Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

PADA ANAK DENGAN “VARICELLA (CACAR AIR)”

Dosen : Ns. Saka Adijaya Pendit, S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh :

1. Frasco Asvas Sabanari /2114202105


2. Siska Olvie Manurip /2114202134
3. Chriscia Lumi /2114202136
4. Jane Biringan /2114202148
5. I Komang Ardika /2114202151
6. Vonni Laode /2114202153

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA


FAKULTAS KEPERAWATAN
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul “ ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
PADA KLIEN DENGAN VARICELLA (CACAR AIR) “ dapat diselesaikan
tepat waktu. Penulisan Makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelai sarjana keperawatan pada program studi
keperawatan Universitas Pembangunan Indonesia di Manado.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak


makalah ini tidak akan terwujud, untuk itu dengan penuh kerendahan hati
perkenangkannlah penulis pada kesempatan ini menyampaikan ucapan
terimakasih kepada :

1. Ns. Julita Legi, S.Kep., M,Kep Selaku ketua prodi keperawatan


Universitas Pembangunan Indonesia
2. Ns. Saka Adijaya Pendit, S.Kep.,M.Kep selaku dosen pembimbing
yang telah membimbing kami
3. Suami / Istri, Orang Tua dan Keluarga Penulis yang telah memberikan
bantuan dukungan material dan moral
4. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2021 program studi keperawatan,
senasip seperjuangan yang telah memberikan motivasi dan semangat pada
penulis dalam menyelesaikan makalah ini .
5. Semua teman , sahabat dan saudara yang belum sempat tersebut diatas,
terimaksih karena kalian selalu ada di hati kami selamanya .
Akhir kata penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan
membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga
Makalah ini Memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu.

Manado, Juni 2022

Penulis

2
KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………………………………4
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………………5
C. Tujuan………………………………………………………………………………………………………………5
D. Metode Penulisan…………………………………………………………………………………………….5
E. Manfaat Penulisan……………………………………………………………………………………………5
F. Sistematika Penulisan…………………………………………………………………………………….…6

BAB II TINJAUAN TEORITIS


1. Konsep Dasar Medik…………………………………………………………………………………………8
A. Definisi Varicella………………………………………………………………………………………...8
B. Etiologi………………………………………………………………………………………………………..9
C. Manifestasi Klinik……………………………………………………………………………………..10
D.Patofisiologi……………………………………………………………………………………………….12
E. Pathway…………………………………………………………………………………………………….14
F. Pemeriksaan Diagnostik…………………………………………………………………………….17
G. Penatalaksanaan……………………………………………………………………………………….18
H. Pencegahan ………………………………………………………………………………………………19

BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian……………………………………………………………………………………………………21
B.Diagnosa Keperawatan…………………………………………………………………………………22
C. Intervensi dan Rasional………………………………………………………………………………..23

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………………………………………………29
B. Saran……………………………………………………………………………………………………………29

Daftar Pustaka …………………………………………………………………………………………………………….30

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Varicella terdapat diseluruh dunia dan tidak ada perberdaan ras
maupun jenis. Varicella terutama mengernai anak –anak yang berusia 20
tahun terutama pada usia 3-6 tahun dan hanya sekitar 2 % terjadi pada
orang deewasa. Di Amerika, vericella sering terjadi pada anak- anak di
bawah usia 10 tahun dan 5 % kasus terjadi pada anak-anak di bawah 6
tahun sebanyak 81,4 %.
Insiden terjadinya herpes zoster meningkat sesuai dengan
pertambahan umur dan biasanyua jarang mengernai anak – anak. Di
Amerika, herpes zoster jarang terjadi pada anam-anak, Dimana lebih dari
66 % mengenai usia lebih dari 50 tahun, kurang dari 10% mengenai usia
dibawah 20 tahun 5% mengenai usia kurang dari 15 tahun. Walaupun
herpes zoster merupakan penyakit yang sering di jumpai pada orang
dewasa, namun herpes zoster dapat juga terjadi pada bayi yang baru lahir
apabila ibunya menderita herpes menderita herpes zoster pada masa
kehamilan. Dari hasil penelitian, di temukan sekitar 3% herrpes zoster
pada anak, biasanya di temukan pada anak-anak yang imonokompromis
dan menderita penyakit keganasan.
Pada tahun 1767, Heberden dapat membedakan dengan jelas antara
chickenpox dan smallpox, yang di yakini kata “chickenpox” berasal dari
bahasa inggris yaitu “gican” yang maksudnya penyakit gatal ataupun
berasal dari kata prancis yaitu “chiche-pois, yang menggambarkan ukuran
dari vesikel. Pada tahun 1888, Von Bokay menemukan hubungan antara
vericella dan herpes zoster, ia menemukan bahwa varicella di curugai
berkembang dari anak-anak yang terpapar dengan seorang yang menderita
herpes zoster akut. Pada tahum 1943, Garland mengetauhui terjadinya
herpes zoster akibat reaksi virus yang laten. Pada tahun 1952, weller dan
stoddard melakukan penelitian secara invitro, mereka menemukan
varicella dan herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama.

