Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul “ ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
PADA KLIEN DENGAN VARICELLA (CACAR AIR) “ dapat diselesaikan
tepat waktu. Penulisan Makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelai sarjana keperawatan pada program studi
keperawatan Universitas Pembangunan Indonesia di Manado.
Penulis
2
KATA PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………………………………4
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………………5
C. Tujuan………………………………………………………………………………………………………………5
D. Metode Penulisan…………………………………………………………………………………………….5
E. Manfaat Penulisan……………………………………………………………………………………………5
F. Sistematika Penulisan…………………………………………………………………………………….…6
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………………………………………………29
B. Saran……………………………………………………………………………………………………………29
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Varicella terdapat diseluruh dunia dan tidak ada perberdaan ras
maupun jenis. Varicella terutama mengernai anak –anak yang berusia 20
tahun terutama pada usia 3-6 tahun dan hanya sekitar 2 % terjadi pada
orang deewasa. Di Amerika, vericella sering terjadi pada anak- anak di
bawah usia 10 tahun dan 5 % kasus terjadi pada anak-anak di bawah 6
tahun sebanyak 81,4 %.
Insiden terjadinya herpes zoster meningkat sesuai dengan
pertambahan umur dan biasanyua jarang mengernai anak – anak. Di
Amerika, herpes zoster jarang terjadi pada anam-anak, Dimana lebih dari
66 % mengenai usia lebih dari 50 tahun, kurang dari 10% mengenai usia
dibawah 20 tahun 5% mengenai usia kurang dari 15 tahun. Walaupun
herpes zoster merupakan penyakit yang sering di jumpai pada orang
dewasa, namun herpes zoster dapat juga terjadi pada bayi yang baru lahir
apabila ibunya menderita herpes menderita herpes zoster pada masa
kehamilan. Dari hasil penelitian, di temukan sekitar 3% herrpes zoster
pada anak, biasanya di temukan pada anak-anak yang imonokompromis
dan menderita penyakit keganasan.
Pada tahun 1767, Heberden dapat membedakan dengan jelas antara
chickenpox dan smallpox, yang di yakini kata “chickenpox” berasal dari
bahasa inggris yaitu “gican” yang maksudnya penyakit gatal ataupun
berasal dari kata prancis yaitu “chiche-pois, yang menggambarkan ukuran
dari vesikel. Pada tahun 1888, Von Bokay menemukan hubungan antara
vericella dan herpes zoster, ia menemukan bahwa varicella di curugai
berkembang dari anak-anak yang terpapar dengan seorang yang menderita
herpes zoster akut. Pada tahum 1943, Garland mengetauhui terjadinya
herpes zoster akibat reaksi virus yang laten. Pada tahun 1952, weller dan
stoddard melakukan penelitian secara invitro, mereka menemukan
varicella dan herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama.
4
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui dan memahami definisi dari varicella.
b. Mampu mengetahui dan memahami etiologi dari varicella.
c. Mampu mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari
varicella.
d. Mampu mengetahui dan memahami patofisiologi dari varicella.
e. Mampu mengetahui dan memahami pathway varicella.
f. Mampu mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang dari
varicella.
g. Mampu mengetahui dan memahami penatalasanaan dari varicella.
h. Mampu mengetahui dan memahami komplikasi dari varicella.
i. Mampu mengetahui dan memahami asuhan keperawatan varicella.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode
deskriptif yaitu dengan penjabaran masalah-masalah menggunakan studi
kepustakaan maupun di internet.
E. Manfaat Penulisan
Makalah ini di buat sebagai bahan acuan terutama bagi para
pemerhati kesehatan :
1. Tenaga Medis
5
Dapat digunakan sebagai acuan untuk mendalami ilmu tentang
urtikaria agar tindakan dapat disesuaikan dengan prosedur
penatalaksanaan pada pasien dengan varicella.
2. Bagi para mahasiswa
Dapat digunakan sebagai materi untuk bahan belajar sehingga
dapat digunakan untuk lebih mendalami tentang ilmu medis khususnya
tentang materi varicella.
3. Bagi masyarakat
Dapat digunakan sebagai bahan pemerhati dan kewaspadaan,
rasa hati-hati dan lebih kooperatif jika masyarakat mengalami penyakit
varicella.
F. Sistematika Penulisan
1. Pembagian pembuka
a. Cover
b. Kata pengantar
c. Daftar isi
2. Bagian tubuh
a. Bab I
1) Latar belakang
2) Rumusan masalah
3) Tujuan penulisan
4) Metode penulisa
5) Sistematika penulisan
b. Bab II
1) Definisi urtikaria.
