Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

T DENGAN GANGGUAN
SISTEM HEMATOLOGI AKIBAT ANEMIA
DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan

Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah Semester 1

Dosen Pengajar: Ns. Siti Aminah., M.Kep

Oleh :

KELOMPOK 1

Endang Hartati C.0105.19.0


Neng Dian Cahya Purnama C.0105.19.065
Risma Asryanti C.0105.19.0

Intan Monita Herdiani C.0105.19.0


Suheti Sri Murwati C.0105.19.0
Beti Mardiawati C.0105.19.0

YAYASAN PAMBUDHI LUHUR

STIKES BUDI LUHUR CIMAHI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

2020
1

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami sampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata saya berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Cimahi, Februari 2020

Kelompok 1
2

DAFTAR ISI
3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat,
baik anak-anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua.
Penyebabnya sangat beragam, dari yang karena perdarahan, kekurangan
zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai kelainan hemolitik. Anemia dapat
diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan
laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan secara
laboratorik didapatkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari
harga normal. Anemia bukan suatu penyakit tertentu, tetapi cerminan
perubahan patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis
yang seksama, pemeriksaan fisik, dan konfirmasi laboratorium (Baldy, 2006).
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di
klinik di seluruh dunia, dimana insidennya 30% pada setiap individu di
seluruh dunia. masyarakat indonesia masih belum sepenuhnya menyadari
pentingnya zat gizi, karena itu prevalensi anemia di di Indonesia sekarang ini
masih cukup tinggi, terutama anemia defisiensi nutrisi seperti besi, asam
folat, atau vitamin B12..
Bahaya anemia yang sangat parah bisa mengakibatkan kerusakan
jantung, otak, dan organ tubuh lain bahkan dapat menyebabkan kematian.
Sel darah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka
mengangkut oksigen dari paru – paru, dan mengantarkannya ke seluruh
bagian tubuh. Maka dari itu dalam makalah ini kami akan menjelaskan dan
menjabarkan tentang konsep teori penyakit anemia dan asuhan
keperawatan pada pasien anemia.
4

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Tn. T
secara umum.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran pelaksaanaan pengkajian pada Tn. T di
Poliklinik Penyakit Dalam.
b. Mengetahui gambaran pelaksaanaan diagnosa pada Tn. T di
Poliklinik Penyakit Dalam.
c. Mengetahui gambaran pelaksaanaan intervensi pada Tn. T di
Poliklinik Penyakit Dalam.
d. Mengetahui gambaran pelaksaanaan implementasi pada Tn. T di
Poliklinik Penyakit Dalam.
e. Mengetahui gambaran pelaksaanaan evaluasi pada Tn. T di
Poliklinik Penyakit Dalam.

C. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :


1. Bagi Mahasiswa
Dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk mengetahui konsep
dan aplikasi asuhan keperawatan pada pasien Anemia.
2. Bagi Institusi Kesehatan
Dapat digunakan sebagai acuan dan sebagai sumber informasi
tambahan di institusi dalam mengembangkan pendidikan terkait
asuhan keperawatan pada pasien Anemia.
3. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Dapat digunakan sebagai bahan untuk menambah ilmu pengetahuan
dalam keperawatan dan dapat mengatahui cara mengatasi Anemia.
4. Bagi Pelayanan Kesehatan
Dapat digunakan sebagai acuan dan sebagai sumber informasi
tambahan di pelayanan kesehatan dalam mengembangkan asuhan
keperawatan pada pasien Anemia.
5

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Anemia


1. Definisi Anemia
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau
kadar hemoglobin sampai dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang
sehat (Behrman E Richard, IKA Nelson;1680). Anemia adalah
berkurangnya hingga dibawah nilai normal jumlah SDM, kualitas
hemoglobin, dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml
darah. (Sylvia A.Price. 2006).
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel
darah merah dan kadar hematokrit dibawah normal. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu
penyakit (gangguan) fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila
terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke
jaringan. Anemia bukan merupakan satu kesatuan, tetapi merupakan
akibat dari berbagai proses patologik yang mendasari (Smeltzer C
Suzane, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth;
935)

Rentang hemoglobin normal


Kategori Rentang Angka normal (gr/dl)
Pria 14 gr/dl – 18 gr/dl
Wanita 12 gr/dl – 16 gr/dl
Anak – anak 12 gr/dl – 24 gr/dl
Bayi baru lahir 10 gr/dl – 16 gr/dl

Kriteria anemia menurut WHO adalah :

1. Laki-laki dewasa : Hb < 13 g/dl


2. Wanita dewasa tidak hamil : Hb < 12 g/dl
3. Wanita hamil : Hb < 11 g/dl
4. Anak umur 6-14 tahun : Hb < 12 g/dl
6

5. Anak umur 6bulan – 6 tahun : Hb < 11 g/dl

2. Klasifikasi Anemia
Berdasarkan faktor morfologik SDM dan indeksnya
a. Anemia mikrositik
Anemia hipokromik mikrositik, mikrositik: sel kecil,
hipokromik: pewarnaan yang berkurang, karena darah berasal dari
Hemoglobin, sel- sel ini mengandung hemoglobin dalam jumlah
yang kurang dari jumlah normal. Keadaan ini umumnya
mencerminkan isufisiensi sintetis heme/ kekurangan zat besi,
seperti anemia pada defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan
kehilangan darah kronis, dan gangguan sintesis globin.
1) Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi merupakan gangguan transportasi
oksigen yang dikarenakan defisiensi sintesis hemoglobin. Penyakit
ini sering terjadi dan tersebar luas di seluruh dunia ini menyerang
10% hingga 30% penduduk dewasa yang tinggal di Amerika
Serikat. Anemia defisiensi besi paling sering dialami wanita
pascamenopause, bayi (khususnya bayi prematur atau bayi dengan
berat lahir rendah), anak-anak, serta remaja (khususnya remaja
putri). Anemia sideroblastik merupakan kelompok gangguan
heterogen dengan defek yang umum, yaitu penyakit ini tidak
mampu menggunakan zat besi dalam sintesis hemoglobin
meskipun simpanan besi tersedia dalam jumlah memadai. Anemia
dapat bersifat herediter atau akuisita (didapat).
2) Anemia hemolitik
Pada anemia hemolitik, eritrosit memiliki rentang usia yang
pendek. Konsekuensinya semua anemia jenis ini mempunyai
gambaran labolatoris yang sama: (1) jumlah retikulosit, (2) fraksi
bilirubin indirek meningkat dan (3) haptoglobin (protein yang
mengikat hemoglobin bebas). Anemia sel sabit adalah anemia
hemolitika berat akibat adanya hemolitikal berakibat defek pada
molekul hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri. Defeknya
7

adalah satu subsitusi asam amino pada rantai β hemoglobin.


Karena hemoglobin A normal mengandung dua rantai α dan dua
rantai β. Trait sel sabit : orang dengan trait sel sabit hanya
mendapat satu gen abnormal, sehingga sel darah merah mereka
masih mampu mensintesa kedua rantai 𝛽 dan𝛽 𝑠 .
b. Anemia makroskopik/ Normositik Makrositik
1) Anemia defisiensi asam folat
Anemia defisiensi asam folat merupakan anemia megaloblastik
yang sering terjadi dan berjalan progresif secara lambat.
Biasanya anemia ini terdapat pada bayi, remaja, ibu hamil, dan
menyusui, peminum minuman keras (alkohol), lanjut usia
(lansia), dan pasien dengan penyakit yang malingnan atau
dengan penyakit intestinal.
2) Anemia defisiensi vitamin B12
Kekurangan vitamin B12 tidak saja terjadi karena asupannya
yang kurang. Asupan vitamin lain berlebihan pun dapat
mengakibatkan defisiensi vitamin B12. Misalnya, karena
berlebihan mengkonsumsi vitamin C.Anemia pernisiosa yang
merupakan tipe anemia megaloblastik yang paling sering
ditemukan, terjadi karena mallabsospsi vitamin B12. Anemia ini
biasanya terjadi pada usia antara 30 dan 60 tahun, dan insidensi
anemia ini meningkat seiring dengan pertambahan usia.Jika
tidak ditangani, anemia pernisiosa merupakan keadaan yang
fatal.
c. Anemia normositik
1) Perdarahan akut
Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak,
sedangkan penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari
kemudian.
2) Perdarahan kronik
Pengeluaran darah biasanya sedikit – sedikit sehingga tidak
diketahui pasien. Penyebab yang sering antara lain ulkus
peptikum, menometroragi, perdarahan saluran cerna, dan
epistaksi.
8

d. Anemia aplastic
Anemia aplastik atau hipoplastik terjadi karena cedera atau
destruksi sel tunas (stem cells) di dalam sumsum tulang atau
matriks sumsum tulang sehingga terjadi pansitopenia (anemia,
leukopenia, serta trombositopenia)dan karena hipoplasia sumsum
tulang. Gangguan ini umumnya menimbulkan pendarahan atau
infeksi yang fatal, khususnya jika bersifat idiopatik atau
disebabkan oleh pemakaian kloramfenikol (Chloromycetin) atau
oleh hepatitis infeksiosa. Angka kematian pada anemia aplastik
yang berat berkisar dari 80% hingga 90%.
e. Anemia penyakit kronik
Berbagai penyakit inflamasi kronis berhubungan dengan
anemia jenis normostik normokromik (sel darah merah dengan
ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artitis
rematoid, abses paru, osteomielitis, tuberkulosis, dan berbagai
keganasan. Anemia biasanya ringan dan tidak progresif.
Berkembang secara bertahap selama periode waktu 6 sampai 8
minggu dan kemudian stabil pada kadar hematokrit tidak kurang
dari 25%.
Hemoglobin jarang turun sampai dibawah 9 gr/dl. Dan
sumsum tulang mempunyai selularitas normal dengan
peningkatan cadangan besi. Kadar eritropoetin rendah, mungkin
karena menurunnya produksi, dan adanya penyekat pada
penggunaan besi oleh sel eritroid juga terjadi penurunan sedang
ketahanan hidup sel darah merah.

