaja. Perubahan apapun yang membedakan remaja dari teman
sebayanya dianggap sebagai suatu tragedi besar. Oleh karena itu sifat cedera tubuh
dalam persepsi remaja tentang penyakit dianggap lebih penting dibandingkan tingkat
keparahan. Citra tubuh remaja yang berubah dengan cepat membuat mereka sangat
khawatir terhadap abnormalitas yang dapat disebabkan oleh penyakit yang diderita.
Mengajukan banyak pertanyaan, menarik diri, menolak orang lain, atau
mempertanyakan keadekuatan perawatan merupakan respon terhadap kekhawatiran
tersebut. Mereka juga terkadang bersikap terlalu percaya diri, sombong dan sok tahu
sebagai manifestasi dari kehilangan kendali dan perubahan citra tubuh. Perubahan
seksual menyebabkan remaja sangat khawatir tentang privasi. Hal ini menjadi stres yang
sangat besar daripada nyeri fisik. Remaja juga aktif mencari informasi terkait
5
perkembangan normal dan sesuai dengan standar. Jika menderita suatu penyakit,
mereka takut pertumbuhan mereka akan mengalami kemunduran, sehingga mereka
tertinggal dari teman-teman sebayanya.
Remaja sudah memiliki pengendalian diri yang lebih baik ketika berespon
terhadap nyeri. Resistensi dan agresi fisik berkurang pada usia ini kecuali jika remaja
tersebut tidak disiapkan secara total untuk menghadapi prosedur. Sejalan dengan
perkembangan kognitif, remaja sudah mampu menggambarkan pengalaman nyeri yang
dirasakan dan menggunakan alat pengkajian nyeri untuk orang dewasa. Akan tetapi
remaja terkadang merasa enggan mengungkapkan nyeri mereka sehingga mengharuskan
perawat untuk mendengarkan keluhan dengan cermat dan mengobservasi tanda-tanda
fisik seperti keterbatasan gerak, ketenangan yang berlebihan atau iritabilitas.
Stresor pada usia remaja:
a. Pengertian tentang sakit
 Anak mulai memahami konsep yang abstrak dan penyebab sakit yang bersifat
kompleks
 Anak mulai memahami bahwa hal-hal yang bias mempengaruhi sakit.
b. Separation / Perpisahan
 Anak remaja sangat dipengaruhi oleh peer groupnya, jika mereka sakit akan
menimbulkan stress akan perpisahan dengan teman sebayanya.
 Anak juga kadang menghindar dan mencoba membatasi kontak dengan peer
groupnya jika mereka mengalami kecacatan.
c. Kehilangan fungsi control
 bagi remaja sakit dapat mempengaruhi fungsi kemandirian mereka.
 Penyakit kronis dapat menimbulkan kehilangan dan mengncam konsep diri
remaja.
 Reaksi anak biasanya marah frustasi atau menarik diri
d. Gangguan body image
 sakit pada remaja mengakibatkan mereka merasa berbeda dengan peer groupnya
dan sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam menangani stress karena
adanya perubahan body image. Remaja khawatir diejek oleh teman / peer
groupnya.
 Mengalami stress apabila dilakukan pemeriksaan fisik yang berhubungan
dengan organ seksual.

2.3. Peran Orang Tua


a. Pengertian
Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi
sosial tertentu. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar
dan bersifat stabil (Mubarok, Chayatin, dan Santoso, 2009). Peran adalah serangkaian
perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan atau posisi individu
di dalam masyarakat. Setiap posisi terdapat sejumlah peran yang masing-masing terdiri
6
dari kesatuan perilaku yang kurang lebih bersifat homogen dan didefinisikan menurut
kultur sebagaimana yang diharapkan dalam posisi atau status (Potter & Perry, 2010).

Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan
merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah
keluarga (Ridwan, 2010). Orang tua terdiri dari ayah dan ibu yang masing-masing
mempunyai peran dan fungsi. Ibu adalah seorang wanita yang di sebagian besar keluarga
mempunyai peran sebagai pemimpin kesehatan dan pemberi asuhan. Ibu bertindak
sebagai sumber utama dalam memberikan kenyamanan dan bantuan selama sakit
(Friedman, 2010).