4
B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat membuat


rumusan masalah yaitu konsep dasar asuhan keperawatan varicella pada
anak.

C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui secara umum konsep dasar teori dan konsep


asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit varicella pada anak.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui dan memahami definisi dari varicella.
b. Mampu mengetahui dan memahami etiologi dari varicella.
c. Mampu mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari
varicella.
d. Mampu mengetahui dan memahami patofisiologi dari varicella.
e. Mampu mengetahui dan memahami pathway varicella.
f. Mampu mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang dari
varicella.
g. Mampu mengetahui dan memahami penatalasanaan dari varicella.
h. Mampu mengetahui dan memahami komplikasi dari varicella.
i. Mampu mengetahui dan memahami asuhan keperawatan varicella.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode
deskriptif yaitu dengan penjabaran masalah-masalah menggunakan studi
kepustakaan maupun di internet.

E. Manfaat Penulisan
Makalah ini di buat sebagai bahan acuan terutama bagi para
pemerhati kesehatan :
1. Tenaga Medis

5
Dapat digunakan sebagai acuan untuk mendalami ilmu tentang
urtikaria agar tindakan dapat disesuaikan dengan prosedur
penatalaksanaan pada pasien dengan varicella.
2. Bagi para mahasiswa
Dapat digunakan sebagai materi untuk bahan belajar sehingga
dapat digunakan untuk lebih mendalami tentang ilmu medis khususnya
tentang materi varicella.
3. Bagi masyarakat
Dapat digunakan sebagai bahan pemerhati dan kewaspadaan,
rasa hati-hati dan lebih kooperatif jika masyarakat mengalami penyakit
varicella.

F. Sistematika Penulisan
1. Pembagian pembuka
a. Cover
b. Kata pengantar
c. Daftar isi
2. Bagian tubuh
a. Bab I
1) Latar belakang
2) Rumusan masalah
3) Tujuan penulisan
4) Metode penulisa
5) Sistematika penulisan
b. Bab II
1) Definisi urtikaria.
2) Klasifikasi urtikaria.
3) Etiologi urtikaria.
4) Manifestasi klinis urtikaria.
5) Patofisiologi urtikaria.
6) Komplikasi urtikaria.
7) Pemeriksaan penunjang urtikaria.
8) Penatalaksanaan urtikaria.

6
3. Bagian Penututp
a. Bab III
1) Kesimpulan
2) Saran
b. Daftar pustaka

7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

I. KONSEP DASAR MEDIK


A. Definisi Varicella

Varicella berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia


penyakit ini dikenal dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri
terkenal dengan nama Chickenpox. Varicella adalah Penyakit Infeksi
Menular yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster, ditandai oleh
erupsi yang khas pada kulit. Varicella atau cacar air merupakan
penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus Varicella
Zoster dengan gejala-gejala demam dan timbul bintik-bintik merah
yang kemudian mengandung cairan.
Varicella merupakan suatu inveksi yang di sebabkan oleh virus
varicella zoster yang menyerang kulit dan mukosa dengan kelainan
berbentuk vasikula yang tersebar. Inveksi ini terutama menyerang
anak-anak dan bersif mudah menular.
Varicella adalah suatu penyakit infeksi virus akut dan menular,
yang disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV) dan menyerang
kulit serta mukosa, ditandai oleh adanya vesikel-vesikel. (Rampengan,
2008).
Varicella (Cacar Air) adalah penyakit infeksi yang umum yang
biasanya terjadi pada anak-anak dan merupakan akibat dari infeksi
primer Virus Varicella Zoster.

8
B. Etiologi

Varicella disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV),


termasuk kelompok Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150-200
nm. Inti virus disebut Capsid, terdiri dari protein dan DNA dengan
rantai ganda, yaitu rantai pendek (S) dan rantai panjang (L) dan
membentuk suatu garis dengan berat molekul 100 juta yang disusun
dari 162 capsomir dan sangat infeksius.

Varicella Zoster Virus (VZV) dapat ditemukan dalan cairan


vesikel dan dalam darah penderita Varicella sehingga mudah dibiakkan
dalam media yang terdiri dari Fibroblast paru embrio manusia.

Varicella Zoster Virus (VZV) dapat menyebabkan Varicella


dan Herpes Zoster. Kontak pertama dengan penyakit ini akan
menyebabkan Varicella, sedangkan bila terjadi serangan kembali,
yang akan muncul adalah Herpes Zoster, sehingga Varicella sering
disebut sebagai infeksi primer virus ini.

