Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK MENINGITIS

Dosen Pembimbing :

Indriatie, S.Kp., M., M.Kes.

Disusun Oleh Kelompok 5 :

1. Ika Maulidia (P27820720066)


2. Muhammad Syukron Towil (P27820720074)
3. Novia Rofiqoh Arifah (P27820720078)
4. Susmita Ayu Fernanda (P27820720087)
5. Hana Marshadita Yowanda Sari(P27820720093)

TINGKAT II SEMESTER 3 SARJANA TERAPAN

POLITEKNIK KESEHATAN NEGERI KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


LEMBAR PENGESAHAN

Judul Makalahh : Makalah Asuhan Keperawatan Anak Meningitis

Disusun Kelompok 5:

1. Ika Maulidia (P27820720066)


2. Muhammad Syukron Towil (P27820720074)
3. Novia Rofiqoh Arifah (P27820720078)
4. Susmita Ayu Fernanda (P27820720087)
5. Hana Marshadita Yowanda Sari (P27820720093)

Jurusan : Pendidikan Profesi Ners Jenjang Sarjana Terapan

Keperawatan Soetomo TK 2

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah yang


saya selesaikan adalah benar. Dengan ini saya menyatakan penulisan makalah
dengan ditetapkan oleh ibu guru/dosen.

Surabaya, 07 Agustus 2021

Yang Memberi Pengesahan Yang Membuat Pernyataan

Indriatie, S.Kp., M., M.Kes Kelompok 5

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena Dia
telah memberikan kesempatan kepada kami, juga kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini dengan judul ”Makalah Asuhan Keperawatan Anak
Meningitis”. Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Anak dan agar lebih mengetahui bagaimana meningitis dan
encephalitis pada anak, diharapkan para pembaca dapat memahami apa yang
terdapat dalam makalah ini.

Tidak lupa juga kami berterima kasih kepada dosen pembimbing ibu
Indriatie, S.Kp., M., M.Kes selaku dosen kuliah Keperawatan Anak Politeknik
Kesehatan Kememkes Surabaya karena telah membimbing kami sebagai
mahasiswa. Serta kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dengan dukungan moral dan materil dalam menyusun makalah ini.

Dalam makalah ini dijelaskan tentang bagaimana proses meningitis dan


encephalitis pada anak serta asuhan keperawatan meningitis dan encephalitis pada
anak. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya,
sebelumnya kami memohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
di masa depan.

Surabaya, 07 Agustus 2021

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................Error: Reference source not found

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum..............................................................................2


1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................................2

4.1 Manfaat.................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Konsep Teori Kasus Anak Meningitis


2.1.1 Definisi.........................................................................................3
2.1.2 Etiologi.........................................................................................3
2.1.3 Manifestasi Klinis........................................................................4
2.1.4 Patofisiologi.................................................................................6
2.1.5 Pathway........................................................................................7
2.1.6 Komplikasi...................................................................................7
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang...............................................................8
2.1.8 Penatalaksanaan...........................................................................8
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Anak Meningitis
2.2.1 Pengkajian..................................................................................10
2.2.2 Analisi Data...............................................................................19
2.2.3 Diagnosa Keperawatan..............................................................20
2.2.4 Interverensi................................................................................21
2.2.5 Implementasi..............................................................................25
2.2.6 Evaluasi......................................................................................26

iii
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan..........................................................................................27

3.2 Saran....................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Meningitis merupakan penyakit yang menyerang system saraf.
Kebanyakan penyakit ini menyerang pada anak-anak. Banyak yang tidak
mengetahui sesungguhnya kedua penyakit ini berbeda meskipun sebenarnya
mirip. Meningitis adalah radang membran pelindung system saraf pusat.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, obat-
obatan tertentu.
Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekatdengan otak dan
tulang belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak,
pikiran, bahkan kematian. Kebanyakan ksus meningitis disebabkan oleh
mikroorganisme,seperti virus, bakteri, jamur, atau parasite yang menyebar
dalam darah ke cairan otak.
Infeksi bakteri,seperti meningitis, atau komplikasi dari penyakit lain
seperti rabies disebabkan oleh virus atau sifilis disebabkan oleh bakteri.
Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary
amoebic meningoencephalitis. Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong
terhadap tengkorak dan menyebabkan kematian.
Meningitis pada anak umumnya merupakan meningitis aseptik dan tidak
memerlukan pengobatan spesifik, namun 6-18% kasus meningitis akut
merupakan meningitis bakterial. Meningitis bakterial merupakan infeksi
sistem saraf pusat (SSP) yang paling berat dan sering serta masih menjadi
masalah kesehatan di dunia.
Angka kematian mencapai 25% di negara maju dan lebih tinggi lagi di
negara berkembang walaupun telah ada terapi antimikroba dan perawatan
intensif yang canggih. Meningitis bakterial terutama menyerang anak usia <2
tahun, dengan puncak angka kejadian pada usia 6-18 bulan. Insidens
meningitis bakterial di negara maju sudah menurun sebagai akibat
keberhasilan imunisasi Hib dan pneumokokus.

1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang diatas sebagai
berikut.
1. Bagaimana konsep teori kasus anak meningitis?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan anak meningitis?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum yang dapat diambil dari rumusan masalah diatas
adalah mahasiswa dapat mengetahui serta memahami mengenai anak
meningitis.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang dapat diambil dari rumusan masalah diatas sebagai
berikut.
1. Untuk mengetahui konsep teori kasus anak meningitis.
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan anak meningitis.