3. Manifestasi klinis
a. Manifestasi klinis secara umum
Karena sistem organ dapat terkena, maka pada anemia
dapat menimbulkan manifestasi klinis yang luas tergantung pada
kecepatan timbulnya anemia, usia, mekanisme kompensasi, tingkat
9

aktifitasnya, keadaan penyakit yang mendasarinya dan beratnya


anemia. Secara umum gejala anemia adalah :
1) Hemoglobin menurun (<10g/dl), trombositosis/trombositopenia,
pansitopenia
2) Penurunan berat badan dan kelelahan
3) Takikardi, tekanan darah menurun, pengisian kapiler lambat,
palpitasi, kulit pucat
4) Mudah lelah, sering istirahat, nafas pendek, proses menghisap
yang buruk (bayi)
5) Sakit kepala, pusing, kunang-kunang, peka rangsang.

b. Manifestasi klinis berdasarkan jenis anemia :


1) Anemia karena perdarahan
Perdarahan akut akibat kehilangan darah yang cepat,
terjadi refleks kardiovaskuler yang fisiologis berupa kontraksi
arteriola, pengurangan arteri darah atau komponennya ke organ
tubuh yang kurang vital (anggota gerak, ginjal). Gejala yang
timbul tergantung dari cepat dan banyaknya darah yang hilang
dan apakah tubuh masih bisa mengadakan kompensasi.
Kehilangan darah sebanyak 12-15% akan memperlihatkan gejala
pucat, transpirasi, takikardi, tekanan darah rendah atau normal.
Kehilangan darah sebanyak 15-20% akan mengakibatkan
tekanan darah menurun dan dapat terjadi renjatan (shock) yang
masih reversibe. Kehilangan darah lebih dari 20% akan
menimbulkan renjatan yang irreversible dengan angka kematian
yang tinggi. Perdarahan kronik,leukositosis(15.000-20.000/mm3)
nilai hemoglobin, eritrosit dan hematokrit rendah akibat
hemodelusi.
2) Anemia defisiensi
a) Anemia defisiensi besi (DB)
Pucat merupakan tanda yang paling sering, pagofagia
(keinginan untuk memakan bahan yang tidak biasa seperti es
atau tanah), bila Hemoglobin menurun sampai 5 gr/dl iritabilitas
dan anorexia, takikardi dan bising sistolik. Pada kasus berat
10

akan mengakibatkan perubahan kulit dan dan mukosa yang


progresif seperti lidah yang halus, keilosis, terdapat tanda-tanda
malnutrisi. Monoamine oksidase suatu enzim tergantng besi
memainkan peran penting dalam reaksi neurokimiawi disusun
saraf pusat sehingga defisiensi besi dapat mempengaruhi fungsi
neurologis dan intelektual. Temuan laboratorium hemoglobin 6-
10gr/dl, trombositosis 600.000-1000.000.
b) Anemia defisiensi asam folat
Gejala dan tanda pada anemia defisiensi folat sama
dengan anemia defisiensi vitamin B12, yaitu anemia
megaloblastik dan perubahan megaloblastik pada mukosa,
mungkin dapat ditemukan gejala-gejala neurologis, seperti
gangguan kepribadian dan hilangnya daya ingat. Gambaran
darah seperti anemia pernisiosa tetapi kadar vitamin B12 serum
normal dan asam folal serum rendah, biasanya kurang dari 3
mg/ml. Yang dapat memastikan diagnosis adalah kadar folat sel
darah merah kurang dari 150 mg/ml.
3) Anemia hemolitik
a) Anemia hemolitik autoimun
Anemia ini bervariasi dari yang ringan sampai yang berat
(mengancam jiwa). Terdapat keluhan fatiguee dapat terlihat
bersama gagal jantung kongestif dan angina. Biasanya
ditemukan iktterus dan splenomegali. Apabila pasien mempunyai
penyakit dasar seperti LES atau Leukimia Limfositik Kronik,
gambaran klinis penyakit tersebut dapat terlihat. Pemeriksaan
laboratorium ditemukan kadar hemoglobin yang bervariasi dari
ringan sampai berat (HT< 10%) retikulositosis dan sferositosis
biasanya dapat terlihat pada apusan darah tepi. Pada kasus
hemolisis berat, penekanan pada susmsum tulang dapat
mengakibatkan SDM yang terpecah-pecah.
b) Anemia hemolitik karena kekurangan enzim
Manifestasi klinik beragam mulai dari anemia hemolitik
neonatus berat sampai ringan, hemolisis yang terkompensasi
dengan baik dan tampak pertama pada dewasa. Polikromatofilia
11

dan mikrositosis ringan menggambarkan angka lenaikan


retikulosit. Manifestasi klinis sangat beragam tergantung dari
jenis kekurangan enzim, defisiensi enzim glutation reduktase
kadang-kadang disertai trombopenia dan leukopenia dan sering
disertai kelainan neurologis. Defisiensi piruvatkinase khasnya
ada peninggian kadar 2,3 difosfogliserat (2,3 DPG). Defisiensi
triose phospate (TPI) gejala menyerupai sferositosis, tetapi tidak
ada peninggian fragilitas osmotik dan hapusan darah tepi tidak
ditemukan sferosit.
c) Sferitosis herediter
Sferitosis herediter mungkin menyebabkan penyakit
hemokitik pada bayi baru lahir dan tampak dengan anemia dan
hiperbillirubinemia yang cukup berat. Keparahan penyakit pada
bayi dan anak bervariasi. Beberapa penderita tetap tidak
bergejala sampai dewasa, sedangkan lainnya mungkin
mengalami anemia berat yang pucat, ikterus, lesu dan
intoleransi aktivitas. Bukti hemolisis meliputi retikulositosis dan
hiperbillirubinemia. Kadar hemoglobin biasanya 6-10 gr/dl.
Angka retikulositosis sering meningkat dari 6-20% dengan nilai
rerata 10%. Eritrosit pada apus darah tepi berukuran bermacam-
macam dan terdiri dari retikulosit polikromatofilik dari sferosis.
1) Thalasemia
Anemia berat tipe mikrositik dengan limpa dan hepar yang
membesar. Pada anak yang besar biasanya disertai dengan
keadaan gizi yang jelek dan mukanya memperlihatkan fasies
mongoloid. Jumlah retikulosit dalam darah meningkat.
2) Anemia aplastik
Awitan anemia aplastik biasanya khas dan bertahap
ditandai oleh kelemahan, pucat, sesak nafas pada saat latihan.
Temuan laboratorium biasanya ditemukan pansitopenia, sel
darah merah normositik dan normokromik artinya ukuran dan
warnanya normal, perdarahan abnormal akibat trompositopenia.
12

4. Patofisiologi (pathway)
Perdarahan
Perdarahan saluran
saluran cerna,
cerna, uterus,
uterus,
hidung
hidung atau
atau luka
luka

Kekurangan Nutrisi (defisiensi Perdarahan Hemolisis (Destruksi sel


besi, vit B12, asam folat darah merah)

Kegagalan Sumsum Tulang Kehillangan sel darah merah Produksi SDM

Anemia (Hb menurun) Efek G.I Gg. Absorbsi Glositis, diare, Intake nutrisi
nutrisi nafsu makan turun
berkurang (anoreksia)

Resistensi aliran darah perifer Pertahanan sekunder tidak adekuat

Defisit nutrisi
Penurunan transport O2 Resiko Infeksi

Hipoksis Lemah lesu

Intoleransi aktivitas Defisit perawatan diri

Perfusi perifer tidak efektif Gg fungsi otak

Pusing

Nyeri akut
13

Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin (protein pembawa O2) dalam sel darah merah berada dibawah
normal. Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang
atau kehilangan sel – sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum (misalnya : berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Masalah dapat diakibatkan defek sel darah merah yang tidak sesuai
dengan ketahahanan sel darah merah normal akibat beberapa faktor diluar
sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel
darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini,
bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
peningkatan billirubin plasma (normalnya 1 mg/dl atau kurang : kadar diatas
1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
seperti yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin
akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas haptologlobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (misalnya: apabila jumlahnya
lebih dari sekitar 100mg/dl),hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus
ginjal dan kedalam urine (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien tertentu
disebabkan oleh peghancuran sel darah merah atau produksi sel darah
merah yang tidak mencukupi, biasanya diperoleh dengan data dasar: 1.
hitung retikulosit dalam sirkulasi darah: 2. Derajat poliferasi sel darah merah
mudadalam sumsum tulang dan cara pematangan seperti yang terlihat
dengan biopsi: dan 3. ada atau tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia.
14

Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang paling sering


menyerang anak-anak. Bayi cukup bulan yang lahir dari ibu nonanemik dan
bergizi baik, memiliki cukup persediaan zat besi sampai berat badan lahirnya
menjadi dua kali lipat umurnya saat berusia 4-6 bulan. Sesudah itu zat besi
harus tersedia dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan anak. Jika
asupan zat besi dari makanan tidak mencukupi, terjadi anemia defisiensi zat
besi. Hal ini paling sering terjadi karena pengenalan makanan padat yang
terlalu dini (sebelum usia 4-6 bulan)dihentikannya susu formula bayi yang
mengandung zat besi atau ASI sebelum usia 1 tahun dan minum susu sapi
yang berlebihan tanpa tambahan makanan padat kaya zat besi. Bayi yang
tidak cukup bulan, bayi dengan perdarahan perinatal berlebihan atau bayi
dari ibu yang kurang gizi dan kurang zat besi juga tidak memiliki cadangan
zat besi yang adekuat. Bayi ini berisiko lebih tinggi menderita anemia
defisiensi besi sebelum berusia 6 bulan. Anemia defisiensi besi dapat juga
terjadi karena kehilangan darah yang kronik. Pada bayi hal ini terjadi karena
perdarahan usus kronik yang disebabkan protein dalam usus sapi yang tidak
tahan panas.
Pada anak sembarang umur, kehilangan darah sebanyak 1-7ml dari
saluran cerna setiap hari dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Pada
remaja putri anemia defisiensi besi juga dapat terjadi karena menstruasi
yang berlebihan. Anemia defisiensi ditandai dengan suatu bentuk
kelemahan, sering berdebar, cepat lelah, dan juga sakit kepala.Defisiensi
vitamin B12 maupun asam folat menyebabkan anemia megaloblastik yang
mungkin disertai dengan gejala neurologi. Anemia bukanlah satu kesatuan
penyakit tersendiri, namun merupakan gejala berbagai macam penyakit
dasar, yang apabila tidak segera mendapat penanganan maka dapat
menimbulkan keparahan dari berbagai penyakit yang menyertai.
15