9
C. Manifestasi Klinik
Gejala klinis yang dapat muncul apabila seseorang menderita
varicella adalah (Schchner L A, 1995):

1. Varicella pada anak yang lebih besar (pubertas) dan orang dewasa
biasanya didahului dengan gejala prodromal yang terjadi 1-2 hari
sebelum timbulnya lesi dikulit, yaitu:
a. Demam
b. Malaise
c. Nyeri kepala
d. Mual
e. Anoreksia
2. Varicella pada anak kecil (usia lebih muda) yang imunokompoten,
gejala prodromal jarang dijumpai hanya demam dan malaise ringan
dan timbul bersamaan dengan munculnya lesi dikulit.
3. Lesi diawali pada daerah wajah dan scalp, kemudian meluas ke
dada (penyebaran senrtipetal) dan meluas ke ekstremitas.
4. Lesi nya sangat gatal
5. Pada awalnya timbul macula kecil yang eritematosa kemudian
berubah dengan cepat 12-14 hari menjadi papul dan berkembang
menjadi vesikel yang didalmnya mengandung cairan jernih dengan
dasar yang eritematosa. Vesikel terletak di superficial dan
mempunyai dinding yang tipis sehingga cairan jernih didalmnya
terlihat seperti tetesan air diatas kulit (tear drop) berdiameter 2-3
mm, berbentuk elips. Cairan yang terdapat di dalam vesikel dapat
bercampur dengan sel radang, sehingga pada hari ke 2 akan
berubah menjadai pustule. Lesi kemudian akan mengering pada
bagian tengah sehingga terbentuk umbilikasi (delle) dan akhirnya
menjadi krusta dalam kurun waktu sekitar 2-12 hari. Kemudian
krusta akan lepas dalam kurun waktu 1-3 minggu.
6. Perjalanan penyakit ini dibagi menjadi 2 stadium, yaitu:
a. Stadium Prodromal: 24 jam sebelum kelainan kulit timbul,
terdapat gejala panas yang tidak terlalu tinggi, perasaan lemah
(malaise), sakit kepala, anoreksia, rasa berat pada punggung
dan kadang-kadang disertai batuk kering diikuti eritema pada
10
kulit dapat berbentuk scarlatinaform atau morbiliform. Panas
biasanya menghilang dalam 4 hari, bilamana panas tubuh
menetap perlu dicurigai adanya komplikasi atau gangguan
imunitas.
b. Stadium erupsi: dimulai saat eritema berkembang dengan cepat
(dalam beberapa jam) berubah menjadi macula kecil, kemudian
papula yang kemerahan lalu menjadi vesikel. Vesikel ini
biasannya kecil, berisi cairan jernih, tidak umbilicated dengan
dasar eritematous, mudah pecah serta mongering membentuk
krusta, bentuk ini sangat khas dan lebih dikenal sebagai
“tetesan embun”/”air mata”.

Pada penderita varicella yang disertai dengan difisiensi


imunitas (imun defisiensi) sering menimbulkan gambaran klinik
yang khas berupa perdarahan, bersifat progresif dan menyebar
menjadi infeksi sistemik. Demikian pula pada penderita yang
sedang mendapat imunosupresif. Hal ini disebabkan oleh
terjadinya limfopenia.

Pada ibu hamil yang menderita varicella dapat


menimbulkan beberapa masalah pada bayi yang akan dilahirkan
dan bergantung pada masa kehamilan ibu, antara lain:

1. Varisela neonatal
Varisela neonatal dapat merupakan penyakit serius, hal
ini bergantung pada saat ibu kena varisela dan persalinan.
a. Bila ibu hamil terinfeksi varisela 5 hari sebelum partus atau
2 hari setelah partus, berarti bayi tersebut terinfeksi saat
viremia kedua dari ibu, bayi terinfeksi transplasental, tetapi
tidak memperoleh kekebalan dari ibu karena belum
cukupnya waktu ibu untuk memproduksi antibody. Pada
keadaan ini, bayi yang dilahirkan akan mengalami varisela
berat dan menyebar. Perlu diberikan profilaksis atau
pengobatan dengan varicella-zoster immune globulin
(VZIG) dan asiklovir. Bila tidak diobati dengan adekuat,