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari tujuan umum dan tujuan khusus diatas
sebagai berikut.
1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep teori kasus anak meningitis.
2. Mahasiswa dapat mengetahui konsep asuhan keperawatan anak
meningitis.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Teori Kasus Anak Meningitis


2.1.1 Definisi

Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai


lapisan piameter dan ruang subarachnoid maupun arakhnoid, dan
termasuk cairan serebrospinal (CSS). Peradangan yang terjadi pada
Meningitis yaitu membrane atau selaput yang melapisi otak dan
medulla spinalis, dapat disebkan berbagai organisme seperti virus,
bacteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan
berpindah kedalam cairan otak (Wordpress. 2009).

Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang


mengelilingi otak dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus,
bakteri atau organ-organ jamur (Smeltzer, 2001). Meningitis adalah
radang dari selaput otak (arachnoid danpiamater). Bakteri dan virus
merupakan penyebab utama dari meningitis.

Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya


ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok,
Meningokok, Stafilokok, Streptokok,Hemophilus influenza dan
bahanaseptis (virus) (Long, 1996).Meningitis adalah peradangan pada
selaput meningen, cairan serebro spinal dan spinal column yang
menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi&Rita,
2001)

2.1.2 Etiologi

Menurut (Dwy Ardyan, 2012), Meningitis yang berasal dari Bakteri


yakni Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus

3
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
Penyebab lainnya, Virus yakni Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu
terakhir kehamilan. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun,
defisiensi imunoglobulin.

Meningitis paling sering disebabkan oleh bakteri dan virus. Pada


bayi baru lahir, Streptoccocus pneumoniae merupakan bakteri yang
paling sering menginfeksi. Sedangkan pada kelompok usia lain, yang
paling sering menginfeksi adalah S. pneumoniae dan Neisseria
meningitidis. Infeksi pada anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin
dari orang dewasa paling sering disebabkan oleh Haemiphilae
influenzae (Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia, 2016).

2.1.3 Manifestasi Klinis

Keluhan pertama biasanya nyeri kepala.rasa nyeri ini dapat


menjalar ketengkuk dan punggung.tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk
disebabkan oleh mengejangnya otot-otot ekstensor tenkuk.Bila hebat,
terjadi opistotonus.Daitu tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah
dan punggung dalam sikap hiperekstensi.Kesadaran menurun.tanda
kernig dan brudGinsky positif. Gejala meningitis di akibatkan dari
infeksi dan peningkatan TIK
1. Sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala
di hubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai
akibati ritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi
selama perjalanan penyakit.
2. Perubahan pada tinkat kesadaran dihubunkan dengan meningitis
bakteri. Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan
awala dan ya penyakit individu terhadap proses fisiologik.
Manifestasi prilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan
penyakit, dapat terjadi letargik, tidak response, dan koma.

4
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah di
kenali yang umumnya terlihat pada semua tipe meningitis.
4. Ragiditas nukal (kakuleher) adalah tanda awal. Adanya upaya untuk
fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot otot
leher .fleksi paksaan menyebabkan nyeri berat.
5. Tanda kerning positif: ketika pasien di baringkan dengan paha
dalam keadaan fleksi kearah abdomen , kaki tidak dapat di
ekstensikn sempurna.
6. Tanda brundzinski: bila leher difleksikan, maka di hasilkan fleksi
lutut danpinggul; bila di lakukan fleksi pasif pada ekstremitas
bawah padasalah satusisi, makagerakan yang sama terlihat pada sisi
ekstremitas yang berlawanan.
7. Demikian pula alasan yang tidak di ketahui, pasieni ini mengeluh
mengalami foto fobia atau sensitive yang berlebihan terhadap
cahaya.
8. Kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan dengan meningitis.
Kejang terjadi terjadi sekunder akibat area vocal kortikal yang peka.
Tanda tanda peningkatan TIK sekunder akibat eksudatpurulen dan
edema serebral terdiri dari perubahan karakteristik tanda tanda vital
(melebarnya tekanan pulse dan bradikardia) ,pernafasanm tidak
teratur, sakit kepala muntah, dan penrunan tingkat kesadaran.
9. Adanya ruam merupakan salah satu ciri yang menyolok pada
meningitis meningokokal (Neisseria meningitis). Sekitar dari semua
pasien dengan tipe meningitis mengembangkan lesi-lesi pada kulit
diantaranya ruam petekie dengan lesi purpura asmpaiekimosis pada
daerah yang luas.
10. Infeksi fulminating terjadi padasekitar 10% dengan meningitis
meningiokokkus,dengan tanda tanda septicemia; demam tinggi yang
tiba tiba muncul, lesi purpura yang menyebar (sekitar wajah dan
ekstremitas), syok dan tanda tanda koagulopati intravaskuler
diseminata (KID). Kematian mungkin terja didalam beberapa jam
setelah serangan infeksi

5
11. Organisme penyebab infeksi selalu dapat di identifikasi melalui
biakan kuman ada cairan serebrosinal dan
darah.counterimmunoelectrooesis (CIE) digunakan secara luas untuk
mendeteksi antigen bacteria dan cairan tubuh, umumnya cairan
serebrosnal dan urine.
12. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi
tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda
koagulopat iintravaskuler diseminata.
2.1.4 Patofisiologi

Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan


piamater. Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel
bergerak / mengalir melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler
dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui
villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan
subarachnoid.
Organisme (virus/bakteri) yang dapat menyebabkan
meningitis,memasuki cairan otak melaui aliran darah di dalam
pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret
telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat
menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan
otak dengan lingkungan (dunialuar), mikroorganisme yang masuk
dapat berjalan kecairan otak melalui ruangan subarachnoid. Adanya
mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab peradangan
pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel.