5. Pemeriksaan Penunjang

Uji Rentangan Makna Penting


Normal
Mean Corpuscular 80 – 100 fl Ukuran rata – rata eritrosit. Hasil ini akan
Volume (MCV) meningkat jika sel darah merah berukuran
besar (makrostik) dan menurun jika
ukurannya kecil (mikrostik)
Jumlah eritrosit total 4,5-6,50 x Jumlah eritrosit normal bervariasi sesuai
1012/L usia, jenis kelamin, ketinggian tempat dan
olahraga. Volume darah juga mempengaruhi
hasil uji: hipervolemia akan memperlihatkan
efek pengenceran dengan jumlah eritrosit
lebih rendah, hipovolemia akan
memperlihatkan efek pengenceran dengan
jumlah eritrosit lebih rendah pada
hipovolemia, efek homokonsentrasi akan
mencerminkan jumlah eritrosit yang lebih
besar
Hemoglobin (Hb) 130 – 180 g/L Nilai normal sesuai dengan usia, jenis
kelamin, ketinggian tempat, dan olahraga.
Volume darah juga dapat mempengaruhi
kadar Hb : hipervolemia akan memperlihatan
penurunan kadar Hb akan lebih tiinggi
Mean corpuscular 26 – 33 pg Jumlah rata – rata hemoglobin dalam setiap
hemoglobin (MCH) sel darah merah
Mean corpuscular 310 – 360 g/L Berat rata – rata (gram) hemoglobin dalam
hemoglobin setiap sel darah merah.
concentration
(MCHC)

Vitamin B12 serum 120 – 600 Faktor penting dalam eritropoesis:


pmol/L digunakan untuk mengkaji anemia makrositik
16

Folat serum 7 – 25 nmol/L Faktor penting dalam eritropoesis:


digunakan untuk mengkaji anemia makrositik
Feritin serum 20 – 300 ug/L Menunjukkan jumlah total simpanan zat besi
dalam tubuh
Volume sel darah 0,40 – 0,54 Volume sel darah merah yang dinyatakan
merah (Ht) dalam % dari volume darah total

Jumlah leukosit 3,5 – 11 x 109/L Mengukur jumlah dan jenis sel darah putih

Biopsi sumsum Tidak ada Mengambil sedikit sumsum tulang melalui


tulang biopsi jarum: memungkinkan evaluasi
komponen sel didalam sumsum tulang dan
simpanan zat besi dalam sumsum tulang. Uji
ini kontraindikasi bagi pasien kelainan
koagulasi
Pengukuran Bervariasi Mengukur faktor koagulasi yang spesifik:
koagulasi sesuai dengan digunakan untuk mengkaji tingkat keparahan
faktor defisiensi
Waktu perdarahan 1 – 9 menit Waktu berhentinya perdarahan secara
spontan
International Bervariasi Waktu terjadinya koagulasi sesudah
normalized ratio sesuai alasan pemberian tromboplastin dan kalsium
(INR) teurapetik kedalam spesimen darah
Activated partial 30 – 40 detik Mengevaluasi lintasan pembekuan intrinsik:
prothrombin time ;60 – 70 detik mengukur waktu terbentuknya bekuan darah
(APPT) (tanpa aktivator ketika ditambahkan aktivator kedalam
)pada individu spesimen memperpendek waktu pembekuan
dewasa
Laju endap darah Bervariasi Perubahan protein darah mengakibatkan
(LED) agregasi eritrosit ; kenaikan LED
menunjukkan proses inflamasi
Uji sel sabit Negatif Memperlihatkan keberadaan hemoglobin S ;
sel darah merah yang mengandung HbS
akan berbentuk sabit jika kurang
mengandung oksigen
Direct coombs’test Negatif = tanpa Mendeteksi antibodi atau komplemen yang
17

aglutinasi terikat pada sel darah merah dan merupakan


indikasi anemia hemolitik : sel darah merah
dicampur dengan reagen coombs untuk
menguji aglutinin yang menimbulkan
penggumpalan dan hemolisis
Indirect coombs’test Negatif = tanpa Digunakan untuk silang pandan darah
aglutinasi secara rutin sebelum transfusi darah dan
selama kehamilan, karena pemeriksaan ini
mendeteksi antibodi dalam serum

6. Penatalaksanaan

a. Anemia Kekurangan Zat Besi


Bentuk anemia ini diobati dengan suplemen zat besi yang
untuk menggantikan kurangnya asupan dari zat besi dalam diet
atau kelebihan hilangnya besi. Suplemen umum yang biasa
digunakan adalah besi sulfat. Diambil sebagai pil dua atau tiga
kali sehari. Untuk penderita sakit maag suplemen penambah zat
besi ini harus di konsumsi dua jam sebelum atau empat jam
sesudah mengonsumsi obat antasida. Wanita hamil disarankan
untuk meningkatkan asupan zat besinya. Bayi didalam kandungan
membutuhkan pasokan darah dan zat besi yang cukup.
Zat besi melalui oral/mulut mendatangkan sejumlah efek
samping yang mencakup mual, muntah, sakit perut, mulas,
sembelit, diare, gigi hitam,gusi dan lidah. Meminum zat besi
bersamaan dengan makanan atau meminumnya tak lama setelah
makan membantu untuk mengurangi efek samping. Apabila besi
oral tidak dapat diabsorbsi atau tidak dapat ditoleransi maka
pemberian besi dekstran IM dan IV perlu diresepkan alternatif lain
adalah glukonat besi. Besi dapat digantikan oleh mengambil
makanan yang kaya akan besi. Ini termasuk sayuran berdaun
hijau gelap, roti dan sereal, daging, kacang-kacangan, aprikot,
plum, kismis, kurma dll.
Makan yang harus dihindari karena mengandung zat yang
menghambat penyerapan zat besi yaitu teh, kopi, seledri, kemangi
18

coklat, makanan mengandung kalsium tinggi susu dan yogurt dan


lain lain. Serta, suplemen vitamin C membantu menyerap besi
lebih baik. Pasien mengecek setelah dua sampai empat minggu
untuk melihat apakah ada tanggapan.Jika penyebab kekurangan
zat besi adalah kehilangan darah selain dari haid maka sumber
perdarahan harus diketahui dan dihentikan untuk mencegah
kembali kemunculan kondisi ini. Hal ini melibatkan operasi.
b. Anemia kekurangan vitamin B12
Ini dapat diobati dengan suntikan vitamin B12. Vitamin
adalah dalam bentuk suatu zat yang dikenal sebagai
hydroxocobalamine. Pada tahap awal pengobatan biasanya
suntikan dilakukan 6 kali dalam satu bulan, kemudian satu atau
tiga bulan sekali tergantung tingkat keparahan. Jika kekurangan
vitamin B12 disebabkan karena seseorang vegetarian atau tidak
mengonsumsi makanan hewani, maka pola makan orang tersebut
harus diubah dengan mengonsumsi suplemen vitamin B12
(cyanocobalamin). Jika tidak ditangani secara serius dapat
menyebabkan kerusakan saraf permanen, jika tidak segera diatasi
setelah 6 bulan gejala di mulai. Selain di dalam obat obatan,
vitamin B12 dapat ditemukan dalam daging, susu, telur, salmon dll.
Vegetarian atau vegan mungkin perlu suplemen sebagai tablet
atau sereal berbentuk produk kedelai.
c. Anemia defisiensi asam folat
Untuk anemia yang kekurangan folat harian, resepkan
tablet asam folat dan tablet ini harus di konsumsi 1mg per hari
selama 4 bulan untuk mencapai kadar yang normal dalam tubuh.
Asam folat hanya diberikan intramuskuler pada pasien dengan
gangguan absorbsi,kecuali pada pemberian vitamin selama
kehamilan. Kebanyakan preparat vitamin tidak mengandung asam
folat, sehingga harus diberikan terpisah. Untuk membantu tubuh
menghasilkan sel darah merah, folat biasanya diresepkan
bersamaan dengan suplemen vitamin B12. Vitamin B12 biasanya
juga berguna membantu menjaga sistem saraf tetap sehat
termasuk otak, saraf, dan saraf tulang belakang.
19

Pada sisi lain folat juga sangat penting bagi wanita hamil,
karena kekurangan folat bisa meningkatkan resiko kelainan
bawaan atau cacat lahir pada bayi yang belum dilahirkan. Vitamin
B12 bisa ditemukan pada daging, telur, dan produk olahan susu.
Jika kekurangan vitamin B12, akan terjadi kerusakan otak, saraf
dan sumsum tulang belakang.Folat juga ditemukan di brokoli,
kubis hijau, wheatgerm, brussel, kacang-kacangan, sayuran
berdaun hijau dll.apabila nilai hemoglobin telah kembali ke normal,
pemberian asam folat dapat dihentikan. Namun pasien yang
menderita alkoholisme harus tetap mendapat asam folat selama
mereka masih mengonsumsi alkohol.
d. Pengobatan anemia sel sabit
Banyak percobaan pengobatan yang mempunyai sifat anti
sabit telah dilakukan,meskipun jumlah sampelnya masih terlalu
sedikit, namun ada harapan yang menjanjikan dengan
hydroxyurea. Obat ini meningkatkanproduksihemoglobin fetal (Hb
F) pada pasien dengan anemia sel sabit. Persentase sel sabit
irreversible menurun dan terjadinya nyeri berkurang. Obat ini juga
mengurangi hemolisis dan memperpanjang ketahanan hidup sel
darah merah.
Obat ini masih dianggap eksperimental dan mempunyai
berbagai resiko seperti karsinogenesis dan teralogenesis yang
belum dipahami Cetiedil citrate, suatu modifier membran sel darah
merah juga mempunyai efek anti sabit yang efektif Pentoxyfyline,
obat yang menurunkan kekentalan darah dan tahanan vaskuler
perifer, memberikan harapan menurunkan lamanya krisis sel sabit.
Karena nampaknya infeksi mencetuskan krisis, maka setiap
infeksi harus ditangani dan dicegah karena dehidrasi dan hipoksia
memacu terjadinya penyabitan sel, maka pasien dianjurkan untuk
menghindari ketinggian, anestesia,atau kehilangan cairan. Karena
adanya defek ginjal, pasien ini mudah mengalami dehidrasi.
Terapi asam folat diberikan setiap hari. Karena kebutuhan
sumsum tulang sangat tinggi.
e. Anemia akibat infeksi cacing tambang
20