11
angka kematian sebesar 30%. Penyebab kematian utama
akibat pneumonia berat dan hepatitis fulminan.
b. Bila ibu terinfeksi varisela lebih dari 5 hari antepartum,
sehingga ibu mempunyai waktu yang cukup untuk
memproduksi antibody dan dapat diteruskan kepada bayi.
Bayi cukup bulan akan menderita varisela ringan karena
pelemahan oleh antibody transplasental dari ibu.
Pengobatan dengan VZIG tidak perlu, tetapi asiklovir dapat
dipertimbangkan pemakaiannya, bergantung pada keadaan
bayi.
2. Sindrom varisela congenital
Varisela congenital dijumpai pada bayi dengan ibu yang
menderita varisela pada umur kehamilan trimester I atau II
dengan insidens 2%.
Manisfestasi klinik dapat berupa retardasi pertumbuhan
intrauterine, mikrosefali, atrofi kortikalis, hipoplasia
ekstremitas, mikroftalmin, katarak, korioretinitis dan scarring
pada kulit. Beratnya gejala pada bayi tidak berhubungan
dengan beratnya penyakit pada ibu. Ibu hamil dengan zoster
tidak berhubungan dengan kelainan pada bayi.
3. Zoster infantile
Penyakit ini sering muncul dalam umur bayi satu tahun
pertama, hal ini disebabkan karena infeksi varisela maternal
setelah nasa gestasi ke-20. Penyakit ini sering menyerangg
pada saraf dermatom thoracis.
D. Patofisiologi
Virus Varicella Zoster juga menginfeksi sel satelit di sekitar
Neuron pada ganglion akar dorsal Sumsum Tulang Belakang. Dari sini
virus bisa kembali menimbulkan gejala dalam bentuk Herpes Zoster.
Sekitar 250 – 500 benjolan akan timbul menyebar diseluruh bagian
tubuh, tidak terkecuali pada muka, kulit kepala, mulut bagian dalam,
mata , termasuk bagian tubuh yang paling intim. Namun dalam waktu
kurang dari seminggu , lesi teresebut akan mengering dan bersamaan
dengan itu terasa gatal. Dalam waktu 1 – 3 minggu bekas pada kulit

12
yang mengering akan terlepas. Virus Varicella Zoster penyebab
penyakit cacar air ini berpindah dari satu orang ke orang lain melalui
percikan ludah yang berasal dari batuk atau bersin penderita dan
diterbangkan melalui udara atau kontak langsung dengan kulit yang
terinfeksi.

Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui paru-paru dan


tersebar kebagian tubuh melalui kelenjar getah bening. Setelah
melewati periode 14 hari virus ini akan menyebar dengan pesatnya ke
jaringan kulit. Memang sebaiknya penyakit ini dialami pada masa
kanak-kanak dan pada kalau sudah dewasa. Sebab seringkali orang tua
membiarkan anak-anaknya terkena cacar air lebih dini.

Varicella pada umumnya menyerang anak-anak ; dinegara-


negara bermusin empat, 90% kasus varisela terjadi sebelum usia 15
tahun. Pada anak-anak , pada umumnya penyakit ini tidak begitu berat.

Namun di negara-negara tropis, seperti di Indonesia, lebih


banyak remaja dan orang dewasa yang terserang Varisela. Lima puluh
persen kasus varisela terjadi diatas usia 15 tahun. Dengan demikian
semakin bertambahnya usia pada remaja dan dewasa, gejala varisela
semakin bertambah berat.

13
E. Pathway

Imunitas tubuh Riwayat kontak dg px


varicella

Virus varicella zooster

Invasi virus melalui saluran pernapasan / kontak langsung

Mukosa napas Orofaring

Virus bereplikasi

Virus menyebar melalui

Pembuluh darah Limfe (viremia primer)

Virus bereplikasi ke organ-organ


Pasien tidak mengetahui
penyakitnya
Virus mencapai kulit
Kurang sumber informasi

Varicella
MK : Defisiensi
pengetahuan
Reaksi inflamasi

Pelepasan Kerusakan saraf Replikasi di sel


mediator kimia perifer epidermal
(prostaglandin)

Replikasi di sel
Pelepasan Kerusakan
epidermal
mediator kimia saraf perifer
14
(prostaglandin)
Vakuolisasi sel
MK : Nyeri
Gangguan di dan lisis
akut
hypothalamus
Terjadi makula
Suhu tubuh

Timbul papula
MK :
Vesikula
Hipertermi
Pasien malu
dengan
kondisinya Cairan vesikula mengeruh
menjadi pustula