2) Klasifikasi urtikaria.
3) Etiologi urtikaria.
4) Manifestasi klinis urtikaria.
5) Patofisiologi urtikaria.
6) Komplikasi urtikaria.
7) Pemeriksaan penunjang urtikaria.
8) Penatalaksanaan urtikaria.
6
3. Bagian Penututp
a. Bab III
1) Kesimpulan
2) Saran
b. Daftar pustaka
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
8
B. Etiologi
9
C. Manifestasi Klinik
Gejala klinis yang dapat muncul apabila seseorang menderita
varicella adalah (Schchner L A, 1995):
1. Varicella pada anak yang lebih besar (pubertas) dan orang dewasa
biasanya didahului dengan gejala prodromal yang terjadi 1-2 hari
sebelum timbulnya lesi dikulit, yaitu:
a. Demam
b. Malaise
c. Nyeri kepala
d. Mual
e. Anoreksia
2. Varicella pada anak kecil (usia lebih muda) yang imunokompoten,
gejala prodromal jarang dijumpai hanya demam dan malaise ringan
dan timbul bersamaan dengan munculnya lesi dikulit.
3. Lesi diawali pada daerah wajah dan scalp, kemudian meluas ke
dada (penyebaran senrtipetal) dan meluas ke ekstremitas.
4. Lesi nya sangat gatal
5. Pada awalnya timbul macula kecil yang eritematosa kemudian
berubah dengan cepat 12-14 hari menjadi papul dan berkembang
menjadi vesikel yang didalmnya mengandung cairan jernih dengan
dasar yang eritematosa. Vesikel terletak di superficial dan
mempunyai dinding yang tipis sehingga cairan jernih didalmnya
terlihat seperti tetesan air diatas kulit (tear drop) berdiameter 2-3
mm, berbentuk elips. Cairan yang terdapat di dalam vesikel dapat
bercampur dengan sel radang, sehingga pada hari ke 2 akan
berubah menjadai pustule. Lesi kemudian akan mengering pada
bagian tengah sehingga terbentuk umbilikasi (delle) dan akhirnya
menjadi krusta dalam kurun waktu sekitar 2-12 hari. Kemudian
krusta akan lepas dalam kurun waktu 1-3 minggu.
6. Perjalanan penyakit ini dibagi menjadi 2 stadium, yaitu:
a. Stadium Prodromal: 24 jam sebelum kelainan kulit timbul,
terdapat gejala panas yang tidak terlalu tinggi, perasaan lemah
(malaise), sakit kepala, anoreksia, rasa berat pada punggung
dan kadang-kadang disertai batuk kering diikuti eritema pada
10
kulit dapat berbentuk scarlatinaform atau morbiliform. Panas
biasanya menghilang dalam 4 hari, bilamana panas tubuh
menetap perlu dicurigai adanya komplikasi atau gangguan
imunitas.
b. Stadium erupsi: dimulai saat eritema berkembang dengan cepat
(dalam beberapa jam) berubah menjadi macula kecil, kemudian
papula yang kemerahan lalu menjadi vesikel. Vesikel ini
biasannya kecil, berisi cairan jernih, tidak umbilicated dengan
dasar eritematous, mudah pecah serta mongering membentuk
krusta, bentuk ini sangat khas dan lebih dikenal sebagai
“tetesan embun”/”air mata”.
1. Varisela neonatal
Varisela neonatal dapat merupakan penyakit serius, hal
ini bergantung pada saat ibu kena varisela dan persalinan.
a. Bila ibu hamil terinfeksi varisela 5 hari sebelum partus atau
2 hari setelah partus, berarti bayi tersebut terinfeksi saat
viremia kedua dari ibu, bayi terinfeksi transplasental, tetapi
tidak memperoleh kekebalan dari ibu karena belum
cukupnya waktu ibu untuk memproduksi antibody. Pada
keadaan ini, bayi yang dilahirkan akan mengalami varisela
berat dan menyebar. Perlu diberikan profilaksis atau
pengobatan dengan varicella-zoster immune globulin
(VZIG) dan asiklovir. Bila tidak diobati dengan adekuat,
11
angka kematian sebesar 30%. Penyebab kematian utama
akibat pneumonia berat dan hepatitis fulminan.
b. Bila ibu terinfeksi varisela lebih dari 5 hari antepartum,
sehingga ibu mempunyai waktu yang cukup untuk
memproduksi antibody dan dapat diteruskan kepada bayi.
