T DENGAN GANGGUAN
SISTEM HEMATOLOGI AKIBAT ANEMIA
DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM
Oleh :
KELOMPOK 1
2020
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami sampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata saya berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat,
baik anak-anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua.
Penyebabnya sangat beragam, dari yang karena perdarahan, kekurangan
zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai kelainan hemolitik. Anemia dapat
diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan
laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan secara
laboratorik didapatkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari
harga normal. Anemia bukan suatu penyakit tertentu, tetapi cerminan
perubahan patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis
yang seksama, pemeriksaan fisik, dan konfirmasi laboratorium (Baldy, 2006).
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di
klinik di seluruh dunia, dimana insidennya 30% pada setiap individu di
seluruh dunia. masyarakat indonesia masih belum sepenuhnya menyadari
pentingnya zat gizi, karena itu prevalensi anemia di di Indonesia sekarang ini
masih cukup tinggi, terutama anemia defisiensi nutrisi seperti besi, asam
folat, atau vitamin B12..
Bahaya anemia yang sangat parah bisa mengakibatkan kerusakan
jantung, otak, dan organ tubuh lain bahkan dapat menyebabkan kematian.
Sel darah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka
mengangkut oksigen dari paru – paru, dan mengantarkannya ke seluruh
bagian tubuh. Maka dari itu dalam makalah ini kami akan menjelaskan dan
menjabarkan tentang konsep teori penyakit anemia dan asuhan
keperawatan pada pasien anemia.
4
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Tn. T
secara umum.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran pelaksaanaan pengkajian pada Tn. T di
Poliklinik Penyakit Dalam.
b. Mengetahui gambaran pelaksaanaan diagnosa pada Tn. T di
Poliklinik Penyakit Dalam.
c. Mengetahui gambaran pelaksaanaan intervensi pada Tn. T di
Poliklinik Penyakit Dalam.
d. Mengetahui gambaran pelaksaanaan implementasi pada Tn. T di
Poliklinik Penyakit Dalam.
e. Mengetahui gambaran pelaksaanaan evaluasi pada Tn. T di
Poliklinik Penyakit Dalam.
C. Manfaat Penulisan
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Klasifikasi Anemia
Berdasarkan faktor morfologik SDM dan indeksnya
a. Anemia mikrositik
Anemia hipokromik mikrositik, mikrositik: sel kecil,
hipokromik: pewarnaan yang berkurang, karena darah berasal dari
Hemoglobin, sel- sel ini mengandung hemoglobin dalam jumlah
yang kurang dari jumlah normal. Keadaan ini umumnya
mencerminkan isufisiensi sintetis heme/ kekurangan zat besi,
seperti anemia pada defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan
kehilangan darah kronis, dan gangguan sintesis globin.
1) Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi merupakan gangguan transportasi
oksigen yang dikarenakan defisiensi sintesis hemoglobin. Penyakit
ini sering terjadi dan tersebar luas di seluruh dunia ini menyerang
10% hingga 30% penduduk dewasa yang tinggal di Amerika
Serikat. Anemia defisiensi besi paling sering dialami wanita
pascamenopause, bayi (khususnya bayi prematur atau bayi dengan
berat lahir rendah), anak-anak, serta remaja (khususnya remaja
putri). Anemia sideroblastik merupakan kelompok gangguan
heterogen dengan defek yang umum, yaitu penyakit ini tidak
mampu menggunakan zat besi dalam sintesis hemoglobin
meskipun simpanan besi tersedia dalam jumlah memadai. Anemia
dapat bersifat herediter atau akuisita (didapat).
2) Anemia hemolitik
Pada anemia hemolitik, eritrosit memiliki rentang usia yang
pendek. Konsekuensinya semua anemia jenis ini mempunyai
gambaran labolatoris yang sama: (1) jumlah retikulosit, (2) fraksi
bilirubin indirek meningkat dan (3) haptoglobin (protein yang
mengikat hemoglobin bebas). Anemia sel sabit adalah anemia
hemolitika berat akibat adanya hemolitikal berakibat defek pada
molekul hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri. Defeknya
7
d. Anemia aplastic
Anemia aplastik atau hipoplastik terjadi karena cedera atau
destruksi sel tunas (stem cells) di dalam sumsum tulang atau
matriks sumsum tulang sehingga terjadi pansitopenia (anemia,
leukopenia, serta trombositopenia)dan karena hipoplasia sumsum
tulang. Gangguan ini umumnya menimbulkan pendarahan atau
infeksi yang fatal, khususnya jika bersifat idiopatik atau
disebabkan oleh pemakaian kloramfenikol (Chloromycetin) atau
oleh hepatitis infeksiosa. Angka kematian pada anemia aplastik
yang berat berkisar dari 80% hingga 90%.