MK :
Pustula pecah
Gangguan citra
tubuh

Pustula mengering
menjadi krusta

Respon Timbul gatal saat proses


menggaruk penyembuhan

Lesi pada kulit Pasien mengeluh gatal

MK : Kualitas dan kuantitas


Kerusakan tidur
integritas kulit

MK : Gangguan pola
tidur

15
F. Komplikasi
Pada anak imunokompeten, biasanya dijumpai varicella yang
ringan sehingga jarang dijumpai komplikasi.
Komplikasi yang dapat dijumpai pada varicella yaitu :
1. Infeksi sekunder pada kulit yang di sebabkan oleh bakteri
a. Sering dijumpai infeksi pada kulit dan timbul pada anak-anak
yang berkisar antara 5-10%. Lesi pada kulit tersebut menjadi
tempat masuk organisme yang virulen dan apabila infeksi
meluas dapat menimbulkan impetigo, furunkel, cellulitis, dan
erysepelas.
b. Organisme infeksius yang sering menjadi penyebab adalah
streptocococcus grup A dan staphylococcus aureus.
2. Scar
Timbul scar yang berhubungan dengan infeksi
staphylococcus atau streptococcus yang berasal dari garukan.
3. Pneumonia
Dapat timbul pada anak-anak yang lebih tua dan pada orang
dewasa, yang dapat menimbulkan keadaan fatal. Pada orang
dewasa insiden varicella pneumonia sekitar 1:400 kasus.
4. Neurologik
a. Acute postinfeksius cerebellar ataxia
1) Ataxia sering muncul tiba-tiba, selalu terjadi 2-3 minggu
setelah timbulnya varicella. Keadaan ini dapat menetap
selama 2 bulan.
2) Manifestasinya berupa tidak dapat mempertahankan posisi
berdiri hingga tidak mampu untuk berdiri dan tidak adanya
koordinasi dan dysarthria.
3) Insiden berkisar 1:4000 kasus varicella
b. Encephalitis
1) Gejala ini sering timbul selama terjadinya akut varicella
yaitu beberapa hari setelah timbulnya ruam, Lethargy,
drawsiness dan confusion adalah gejala yang sering
dijumpai.

16
2) Beberapa anak mengalami seizure dan perkembangan
encephalitis yang cepat dapat menimbulkan koma yang
dalam.
3) Merupakan komplikasi yang serius dimana angka kematian
berkisar 5-20%
4) Insiden berkisar 1,7/100.000 penderita.
5. Herpes zoster
a. Komplikasi yang lambat dari varicella yaitu timbulnya herpes
zoster, timbul beberapa bulan hingga tahun setelah terjadinya
infeksi primer.
b. Varicella zoster virus menetap pada ganglion sensoris
6. Reye syndrome
a. Ditandai dengan fatty liver dengan encephalophaty
b. Keadaan ini berhubungan dengan penggunaan aspirin, tetapi
setelah di gunakan acetaminophen (antipiretik) secara luas,
kasus reye syndrom mulai jarang di temukan.

G. Pemeriksaan diagnostic

Untuk pe]meriksaan varicella dapat dilakukan beberapa test yaitu :

1. Tzanck smear
a. Preparat diambil dari discping dasar vesikel yang masih baru,
kemudian diwarnai dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-
eosin, Giemsa’s, Wright’s, toluidine blue ataupun
papanicolaou’s. dengan mengunaklan mikroskop cahaya akan
di jumpai multinucleated giant cells.
b. Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%.
c. Test ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster
dengan herpes simpleks virus.
2. Direct fluorescent assay ( DFA )
a. Preparat dari scraining dasar vesicell tetapi apa bila sudah
berbentuk krusta pemeriksaan dengan DFA kurang sensitif
b. Hasil pemeriksaan cepat
c. Membutuhkan mikroskop fluorescence .
d. Test ini dapat menemukan antigen virus varicella zoster.
17
e. Pemeriksaan ini dapat menemukan antigen virus varicella
zoster simpleks virus.
3. Polymerase chain reaction ( PCR )
a. Pemeriksaan dengan metode ini sangat sensitive.
b. Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat
seperti scraping dasar vesikel dan apa bila sudah berbentuk
krusta dapat juga di gunakan sebagai preparat, dan CSF.
c. Sensitifitasnya berkisar 97-100%
d. Test ini dapat menemukan nucleic acid dari virus varicella
zoster
4. Biopsi kulit
Hasil pemeriksaan histopalogis : tampak vesikel
intraepidermal dengan degenerasi sel epidermal dan acantholysis.
Pada bagian atas dijumpai adanya lymphpocytic infiltrate
H. Penatalaksanaan

Varicella pada anak imunokompeten, biasanya tidak di


perlukan pengobatan yang spesifik dan pengobatan yang di berikan
bersifat simtomatis yaitu :

1. Lesi masih berbentuk vesikel, dapat diberikan bedak agar tidak


mudah pecah.
2. Vesikel yang sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat di
berikan salep antibiotik Untuk mencegah terjadinya infeksi
sekunder.
3. Dapat di berikan antipiretik dan analgetik, tetapi tidak boleh
golongan salisilat ( aspirin ) untuk menghindari terjadinya
sindroma Reye.
4. Kuku jari tangan harus di potong untuk mencegah terjadinya
infeksi sekunder akibat garukan.
Obat antivirus :
1. Pemberin antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan dan
waktu penyembuhan akan lebih singkat.
2. Pemberian antivirus sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari 48-
72 jam setelah erupsi dikulit muncul.

18
3. Golongan anti virus yang dapat di berikan yaitu asiklovir dan
famasiklovir.
4. Dosis anti virus ( oral ) untuk pengobatan varicella dan herpes zoster
:
Neonatus : Asiklovir 500 mg / m2 IV setiap 8 jam selama 10 hari.
Anak ( 2-12 tahun) : Asiklovir 4 x 20 mg / kg BB/ hari/oral.