Bayi cukup bulan akan menderita varisela ringan karena
pelemahan oleh antibody transplasental dari ibu.
Pengobatan dengan VZIG tidak perlu, tetapi asiklovir dapat
dipertimbangkan pemakaiannya, bergantung pada keadaan
bayi.
2. Sindrom varisela congenital
Varisela congenital dijumpai pada bayi dengan ibu yang
menderita varisela pada umur kehamilan trimester I atau II
dengan insidens 2%.
Manisfestasi klinik dapat berupa retardasi pertumbuhan
intrauterine, mikrosefali, atrofi kortikalis, hipoplasia
ekstremitas, mikroftalmin, katarak, korioretinitis dan scarring
pada kulit. Beratnya gejala pada bayi tidak berhubungan
dengan beratnya penyakit pada ibu. Ibu hamil dengan zoster
tidak berhubungan dengan kelainan pada bayi.
3. Zoster infantile
Penyakit ini sering muncul dalam umur bayi satu tahun
pertama, hal ini disebabkan karena infeksi varisela maternal
setelah nasa gestasi ke-20. Penyakit ini sering menyerangg
pada saraf dermatom thoracis.
D. Patofisiologi
Virus Varicella Zoster juga menginfeksi sel satelit di sekitar
Neuron pada ganglion akar dorsal Sumsum Tulang Belakang. Dari sini
virus bisa kembali menimbulkan gejala dalam bentuk Herpes Zoster.
Sekitar 250 – 500 benjolan akan timbul menyebar diseluruh bagian
tubuh, tidak terkecuali pada muka, kulit kepala, mulut bagian dalam,
mata , termasuk bagian tubuh yang paling intim. Namun dalam waktu
kurang dari seminggu , lesi teresebut akan mengering dan bersamaan
dengan itu terasa gatal. Dalam waktu 1 – 3 minggu bekas pada kulit
12
yang mengering akan terlepas. Virus Varicella Zoster penyebab
penyakit cacar air ini berpindah dari satu orang ke orang lain melalui
percikan ludah yang berasal dari batuk atau bersin penderita dan
diterbangkan melalui udara atau kontak langsung dengan kulit yang
terinfeksi.
13
E. Pathway
Virus bereplikasi
Varicella
MK : Defisiensi
pengetahuan
Reaksi inflamasi
Replikasi di sel
Pelepasan Kerusakan
epidermal
mediator kimia saraf perifer
14
(prostaglandin)
Vakuolisasi sel
MK : Nyeri
Gangguan di dan lisis
akut
hypothalamus
Terjadi makula
Suhu tubuh
Timbul papula
MK :
Vesikula
Hipertermi
Pasien malu
dengan
kondisinya Cairan vesikula mengeruh
menjadi pustula
MK :
Pustula pecah
Gangguan citra
tubuh
Pustula mengering
menjadi krusta
MK : Gangguan pola
tidur
15
F. Komplikasi
Pada anak imunokompeten, biasanya dijumpai varicella yang
ringan sehingga jarang dijumpai komplikasi.
Komplikasi yang dapat dijumpai pada varicella yaitu :
1. Infeksi sekunder pada kulit yang di sebabkan oleh bakteri
a. Sering dijumpai infeksi pada kulit dan timbul pada anak-anak
yang berkisar antara 5-10%. Lesi pada kulit tersebut menjadi
tempat masuk organisme yang virulen dan apabila infeksi
meluas dapat menimbulkan impetigo, furunkel, cellulitis, dan
erysepelas.
b. Organisme infeksius yang sering menjadi penyebab adalah
streptocococcus grup A dan staphylococcus aureus.
2. Scar
Timbul scar yang berhubungan dengan infeksi
staphylococcus atau streptococcus yang berasal dari garukan.
3. Pneumonia
Dapat timbul pada anak-anak yang lebih tua dan pada orang
dewasa, yang dapat menimbulkan keadaan fatal. Pada orang
dewasa insiden varicella pneumonia sekitar 1:400 kasus.
4. Neurologik
a. Acute postinfeksius cerebellar ataxia
1) Ataxia sering muncul tiba-tiba, selalu terjadi 2-3 minggu
setelah timbulnya varicella. Keadaan ini dapat menetap
selama 2 bulan.
2) Manifestasinya berupa tidak dapat mempertahankan posisi
berdiri hingga tidak mampu untuk berdiri dan tidak adanya
koordinasi dan dysarthria.
