ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN ANEMIA APLASTIK
DI RUANG PENYAKIT DALAM WANITA
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 13-15 Juli 2015 dan 23-26 Juli 2015
Oleh:
SELVIA HARUM SARI, S.Kep
NIM. I4B111007
LEMBAR PENGESAHAN
NAMA
NIM
JUDUL LP
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
Pembimbing Lahan
DEFINISI
Anemia
aplastik
adalah
gangguan
hematopoesis
yang
ditandai oleh penurunan produksi
eritroid, mieloid dan megakariosit
dalam sumsum tulang dengan akibat
adanya pansitopenia pada darah tepi,
serta tidak dijumpai adanya sistem
keganasan hematopoietik ataupun
kanker metastatik yang menekan
sumsum tulang.
ETIOLOGI
Primer
1. Kongenital (jenis Fanconi dan
non-Fanconi)
2. Idiopatik
Sekunder
1. Radiasi: pemajanan tidak sengaja
(radioterapi, isotop radioaktif,
stasiun
pembangkit
tenaga
nuklir).
2. Zat kimia: Benzena dan pelarut
organik
lain,
TNT
(trinitrotoluene),
insektisida,
pewarna rambut, klordan, DDT
(dikloro-difenil-trikloro-etana)
3. Obat: Obat yang biasanya
menyebabkan depresi sumsum
tulang
4. Infeksi: hepatitis virus (A atau
ANEMIA APLASTIK
KLASIFIKASI
a. Klasifikasi menurut kausa
1. Idiopatik: bila kausanya tidak
diketahui, ditemukan pada
kira-kira 50% kasus.
2. Sekunder: bila kausanya
diketahui.
3. Konstitusional:
adanya
kelainan DNA yang dapat
diturunkan, misalnya anemia
Fanconi.
b. Klasifikasi menurut tingkat
keparahan atau prognosis
1. Anemia aplastik berat
2. Anemia aplastik sangat berat
3. Anemia aplastik bukan berat
PENATALAKSANAAN
ASUHAN
KEPERAWATAN
MANIFESTASI KLINIS
1. Perdarahan
2. Badan lemah
3. Pusing
4. Jantung berdebar
5. Demam
6. Nafsu makan berkurang
7. Pucat
8. Sesak nafas
9. Penglihatan kabur
10. Telinga berdengung
11. Hepatomegali
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium:
pemeriksaan
darah,
pemeriksaan
sumsum
tulang, laju endap darah,
faal
hemostasis,
pemeriksaan virologi, tes
Ham atau tes Hemolisis
Sukrosa.
PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Menghentikan semua obat-obat
atau penggunaan agen kimia yang
diduga menjadi penyebab anemia
aplastik.
b. Anemia: transfusi PRC bila
terdapat anemia berat sesuai yang
dibutuhkan.
c. Pendarahan
hebat
akibat
trombositopenia:
transfusi
trombosit sesuai yang dibutuhkan.
d. Tindakan pencegahan terhadap
infeksi bila terdapat neutropenia
berat.
e. Infeksi: kultur mikroorganisme,
antibiotik spektrum luas bila
organisme spesifik tidak dapat
diidentifikasi, G-CSF pada kasus
yang menakutkan; bila berat badan
kurang dan infeksi ada (misalnya
oleh bakteri gram negatif dan
jamur) pertimbangkan transfusi
granulosit dari donor yang belum
mendapat terapi G-CSF.
f. Assessment untuk transplantasi
stem sel allogenik: pemeriksaan
histocompatibilitas pasien, orang
tua dan saudara kandung pasien.
Web of Caution
Primer
Kongenital (jenis Fanconi dan non-Fanconi)
Idiopatik
Sekunder
Radiasi: pemajanan tidak sengaja (radioterapi, isotop radioaktif, stasiun pembangkit tenaga nuklir).
Zat kimia: Benzena dan pelarut organik lain, TNT (trinitrotoluene), insektisida, pewarna rambut, klordan, DDT (dikloro
Obat: Obat yang biasanya menyebabkan depresi sumsum tulang
Infeksi: hepatitis virus (A atau non-A non-B)
Gangguan hematopoietik
Leukopenia
Anemia
Trombositopenia
Intoleransi
aktivitas
Kompensasi jantung
perdarahan
1.
2.
3.
4.
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pola nafas
Intoleransi aktivitas
Risiko perdarahan
Risiko infeksi
Risiko perdarahan
NOC:
Respiratory Status: Ventilation
Kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x60 menit pasien akan:
1. Melaporkan kenyamanan dalam
bernafas (pasien tidak merasa sesak)
2. Mendemonstrasikan
kemampuan
untuk
melakukan
pursed-lip
breathing
3. Tanda-tanda vital dalam rentang
normal
NOC:
Circulation Status
Kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x60 menit pasien akan:
1. Menunjukkan tanda-tanda vital stabil
dengan kehilangan darah yang
minimal
Intervensi
Airway Management
1. Monitor status respirasi (kecepatan,
kedalaman, dan kemudahan pasien
dalam bernafas).
2. Kaji faktor yang menyebabkan
dispnea apakah fisiologis atau
psikologis.
3. Baringkan pasien dalam posisi yang
nyaman, dalam posisi duduk dengan
meninggikan kepala 60-90o.
4. Catat adanya penggunaan otot-otot
bantu nafas.
5. Auskultasi
suara
nafas,
catat
penurunan dan hilangnya suara nafas.
6. Ajarkan dan dukung pasien untuk
menggunakan teknik pursed-lip
breathing.
Intervensi
Hemorrhage Control
1. Kaji riwayat penyakit pasien untuk
menentukan
risiko
mengalami
peningkatan perdarahan.
2. Monitor tanda-tanda perdarahan pada
urin, feses, sputum, atau muntah. Kaji
terhadap adanya petekie, purpura,
atau ekimosis.
3. Monitor
hasil
pemeriksaan
laboratorium yang mengindikasikan
perdarahan meliputi hemoglobin,
hematokrit, dan PT (prothrombin
time).
4. Periksa tanda-tanda vital.
5. Monitor obat-obatan yang dapat
menyebabkan
peningkatan
perdarahan misalnya aspirin.
6. Berikan vitamin K secara oral atau
intravena jika diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Blackwell W. 2014. Nursing diagnoses: Definitions and classification
2015-2017.
2. Ackley BJ & Ladwig GB. 2011. Nursing diagnosis handbook ninth
edition: an evidence-based guide to planning care. Mosby Elsevier.
3. Hoffbrand, AV. 2005. Kapita selekta hematologi edisi 4. Jakarta: EGC.
4. Widjanarko A, et al. 2009. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II edisi
V. Jakarta: Interna Publishing.