e. Anemia penyakit kronik
Berbagai penyakit inflamasi kronis berhubungan dengan
anemia jenis normostik normokromik (sel darah merah dengan
ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artitis
rematoid, abses paru, osteomielitis, tuberkulosis, dan berbagai
keganasan. Anemia biasanya ringan dan tidak progresif.
Berkembang secara bertahap selama periode waktu 6 sampai 8
minggu dan kemudian stabil pada kadar hematokrit tidak kurang
dari 25%.
Hemoglobin jarang turun sampai dibawah 9 gr/dl. Dan
sumsum tulang mempunyai selularitas normal dengan
peningkatan cadangan besi. Kadar eritropoetin rendah, mungkin
karena menurunnya produksi, dan adanya penyekat pada
penggunaan besi oleh sel eritroid juga terjadi penurunan sedang
ketahanan hidup sel darah merah.
3. Manifestasi klinis
a. Manifestasi klinis secara umum
Karena sistem organ dapat terkena, maka pada anemia
dapat menimbulkan manifestasi klinis yang luas tergantung pada
kecepatan timbulnya anemia, usia, mekanisme kompensasi, tingkat
9
4. Patofisiologi (pathway)
Perdarahan
Perdarahan saluran
saluran cerna,
cerna, uterus,
uterus,
hidung
hidung atau
atau luka
luka
Anemia (Hb menurun) Efek G.I Gg. Absorbsi Glositis, diare, Intake nutrisi
nutrisi nafsu makan turun
berkurang (anoreksia)
Defisit nutrisi
Penurunan transport O2 Resiko Infeksi
Pusing
Nyeri akut
13
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin (protein pembawa O2) dalam sel darah merah berada dibawah
normal. Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang
atau kehilangan sel – sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum (misalnya : berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Masalah dapat diakibatkan defek sel darah merah yang tidak sesuai
dengan ketahahanan sel darah merah normal akibat beberapa faktor diluar
sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel
darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini,
bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
peningkatan billirubin plasma (normalnya 1 mg/dl atau kurang : kadar diatas
1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
seperti yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin
akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas haptologlobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (misalnya: apabila jumlahnya
lebih dari sekitar 100mg/dl),hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus
ginjal dan kedalam urine (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien tertentu
disebabkan oleh peghancuran sel darah merah atau produksi sel darah
merah yang tidak mencukupi, biasanya diperoleh dengan data dasar: 1.
hitung retikulosit dalam sirkulasi darah: 2. Derajat poliferasi sel darah merah
mudadalam sumsum tulang dan cara pematangan seperti yang terlihat
dengan biopsi: dan 3. ada atau tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia.
14
5. Pemeriksaan Penunjang
Jumlah leukosit 3,5 – 11 x 109/L Mengukur jumlah dan jenis sel darah putih
6. Penatalaksanaan
Pada sisi lain folat juga sangat penting bagi wanita hamil,
karena kekurangan folat bisa meningkatkan resiko kelainan
bawaan atau cacat lahir pada bayi yang belum dilahirkan. Vitamin
B12 bisa ditemukan pada daging, telur, dan produk olahan susu.
Jika kekurangan vitamin B12, akan terjadi kerusakan otak, saraf
dan sumsum tulang belakang.Folat juga ditemukan di brokoli,
kubis hijau, wheatgerm, brussel, kacang-kacangan, sayuran
berdaun hijau dll.apabila nilai hemoglobin telah kembali ke normal,
pemberian asam folat dapat dihentikan. Namun pasien yang
menderita alkoholisme harus tetap mendapat asam folat selama
mereka masih mengonsumsi alkohol.
d. Pengobatan anemia sel sabit
Banyak percobaan pengobatan yang mempunyai sifat anti
sabit telah dilakukan,meskipun jumlah sampelnya masih terlalu
sedikit, namun ada harapan yang menjanjikan dengan
hydroxyurea. Obat ini meningkatkanproduksihemoglobin fetal (Hb
F) pada pasien dengan anemia sel sabit. Persentase sel sabit
irreversible menurun dan terjadinya nyeri berkurang. Obat ini juga
mengurangi hemolisis dan memperpanjang ketahanan hidup sel
darah merah.