6
2.1.5 Pathway

2.1.6 Komplikasi

Penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat dari komplikasi meningitis


yaitu sebagai berikut.

1. Trombosis vena cerebral , yang menyebabkan kejang , koma, atau


kelumpuhan

7
2. Efusi atau abses subdural ,yaitu penumpukan cairan diruangan
subdural karena adanya infeksi kuman
3. Hidrosefalus ,yaitu pertumbuhan lingkaran kepala yang cepat dan
abnormal yang disebabkan oleh penyumbatan cairan
serebrospinalis
4. Ensefalitis ,yaitu radang pada otak
5. Absesotak ,terjadi karena rahang yang berisi pus atau nanah di otak
6. Arteritis pembuluh darah otak , yang dapat mengakibatkan infrak
otak karena adanya infeksi pada pembuluh darah yang
mengakibatkan kematian pada jaringan otak
7. Kehilangan pendengaran,dapat terjadi karena radang langsung
saluran pendengaran
8. Gangguan perkembangan mental dan intelegens ikarena adanya
retardasi mental yang mengakibatkan perkembangan mental dan
kecerdasan anak terganggu
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap, kultur darah, gula darah dan elektrolit
2. Lumbal pungsi
a. Pemeriksaan LCS
b. Cairan LCS keruh/opalesence, Nonne +/-, Pandy+/++
c. Sel 100-100.000,dominan selpolimorfonuklear
d. Protein 200-500 mg/dl
e. Glukosa<40 mg/dl
f. Jika pernah mendapat antibiotik, gambaran LCS tidak spesifik
3. CT Scan dan MRI
pada kasus berat dan curiga komplikasi seperti empyema subdural,
absesotak, hidrosefalus
4. EEG
perlambatan umum
2.1.8 Penatalaksanaan
1. Penatalaksaan Medis
a. Meningitis purulenta

8
- Pemberian cairan secara intravena untuk
menghindarikekurangan cairan/elektrolit akibat muntah-
muntah ataudiare.
- Bila pasien masuk dalam keadaan status konvulsivus,
diberikan diazepam 0,5 mg/kg BB/ kali intravena, dan dapat
di ulang dengan dosis yang sama 15 menit kemudian. Bila
kejang belum berhenti, ulangan pemberian diazepam
berikutnya (yang ketiga kali) dengan dosis yang sama
diberikan secara intramuskular.
- Setelah kejang dapat di atasi, diberikan fenobarbital dosis
awal untuk neonatus 30 mg, anak kurang dari 1 tahun 50
mg dan di atas 1 tahun 75 mg. Selanjutnya untuk
pengobatan rumat diberikan fenobarbital dengan dosis 8-9
mg/kg BB/hari di bagi dalam 2 dosis, diberikan selama 2
hari.
- Berikan ampisisilin intravena sebanyak 400 mg/kg BB/ hari
di bagi dalam 6 dosis di tambah kloramfenikol 100 mg/ Kg
BB/hari intravena dibagi dalam 4 dosis . Pada hari ke-10
pengobatan di lakukan pungsi lumbal ulangan dan bila
ternyata menunjukkan hasil yang normal pengobatan
tersebut di lanjutkan 2 hari lagi. Tetapi jika masih belum
normal pengobatan di lanjutkan dengan obat yang sama
seperti di atas atau di ganti dengan obat yang sesuai dengan
hasil biakan dan uji resisten kuman.
b. Meningitis tuberkulosa
Dasar pengobatan meningitis tuberkulosa ialah pemberian
kombinasi obat antituberkulosis dan di tambahkan dengan
kortikosteroid, pengobatan sitomatik bila terdapat kejang,
koreksi dehidrasi akibat masukan makanan yang kurang atau
muntah dan fisioterapi.
Umumnya di pakai kombinasi streptomisin, PAS dan INH.
Bila ada resisten terhadap salah satu obat tersebut maka dapat

9
digantikan dengan reserve drugs. Streptomisin di berikan
dengan dosis 30-50 mg/kg BB/hari selama 3 bulan atau jika
perlu di teruskan 2 kali seminggu selama 2-3 bulan lagi sampai
likuor serebrospinalis menjadi normal. PAS dan INH di teruskan
paling sedikit sampai 2 tahun.
Kortikostreoid biasanya di berikan berupa prednison
dengan dosis 2-3 mg/kg BB/hari (dosis minimum 20 mg/ hari)
dibagi 3 dosis selama 2-4 minggu, kemudian di turunkan 1
mg/kg BB/hari setiap 1-2 minggu. Pemberian kortikosteroid
seluruhnya selama 3 bulan dan dihentikan bertahap untuk
menghindarkan terjadinya rebound phenomenon.
2. Pencegahan Meningitis
Imunisasi dini dapat mencegah agar anak dalam keluarga
tidak mengalami kematian yang tragis. Perawat memainkan peran
yang signifikan dalam memberikan penyuluhan kepada keluarga
mengenai berbagai Tindakan pencegahan seperti vaksinasi.
Pemberian vaksinasi yang dapat mencegah terjadinya meningitis
adalah vaksin DPT(difteri, pertusis dan tetanus) Hib (Haemofilus
Influenza Tipe b) untuk mencegah meningitis yang di sebabkan
oleh H. Influenzae, N.
Meningitidis dan penyebab meningitis akibat komplikasi dari
pneumonia, di berikan pada usia 2, 3 dan 4 bulan. Selain itu vaksin
BCG (Bacillus Calmette-Guerin) diberikan untuk mencegah
penyakit TBC, pemberian dilakukan pada usia 1 bulan
(Pusdiknakes, 2015).