I. Pencegahan

Pada anak imunokompeten yang telah menderita varicella tidak


diperlukan tindakan pencegahan, tetapi tindsakan pencegahan di tujukan pada
kelompok yang berisiko tinggi untuk menderita varicella yang fatal seperti
neonatus, pubertas, atau orang dewasa, dengan tujuan mencegah ataupun
mengurangi gejala varicella.

Tindakan pencegahan yang dapat di berikan :

1. Imunisasi pasif
a. Menggunakan PZIG ( Varicella zoster immunoglobulin )
b. Pemberiannya dalam waktu 3 hari ( < 96 jam )setelah terpajan VZV,
pada anak-anak imunokompeten terbukti mencegah varicella sedangkan
pada anak imunokompromais pemberian VZIG dapat meringankan gejala
varicella.
c. VZIG dapat diberikan pada yaitu :
1) Anak-anak yang berusia < 15 tahun yang belum pernah menderita
varicella atau herpes zoster.
2) Usia pubertas > 15 tahun yang belum pernah menderita varicella atau
herpes zoster dan tidak mempunyai antibodi terhadap VZV.
3) Bayi yang baru lahir, dimana ibunya menderita varicella dalam kurun
waktu 5 hari sebelum / 48 jam setelah melahirkan.
4) Bayi prematur dan bayi usia < 14 hari yang ibunya belum pernah
menderita varicella atau herpes zoster.
5) Anak-anak yang menderta leukimia atau lymphoma yang belum perah
menderita varicella
d. Dosis : 125 u/10 kg BB
Dosis minimum : 125 U dan dosis maximal : 625 U.

19
e. Pemberian secara IM tidak di berikan IV
f. Perlindungan yang di dapat bersifat sementara
2. Imunisasi aktif
a. Vaksinasinya menggunakan vaksin varicella virus (Oka strain) dan
kekebalan yang di dapat dapat bertahan hingga 10 tahun.
b. Digunakan di Amerika sejak tahun 1995
c. Daya proteksi melawan varicella berkisar antara 71-100%
d. Vaksin efektif jika diberikan pada umur > 1 tahun dan di
rekomendasikan di berikan pada usia 12-18 bulan.
e. Anak yang berusia < 13 tahun yang tidak menderita varicella di
rekomendasikan di berikan dosis tunggal dan anak lebih tua di berikan
dalam 2 dosis dengan jarak 4-8 minggu.
f. Pemberian secara subkutan
g. Efek samping : kadang-kadang dapat timbul demam ataupun reaksi lokal
seperti ruam makulopapular atau vesikel, terjadi pada 3-5 % anak-anak
dan timbul 10-21 hari setelah pemberian pada lokasi penyuntikan.
h. Vaksin varicella : varivax
i. Tidak boleh di berikan pada wanita hamil oleh karena dapat
mneyebabkan terjadinya kongenital varicella.

20
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien

Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,


pekerjaan, diagnosa medis, no register dan tanggal MRS. Infeksi
ini terutama terserang anak-anak dan bersifat mudah menular

2. Keluhan Utama

Klien datang ke pusat kesehatan dengan keluhan badanya


terasa demam seperti akan flu dan terdapat ruam yang berisi air d
sekitar tubuhnya.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit kulit
sebelumnya.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Saat ini klien merasa badanya terasa panas seperti akan flu
dan terdapat ruam merah pada bagian tubuhnya dan tersa nyeri
apabila di pegang. Sebelumnya klien belum pernah periksa
kesehatan ke pusat kesehatan. Klien mengonsumsi obat dari warung
berupa obat flu karena klien menyangka dirinya akan terkena flu.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Sebelumnya tetengga dari klien pernah mengalami penyakit
cacar air dan klien sering berkunjung ke tetangganya saat cacarnya
sudah mulai kering. Tidak ada anggota keluarganya yang mnegalami
keluhan sama seperti dia.
6. Pengkajian fokus
a. Aktivitas / Istirahat
Tanda : penurunan kekuatan tahanan
b. Integritas ego
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, kekuatan,
kecacatan.
Tanda : ansietas, menangis, menyangkal, menarik diri, marah.

21
c. Makan/cairan
Tanda : anorexia, mual/muntah
d. Neuro sensori
Gejala : kesemutan area bebas
Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku kejang (syok listrik),
laserasi corneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman
penglihat
e. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara,
peruban suhu.
f. Keamanan
Tanda : umum destruksi jaringan dalam mungkin terbukti
selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trambus
mikrovaskuler pada kulit.
g. Data subjektif
Pasien merasa lemas, tidak enak badan, tidak nafsu makan dan
sakit kepala.
h. Data Objektif :
1) Integumen : kulit hangat, pucat dan adanya bintik-bintik
kemerahan pada kulit yang berisi cairan jernih.
2) Metabolik : peningkatan suhu tubuh.
3) Psikologis : menarik diri.
4) GI : anoreksia.
5) Penyuluhan / pembelajaran : tentang perawatan luka
varicela.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi pada kulit
3. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan saraf perifer
4. Gangguan citra tubuh berhubungan denagn timbulnya papula
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan timbul gatal pada saat
penyembuhan
6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber
informasi