Anemia akibat infeksi cacing tambang terjadi karena


cacing parasit ini mengonsumsi darah anda. Selain anemia,
cacing tambang juga bisa menyebabkan komplikasi seperti
malnutrisi sehingga menghambat pertumbuhan pada anak. Pada
wanita hamil, cacing tambang bisa mengakibatkan kelahiran
prematur dan berat bayi rendah saat lahir. Pengobatan cacing
tambang bertujuan menghilangkan infeksi yang ada,
meningkatkan nutrisi dan mengobati komplikasi dari anemia.
Dokter akan memberikan resep obat cacing yang menghancurkan
parasit seperti albendazole dan mebendazole.
Kedua obat itu digunakan untuk mengatasi infeksi cacing.
Pengobatan biasanya diberikan sekitar satu sampai tiga hari.
Penderita anemia akan diberi tambahan resep suplemen
penambah besi. Anemia yang disebabkan oleh infeksi biasanya
akan meningkat ketika infeksi. Hal ini terutama berlaku untuk bayi
yang baru lahir dengan infeksi berat yang disebut sepsis.
f. Anemia berhubungan dengan sumsum tulang.
Beberapa obat yang diresepkan adalah untuk merangsang
sumsum tulang dan untuk menghasilkan sel lainnya. Ini sangat
berguna dalam aplastik anemia dan leukemia.Transplantasi
sumsum tulang juga dapat digunakan. Dalam prosedur ini, tulang
sumsum sel-sel yang diambil dari donor yang cocok (biasanya
dengan pertandingan genetik misalnya saudara kandung atau
hubungan darah).Ini kemudian disuntikkan ke dalam vena.
Kemudian perjalanan melalui aliran darah ke sumsum tulang dan
menghasilkan sel darah baru.
g. Anemia pada kehamilan
Konsumsi suplemen zat besi, suplemen asam folat atau
suplemen vitamin B12, konsultasikan kepada dokter mengenai
porsi makanan yang dapat dikonsumsi selama kehamilan untuk
mencegah terjadinya anemia seperti daging merah, sayuran,
telur, buah – buahan dan lain lain. Serta lakukan pemeriksaan
darah untuk melihat hemoglobin dan kadar hematokrit.
21

h. Anemia penyakit kronis


Tidak ada pengobatan khusus untuk anemia jenis ini,
dokter berfokus pada pengobatan penyakit yang mendasari,
suplemen zat besi dan vitamin umumnya tidak mebantu jenis
anemia ini. Namun, jika gejala makin parah, transfusi
darah/suntikan eritroprotein sintesis, hormon yang biasanya
dihasilkan oleh ginjal, dapat merangsang produksi sel darah
merah dan mengurangi kelelahan.
7. Pencegahan Anemia

Bayi dan anak-anak prasekolah anemia dapat dicegah dengan


mendorong eksklusif menyusui bayi (tanpa tambahan cairan, air, formula
atau makanan) selama empat sampai enam bulan setelah kelahiran.
Selama penyapihan dari payudara padatan sumber tambahan dari besi
(sekitar 1 mg per kilogram per hari dari besi) harus diperkenalkan dalam
makanan. Jika bayi tidak payudara makan, hanya dibentengi besi rumus
sebagai pengganti ASI dianjurkan.
Dalam payudara makan bayi yang memiliki besi kekurangan diet
1 mg per kilogram per hari dari besi tetes yang direkomendasikan jika
tidak dilengkapi makanan lain. Karena susu menghambat penyerapan
zat besi dari usus, itu harus menyarankan bahwa anak-anak berusia satu
sampai lima tahun membutuhkan tidak lebih dari 24 oz sapi susu,
kambing, susu dan susu kedelai per hari. Serta makanan yang kaya
vitamin C (misalnya, buah -buahan, sayuran dan jus) yang
direkomendasikan luar enam bulan untuk meningkatkan penyerapan
besi.
Untuk remaja gadis-gadis dan perempuan pencegahan besi
kekurangan termasuk diet kaya besi sehat. Semua gadis-gadis remaja
dan perempuan nonpregnant perlu diputar untuk anemia setiap lima
sampai 10 tahun hingga menopause. Dalam kehamilan dosis rendah
lisan (30 mg per hari) suplemen besi dahulu pralahir kunjungan mungkin
mulai untuk mencegah anemia. Wanita hamil dianjurkan untuk makan
makanan kaya besi dan makanan yang meningkatkan penyerapan besi.
22

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan


Sistem Hematologi akibat Anemia
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan keluarga
Pengkajian identitas umum meliputi Nama, Umur, Tempat Tanggal
Lahir, Nama penanggung jawab, pekerjaan penanggung jawab,
Agama, Pendidikan, Alamat.
b. Keluhan Masuk Pelayanan Kesehatan
Biasanya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat,
kelelahan, kelemahan, pusing.
c. Keluhan saat pengkajian
1) Klien pucat
2) Kelemahan
3) Sesak napas
4) Gelisah
5) Diaphoresis
6) Takikardi
7) Penurunan kesadaran
d. Riwayat kesehatan dahulu
1) Klien pernah mendapatkan atau menggunakan obat-obatan
yang mempengaruhi sumsum tulang dan metabolisme asam
folat
2) Riwayat kehilangan darah kronis misalnya : perdarahan GI
kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja
jantung berlebihan)
3) Riwayat endokarditis infektif kronis.
4) Riwayat pielonefritis, gagal ginjal.
5) Riwayat TB, abses paru.
6) Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, misalnya:
benzene, insektisida, fenilbutazon, naftalen.
7) Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau
kecelakaan.
8) Riwayat kanker, terapi kanker.
23

9) Riwayat penyakit hati, ginjal, masalah hematologi, penyakit


malabsorbsi, seperti : enteritis regional, manifestasi cacing
pita,
10) Poli endokrinopati, masalah autoimun.
11) Penggunaan anti konvulsan masa lalu / sekarang, antibiotic,
agen kemoterapi, aspirin, obat anti inflamasi, atau anti
koagulan.
12) Adanya / berulangnya episode perdarahan aktif (DB)
13) Pembedahan sebelumnya: splenektomi, eksisi tumor,
penggantian katup prostetik, eksisi bedah duodenum.
e. Riwayat kesehatan keluarga
1) Kecendrungan keluarga untuk anemia.
2) Adanya anggota keluarga yang mendapat penyakit anemia
kongenital
3) Keluarga adalah vegetarian berat.
4) Sosial ekonomi keluarga yang rendah.
5) Riwayat penyakit-penyakit seperti : kanker, jantung,
hepatitis, DM, asma, penyakit-penyakit infeksi saluran
pernapasan
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : keadaan tampak lemah sampai sakit berat
2) Kesadaran : compos mentis kooperatif sampai terjadi
penurunan tingkat kesadaran apatis, samnolen-sopor-koma
3) Tanda-tanda vital
a) Tekanan Darah: tekanan darah menurun (nilai normal:
90-110/60-70mmHg)
b) Nadi : frekuensi nadi meningkat, kuat sampai lemah
(frekuensi normal: 60-100 kali/menit)
c) Suhu: bisa meningkat atau menurun (suhu normal: 36,5-
37,2 0C)
d) Pernapasan : meningkat (ritme pernafasan normal: 18-
20 kali/menit)
24

4) Tinggi Badan dan Berat Badan


5) Kulit
Kulit teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat, terdapat
perdarahan dibawah kulit.
6) Kepala
Biasanya bentuk dalam batas normal
7) Mata
Kelainan bentuk tidak ada, konjungtiva anemis, sklera tidak
ikterik, terdapat perdarahan sub konjungtiva, keadaan pupil,
palpebra, reflex cahaya biasanya tidak ada kelainan.
8) Hidung
Keadaan atau bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar
dari hidung, fungsi penciuman biasa tidak ada kelainan.
9) Telinga
Bentuk, fungsi pendengaran tidak ada kelainan.
10) Mulut
Bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah kering, bibir
pecah-pecah atau perdarahan.
11) Leher
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening, tiroid lidah
membesar.
12) Thoraks
Pergerakan dada, biasanya pernapasan cepat irama tidak
teratur.Fremitus yang meninggi, perkusi sonor, suara nafas
bisa vaskuler atau ronki, whezzing. Frekuensi napas 18-20x/
menit
13) Abdomen
Cekung, pembesaran hati, nyeri, bising usus normal dan
bisa juga dibawah normal dan bisa juga meningkat.
14) Genitalia
15) Ekstremitas
Terjadi kelemahan umum, nyeri ekstremitas, tonus otot
kurang, akral dingin, CRT >3 detik, sianosis.
25

g. Pemeriksaan penunjang
Kadar hemoglobin menurun, pemeriksaan darah : eritrosit dan
berdasarkan penyebab.
h. Riwayat sosial
Kaji orang terdekat klien. Kebersihan di daerah tempat tinggal,
orang yang terdekat dengan klien. Keadaan lingkungan,
pekarangan, pembuangan sampah.
i. Kebutuhan dasar
1) Meliputi kebutuhan nutrisi klien sehubungan dengan
anoreksia,
2) diet yang harus dijalani, pasang NGT,
3) cairan IVFD yang digunakan jika ada.
4) Pola tidur bisa terganggu
5) Mandi dan aktivitas : dapat terganggu berhubungan dengan
kelemahan fisik
6) Eliminasi : biasanya terjadi perubahan frekuensi,
konsistensi,diare atau konstipasi
j. Data psikologi
k. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah Keperawatan