Obat ini masih dianggap eksperimental dan mempunyai
berbagai resiko seperti karsinogenesis dan teralogenesis yang
belum dipahami Cetiedil citrate, suatu modifier membran sel darah
merah juga mempunyai efek anti sabit yang efektif Pentoxyfyline,
obat yang menurunkan kekentalan darah dan tahanan vaskuler
perifer, memberikan harapan menurunkan lamanya krisis sel sabit.
Karena nampaknya infeksi mencetuskan krisis, maka setiap
infeksi harus ditangani dan dicegah karena dehidrasi dan hipoksia
memacu terjadinya penyabitan sel, maka pasien dianjurkan untuk
menghindari ketinggian, anestesia,atau kehilangan cairan. Karena
adanya defek ginjal, pasien ini mudah mengalami dehidrasi.
Terapi asam folat diberikan setiap hari. Karena kebutuhan
sumsum tulang sangat tinggi.
e. Anemia akibat infeksi cacing tambang
20
g. Pemeriksaan penunjang
Kadar hemoglobin menurun, pemeriksaan darah : eritrosit dan
berdasarkan penyebab.
h. Riwayat sosial
Kaji orang terdekat klien. Kebersihan di daerah tempat tinggal,
orang yang terdekat dengan klien. Keadaan lingkungan,
pekarangan, pembuangan sampah.
i. Kebutuhan dasar
1) Meliputi kebutuhan nutrisi klien sehubungan dengan
anoreksia,
2) diet yang harus dijalani, pasang NGT,
3) cairan IVFD yang digunakan jika ada.
4) Pola tidur bisa terganggu
5) Mandi dan aktivitas : dapat terganggu berhubungan dengan
kelemahan fisik
6) Eliminasi : biasanya terjadi perubahan frekuensi,
konsistensi,diare atau konstipasi
j. Data psikologi
k. Analisa Data
Penurunan transport O2
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
Hipoksis
Defisit nutrisi
3 DO: Penurunan sel darah merah dan Hb
1. Tekanan darah menurun
2. Sianosis Resistensi aliran darah perifer
DS:
1. Lelah
Penurunan transport O2
2. Lesu
3. Lunglai
4. Letih Intoleransi Aktivitas
5. lemah Hipoksis
Intoleransi aktivitas
4 DO: Penurunan sel darah merah dan Hb
1. Tidak mampu Defisit perawatan diri
mandi/mengenakan Resistensi aliran darah perifer
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
pakaian/makan/ke toilet/berhias
secara mandiri Penurunan transport O2
2. Minat melakukan perawatan diri
kurang
DS:
Hipoksis
1. Menolak melakukan perawatan
diri karena merasa lemas
Intoleransi aktivitas
Risiko Infeksi
2. Diagnosa keperawatan
A. Ilustrasi Kasus
Tn. T usia 50 tahun datang ke Poliklinik Penyakit Dalam mengeluh lemas,
pucat, mudah capai, kadang panas yang telah terjadi selama enam bulan
terakhir. Pada pemeriksaan fisik didapatkan data pasien: pucat, gizi
kesan kurang, suhu 38°C, nadi 108x/menit, konjungtiva anemis, sklera
tidak ikterik, papil lidah atrofi, dan tidak ditemukan pembengakakan gusi,
terdapat limpadenopati leher, ada splenomegali dan hepatomegali. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 7,5 gr/dL, leukosit 24.500/mm3,
trombosit 67.000/mm3.
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1 DS: Kekurangan nutrisi (defisiensi
1. Klien mengatakan besi, vit B12, asam folat)
lemas
2. Lemas dirasakan
seperti mudah capai Kegagalan Sumsum Tulang
saat beraktifitas.