3) Insiden berkisar 1:4000 kasus varicella
b. Encephalitis
1) Gejala ini sering timbul selama terjadinya akut varicella
yaitu beberapa hari setelah timbulnya ruam, Lethargy,
drawsiness dan confusion adalah gejala yang sering
dijumpai.
16
2) Beberapa anak mengalami seizure dan perkembangan
encephalitis yang cepat dapat menimbulkan koma yang
dalam.
3) Merupakan komplikasi yang serius dimana angka kematian
berkisar 5-20%
4) Insiden berkisar 1,7/100.000 penderita.
5. Herpes zoster
a. Komplikasi yang lambat dari varicella yaitu timbulnya herpes
zoster, timbul beberapa bulan hingga tahun setelah terjadinya
infeksi primer.
b. Varicella zoster virus menetap pada ganglion sensoris
6. Reye syndrome
a. Ditandai dengan fatty liver dengan encephalophaty
b. Keadaan ini berhubungan dengan penggunaan aspirin, tetapi
setelah di gunakan acetaminophen (antipiretik) secara luas,
kasus reye syndrom mulai jarang di temukan.
G. Pemeriksaan diagnostic
1. Tzanck smear
a. Preparat diambil dari discping dasar vesikel yang masih baru,
kemudian diwarnai dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-
eosin, Giemsa’s, Wright’s, toluidine blue ataupun
papanicolaou’s. dengan mengunaklan mikroskop cahaya akan
di jumpai multinucleated giant cells.
b. Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%.
c. Test ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster
dengan herpes simpleks virus.
2. Direct fluorescent assay ( DFA )
a. Preparat dari scraining dasar vesicell tetapi apa bila sudah
berbentuk krusta pemeriksaan dengan DFA kurang sensitif
b. Hasil pemeriksaan cepat
c. Membutuhkan mikroskop fluorescence .
d. Test ini dapat menemukan antigen virus varicella zoster.
17
e. Pemeriksaan ini dapat menemukan antigen virus varicella
zoster simpleks virus.
3. Polymerase chain reaction ( PCR )
a. Pemeriksaan dengan metode ini sangat sensitive.
b. Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat
seperti scraping dasar vesikel dan apa bila sudah berbentuk
krusta dapat juga di gunakan sebagai preparat, dan CSF.
c. Sensitifitasnya berkisar 97-100%
d. Test ini dapat menemukan nucleic acid dari virus varicella
zoster
4. Biopsi kulit
Hasil pemeriksaan histopalogis : tampak vesikel
intraepidermal dengan degenerasi sel epidermal dan acantholysis.
Pada bagian atas dijumpai adanya lymphpocytic infiltrate
H. Penatalaksanaan
18
3. Golongan anti virus yang dapat di berikan yaitu asiklovir dan
famasiklovir.
4. Dosis anti virus ( oral ) untuk pengobatan varicella dan herpes zoster
:
Neonatus : Asiklovir 500 mg / m2 IV setiap 8 jam selama 10 hari.
Anak ( 2-12 tahun) : Asiklovir 4 x 20 mg / kg BB/ hari/oral.
I. Pencegahan
1. Imunisasi pasif
a. Menggunakan PZIG ( Varicella zoster immunoglobulin )
b. Pemberiannya dalam waktu 3 hari ( < 96 jam )setelah terpajan VZV,
pada anak-anak imunokompeten terbukti mencegah varicella sedangkan
pada anak imunokompromais pemberian VZIG dapat meringankan gejala
varicella.
c. VZIG dapat diberikan pada yaitu :
1) Anak-anak yang berusia < 15 tahun yang belum pernah menderita
varicella atau herpes zoster.
2) Usia pubertas > 15 tahun yang belum pernah menderita varicella atau
herpes zoster dan tidak mempunyai antibodi terhadap VZV.
3) Bayi yang baru lahir, dimana ibunya menderita varicella dalam kurun
waktu 5 hari sebelum / 48 jam setelah melahirkan.
4) Bayi prematur dan bayi usia < 14 hari yang ibunya belum pernah
menderita varicella atau herpes zoster.
5) Anak-anak yang menderta leukimia atau lymphoma yang belum perah
menderita varicella
d. Dosis : 125 u/10 kg BB
Dosis minimum : 125 U dan dosis maximal : 625 U.