1 DO: Kekurangan nutrisi (defisiensi Perdarahan saluran cerna,
1. CRT >3 detik besi, vit B12, asam folat) uterus, hidung atau luka
2. Nadi perifer menurun atau tidak
teraba Kegagalan Sumsum Tulang
3. Akral teraba dingin
Perdarahan Hemolisis
4. Warna kulit pucat
(Destruksi sel darah merah)
5. Turgor kulit menurun
6. Konjungtiva anemis
DS:
Kehillangan sel darah Perfusi perifer tidak efektif
1. Parestesia
2. Pusing merah
3. Penglihatan kabur (kunang-kunang)
4. Letih Penurunan sel darah merah
5. Lesu dan Hb
6. Lelah Resistensi aliran darah
7. Lunglai perifer

Penurunan transport O2
No Data Etiologi Masalah Keperawatan

Hipoksis

Perfusi perifer tidak


efektif
2 DO: Produksi SDM dan Hb menurun
1. BB menurun minimal 10% di
bawah rentang ideal
2. Lemah
Efek Gastointestinal
3. Bising usus hiperaktif
4. Otot pengunyah lemah
5. Otot menelan lemah
Gangguan absorbsi nutrisi Defisit nutrisi
6. Membran mukosa pucat
7. Nafsu makan menurun
DS:
1. Nafsu makan menurun Kehilangan nafsu makan

Intake nutrisi kurang


No Data Etiologi Masalah Keperawatan

Defisit nutrisi
3 DO: Penurunan sel darah merah dan Hb
1. Tekanan darah menurun
2. Sianosis Resistensi aliran darah perifer
DS:
1. Lelah
Penurunan transport O2
2. Lesu
3. Lunglai
4. Letih Intoleransi Aktivitas
5. lemah Hipoksis

letih, lesu, lemah, lunglai

Intoleransi aktivitas
4 DO: Penurunan sel darah merah dan Hb
1. Tidak mampu Defisit perawatan diri
mandi/mengenakan Resistensi aliran darah perifer
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
pakaian/makan/ke toilet/berhias
secara mandiri Penurunan transport O2
2. Minat melakukan perawatan diri
kurang
DS:
Hipoksis
1. Menolak melakukan perawatan
diri karena merasa lemas

letih, lesu, lemah, lunglai

Intoleransi aktivitas

Defisit perawatan diri


5 Faktor Risiko: Penurunan sel darah merah dan Hb
1. Ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder: penurunan
kadar hemoglobin Pertahanan sekunder tidak adekuat
Risiko Infeksi

Risiko Infeksi
2. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan utama


yang mencakup berikut ini :
a. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi Hb dan
darah, suplai oksigen berkurang d.d CRT >3 detik, nadi perifer
menurun atau tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat,
turgor kulit menurun, konjungtiva anemis, parestesia, pusing,
penglihatan kabur (kunang-kunang), letih, lesu, lelah, lunglai.
b. Defisit nutrisi b.d gangguan absorbsi nutrisi di GIT akibat
penurunan Hb d.d BB menurun minimal 10% di bawah rentang
ideal, lemah, bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot
menelan lemah, membran mukosa pucat, nafsu makan menurun
c. Intoleransi aktivitas b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah,
suplai oksigen berkurang d.d tekanan darah menurun, sianosi,
lelah, lesu, lunglai, letih, lemah.
d. Defisit perawatan diri b.d intoleransi aktivitas d.d tidak mampu
mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri,
minat melakukan perawatan diri kurang dan menolak melakukan
perawatan diri karena merasa lemas.
e. Risiko infeksi b.d penurunan daya tahan tubuh sekunder akibat
penurunan konsentrasi Hb
3. Perencanaan Tindakan Keperawatan (Nursing Care Planning)

Perencanaan Tindakan Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Perfusi perifer tidak efektif b.d Setelah diberikan tindakan 1. Pantau kosentrasi Hb 1. Pencegahan terjadinya
penurunan konsentrasi Hb dan keperawatan selama 1x30 syok hipovolemia
darah, suplai oksigen menit, perfusi ke perifer kembali 2. Pantau tanda-tanda vital 2. Tanda vital dan CRT
berkurang d.d CRT >3 detik, nadi efektif, dengan K.H: normal menandakan
perifer menurun atau tidak teraba, 1. CRT kembali <2 detik 3. Pantau CRT perfusi jaringan ke
akral teraba dingin, warna kulit 2. Nadi perifer teraba dalam 4. Berikan edukasi tentang perifer efektif
pucat, turgor kulit menurun,
rentang normal (60- meningkatkan nutrisi tinggi 3. Meningkatkan kadar Fe
konjungtiva anemis, parestesia,
100x/menit) zat besi bagi penderita dalam tubuh untuk
pusing, penglihatan kabur
3. Warna kulit normal Anemia pembenukan sel darah
(kunang-kunang), letih, lesu, lelah,
4. Konjungtiva ananemis 5. Edukasi pemberian obat Fe merah dan Hb
lunglai.
5. Pusing berkurang oral
6. Penglihatan kembali jelas
7. Gejala 5 L berkurang atau
hilang
Perencanaan Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
8. Konsentrasi Hb dalam
rentang normal (pria: 14
gr/dl – 18 gr/dl)
2 Defisit nutrisi b.d gangguan Setelah diberikan tindakan 1. Identifikasi makanan 1. Agar klien lebih
absorbsi nutrisi di GIT akibat keperawatan selama 1x30 kesukaan bersemangat untuk
penurunan Hb d.d BB menurun menit, nutrisi dapat terpenuhi, makan
minimal 10% di bawah rentang dengan K.H: 2. Berikan edukasi tentang 2. Meningkatkan kadar Fe
ideal, lemah, bising usus 1. BB dalam rentang normal meningkatkan nutrisi tinggi dalam tubuh untuk
hiperaktif, otot pengunyah lemah, 2. Klien tidak merasa lemah zat besi bagi penderita pembenukan sel darah
otot menelan lemah, membran
3. Bising usus dalam rentang Anemia merah dan Hb
mukosa pucat, nafsu makan
normal (8-12x/menit) 3. Anjurkan makan sedikit tapi 3. Mengurangi rasa mual
menurun
4. Nafsu makan kembali sering muntah
meningkat
3 Intoleransi aktivitas b.d Setelah diberikan tindakan 1. Pantau RR sebelum dan 1. RR yang abnormal
penurunan konsentrasi Hb dan keperawatan selama 1x30 sesudah aktivitas menandakan perfusi
darah, suplai oksigen menit, nutrisi dapat terpenuhi, 2. Identifikasi risiko yang tidak efektif
berkurang d.d tekanan darah dengan K.H: 3. Berikan edukasi tentang 2. Mencegah terjadi nya
menurun, sianosis, lelah, lesu, 1. TD dalam rentang meningkatkan nutrisi tinggi risiko cedera atau
lunglai, letih, lemah.
Perencanaan Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
normal (110-120 mmHg, zat besi bagi penderita bahaya
80-90 mmhg) Anemia 3. Meningkatkan kadar Fe
2. Klien dapat beraktivitas 4. Edukasi pemberian obat Fe dalam tubuh untuk
seperti biasanya oral pembenukan sel darah
5. Anjurkan klien merah dan Hb
meningkatkan aktivitas 4. Mengurangi hipotensi
secara perlahan 5. Mencegah terjadinya
cedera yang
mengakibatkan luka
atau perdarahan
4 Defisit perawatan diri b.d Setelah diberikan tindakan 1. Identifikasi penyebab: 5 L
intoleransi aktivitas d.d tidak keperawatan selama 1x30 menit 2. Edukasi atau motivasi untuk
mampu mandi/mengenakan perawatan diri dapat terpenuhi, meningkatkan asupan
pakaian/makan/ke toilet/berhias
dengan K.H: makanan tinggi zat besi Membantu memenuhi
secara mandiri, minat melakukan
1. Mampu agar dapat menambah Hb kebutuhan perawatan diri
perawatan diri kurang dan
makan/berpakaian/mandi dan tenaga
menolak melakukan perawatan
/ke toilet secara mandiri 3. Motivasi/fasilitasi/bantu
diri karena merasa lemas.
2. Berminat melakukan klien memenuhi perawatan
Perencanaan Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
perawatan dirii dirinya seperti mandi, oral
hygiene, vulva hygiene,
makan, berpakaian sesuai
kebutuhan klien.
5 Risiko infeksi berhubungan Setelah diberikan tindakan 1. Edukasi pentingnya 1. Meningkatkan kadar Fe
dengan penurunan daya tahan keperawatan selama 1x30 meningkatkan intake nutrisi dalam tubuh untuk
tubuh sekunder akibat menit, infeksi tidak terjadi, seimbang, terutama tinggi pembenukan sel darah
penurunan konsentrasi Hb dengan kriteria hasil: zat besi merah dan Hb
1. Konsentrasi Hb 2. Edukasi menjaga 2. Mencegah terjadinya
meningkat atau dalam koordinasi tubuh cedera yang
rentang normal mengakibatkan luka dan
2. Imunitas tubuh perdarahanan
meningkat
3. Tidak rentan/terjadi
infeksi
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Ilustrasi Kasus
Tn. T usia 50 tahun datang ke Poliklinik Penyakit Dalam mengeluh lemas,
pucat, mudah capai, kadang panas yang telah terjadi selama enam bulan
terakhir. Pada pemeriksaan fisik didapatkan data pasien: pucat, gizi
kesan kurang, suhu 38°C, nadi 108x/menit, konjungtiva anemis, sklera
tidak ikterik, papil lidah atrofi, dan tidak ditemukan pembengakakan gusi,
terdapat limpadenopati leher, ada splenomegali dan hepatomegali. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 7,5 gr/dL, leukosit 24.500/mm3,
trombosit 67.000/mm3.