22
C. Intervensi dan Rasional
1. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama
1x24 jam suhu tubuh menurun
Kriteria hasil : suhu tubuh normal 36,5-37,5 0C
Intervensi Rasional

a. Monitor suhu tubuh pasien a. Peningkatan suhu tubuh yang


berkelanjutan pada pasien
varicella akan memberikan
komplikasi pada kondisi penyakit
yang lebih parah (seperti
ensefalitis pascavaricella dan
pneumonia paskavaricella) efek
sekunder dari peningkatan tingkat
metabolisme umum dan dehidrasi
akibat dari hipertermia.

b. Beri kompres dingin di kepala b. Memberikan respons dingin pada


dan aksila pembuluh darah besar

c. Pertahankan tirah baring total c. Mengurangi peningkatan proses


selam fase akut metabolisme umum

d. Pertahankan asupan cairan d. Selain sebagai pemenuhan hidrasi


minimal 2500 ml sehari. tubuh, juga akan meningkatkan
pengeluaran panas tubuh melalui
sistem perkemihan, maka panas
tubuh juga dapat keluar melalui
urin.

e. Kolaborasi pemberian analgetik - e. Analgetik di perlukan untuk


antipiretik . penurunan proses nyeri.
Antipiretik di perlukan untuk
menurunkan panas tubuh dan
memberikan perasaan nyaman

23
pada pasien.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi pada kulit


Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama
3x24 jam integritas kulit membaik
Kriteria hasil : tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Intervensi Rasional
a. Kaji kerusakan yang terjadi a. Menjadi data dasar untuk
pada kulit klien memberikan informasi intervensi
perawatan luka
b. Pertahankan jaringan nekrotik b. Mengetahui keadaan integritas
dan kondisi sekitar luka. kulit.
c. Berikan perawatan kulit c. Menghindari gangguan integritas
kulit
d. Kolaborasi dengan dokter untuk d. Mencegah aktivitasi kuman yang
pemberian antibiotik bisa masuk

3. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan saraf perifer


Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama
1x24 jam nyeri berkurang /hilang atau teradaptasi.
Kriteria Hasil :
a. Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat
diadaptasi.skala nyeri 0-1 ( 0-4 ).
b. Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau
menurunkan nyeri.
c. Pasien tidak gelisah.
Intervensi Rasional

Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST Menjadi parameter dasar untuk


mengetahui sejauh mana intervensi
yang diperlukan dan sebagai
evaluasi keberhahilan dari
intervensi manajemen nyeri
keperawatan.
24
Jelaskan dan bantu pasien dengan Pendekatan dengan menggunakan
tindakan pereda nyeri nonfarmakologi relaksasi dan nonfarmakologi
dan non-invasif. lainnya telah menunjukkan
keefektifan dalam mengurangi
nyeri.
Lakukan manajemen nyeri Posisi fisiologis akan meningkatkan
keperawatan asuhan 02 ke jaringan yang
− Atur posisi fisiologis. mengalami iskemia.
− Istirahat klien Istirahat akan menurunkan
kebutuhan 02 jaringan perifer dan
akan meningkatkan suplai darah
pada pada jaringan yang mengalami
peradangan.
Manajemen lingkungan : lingkungan Lingkungan tenang akan
tenang dan batasi pengunjung. menurunkan stimulus nyeri
eksternal dan pembatasan
penunjang akan membantu
meningkatkan kondisi 02ruangan
yang akan berkurang apabila
banyak pengunjung yang ada
diruangan.
Ajarkan teknik relaksasi relaksasi Meningkatkan asupan 02sehingga
pernapasan dalam. akan menurunkan nyeri sekunder
dari iskemia jaringan.
Ajarkan teknik distraksi pada saat Distraksi ( pengalihan perhatian )
nyeri. dapat menurunkan stimulus internal
dengan mekanisme peningkatan
produksi endorfin dan endorfin dan
enkefalin yang dapat memblok
reseptor nyeri untuk tidak
dikirimkan ke korteks serebri
sehingga menurunkan persepsi
nyeri.
Lakukan manajemen sentuhan 895 Menajemen sentuhan pada saat

25
nyeri berupa sentuhan dukungan
psikologis dapat membantu
menurunkan nyeri. Masase ringan
dapat meningkatkan aliran darah
dan dengan otomatis membantu
suplai darah dan oksigen ke area
nyeri dan menurunkan sensasi
nyeri.
Tingkatkan pengetahuan tentang Pengetahuan yang akan dirasakan
sebab-sebab nyeri dan membantu mengurangi nyerinya
menghubungkan berupa lama nyeri dan dapat membantu
akan berlangsung. mengembangkan kepatuhan pasien
pasien terhadap rencana terapeutik.
Kolaborasi dengan dokter : Analgetik memblok lintasan nyeri
− Pemberian analgetik. sehingga nyeri akan berkurang.