Peran orang tua adalah suatu bentuk tingkah laku yang ditunjukkan oleh orang tua
untuk mengembangkan kepribadian anak. Peran tradisional orang tua meliputi
mengasuh dan mendidik anak, mengajarkan disiplin anak mengelola rumah dan
keuangan keluarga. Peran modern orang tua adalah berpartisipasi aktif dalam perawatan
anak yang bertujuan untuk pertumbuhan yang optimal dan perkembangan anak
(Constantin, 2012).

b. Peran Orangtua

Peran orang tua menurut Mubarok, Chayatin, dan Santoso (2009) adalah:

1) Pengasuh
Orang tua berperan mengasuh anak sesuai dengan perilaku kesehatan yaitu
mengajarkan anak pada perilaku hidup bersih dan sehat, gosok gigi, cuci
tangan sebelum dan sesudah makan serta memberikan petunjuk makan
makanan yang sehat

2) Pendidik
Orang tua sebagai pendidik mampu memberikan pendidikan yang salah
satunya adalah pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga dapat
mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan. Contohnya
adalah suatu tindakan untuk menurunkan demam anak dan pemeriksaan anak
selama sakit.

3) Pendorong
Peran orang tua sebagai pendorong adalah memberikan motivasi, memuji dan
setuju menerima pendapat dari orang lain. Pendorong dapat merangkul dan
membuat seseorang merasa bahwa pemikiran dirinya penting dan bernilai

7
untuk didengar. Pendorong harus memberi dukungan pada anak yang akan
mendapat tindakan keperawatan selama anak dirawat di rumah sakit.

4) Pengawas
Tugas pengawas yang dilakukan orang tua salah satunya adalah mengawasi
tingkah laku anak untuk mencegah terjadinya sakit. Orang tua juga terlibat
saat perawat melakukan home visit yang teratur untuk mengidentifikasi atau
melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.

5) Konselor
Konselor bukan yang mengatur, mengkritik atau membuat keputusan. Namun
demikian konselor harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya dalam
mengatasi masalah. Sikap terbuka yang dimaksud adalah memberikan
informasi tentang penyakit dan tindakan yang akan diterima anak.

Orang tua dituntut dapat menjalankan fungsi dan perannya dalam mendidik,
mengasuh dan menjaga kesehatan anak. Peran orang tua dalam keluarga menurut
Broks (2011) adalah :

1) Memberikan lingkungan yang protektif


Orang tua sangat berperan dalam memberikan lingkungan yang membawa
perubahan positif dalam fungsi intelektual dan sosial emosional. Adapun
lingkungan tersebut meliputi:

a) lingkungan yang positif dalam keluarga, perasaan baik dalam diri ibu dan
komentar positif pada anak,

b) lingkungan yang mengajarkan anak untuk berpikir, berefleksi serta membuat


keputusan,

c) lingkungan yang membuat perasaan anak merasa dihargai dan memiliki


dukungan dari keluarga.

2) Memberikan pengalaman yang membawa pada pertumbuhan dan potensi


maksimal.
Peran orang tua dalam memberikan pengalamam yang membawa perumbuhan
dan potensi maksimal adalah melalui pengasuhan yang baik. Pola asuh yang baik
akan merangsang perkembangan intelektual. Perawatan atau asuhan orang tua

8
yang baik dapat menekan temperamen yang reaktif dan dapat memunculkan
potensi baru bagi anak.

3) Orang tua sebagai penasihat


Orang tua yang memiliki anak dengan masalah kesehatan harus dapat melakukan
tindakan yang mampu merubah anak untuk dapat beradaptasi dalam kondisinya
saat itu. Orang tua memberikan arahan pada anak, melatih anak, memberikan
dukungan dan mendorong untuk melakukan hal-hal yang terbaik.

4) Sosok pengasuh yang harus ada dalam kehidupan anak.


Orang tua memiliki pengaruh kuat dalam kehidupan anak. Anak akan melihat
sosok orang tua sebagai contoh untuk bertingkah laku sesuai dengan yang
dilihatnya.

2.4. Respon orang tua terhadap proses hospitalisasi

Respon keluarga yaitu suatu reaksi yang diberikan keluarga terhadap keinginan

untuk menanggapi kebutuhan yang ada pada dirinya (Kotler, 2008). Perawatan anak

dirumah sakit tidak hanya menimbulkan stress pada orang tua. Orang tua juga merasa

ada sesuatu yang hilang dalam kehidupan keluarganya, dan hal ini juga terlihat bahwa

perawatan anak selama dirawat di rumah sakit lebih banyak menimbulkan stress pada

orang tua dan hal ini telah banyak dibuktikan oleh penelitian-penelitian sebelumnya.