B. Asuhan Keperawatan pada Tn. T dengan Gangguan Sistem Hematologi


akibat Anemia di Poliklinik Penyakit Dalam
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Identitas pasien
Nama : Tn T
Umur : 50 ttahun
Jenis kelamin : laki-laki
Diagnosa medis : Anemia xxxxx
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
(1) Saat Masuk Poliklinik
Klien datang ke Poliklinik Penyakit Dalam mengeluh
lemas, pucat, mudah capai, kadang panas yang telah
terjadi selama enam bulan terakhir.
(2) Saat Pengkajian
Klien mengeluh lemas
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengeluh lemas. Lemas dirasakan seperti mudah
capai saat beraktifitas. Klien nampak pucat dan
konjungtiva anemis. Konsentrasi Hb 7,5 gr/dL dan
trombosit 67.000/mm3.
c) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengeluh kadang panas (demam) yang telah terjadi
selama enam bulan terakhir.
3) Pengkajian Fisik
a) Keadaan umum : Lemah, gizi kesan kurang
b) Kesadaran : Composmentis GCS 15
c) Orientasi : Baik
d) Tanda-tanda vital
(1) Temperatur : 38°C
(2) Frekuensi Nadi : 108x/menit
(3) Respirasi Rate : tidak diketahui
(4) Tekanan Darah : tidak diketahui
e) Pemeriksaan Fisik
(1) Wajah
Klien nampak lemah dan pucat.
(2) Mata
Nampak konjungtiva anemis dan sklera tidak ikterik.
(3) Mulut
Nampak papil lidah atrofi dan tidak ditemukan
pembengakakan gusi,
(4) Leher
Terdapat limpadenopati leher.
(5) Abdomen
Terdapat splenomegali dan hepatomegali.
(6) Ekstremitas atas dan bawah
Klien mengeluh lemah dan merasa mudah capai
pada ekstremitas.
4) Data Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
1 Hemoglobin 7,5 gr/dL Pria: 14 gr/dl – 18 gr/dl Anemia
2 Leukosit 24.500/mm3 Pria: 4.000-11.000/mm3 Adanya tanda infeksi
3 Trombosit 67.000/mm3 Pria: 150.000-440.000/mm3 Trombositopenia
b. Analisa Data

Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1 DS: Kekurangan nutrisi (defisiensi
1. Klien mengatakan besi, vit B12, asam folat)
lemas
2. Lemas dirasakan
seperti mudah capai Kegagalan Sumsum Tulang
saat beraktifitas.
DO:
1. Klien nampak pucat Penurunan sel darah merah dan
2. Konjungtiva anemis Hb
3. Konsentrasi Hb 7,5
Perfusi perifer
gr/dL
tidak efektif
4. Konsentrasi trombosit Resistensi aliran darah perifer
67.000/mm3.
5. Klien nampak lemah
Penurunan transport O2

Hipoksis

Perfusi perifer tidak efektif


2 DS: Produksi SDM dan Hb menurun
-
DO:
1. Gizi kesan kurang Efek Gastointestinal
2. Papil lidah atrofi Defisit nutrisi
3. Terdapat splenomegali
4. Terdapat hepatomegali Gangguan absorbsi nutrisi
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
Kehilangan nafsu makan

Intake nutrisi kurang

Defisit nutrisi
3 DS: Penurunan sel darah merah dan
1. Klien mengatakan Hb
lemas
2. Lemas dirasakan
seperti mudah capai Resistensi aliran darah perifer
saat beraktifitas.
DO: Penurunan transport O2
1. Klien nampak lemah
Intoleransi
Aktivitas
Hipoksis

letih, lesu, lemah, lunglai

Intoleransi aktivitas
4 DS: Penurunan sel darah merah dan
- Hb
DO:
1. Konsentrasi Hb 7,5
gr/dL Pertahanan sekunder tidak
2. Konsentrasi trombosit adekuat Risiko Infeksi
67.000/mm3.
3. Leukosit 24.500/mm 3
4. Temperatur : 38°C Peningkatan jumlah leukosit
5. Usia klien 50 tahun (pra
lansia)
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
Risiko Infeksi

2. Diagnosa Keperawatan
Dari data yang telah kami analisa, maka telah kami tegakkan
diagnosa keperawatan yang terdiri dari:

a. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi Hb dalam darah


d.d Klien mengatakan lemas yang dirasakan seperti mudah capai
saat beraktifitas. Klien nampak lemah, pucat dan konjungtiva anemis.
Konsentrasi Hb 7,5 gr/dL. Konsentrasi trombosit 67.000/mm 3.
b. Defisit nutrisi b.d gangguan absorbsi nutrisi di GIT akibat
penurunan Hb d.d Gizi kesan kurang, papil lidah atrofi, terdapat
splenomegali dan hepatomegali.
c. Intoleransi aktivitas b.d penurunan konsentrasi Hb d.d klien
mengatakan lemas yang dirasakan seperti mudah capai saat
beraktifitas dan klien nampak lemah.
d. Risiko infeksi b.d penurunan daya tahan tubuh sekunder d.d
Konsentrasi Hb 7,5 gr/dL, konsentrasi trombosit 67.000/mm3,
Leukosit 24.500/mm3,, Temperatur: 38°C dan usia klien 50 tahun
(pra lansia).
3. Perencanaan Tindakan Keperawatan (Nursing Care Planning)

Perencanaan Tindakan Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Perfusi perifer tidak efektif b.d Setelah diberikan tindakan 1. Pantau kosentrasi Hb 1. Pencegahan terjadinya
penurunan konsentrasi Hb dalam keperawatan selama 1x30 menit, syok hipovolemia
darah d.d Klien mengatakan lemas perfusi ke perifer kembali efektif, 2. Pantau tanda-tanda vital 2. Tanda vital dan CRT
yang dirasakan seperti mudah dengan K.H: normal menandakan
capai saat beraktifitas. Klien 1. Warna kulit normal 3. Pantau CRT perfusi jaringan ke perifer
nampak lemah, pucat dan 2. Konjungtiva ananemis 4. Berikan edukasi tentang efektif
konjungtiva anemis. Konsentrasi 3. Gejala 5 L berkurang atau meningkatkan nutrisi ti nggi zat 3. Meningkatkan kadar Fe
Hb 7,5 gr/dL. Konsentrasi hilang besi bagi penderita Anemia dalam tubuh untuk
trombosit 67.000/mm3 4. Konsentrasi Hb dalam rentang seperti daging merah, ikan dan pembenukan sel darah
normal (pria: 14 gr/dl – 18 sayuran berdaun hijau merah dan Hb
gr/dl) 5. Edukasi pemberian obat Fe oral
2 Defisit nutrisi b.d gangguan Setelah diberikan tindakan 1. Identifikasi makanan kesukaan 1. Agar klien lebih
absorbsi nutrisi di GIT akibat keperawatan selama 1x30 menit, bersemangat untuk
penurunan Hb d.d Gizi kesan nutrisi dapat terpenuhi, dengan K.H: 2. Berikan edukasi tentang makan
kurang, papil lidah atrofi, terdapat 1. BB dalam rentang normal meningkatkan nutrisi tinggi zat 2. Meningkatkan kadar Fe
splenomegali dan hepatomegali. 2. Klien tidak merasa lemah besi bagi penderita Anemia dalam tubuh untuk
Perencanaan Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
3. Tidak terdapat splenomegali seperti daging berwarna merah, pembenukan sel darah
dan hepatomegali ikan dan sayuran berdaun hijau merah dan Hb
3. Anjurkan makan sedikit tapi 3. Mengurangi rasa mual
sering muntah
3 Intoleransi aktivitas b.d penurunan Setelah diberikan tindakan 1. Pantau RR sebelum dan 1. RR yang abnormal
konsentrasi Hb d.d klien keperawatan selama 1x30 menit, sesudah aktivitas menandakan perfusi yang
mengatakan lemas yang dirasakan nutrisi dapat terpenuhi, dengan K.H: 2. Identifikasi risiko tidak efektif
seperti mudah capai saat 1. Gejala 5L hilang 3. Berikan edukasi tentang 2. Mencegah terjadi nya
beraktifitas dan klien nampak 2. TD dalam rentang normal meningkatkan nutrisi tinggi zat risiko cedera atau bahaya
lemah. (110-120 mmHg, 80-90 besi bagi penderita Anemia 3. Meningkatkan kadar Fe
mmhg) 4. Edukasi pemberian obat Fe oral dalam tubuh untuk
3. Klien dapat beraktivitas 5. Anjurkan klien meningkatkan pembenukan sel darah
seperti biasanya. aktivitas secara perlahan merah dan Hb
4. Mengurangi hipotensi
5. Mencegah terjadinya
cedera yang
mengakibatkan luka atau
perdarahan
4 Risiko infeksi b.d penurunan daya Setelah diberikan tindakan 1. Edukasi pentingnya 1. Meningkatkan kadar Fe
tahan tubuh sekunder d.d keperawatan selama 1x30 menit, meningkatkan intake nutrisi dalam tubuh untuk
Perencanaan Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
Konsentrasi Hb 7,5 gr/dL, infeksi tidak terjadi, dengan kriteria seimbang, terutama tinggi zat pembenukan sel darah
konsentrasi trombosit hasil: besi dan tinggi protein seperti merah dan Hb
67.000/mm3, Leukosit 1. Konsentrasi Hb dan daging, ikan dan juga sayuran. 2. Mencegah terjadinya
24.500/mm3,, Temperatur: 38°C trombosit meningkat atau 2. Edukasi menjaga koordinasi cedera yang
dan usia klien 50 tahun (pra dalam rentang normal tubuh mengakibatkan luka dan
lansia). 2. Jumlah leukosit menurun/ 3. Kolaborasikan dengan dokter perdarahanan
dalam rentang normal pemberian terapi antibiotik 3. Antibiotik sebagai
3. Temperatur dalam rentang 4. Kolaborasikan dengan dokter anafilaktik
normal (36,5-37,5°C) pemberian terapi antipiretik 4. Antipiretik sebagai anti
4. Imunitas tubuh meningkat demam
5. Tidak rentan/terjadi infeksi
4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Ttd dan
Tanggal
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Nama
dan Waktu
Perawat
1 Perfusi perifer tidak efektif b.d Rabu, 5 1. Mengecek hasil pemeriksaan laboratorium Pukul 09.30
penurunan konsentrasi Hb dalam Februari Hasil: S:
darah d.d Klien mengatakan lemas 2020 a. Konsentrasi Hb 7,5 gr/dL 1. Klien mengatakan masih merasa
yang dirasakan seperti mudah Pukul 09.00 b. Konsentrasi trombosit 67.000/mm 3. lemas
capai saat beraktifitas. Klien 09.03 2. Mengecek tanda-tanda vital 2. Klien mengatakan bersedia untuk
nampak lemah, pucat dan Hasil: mengonsumsi obat secara teratur
konjungtiva anemis. Konsentrasi a. Tekanan Darah: 100/70 mmHg O:
Hb 7,5 gr/dL. Konsentrasi b. Frekuensi nadi: 108x/menit 1. Konsentrasi Hb 7,5 gr/dL
trombosit 67.000/mm3. c. Temperatur: 38°C 2. Konsentrasi trombosit
d. RR: 20x/menit 67.000/mm3
09.15 3. Mengecek CRT 3. CRT >2 detik
Hasil: 4. Hasil TTV
CRT >2 detik a. TD: 100/70 mmH
09.10 4. Mengedukasi untuk selalu meminum tablet b. Frekuensi nadi: 108x/menit
penambah darah c. Temperatur: 38°C
Respon: d. RR: 20x/menit
Klien mengatakan bersedia untuk A:
Ttd dan
Tanggal
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Nama
dan Waktu
Perawat
mengonsumsi obat secara teratur. Masalah teratasi sebagian
P:
Pasien pulang, intervensi dilanjutkan
di rumah secara mandiri.
2 Defisit nutrisi b.d gangguan 09.12 1. Memberikan edukasi tentang Pukul 09.30
absorbsi nutrisi di GIT akibat meningkatkan nutrisi tinggi zat besi bagi S:
penurunan Hb d.d Gizi kesan penderita Anemia seperti daging merah, Klien mengatakan mau mencoba
kurang, papil lidah atrofi, terdapat ikan dan sayuran berdaun hijau makan makanan yang dianjurkan
splenomegali dan hepatomegali. Respon: perawat
Klien mengatakan mau mencoba makan O:
makanan yang dianjurkan perawat Klien nampak antusias saat diberi
edukasi