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Anak Meningitis


2.2.1 Pengkajian
Anamnesis pada meningitis meliputi keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan pengkajian psikososial
(pada anak perlu dikaji dampak hospitalisasi) (Arif Muttaqin,2008).
1. Keluhan utama

10
Hal yang sering menjadi alasan klien atau orang tua membawa
anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan adalah panas badan
tinggi, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran.
2. Riwayat penyakit saat ini
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk
mengetahui jenis kuman penyebab. Disni harus ditanya dengan
jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan,
sembuh, atau bertambah buruk. Pada pengkajian klien meningitis,
biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat dari
infeksi dan peningkatan TIK.
Keluhan gejala awal tersebut biasanya sakit kepala dan
demam. Sakit kepala dihubungkan dengan meningitis yang selalu
berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada
dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit. Keluhan kejang perlu
mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam,
bagaimana sifat timbulnya kejang, stimulus apa yang sering
menimbulkan kejang, dan tindakan apa yang diberikan dalam
upaya menurunkan keluhan kejang tersebut.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran
dihubungkan dengan meningitis bakteri. Disorientasi dan gangguan
memori biasanya merupakan awal adanya penyakit. Perubahan
yang terjadi bergantung pada beratnya penyakit, demikian pula
respons individu terhadap proses fisiologis. Keluhan perubahan
perilaku juga umum terjadi.
Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak
responsif, dan koma. Pengkajian lainnya yang perlu ditanyakan
seperti riwayat selama menjalani perawatan di RS, pernahkah
menjalani tindakan invasif yang mungkin masuknya kuman ke
meningen terutama melalui pembuluh darah.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pengakajian penyakit yang pernah dialami klien yang
memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi

11
keluhan sekarang meliputi pernahkah klien mengalami infeksi jalan
nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit, dan
hemoglobinopatis lain, tindakan bedah saraf, riwayat trauma
kepala, dan adanya pengaruh imunologis pada masa sebelmunya.
Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan pada klien terutama
apabila adan keluhan batuk produktif dan pernah menjalani
pengobatan obat antituberkulosis yang sangat berguna untuk
mengidentifikasi meningitis tuberkulosa.
Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan
klien, sperti pemakaian obat kortikosteroid, pemakaian jenis-jenis
antibiotik dan reaksinya (untuk menilai resistensi pemakaian
antibiotik) dapat menambah komprehensifnya pengkajian.
Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat
penyakit sekarang dan perupakan data dasar untuk mengkaji lebih
jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
4. Riwayat kesehatan sekarang
a. Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia,
kelumpuhan, gerakan involunter.
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK.
Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan
nadi berat, taikardi, disritmia.
c. Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
d. Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda :
anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa
kering.
e. Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan
diri.

12
f. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan
yang terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia,
fotofobia, ketulian dan halusinasi penciuman. Tanda : letargi
sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi,
kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang
umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig
positif, rigiditas nukal, babinski positif,reflek abdominal
menurun dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki.
g. Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala(berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah,
menangis.
h. Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda : penin
5. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Pengkajia psikologis klien meningitis meliputi beberapa
dimensi yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi
yang jelas mengenai status emosi, kognitif dan perilaku klien.
Sebagian besar pengkajian ini dapat diselesaikan melalui interaksi
menyeluruh dengan klien dalam pelaksanaan pengkajian lain dengan
memberi pertanyaan dan tetap melakukan pengawasan sepanjang
waktu untuk menentukan kelayakan ekspresi emosi dan pikiran.
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga
penting untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan
masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-
harinya baik dalam keluarga maupun masyarakat.
Apakah ada dampak yang timbul pada klien, yaitu timbul
seperti ketakutan atau kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan
untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap
dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Pengkajian mengenai
mekanisme koping yang secara sadar biasa digunakan klien selama

13
masa stres meliputi kemampuan klien untuk mendiskusikan masalah
kesehatan saat ini yang telah diketahui dan perubahan perilaku akibat
stres.
Karena klien harus menjalani rawat inap maka apakah keadaan
ini memberi dampak pada status ekonomi klien, karena biaya
perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit.
Perawat juga memasukan pengkajian terhadap fungsi neurologis
dengan dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya
hidup indivudu.
Perspektif keperawatan dalam mengkaji terdiri atas dua
masalah, yaitu keterbatasan yang diakibatkan oleh defisit neurologis
dalam hubungannya dengan peran sosial klien dan rencana
pelayanan yang akan mendukung adaptasi pada gangguan neurologis
didalam sistem dukungan individu.
Pada pengkajian klien anak, perlu diperhatikan dampak
hospitalisasi pada anak dan family center. Anak dengan meningitis
sangat rentan terhadap tindakan invasif yang sering dilakukan untuk
mengurangi keluhan, hal ini stres anak dan menyebabkan anak stres
dan kurang kooperatif terhadap tindakan keperawatan dan medis.
Pengkajian psikososial yang terbaik dilaksanakan saat
mengobservasi anak-anak bermain atau selama berinteraksi dengan
orang tua. Anak-anak sering kali tidak mampu untuk
mengekspresikan perasaan mereka dan cenderung untuk
memperlihtakan masalah mereka melalui tingkah laku.
6. Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-
keluhan klien, pemeriksaan fisik sngat berguna untuk mendukung
data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya
dilakukan secara per sistem (B1-B6) dengan fokus pada pemeriksaan
B3 (brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan
dari klien.