Dan dari hal ini, timbul reaksi dari strees orang tua terhadap perawatan anak yang

dirawat di rumah sakit yang meliputi (Supartini, 2009).

1) Kecemasan, ini termasuk dalam kelompok emosi primer dan meliputi perasaan was-

was, bimbang, kuatir, kaget, bingung dan merasa terancam. Untuk menghilangkan

kecemasan harus memperkuat respon menghindar. Namun dengan begitu hidup

orang itu akan sangat terbatas setelah beberapa pengalaman yang menyakitkan.

2) Marah, dalam kelompok amarah sebagai emosi primer termasuk gusar, tegang,

kesal, jengkel, dendam, merasa terpaksa dan sebagainya. Ketidakmampuan

mengatasi dan mengenal kemarahannya sering merupakan komponen dari

9
penyesuaian diri dan hal ini merupakan sumber kecemasan tersendiri. Untuk orang

seperti ini, pelatihan ketegasan dapat membantu: dianjurkan untuk mngungkapkan

perasaan marah secara tegas dan jelas bila perasaan diungkapkan dengan baik, jelas,

dan tegas. Bila kita berbagi perasaan maka hal ini dapat menguatkan relasi, isolasi

dan mengangkat harga diri. Sebaliknya ada orang yang terlalu banyak dan tidak

dapat mengerem luapan amarahnya sehingga mereka menggangu orang lain.

3) Sedih, dalam kelompok sedih sebagai termasuk emosi primer termasuk susah, putus

asa, iba, rasa bersalah tak berdaya terpojok dan sebagainya. Bila kesedihan terlalu

lama maka timbulah tanda-tanda depresi dengan triasnya: rasa sedih, putus asa

sehingga timbul pikiran lebih baik mati saja. Depresi bisa terjadi setelah mengalami

kehilangan dari sesuatu yang sangat disayangi, pengalaman tidak berdaya sering

mengakibatkan depresi.

4) Stressor dan reaksi keluarga sehubungan denagn hospitalisasi anak, jika anak harus

menjalani hospitalisasi akan memberikan pengaruh terhadap anggota keluarga dan

fungsi keluarga (Wong dan Whaley, 2009). Reaksi orang tua dipengaruhi oleh

tingkat keseriusan penyakit anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan

hospitalisasi, prosedur pengobatan kekuatan ego individu, kemampuan koping,

kebudayaan dan kepercayaan.

2.5. Hubungan Peran Orang Tua dengan Kecemasan Akibat Hospitalisasi

Studi qualitatif dengan grounded theory oleh Sitanon (2009) tentang pengalaman

orang tua dalam mengasuh bayi yang dirawat di Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

menemukan 3 konsep utama. Ketiga konsep utama tesebut adalah perlindungan

terhadap bayi, peningkatan keterlibatan orang tua dalam perawatan anak, dan proses

pengasuhan anak oleh kedua orang tua selama anak bayi dirawat.

Salah satu aspek dari family centered care (FCC) adalah peran serta orang tua

dalam perawatan anak selama dirawat di rumah sakit yang disebut partisipasi orang tua
10
atau parental participation. Bentuk partisipasi orang tua yaitu membantu dalam

memenuhi kebutuhan fisik dan psikososial. Kebutuhan fisik yang sebaiknya dipenuhi

orang tua meliputi, nutrisi, personal hygiene, dan terlibat dalam tindakan keperawatan

seperti mengukur suhu dan memantau anak saat menerima cairan intravena. Kebutuhan

psikososial yang dipenuhi orang tua yaitu memberikan dukungan fisik, emosional, dan

spritual. Partisipasi orang tua dalam merawat anak di rumah sakit dipengaruhi oleh

usia, pendidikan, dan pekerjaan (Abdulbaki, Gaafar, & Waziry, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian Winarsih (2012) tentang hubungan peran serta orang

tua dan dampak hospitalisasi pada anak usia pra sekolah di RSUD Jepara, didapatkan

hasil terdapat hubungan yang signifikan antara peran serta orang tua dan Dampak

hospitalisasi pada anak prasekolah. Keterlibatan orang tua dalam perawatan membuat

anak mampu mengembangkan diri secara pribadi dan memberikan sikap positif orang

tua sehingga perawatan pada anak lebih optimal.