DO:
1. Klien nampak pucat Penurunan sel darah merah dan
2. Konjungtiva anemis Hb
3. Konsentrasi Hb 7,5
Perfusi perifer
gr/dL
tidak efektif
4. Konsentrasi trombosit Resistensi aliran darah perifer
67.000/mm3.
5. Klien nampak lemah
Penurunan transport O2
Hipoksis
Defisit nutrisi
3 DS: Penurunan sel darah merah dan
1. Klien mengatakan Hb
lemas
2. Lemas dirasakan
seperti mudah capai Resistensi aliran darah perifer
saat beraktifitas.
DO: Penurunan transport O2
1. Klien nampak lemah
Intoleransi
Aktivitas
Hipoksis
Intoleransi aktivitas
4 DS: Penurunan sel darah merah dan
- Hb
DO:
1. Konsentrasi Hb 7,5
gr/dL Pertahanan sekunder tidak
2. Konsentrasi trombosit adekuat Risiko Infeksi
67.000/mm3.
3. Leukosit 24.500/mm 3
4. Temperatur : 38°C Peningkatan jumlah leukosit
5. Usia klien 50 tahun (pra
lansia)
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
Risiko Infeksi
2. Diagnosa Keperawatan
Dari data yang telah kami analisa, maka telah kami tegakkan
diagnosa keperawatan yang terdiri dari:
Ttd dan
Tanggal
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Nama
dan Waktu
Perawat
1 Perfusi perifer tidak efektif b.d Rabu, 5 1. Mengecek hasil pemeriksaan laboratorium Pukul 09.30
penurunan konsentrasi Hb dalam Februari Hasil: S:
darah d.d Klien mengatakan lemas 2020 a. Konsentrasi Hb 7,5 gr/dL 1. Klien mengatakan masih merasa
yang dirasakan seperti mudah Pukul 09.00 b. Konsentrasi trombosit 67.000/mm 3. lemas
capai saat beraktifitas. Klien 09.03 2. Mengecek tanda-tanda vital 2. Klien mengatakan bersedia untuk
nampak lemah, pucat dan Hasil: mengonsumsi obat secara teratur
konjungtiva anemis. Konsentrasi a. Tekanan Darah: 100/70 mmHg O:
Hb 7,5 gr/dL. Konsentrasi b. Frekuensi nadi: 108x/menit 1. Konsentrasi Hb 7,5 gr/dL
trombosit 67.000/mm3. c. Temperatur: 38°C 2. Konsentrasi trombosit
d. RR: 20x/menit 67.000/mm3
09.15 3. Mengecek CRT 3. CRT >2 detik
Hasil: 4. Hasil TTV
CRT >2 detik a. TD: 100/70 mmH
09.10 4. Mengedukasi untuk selalu meminum tablet b. Frekuensi nadi: 108x/menit
penambah darah c. Temperatur: 38°C
Respon: d. RR: 20x/menit
Klien mengatakan bersedia untuk A:
Ttd dan
Tanggal
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Nama
dan Waktu
Perawat
mengonsumsi obat secara teratur. Masalah teratasi sebagian
P:
Pasien pulang, intervensi dilanjutkan
di rumah secara mandiri.
2 Defisit nutrisi b.d gangguan 09.12 1. Memberikan edukasi tentang Pukul 09.30
absorbsi nutrisi di GIT akibat meningkatkan nutrisi tinggi zat besi bagi S:
penurunan Hb d.d Gizi kesan penderita Anemia seperti daging merah, Klien mengatakan mau mencoba
kurang, papil lidah atrofi, terdapat ikan dan sayuran berdaun hijau makan makanan yang dianjurkan
splenomegali dan hepatomegali. Respon: perawat
Klien mengatakan mau mencoba makan O:
makanan yang dianjurkan perawat Klien nampak antusias saat diberi
edukasi
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan proses yang sistematis dalam dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Setiadi, 2012).
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons
manusia terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau
kerentanan respons dari seorang individu, keluarga, kelompok, atau
komunitas (Herdman, 2015). Diagnosa yang mungkin muncul pada penderita
anemia, yaitu:
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan da perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada perencanaan.