09.15 2. Menganjurkan makan sedikit tapi sering A:


Respon: Masalah teratasi
Klien mengatakan mau mecoba saran P:
perawat. Pasien pulang, intervensi dilanjutkan
di rumah secara mandiri.
3 Intoleransi aktivitas b.d penurunan 09.20 1. Menganjurkan klien meningkatkan aktivitas Pukul 09.30
Ttd dan
Tanggal
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Nama
dan Waktu
Perawat
konsentrasi Hb d.d klien secara bertahap jika merasa pusing untuk S:
mengatakan lemas yang dirasakan mencegah terjadinya cedera atau bahaya Klien mengatakan mau mengikuti
seperti mudah capai saat Respon: anjuran perawat
beraktifitas dan klien nampak Klien mengatakan mau mengikuti anjuran O:
lemah. perawat. Klien nampak mengerti
A:
Masalah teratasi
P:
Pasien pulang, intervensi dilanjutkan
di rumah secara mandiri
4 Risiko infeksi b.d penurunan daya 09.20 1. Memberikan edukasi pentingnya Pukul 09.30
tahan tubuh sekunder d.d meningkatkan intake nutrisi seimbang, S:
Konsentrasi Hb 7,5 gr/dL, terutama tinggi zat besi dan tinggi protein Klien mengatakan mau mengikuti
konsentrasi trombosit 67.000/mm 3, seperti daging, ikan dan juga sayuran semua anjuran dari perawat
Leukosit 24.500/mm 3, usia klien 50 untuk meningkatkan imunitas tubuh O:
tahun (pra lansia). 09.23 2. Mengedukasi untuk menjaga koordinasi Klien nampak memahami semua
tubuh agar tidak terjadi cedera yang dapat penjelasan perawat
mengakibatkan perdarahan akibat luka A:
09.25 3. Berkolaborasi dengan dokter untuk Masalah teratasi
Ttd dan
Tanggal
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Nama
dan Waktu
Perawat
pemberian terapi antibiotik sebagai P:
pencegahan infeksi Pasien pulang, intervensi dilanjutkan
09.26 4. Berkolaborasi dengan dokter untuk di rumah secara mandiri
pemberian terapi antipiretik sebagai
penurun demam.
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini, penulis akan menguraikan mengenai


permasalahan atau kesenjangan yang timbul antara asuhan keperawatan
berdasarkan teori pada penderita anemia dengan tinjauan kasus yang telah
dilakukan pada Tn. T. Pembahasan ini dilakukan sesuai dengan tahapan
proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
tindakan keperawatan, implementasi serta evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan proses yang sistematis dalam dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Setiadi, 2012).

Penulis melakukan pendekatan dengan komunikasi kepada pasien


dengan cara membina hubungan saling percaya, menjelaskan maksud dan
tujuan. Pada tahap ini penulis mengumpulkan data melalui observasi secara
langsung pada klien yaitu dengan orang tua klien, pemeriksaan fisik, serta
mendapatkan data dari perawat ruangan dan status klien. Dari hasil
pengumpulan data, penulis tidak menemukan hambatan karena adanya
keterbukaan dari pihak keluarga.

Dalam tahap pengkajian keperawatan, menurut penulis keluhan


utama dan alasan masuk rumah sakit sudah sama dengan yang tertera di
tinjauan teori sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara tinjauan teori
dengan tinjauan kasus. Namun pada ilustrasi kasus, kami kurang
mendapatkan data yang dapat menunjang untuk proses penganalisaan data
mengenai riwayat kesehatan yang lalu dan riwayat kesehatan keluarga.

Pada hasil pemeriksaan TTV terjadi kesenjangan, pada tinjauan


kasus tidak diketahui nilai tekanan darah dan ritme pernafasan yang dapat
menjadi data objektif untuk membantu menguatkan penegakkan diagnosa
pada tahap keperawatan selanjutnya sedangkan pada teori menurut Nurarif
dan Kusuma (2015), penderita anemia selain merasakan kelelahan, lemas,
lesu, lunglai juga mengalami penurunan tekanan darah dari rentang normal.

Hasil pemeriksaan fisik pada tinjauan kasus adalah klien nampak


pucat, gizi kesan kurang, suhu 38°C, nadi 108x/menit, konjungtiva anemis,
papil lidah atrofi, tidak ditemukan pembengakakan gusi, terdapat
limpadenopati leher, ada splenomegali dan hepatomegali. Hasil pemeriksaan
fisik tersebut ditunjang oleh teori yang dikemukakan oleh Nurarif & Kusuma
(2015), pada penderita anemia akan mengalami konjungtiva yang anemis,
gangguan saluran pencernaan seperti lidah atrofi hingga pembengkakan di
hepar atau splen juga terjadi pembengkakan pada kelenjar limpa di leher.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons
manusia terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau
kerentanan respons dari seorang individu, keluarga, kelompok, atau
komunitas (Herdman, 2015). Diagnosa yang mungkin muncul pada penderita
anemia, yaitu:

1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah,


suplai oksigen berkurang d.d CRT >3 detik, nadi perifer menurun atau
tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit
menurun, konjungtiva anemis, parestesia, pusing, penglihatan kabur
(kunang-kunang), letih, lesu, lelah, lunglai.
2. Defisit nutrisi b.d gangguan absorbsi nutrisi di GIT akibat penurunan
Hb d.d BB menurun minimal 10% di bawah rentang ideal, lemah,
bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah,
membran mukosa pucat, nafsu makan menurun.
3. Intoleransi aktivitas b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai
oksigen berkurang d.d tekanan darah menurun, sianosi, lelah, lesu,
lunglai, letih, lemah.
4. Defisit perawatan diri b.d intoleransi aktivitas d.d tidak mampu
mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri,
minat melakukan perawatan diri kurang dan menolak melakukan
perawatan diri karena merasa lemas.
5. Risiko infeksi b.d penurunan daya tahan tubuh sekunder akibat
penurunan konsentrasi Hb .

Sedangkan, diagnosa yang kami tegakkan setelah melalui proses


pengkajian dan analisa data dari tinjauan kasus yaitu:

1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi Hb dalam darah


d.d Klien mengatakan lemas yang dirasakan seperti mudah capai saat
beraktifitas. Klien nampak lemah, pucat dan konjungtiva anemis.
Konsentrasi Hb 7,5 gr/dL. Konsentrasi trombosit 67.000/mm3.
2. Defisit nutrisi b.d gangguan absorbsi nutrisi di GIT akibat penurunan Hb
d.d Gizi kesan kurang, papil lidah atrofi, terdapat splenomegali dan
hepatomegali.
3. Intoleransi aktivitas b.d penurunan konsentrasi Hb d.d klien
mengatakan lemas yang dirasakan seperti mudah capai saat beraktifitas
dan klien nampak lemah.
4. Risiko infeksi b.d penurunan daya tahan tubuh sekunder d.d
Konsentrasi Hb 7,5 gr/dL, konsentrasi trombosit 67.000/mm3, Leukosit
24.500/mm3,, Temperatur: 38°C dan usia klien 50 tahun (pra lansia).