14
Pemeriksaan fisik dimulai dengan memeriksa tanda-tanda vital.
Pada klien meningitis biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh
lebih dari normal, yaitu 38-40oC, dimulai dari fase sistemik,
kemerahan, panas, kulit kering, berkeringat. Keadaan ini biasanya
dihubungkan dengan proses inflamasi dan iritasi meningen yang
sudah menggangu pusat pengaturan suhu tubuh.
Penurunan denyut nadi terjadi berhubungan dengan tanda-randa
penigkatan TIK. Apabila disertai peningkatan frekuensi pernapasan
sering berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum
dan adanya infeksi pada sistem pernapasan sebelum mengalami
meningitis. Tekanan darah biasanya normal atau meningkat karena
tanda-tanda peningkatan TIK.
a. B1 (breathing)
Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak nafas,
penggunaan otot bantu nafas, dan peninngkatan frekuensi
pernafasan yang sering didapatkan pada klien meningitis yang
disertai adanya gangguan pada sistem pernafasan. Palpasi
thoraks hanya dilakukan apabila terdapat deformitas pada tulang
dada pada klien dengan efusi pleura masif (jarang terjadi pada
klien meningitis). Auskultasi bunyi nafas tambahan seperti
ronchi pada klien dengan meningitis tuberkulosa dengan
penyebaran primer dari paru.
b. B2 (blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler terutama dilakukan
pada klien meningitis pada tahap lanjut seperti apabila klien
sudah mengalami renjatan (syok). Infeksi fulminating terjadi
pada sekitar 10% klien dengan meningitis meningokokus,
dengan tanda-tanda septikemia:demam tinggi, yang tiba-tiba
mucul, lesi, purpura yang menyebar (sekitar wajah dan
ekstremitas) syok dan tand-tanda koagulasi intravaskuler
diseminata. Kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam
stelah serangan infeksi.

15
c. B3 (brain)
Pengkajian brain merupakan pemeriksaan fokus dan lebih
lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
7. Tingkat kesadaran
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien meningtis biasanya
berkisar pada tingkat tinggi, stupor, dan semikomatosa. Apabila
klien sudah mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting
untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi memantau
pemberian asuhan keperawatan.
8. Fungsi serebi
Status mental : observasi penampilan klien dan tingkah lakunya,
lain gaya bicara klien dan observasi ekspresi wajah dan aktivitas
motorik yang pada klien meningitis tahap lanjut biasanya status
mental klien mengalami perubahan.
9. Pemeriksaan saraf kranial
a. Saraf I. Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan dan
fungsi penciuman tidak ada kelainan.
b. Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.
Pemeriksaan papiledema mungkin didapatkan terutama pada
meningitis supuratif disertai abses serebri dan efusi subdural yang
menyebabkan terjadinya peningkatan TIK berlangsung lama.
c. Saraf III,IV,VI. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pu[il pada klien
meningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya
tanpa kelainan. Pada tahap lanjut meningitis yang mengganggu
kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reaksi pupil
akan didapatkan. Dengan alasan yang berlebihan terhadap cahaya.
d. Saraf V. Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan
paralisis pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada
kelainan.
e. Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
simetris.

16
f. Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli
persepsi
g. Saraf IX dan X. Kemampuan menalan baik.
h. Saraf XI. Tidak ada atrofi otot strenokleidomastoideus dan
trapezius. Adanya usaha dari klien untuk melakukan fleksi leher
dan kaku kuduk (ringiditan nukal).
i. Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan
tidak ada fasikulasi Indra pengecap normal.
10. Sistem Motorik
Kekuatan otot menurun, kontrol keseimbangan dan koordinasi
pada meningitis tahap lanjut mengalami perubahan.
a. Pemeriksaan refleks
Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon,
ligamentum atau periasteum derajat refleks pada respon normal.
Refleks patologis akan didapatkan pada klien meningitis dengan
tingkat kesadaran koma. Adanya refleks Babisnkis (+)
merupakan tanda adanya lesi UMN
b. Gerakan Involunter
Tidak menemukan adanya tremor, kedutan saraf, dan
distonia. Pada keadaan tertentu klien biasanya mengalami
kejang umum, terutama pada anak dengan meningitis disertai
peningkatan suhu tubuh yang tinggi. Kejang dan peningkatan
TIK juga berhubungan dengan meningitis. Kejang terjadi
sekunder akibat area fokal kortikal yang peka.
c. Sistem sensorik
Pemeriksaan sensorik pada meningitis biasanya didapatkan
sensasi raba, nyeri, dan suhu normal, tidak ada perasaan
abnormal di permukaan tubuh. Sensai propriopseptif dan
deskriminatif normal
11. Pemeriksaan fisik lainnya
Terutama yang berhubungan dengan peningkatan TIK. Tanda-
tanda peningktakan TIK sekunder akibat eksudat purulen dan edema