Penulis melakukan kerja sama dengan perawat ruangan untuk melakukan
implementasi dengan dilakukan secara penuh selama 24 jam karena
keterbatasan waktu dalam melakukan tindakan tersebut. Sedangkan
implementasi yang dilakukan penulis sesuai rencana yang telah disusun
sebelumnya adalah :
1. Mengecek hasil pemeriksaan laboratorium
2. Mengecek tanda-tanda vital
3. Mengecek CRT
4. Mengedukasi untuk selalu meminum tablet penambah darah
5. Memberikan edukasi tentang meningkatkan nutrisi tinggi zat besi bagi
penderita Anemia seperti daging merah, ikan dan sayuran berdaun
hijau
6. Menganjurkan makan sedikit tapi sering
7. Menganjurkan klien meningkatkan aktivitas secara bertahap jika
merasa pusing untuk mencegah terjadinya cedera atau bahaya
8. Memberikan edukasi pentingnya meningkatkan intake nutrisi
seimbang, terutama tinggi zat besi dan tinggi protein seperti daging,
ikan dan juga sayuran untuk meningkatkan imunitas tubuh
9. Mengedukasi untuk menjaga koordinasi tubuh agar tidak terjadi
cedera yang dapat mengakibatkan perdarahan akibat luka
10. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antibiotik
sebagai pencegahan infeksi
11. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antipiretik
sebagai penurun demam.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
dilakukan, dari 5 diagnosa yang ada diagnose pertama adalah Perfusi
perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai
oksigen berkurang d.d CRT >3 detik, nadi perifer menurun atau tidak
teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun,
konjungtiva anemis, parestesia, pusing, penglihatan kabur (kunang-
kunang), letih, lesu, lelah, lunglai. Yang kedua adalah Defisit nutrisi
b.d gangguan absorbsi nutrisi di GIT akibat penurunan Hb d.d BB
menurun minimal 10% di bawah rentang ideal, lemah, bising usus
hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah, membran
mukosa pucat, nafsu makan menurun. Yang ketiga adalah Intoleransi
aktivitas b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen
berkurang d.d tekanan darah menurun, sianosi, lelah, lesu, lunglai,
letih, lemah. Yang keempat adalah Defisit perawatan diri b.d intoleransi
aktivitas d.d tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke
toilet/berhias secara mandiri, minat melakukan perawatan diri kurang
dan menolak melakukan perawatan diri karena merasa lemas. Dan
yang kelima adalah Risiko infeksi b.d penurunan daya tahan tubuh
sekunder akibat penurunan konsentrasi Hb. Dengan kelima diagnose
tersebut hanya 4 yamg ditegakan oleh kelompok karena sudah
menyesuaikan dengan kasus yang ada di poli klinik tersebut.
BAB IV
PENUTUP
i. Kesimpulan
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah
dan kadar hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan
penyakit,melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit
(gangguan) fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Anemia
bukan merupakan satu kesatuan, tetapi merupakan akibat dari berbagai proses
patologik yang mendasari (smeltzer C Suzane, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth; 935).
Karena sistem organ dapat terkena, maka pada anemia dapat menimbulkan
manifestasi klinis yang luas tergantung pada kecepatan timbulnya anemia, usia,
mekanisme kempensasi, tingkat aktifitasnya, keadaan penyakit yang
mendasarinya dan beratnya anemia.
Diagnosa keperawatan penyakit anemia yang ditemukan diantaranya adalah :
c) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
d) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /
absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah
(SDM) normal.
e) Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
f) Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder
leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
4) Saran
Diperlukannya penanganan yang tepat terhadap faktor lingkungan (fisik,
biologis dan sosial ekonomi). Kondisi sosial berupa dukungan dari keluarga dan
komunitas akan mempengaruhi kejadian anemia. Jika keluarga mendukung
terhadap intake nutrisi yang adekuat untuk menghindarkan klien mengalami
anemia kembali. Perawat sebagai konselor diharapkan bisa memberikan
konseling kepada klien maupun keluarga klien agar selalu menjaga
keseimbangan nutrisi dan gaya hidup yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ekawati,Asih.2014.”Anemia”.4 September
2015.http://www.academia.edu/9871777/anemia
http://www.referensisehat.com/2014/12/anemia-mikrositik-
hipokromik.html
http://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
dengan-anemia-43534264