4. Gangguan citra tubuh berhubungan denagn timbulnya papula


Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama
1x24 Jam citra diri pasien meningkat
Kriteria Hasil :
a. Mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang
terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi.
b. Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi.
Intervensi Rasional

Kaji perubahan dari gangguan Menentukan bantuan individual


persepsi dan sehubungan dengan dalam menyusun rencana
derajat ketidak manpuan perawatan atau atau pemilihan
intervensi

Identifikasi arti dari kehilanan Beberapa pasien dapat menerima


atau disfungsi pada pasien secara efektif kondisi perubahan
fungsi yang di alamainya,
sedangkan yang lain mempunyai
kesulitan dlam menerima

26
perubahan fungsi yang di alamai
sehingga memberikan dampak
pada kondisi koping mal adaftif.

Anjurkan orang terdekat untuk Menghidupkan kembali perasaan


mengizinkan pasien melakukan kemandirian dan membantu
hal-hal sebanyak-banyaknya perkembanan harga diri,serta
untuk dirinya mempengaruhi proses rehabilitasi.

Dukung perilaku atau usaha Pasien dapat beradaptasi terhadap


seperti peningkatan minat atau perubahan dan pengertian tentang
partisipasi dalam aktivitas peran indvidu masa mendatang.
rehabilitasi

Monitor ganguan tidur Dapat mengindikasikan terjadinya


peningkatan kesulitan depresi yang umumnya terjadi
konsentrasi, letargi, dan dimana keadaan ini memerlukan
withdrawl intervensi dan evaluasi lebih lanjut.

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan timbul gatal pada saat


penyembuhan
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama
1x24 jam kebutuhan tidur pasien terpenuhi
Kriteria hasil : pasien dapt tidur 7-8 jam per hari.
Intervensi Rasional

Observasi TTV Untuk mengetahui keadaan umum


pasien

Ciptakan lingkungan yang nyaman Lingkungan yang nyaman dan tenang


dapat membuat pasien untuk cepat
tidur

Berikan HE tentang pentingnya tidur Agar pasien mengerti tentang

27
pentingnya tidur

Hindari tidur saat siang atau malam Agar pada malam hari pasien bisa
hari tidur dengan nyenyak.

6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber


informasi
Tujuan: dalam waktu 1 X 24 jam pasien mampu
melaksananakan apa yang telah di informasikan
Kriteria evaluasi:
Pasien terlihat mengalami penurunan potensi menularkan
penyakit yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak pasien

Intervensi Rasional

Kaji tingkat pengetahuan pasien Untuk mengetahui sebera paham


tentang penyakitnya pasien terhadap penyakitnya,

Berikan health education kepada Agar pasien mengetahui tenyang


pasien terhadap penyakit yang di penyakit yang di deritanya.
deritanya

Identifikasi orang lain yang Orang yang terpajan ini perlu


beresiko, contoh anggotan rumah, program terapi obat untuk
sahabat mencegah penyebaran infeksi.

Kaji tindakan. Kontrol infeksi Dapat membantu menurunkan rasa


sementara, contoh kebersihan dari terisolasi pasien dengan
dan kontrak langsung kulit. membuang stigma sosial
sehubungan dengan penyakit
menular.

28
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Varicella berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia penyakit ini
dikenal dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama
Chickenpox. Varicella adalah Penyakit Infeksi Menular yang disebabkan oleh
virus Varicella Zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit. Varicella atau
cacar air merupakan penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus
Varicella Zoster dengan gejala-gejala demam dan timbul bintik-bintik merah
yang kemudian mengandung cairan.
Varicella sering dijumpai pada anak – anak sedangkan herpes zoster lebih
sering di jumpai pada usia yang lebih tua. Penanganan yang tepat dari kedua
penyakit diatas dapat mencegah timbulnya komplikasi yang berat pada anak –
anak. Pemberian imunisasi pasif maupun aktif pada anak-anak,dapat mencegah
dan mengurangi gejala penyakit yang timbul.
B. SARAN
Kita sebagai perawat sebaiknya memahami dan dapat mengaplikasikan
segala sesuatu yang terdapat dimakalah ini agar terciptanya perawat yang
professional dalam menerapkan asuhan keperawatan secara komprehensif.

29
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Medi Action.
Wilkiams, Lippincott. 2012. Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi
Keperawatan. Jakarta : EGC.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3425/1/08E00895.pdf
http://www.immunize.org/vis/in_var.pdf
https://www.scribd.com/doc/182536412/VARICELLA-patofisiologi
https://www.scribd.com/doc/308836158/Askep-Varicella-Kelompok-1-Fix-
Banget

30

Anda mungkin juga menyukai