17
serebri terdiri atas perubahan karakteristik tanda-tanda vital
( melebarnya tekan pulsa dan bradikardia ), pernapasan tidak teratur,
sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
Adanya ruam merupakan salah satu cirri yang menyolok pada
meningitis meningokokal (Neisseria meningitis ). Sekitar setengah
dari semua klien dengan tipe meningitis mengalami lesi-lesi pada
kulit di antaranya ruam petekia dengan lesi purpura sampai ekimiosis
pada daerah yang luas.
Iritasi meninge mengakibat sejumlah tanda yang mudah
dikenali yang umumnya terlihat pada semua tipe meningitis. Tanda
tersebut adalah rigiditas nukal, tanda kernig (+) dan adanya tanda
Brudzinski, Kaku kuduk adalah tanda awal. Adanya upaya untuk
fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot
leher. Fleksi paksaan menyebabkan nyeri berat.
kaku kuduk ( ringditas nukal). Bila leher ditekuk secara pasif akan
terdapat tahanan, sehingga dagu tidak dapat menempel pada dada.
Pemeriksaan untuk melihat adanya tanda kering.
Cara pemeriksaan dengan fleksi tungkai atas tegak lurus
kemudian dicoba untuk diluruskan tungkai bawah pada sendi lutut.
Hasil normal didapatkan apabila tungkai bawah membentuk sudut
135o terhadap tungkai atas. Hasil kering (+) bila didapatkan ekstensi
lutut pasif terdapat hambatan karena ada nyeri.
a. Tanda Kerning positif
Ketika klien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi
kea rah abdomen, kaki tidak akan dapat diekstensikan sempurna.
b. Tanda Brudzinski
Tanda ini didapatkan apabila leher klien difleksikan, maka
dihasilkan fleksi lutut dan pinggul; bila dilakukan fleksi pasif
pada ektremitas bawah pada salah satu sisi, maka gerakan yang
sama terlihat pada sisi ektremitas yang berlawanan.
12. Pemeriksaan Penunjang
a. Pungsi lumbal dan kultur CSS dengan hasil sebagai berikut :

18
b. Hitung sel darah putih, biasanya meningkat sampai lebih dari
100/mm3(normal : < 6/μL).
c. Pewarnaan gram CSS
d. Kadar glukosa cairan otak menurun pada meningitis bakterial dan
pada meningitis dengan penyebab virus kadar glukosa biasanya
normal. (normal kadar glukosa cairan otak 2/3 dari nilai serum
glukosa).
e. Protein, tinggi (bakterial, tuberkular, infeksi kongenital) dan pada
meningtis virus protein sedikit meningkat.
2.2.2 Analisi Data
1. Nyeri Akut (D.0077)
Etiologi : Agen pencedera fisiologis karena meningitis dan agen
pencedera kimiawi karena pemberian medikasi vaksinasi.

DS : Klien mengeluh nyeri

DO : Klien terlihat meringis, gelisah, dan frekuensi nadi meningkat.

2. Gangguan Rasa Nyaman (D.0074)


Etiologi : Gejala penyakit kronis meningitis, kurang pengendalian
situasional, ketidak adekuatan sumber daya pengetahuan,
efek samping terapi medikasi vaksinasi.

DS : Klien mengatakan mengeluh tidak nyaman, mengeluh sulit


tidur, mengeluh kedinginan, tidak mampu rileks, merasa
gatal, mengeluh mual, dan mengeluh lelah.

DO : Klien terlihat gelisah, menunjukan gejala stress, tampak


merintih, pola eliminasi berubah, dan klien terlihat postur
tubuh berubah.

3. Hipertermia (D.0130)
Etiologi : Dehidrasi, proses penyakit meningitis, peningkatan laju
metabolisme, dan respon trauma.

DS : Klien mengatakan tubuh merasa menggigil.

19
DO : Klien memiliki suhu diatas nilai normal, klien terlihat memerah
kulitnya, klien kejang, dan kulit terasa panas.

4. Resiko Cedera (D.0136)


Etiologi : terpapar patogen, terpapar agen nosokomial, dan
kegagalan mekanisme pertahanan tubuh.

DS : Klien merasa khawatir

DO : Klien terlihat murung dan cemas.

5. Risiko Syok (D.0039)

Etiologi : Kurangnya volume cairan, sindrom respons inflamasi


sistemik, dan cedera medula spinalis.

DS : Klien mengtakan tidak dapat menerima kenyataan.

DO : Klien terlihat gelisah, pucat, dan terkejut.

6. Gangguan Komunikasi Verbal (D.0119)


Etiologi : Penurunan sirkulasi serebral, gennguan neuromuskuler,
dan muskuloskeletal.

DS : Klien mengatakan susah untuk beraktivitas.

DO : Klien terlihat respon tidak sesuai, gegap, pelo, dan sulit


memahami komunikasi.

7. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)

Etiologi : Perubahan metabolisme, kecemasan, gangguan


muskuloskelektal, dan neuromuskular.

DS : Klien mengeluh sulit menggerakan ekstermitas.

DO : Klien terlihat kekuatan otot menurun, dan rentan gerak


menurun.

2.2.3 Diagnosa Keperawatan

20
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan ditandai dengan
meringis (D.0077)
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan penyakit kronis
meningitis ditandai dengan mengeluh tidak nyaman (D.0074)
3. Hipertermia berhubugan dengan proses penyakit infeksi meningitis
ditandai dengan meningitis (D.0130)
4. Resiko cedera berhubungan dengan terpapar patogen ditandai
dengan khawatir (D.0136)
5. Risiko syok ditandai dengan ketidak cukupan aliran darah ke
jaringan ditandai dengan klien terlihat pucat (D.0039)
6. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan
sirkulasi serebral ditandai dengan sulit memahami komunikasi
(D.0119)
7. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan cedera jaringan
ditandai dengan sulit menggerakkan ekstremitas (D.0054)
2.2.4 Interverensi
1. Tingkat Nyeri (L.08066) dan Manajemen Nyeri (1.08238)
Kriteria Hasil : Keluhan nyeri menurun, meringis menurun, gelisah
menurun, kesulitan tidur menurun, dan frekuensi
membaik.
Tindakan :
a. Identifikasilah skala nyeri.
Rasional : membantu mengetahui intensitas nyeri supaya dapat
menentukan perawatan yang tepat guna.
b. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
dengan kompres hangat atau dingin.
Rasional : melakukan penanganan nyeri non farmakologi dapat
membantu mengurangi dalam kebutuhan obat-obat
analgesic
c. Jelaskan strategi meredakan nyeri dan memonitor nyeri secara
mandiri.