19
e. Pemberian secara IM tidak di berikan IV
f. Perlindungan yang di dapat bersifat sementara
2. Imunisasi aktif
a. Vaksinasinya menggunakan vaksin varicella virus (Oka strain) dan
kekebalan yang di dapat dapat bertahan hingga 10 tahun.
b. Digunakan di Amerika sejak tahun 1995
c. Daya proteksi melawan varicella berkisar antara 71-100%
d. Vaksin efektif jika diberikan pada umur > 1 tahun dan di
rekomendasikan di berikan pada usia 12-18 bulan.
e. Anak yang berusia < 13 tahun yang tidak menderita varicella di
rekomendasikan di berikan dosis tunggal dan anak lebih tua di berikan
dalam 2 dosis dengan jarak 4-8 minggu.
f. Pemberian secara subkutan
g. Efek samping : kadang-kadang dapat timbul demam ataupun reaksi lokal
seperti ruam makulopapular atau vesikel, terjadi pada 3-5 % anak-anak
dan timbul 10-21 hari setelah pemberian pada lokasi penyuntikan.
h. Vaksin varicella : varivax
i. Tidak boleh di berikan pada wanita hamil oleh karena dapat
mneyebabkan terjadinya kongenital varicella.
20
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Keluhan Utama
21
c. Makan/cairan
Tanda : anorexia, mual/muntah
d. Neuro sensori
Gejala : kesemutan area bebas
Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku kejang (syok listrik),
laserasi corneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman
penglihat
e. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara,
peruban suhu.
f. Keamanan
Tanda : umum destruksi jaringan dalam mungkin terbukti
selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trambus
mikrovaskuler pada kulit.
g. Data subjektif
Pasien merasa lemas, tidak enak badan, tidak nafsu makan dan
sakit kepala.
h. Data Objektif :
1) Integumen : kulit hangat, pucat dan adanya bintik-bintik
kemerahan pada kulit yang berisi cairan jernih.
2) Metabolik : peningkatan suhu tubuh.
3) Psikologis : menarik diri.
4) GI : anoreksia.
5) Penyuluhan / pembelajaran : tentang perawatan luka
varicela.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi pada kulit
3. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan saraf perifer
4. Gangguan citra tubuh berhubungan denagn timbulnya papula
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan timbul gatal pada saat
penyembuhan
6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber
informasi
22
C. Intervensi dan Rasional
1. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama
1x24 jam suhu tubuh menurun
Kriteria hasil : suhu tubuh normal 36,5-37,5 0C
Intervensi Rasional
23
pada pasien.
25
nyeri berupa sentuhan dukungan
psikologis dapat membantu
menurunkan nyeri. Masase ringan
dapat meningkatkan aliran darah
dan dengan otomatis membantu
suplai darah dan oksigen ke area
nyeri dan menurunkan sensasi
nyeri.
Tingkatkan pengetahuan tentang Pengetahuan yang akan dirasakan
sebab-sebab nyeri dan membantu mengurangi nyerinya
menghubungkan berupa lama nyeri dan dapat membantu
akan berlangsung. mengembangkan kepatuhan pasien
pasien terhadap rencana terapeutik.
Kolaborasi dengan dokter : Analgetik memblok lintasan nyeri
− Pemberian analgetik. sehingga nyeri akan berkurang.
26
perubahan fungsi yang di alamai
sehingga memberikan dampak
pada kondisi koping mal adaftif.
27
pentingnya tidur
Hindari tidur saat siang atau malam Agar pada malam hari pasien bisa
hari tidur dengan nyenyak.
Intervensi Rasional
28
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Varicella berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia penyakit ini
dikenal dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama
Chickenpox. Varicella adalah Penyakit Infeksi Menular yang disebabkan oleh
virus Varicella Zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit. Varicella atau
cacar air merupakan penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus
Varicella Zoster dengan gejala-gejala demam dan timbul bintik-bintik merah
yang kemudian mengandung cairan.
Varicella sering dijumpai pada anak – anak sedangkan herpes zoster lebih
sering di jumpai pada usia yang lebih tua. Penanganan yang tepat dari kedua
penyakit diatas dapat mencegah timbulnya komplikasi yang berat pada anak –
anak. Pemberian imunisasi pasif maupun aktif pada anak-anak,dapat mencegah
dan mengurangi gejala penyakit yang timbul.
B. SARAN
Kita sebagai perawat sebaiknya memahami dan dapat mengaplikasikan
segala sesuatu yang terdapat dimakalah ini agar terciptanya perawat yang
professional dalam menerapkan asuhan keperawatan secara komprehensif.
29
DAFTAR PUSTAKA
30