Menurut Abdulbaki, Gaafar, dan Waziry (2011) bahwa ibu memiliki sikap yang

positif terhadap anak yang sedang dirawat. Ibu bisa memenuhi kebutuhan anak secara

fisik maupun psikologis sehingga membuat anak bersikap positif terhadap kegiatan

keperawatan yang sedang dijalani anak. Konsep maternal attainment yang dikemukan

oleh Mercer dalam Tomey dan Alligood tahun 2006 menyatakan bahwa ibu lebih dapat

mengerti karakter anak dan memberikan dukungan sosial yang baik bagi anak sehingga

bisa memdapatkan pola asuh yang sesuai dan membuat anak merasa nyaman.

Perasaan mencintai dan mengasihi pada anak melibatkan sentuhan, belaian dan

pelukan yang membuat anak merasa nyaman. Menurut Soetrisno (2000) ibu sebagai

health provider yang selalu memberikan asuhan secara optimal untuk kehidupan yang

sehat bagi anak-anaknya. Hasil penelitian yang dilakukan Romaniuk (2010) bahwa

84,3% anak yang ditunggui oleh ibu menunjukkan perilaku yang kooperatif. Segala

11
kebutuhan anak selama dirawat lebih banyak dipenuhi oleh ibu. Ibu banyak

berpartisipasi dalam perawatan anak secara fisik dan psikososial. Kolcaba, (2010)

memaparkan kenyamanan menurut teori comfort meliputi rasa nyaman secara fisik,

psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan. Rasa nyaman merupakan kebutuhan dasar

bagi anak maupun orang tua dan untuk memenuhinya diperlukan bantuan dari perawat.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

12
Respon hospitalisasi merupakan reaksi penuh cemas baik bagi anak maupun
keluarganya. Kecemasan utama yang dialami dapat berupa perpisahan dengan keluarga,
kehilangan kontrol, lingkungan yang asing, kehilangan kemandirian dan kebebasan.
Anak usia remaja (12-18 tahun) mempersepsikan perawatan menyebabkan perasaan
cemas karena berpisah dengan teman sebaya. Kecemasan dan rasa takut dapat juga
disebabkan karena pengalaman secara dini seperti perawatan telah dilakukan sejak awal
kanak-kanak. Oleh karena itu orang tua dituntut dapat menjalankan fungsi dan perannya
dalam mendidik, mengasuh dan menjaga kesehatan anak
3.2. Saran

Hospitalisasi anak usia remaja (12-18 tahun) dalam waktu lama dengan
lingkungan yang tidak efisien teridentifikasi dapat mengakibatkan perubahan
perkembangan emosional dan intelektual anak. Gangguan tersebut dapat diminimalkan
dengan peran orang tua melalui pemberian rasa kasih sayang. Oleh karena itu peran
orang tua sangatlah penting. Manajemen asuhan keperawatan juga berpengaruh penting
terhadap dampak hospitalisasi, contohnya seperti Fasilitasi perencanaan aktifitas
(peer), Jelaskan ke orang tua tentang kebutuhan mandiri, Monitor perilaku bahwa anak
ingin bicara, Berikan permainan dan aktifitas lain yg membantu diskusi, Berikan
penyuluhan rinci tentang prosedur, pengobatan, terapi yg menyangkut genital, Berikan
privasi setiap prosedur.

DAFTAR PUSTAKA

Daryono. 2018. “Hospitalisasi”, dilihat 26 Februari 2021.


http://eprints.umpo.ac.id/4207/2/BAB%202.pdf (Disarikan dari berbagai sumber).
13
Kurniawati, Reti. 2017. “Hubungan Sikap Perawat”, dilihat 26 Februari 2021.
http://repository.ump.ac.id/4413/3/Reti%20Kurniawati%20BAB%20II.pdf (Disarikan dari
berbagai sumber).

Yuherlinda. 2017.”Hospitalisasi pada Anak”, dilihat 26 Februari 2021.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/52176/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=3AEBC9779300E774A6F4C0B737CD5676?sequence=4 (Disarikan
dari berbagai sumber).

14

Anda mungkin juga menyukai