Dari tinjauan kasus yang kami analisis, ditemukan adanya


kesenjangan antara diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan
teori asuhan keperawatan pada anemia dengan diagnosa yang kami
tegakkan dari tinjauan kasus, yaitu kami tidak menegakkan diagnosa
keperawatan defisit perawatan diri, dikarenakan tidak terdapatnya data
yang menunjang untuk menegakkan diagnosa tersebu
C. Perencanaan Tindakan Keperawatan
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan
keperawatan dalam usaha membantu,mmeringankan, memecahkan
masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien (Setiadi, 2012)

1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi Hb dalam darah


d.d Klien mengatakan lemas yang dirasakan seperti mudah capai saat
beraktifitas. Klien nampak lemah, pucat dan konjungtiva anemis.
Konsentrasi Hb 7,5 gr/dL. Konsentrasi trombosit 67.000/mm3.
Intervensi :
a. Pantau kosentrasi Hb
Rasional :
1) Pencegahan terjadinya syok hipovolemia
b. Pantau tanda-tanda vital
c. Pantau CRT
Rasional :
Tanda vital dan CRT normal menandakan perfusi jaringan ke perifer
efektif
d. Berikan edukasi tentang meningkatkan nutrisi ti nggi zat besi bagi
penderita Anemia seperti daging merah, ikan dan sayuran berdaun
hijau
Rasional :
Meningkatkan kadar Fe dalam tubuh untuk pembentukan sel darah
merah dan Hb.
e. Edukasi pemberian obat Fe oral
2. Defisit nutrisi b.d gangguan absorbsi nutrisi di GIT akibat penurunan
Hb d.d Gizi kesan kurang, papil lidah atrofi, terdapat splenomegali dan
hepatomegali.
Intervensi :
a. Identifikasi makanan kesukaan
Rasional : Agar klien lebih bersemangat untuk makan
b. Berikan edukasi tentang meningkatkan nutrisi tinggi zat besi bagi
penderita Anemia seperti daging berwarna merah, ikan dan sayuran
berdaun hijau
Rasional : Meningkatkan kadar Fe dalam tubuh untuk pembenukan
sel darah merah dan Hb
c. Anjurkan makan sedikit tapi sering
Mengurangi rasa mual muntah
3. Intoleransi aktivitas b.d penurunan konsentrasi Hb d.d klien
mengatakan lemas yang dirasakan seperti mudah capai saat
beraktifitas dan klien nampak lemah.
Intervensi :
a. Pantau RR sebelum dan sesudah aktivitas
Rasional : RR yang abnormal menandakan perfusi yang tidak efektif
b. Identifikasi risiko
Rasional : Mencegah terjadi nya risiko cedera atau bahaya
c. Berikan edukasi tentang meningkatkan nutrisi tinggi zat besi bagi
penderita Anemia
Rasional : Meningkatkan kadar Fe dalam tubuh untuk pembenukan
sel darah merah dan Hb
d. Edukasi pemberian obat Fe oral
Rasional : menguangi hipotensi
e. Anjurkan klien meningkatkan aktivitas secara perlahan
Rasiona : Mencegah terjadinya cedera yang mengakibatkan luka
atau perdarahan
4. Risiko infeksi b.d penurunan daya tahan tubuh sekunder d.d
Konsentrasi Hb 7,5 gr/dL, konsentrasi trombosit 67.000/mm3, Leukosit
24.500/mm3,, Temperatur: 38°C dan usia klien 50 tahun (pra lansia).
a. Edukasi pentingnya meningkatkan intake nutrisi seimbang,
terutama tinggi zat besi dan tinggi protein seperti daging, ikan dan
juga sayuran.
Rasional :
1) Meningkatkan kadar Fe dalam tubuh untuk pembenukan sel
darah merah dan Hb
2) Mencegah terjadinya cedera yang mengakibatkan luka dan
perdarahanan
3) Antibiotik sebagai anafilaktik
4) Antipiretik sebagai anti demam
5) Edukasi menjaga koordinasi tubuh
6) Kolaborasikan dengan dokter pemberian terapi antibiotik
7) Kolaborasikan dengan dokter pemberian terapi antipiretik

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan da perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada perencanaan.
Penulis melakukan kerja sama dengan perawat ruangan untuk melakukan
implementasi dengan dilakukan secara penuh selama 24 jam karena
keterbatasan waktu dalam melakukan tindakan tersebut. Sedangkan
implementasi yang dilakukan penulis sesuai rencana yang telah disusun
sebelumnya adalah :
1. Mengecek hasil pemeriksaan laboratorium
2. Mengecek tanda-tanda vital
3. Mengecek CRT
4. Mengedukasi untuk selalu meminum tablet penambah darah
5. Memberikan edukasi tentang meningkatkan nutrisi tinggi zat besi bagi
penderita Anemia seperti daging merah, ikan dan sayuran berdaun
hijau
6. Menganjurkan makan sedikit tapi sering
7. Menganjurkan klien meningkatkan aktivitas secara bertahap jika
merasa pusing untuk mencegah terjadinya cedera atau bahaya
8. Memberikan edukasi pentingnya meningkatkan intake nutrisi
seimbang, terutama tinggi zat besi dan tinggi protein seperti daging,
ikan dan juga sayuran untuk meningkatkan imunitas tubuh
9. Mengedukasi untuk menjaga koordinasi tubuh agar tidak terjadi
cedera yang dapat mengakibatkan perdarahan akibat luka
10. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antibiotik
sebagai pencegahan infeksi
11. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antipiretik
sebagai penurun demam.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
dilakukan, dari 5 diagnosa yang ada diagnose pertama adalah Perfusi
perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai
oksigen berkurang d.d CRT >3 detik, nadi perifer menurun atau tidak
teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun,
konjungtiva anemis, parestesia, pusing, penglihatan kabur (kunang-
kunang), letih, lesu, lelah, lunglai. Yang kedua adalah Defisit nutrisi
b.d gangguan absorbsi nutrisi di GIT akibat penurunan Hb d.d BB
menurun minimal 10% di bawah rentang ideal, lemah, bising usus
hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah, membran
mukosa pucat, nafsu makan menurun. Yang ketiga adalah Intoleransi
aktivitas b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen
berkurang d.d tekanan darah menurun, sianosi, lelah, lesu, lunglai,
letih, lemah. Yang keempat adalah Defisit perawatan diri b.d intoleransi
aktivitas d.d tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke
toilet/berhias secara mandiri, minat melakukan perawatan diri kurang
dan menolak melakukan perawatan diri karena merasa lemas. Dan
yang kelima adalah Risiko infeksi b.d penurunan daya tahan tubuh
sekunder akibat penurunan konsentrasi Hb. Dengan kelima diagnose
tersebut hanya 4 yamg ditegakan oleh kelompok karena sudah
menyesuaikan dengan kasus yang ada di poli klinik tersebut.
BAB IV
PENUTUP
i. Kesimpulan
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah
dan kadar hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan
penyakit,melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit
(gangguan) fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Anemia
bukan merupakan satu kesatuan, tetapi merupakan akibat dari berbagai proses
patologik yang mendasari (smeltzer C Suzane, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth; 935).
Karena sistem organ dapat terkena, maka pada anemia dapat menimbulkan
manifestasi klinis yang luas tergantung pada kecepatan timbulnya anemia, usia,
mekanisme kempensasi, tingkat aktifitasnya, keadaan penyakit yang
mendasarinya dan beratnya anemia.
Diagnosa keperawatan penyakit anemia yang ditemukan diantaranya adalah :
c) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
d) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /
absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah
(SDM) normal.
e) Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
f) Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder
leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).

Intervensi dari diagnosa keperawatan diatas diantaranya adalah :


a) Ukur tanda-tanda vital, observasi pengisian kapiler, warna kulit/membrane
mukosa, dasar kuku.
b) Observasi keluhan nyeri dada, palpitasi.
c) Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering.
d) Tempatkan anak di ruang isolasi bila memungkinkan dan beri tahu
keluarga supaya menggunakan masker saat berkunjung.
e) Pertahankan teknik aseptik pada setiap prosedur perawatan.

Dalam proses keperawatan berdasarkan permasalahan yang muncul maka hal-


hal yang diharapkan pada evaluasi adalah sebagai berikut :
a) Menunjukkan perfusi adekuat.
b) Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai
laboratorium normal dan mengembalikan pola normal dari fungsi usus.
c) Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas.Infeksi tidak terjadi.

Jika tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan evaluasi maka


tindakan tersebut berhasil dan apabila terjadi sebaliknya maka tindakan serta
asuhan keperawatan akan dilakukan perubahan maupun perbaikan.

4) Saran
Diperlukannya penanganan yang tepat terhadap faktor lingkungan (fisik,
biologis dan sosial ekonomi). Kondisi sosial berupa dukungan dari keluarga dan
komunitas akan mempengaruhi kejadian anemia. Jika keluarga mendukung
terhadap intake nutrisi yang adekuat untuk menghindarkan klien mengalami
anemia kembali. Perawat sebagai konselor diharapkan bisa memberikan
konseling kepada klien maupun keluarga klien agar selalu menjaga
keseimbangan nutrisi dan gaya hidup yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin j,Elizabeth.2009.Buku Saku Patofisiologi edisi revisi 3.jakarta :EGC

Kowalak dkk.2013.Buku Ajar Patofisiologi.jakarta :EGC

Chang ,ester dkk.2012.Patofisiologi aplikasi pada praktek


keperawatan.Jakarta:EGC

Kowalak dkk.2013.Buku Ajar Patofisiologi.jakarta :EGC

Ekawati,Asih.2014.”Anemia”.4 September
2015.http://www.academia.edu/9871777/anemia

Putri.M.Y.,Andra Saferi wijaya.2013.Keperawatan Medikal


Bedah.Yogjakarta:Nuha Medika

Sugeng.”Anemia mikrositik hipokromik”.4 september 2015.

http://www.referensisehat.com/2014/12/anemia-mikrositik-
hipokromik.html

Najib,Muhammad.2015.”Asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia”.6


september

http://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
dengan-anemia-43534264

Anda mungkin juga menyukai