21
Rasional : melakukan penanganan nyeri dan memonitor nyeri
secara mandiri agar dapat meminimalisir jika nyeri
tiba-tiba muncul.
d. Kolaborasi pemberian analgetik pada anak meningitis
Rasional : melakukan pemberian analgetik jika teknik
nonfarmakologi tidak ampuh mengurangi skala
nyeri.
2. Status Kenyamanan (L.08064) dan Terapi Relaksasi (1.09326)
Kriteria Hasil : Keluhan tidak nyaman menurun, keluhan sulit tidur
menurun,keluhan gatal menurun, keluhan mual
menurun, keluhan lelah menurun dan gelisah
menurun
Tindakan :
a. Identifikasilah penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan
kognitif
Rasional : membantu mengetahui intensitas ketidaknyamanan
dapat menentukan perawatan yang tepat guna.
b. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruangan nyaman
Rasional : mempermudah kline dalam mengungkapkan isi hati
karena lingkungan yang mendukung.
c. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yag
tersedia.
Rasional : memahami kegiatan relaksasi yang akan dilakukan
sesuai dengan pilihan dan kondisi klien..
3. Termoregulasi (L.14134) dan Manajemen Hipertermia (1.15506)
Kriteria Hasil : Keluhan menggigil menurun, suhu tubuh
memaik,dan kulit merah menurun.
Tindakan :
a. Identifikasilah penyebab hipertermia

22
Rasional : membantu mengetahui intensitas dan sebab
hipertermia supaya dapat menentukan perawatan
yang tepat guna.
b. Berikan teknik pedinginan eksternal untuk mengurangi rasa
nyeri dengan kompres dingin.
Rasional : melakukan penanganan penurunan hipertermia secara
pendinginan eksternal dapat membantu mengurangi
dalam kebutuhan obat-obat analgesic
c. Anjurkan tirah baring
Rasional : membuat tubuh beristirahat untuk mencegah
kenaikan suhu.
d. Kolaborasi pemberian cairan dan eletrolit melalui vena
Rasional : melakukan pemberian cairan dan eletrolit jika teknik
pendinginan eksternal tidak ampuh mengurangi
frekuensi suhu.
4. Tingkat Cedera (L.14136) dan Manajemen Keselamatan
Lingkungan (1.14513)
Kriteria Hasil : kesediaan cedera menurun, luka lecet menurun, dan
ekspresi ketakutan serta kesakitan menurun.
Tindakan :
a. Identifikasilah kebutuhan keselamatan
Rasional : membantu mengetahui intensitas kebutuhan
keselamatan supaya dapat menentukan perawatan
yang tepat guna.
b. Hilangkan bahaya keselamatan lingkunan
Rasional : meminimalisir adanya bahaya yang dapat
meningkatkan tingkat cedera
c. Jelaskan resiko tinggi bahaya lingkungan pada keluarga
Rasional : melakukan edukasi pada orang awan ataupun
keluarga klien .
5. Tingkat Syok (L.083032) dan Pencegahan Syok (1.02068)

23
Kriteria Hasil : kekuatan nadi meningkat, tingkat kesadaran
meningkat, pucat menurun, dan haus menurun.
Tindakan :
a. Identifikasilah status kardiopulmonat
Rasional : membantu mengetahui frekuensi nadi dan nafas
b. Berikan oksigen untuk mempertahankan asuransi
Rasional : mencegah terjadinya hipoksia.
c. Jelaskan penyabab, tanda, dan gejala.
Rasional : melakukan anamesa pada awal dan mudah diingat
d. Kolaborasi pemberian psikofarmaka pada anak meningitis
Rasional : melakukan pemberian psikofarmaka jika teknik
pemberian oksigen tidak ampuh mengurangi skala
syok.
6. Komunikasi Verbal (L.13118) dan Promosi Komunikasi Defisit
Bicara (1.13492)
Kriteria Hasil : kemampuan berbicara meningkat, kesesuaian
ekspresik muka menigkat, dan kontak mata
meningkat.
Tindakan :
a. Identifikasilah kecepatan, tekanan, volume, dan diksi bicara
Rasional : membantu mengetahui intensitaskesulitan dalam
komunikasi verbal supaya dapat menentukan
perawatan yang tepat guna.
b. Gunakan metode komunikasi alternatif
Rasional : melakukan penanganan menggunakan metode
komunikasi alternatif dapat membantu mengurangi
dalam kebutuhan obat-obat analgesic
c. Anjurkan bicara perlahan
Rasional : dapat meningkatkan komunikasi secara verbal.
d. Kolaborasi merujuk ke ahli patologi bicara atau terapis
Rasional : melakukan kolaborasi antara lajur bidang dengan
yang lebih berpengalaman

24
7. Mobilitas Fisik (L.05042) dan Dukungan Ambulasi (1.06171)
Kriteria Hasil : Pergerakan Ekstermitas meningkat, kekuatan otot
meningkat, dan rentan gerak meningkat.
Tindakan :
a. Identifikasilah adanya nyeri atau krluhan lainnya
Rasional : membantu mengetahui intensitas keluhan yang ada
supaya dapat menentukan perawatan yang tepat
guna.
b. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan tongkat
Rasional : melakukan pelatihan otot dan pergerakan etermitas
dengan terapi
c. Jelaskan strategi ambulasi ini dan najurkan mengulanginya
dirumah rutin.
Rasional : melakukan penanganan ndengan terapi secara
mandiri
2.2.5 Implementasi

Implementasi keperawatan adalah tindakan yang sudah direncanakan


dalam rencana tindakan keperawatan. Dengan sasaran utama dapat
mencakup nyeri, gangguan rasa nyaman, hipertermia, resiko cedera,
resiko syok, gangguan komunikasi verbal, dan gangguan mobilitas fisik
menuju arah dengan kondisi membaik. Dengan melibtkan 3 tindakan
tersebut.

1. Mandiri
Aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri dan
bukan merupakan petunjuk / perintah dari petugas Kesehatan.
2. Delegatif
Tindakan keperawatan searah instruksi yang diberikan oleh petugas
kesehatan yang berwenang.
3. Kolaboratif
Tindakan keperawatan dan petugas kesehatan lain dimana
didasarkan atas keputusan bersama.

25
2.2.6 Evaluasi
Kriteria evaluasi yang diharapkan pada klien dengan meningitis
setelah mendapat intervensi keperawatan adalah sebagai berikut.
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan menurun
ataupun menghilang ditandai dengan wajah klien nampak ceria.
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan penyakit kronis
meningitis menurun ataupun menghilang ditandai dengan klien
merasa nyaman.
3. Hipertermia berhubugan dengan proses penyakit infeksi meningitis
menurun ataupun membaik ditandai dengan suhu tubuh normal.
4. Resiko cedera berhubungan dengan terpapar patogen menurun
ditandai dengan klien merasa tenang.
5. Risiko syok ditandai dengan ketidak cukupan aliran darah ke
jaringan menurun ditandai dengan klien terlihat tenang dan tidak
gelisah.
6. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan
sirkulasi serebral membaik ditandai dengan komunikasi yang
lancar dan dapat dimengerti.
7. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan cedera jaringan
menurun ditandai dengan mudah menggerakkan ekstremitas.

BAB 3

26
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai


lapisan piameter dan ruang subarachnoid maupun arakhnoid, dan termasuk
cairan serebrospinal (CSS). Peradangan yang terjadi pada Meningitis yaitu
membrane atau selaput yang melapisi otak dan medulla spinalis, dapat
disebkan berbagai organisme seperti virus, bacteri ataupun jamur yang
menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan otak
(Wordpress. 2009).

Menurut (Dwy Ardyan, 2012), Meningitis yang berasal dari Bakteri


yakni Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok),
Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss,
Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Peudomonas aeruginosa. Penyebab lainnya, Virus yakni
Toxoplasma gondhii dan Ricketsia. Faktor maternal : ruptur membran fetal,
infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan. Faktor imunologi :
defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin. Diagnosa keperawatan
yang dapat diambil dalam kasus meningitis pada anak sebagai berikut.

1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan (D.0077)


2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan Iritasi nervus cranial
(D.0074)
3. Hipertermia berhubugan dengan proses penyakit infeksi (D.0130)
4. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kejang berulang ditandai
dengan fiksasi kurang optimal (D.0136)
5. Risiko syok ditandai dengan ketidakcukupan aliran darah ke jaringan
(D.0039)
6. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
neuromoskuler (D.0119)
7. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan cedera jaringan ditandai
dengan sulit menggerakkan ekstremitas (D.0054)

27
Imunisasi dini dapat mencegah agar anak dalam keluarga tidak
mengalami kematian yang tragis. Perawat memainkan peran yang signifikan
dalam memberikan penyuluhan kepada keluarga mengenai berbagai Tindakan
pencegahan seperti vaksinasi. Pemberian vaksinasi yang dapat mencegah
terjadinya meningitis adalah vaksin DPT(difteri, pertusis dan tetanus) Hib
(Haemofilus Influenza Tipe b) untuk mencegah meningitis yang di sebabkan
oleh H. Influenzae, N.
Meningitidis dan penyebab meningitis akibat komplikasi dari
pneumonia, di berikan pada usia 2, 3 dan 4 bulan. Selain itu vaksin BCG
(Bacillus Calmette-Guerin) diberikan untuk mencegah penyakit TBC,
pemberian dilakukan pada usia 1 bulan (Pusdiknakes, 2015).

3.2 Saran
Pada saat pembuaatan makalah penulis menyadari bahwa banyak sekali
kealahan dan jauh dari kesempurnaan, dengan sebuah pedoman yang bisa di
pertanggung jawab kan dari banyaknya sumber penulis akan memperbaiki
makalah tersebut. Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta Saranya
mengenai makalah dalam kesimpulan di atas. Semoga dengan adanya
makalah ini pembaca akan teredukasi dan menjaga agar tidak terjadi ataupun
menderita penyakit meningitis pada anak.

28
DAFTAR PUSTAKA

Alfinia Yulita. 2017. Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kasus Meningitis
Di Ruang Rawat Anak Irna Kebidanan dan Anakrsup Dr. M. Djamil Padang.
http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ALFINIA_YULITA.pdf. Diakses
pada 6 Agustus 2021.

Fransiska Oktaviani.2017.Asuhan Keperawatan Meningitis.


https://www.slideshare.net/FransiskaOktafiani/asuhan-keperawatan-meningitis-
77041944. Diakses pada 7 Agustus 2021.

Dinda, Angraeni. 2018. Asuhan Keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan dasar


aktivitas pada gangguan system neurologi. http://perpus.fikumj.ac.id/index.php?
p=fstream-pdf&fid=7537&bid=4148. Diakses pada 7 Agustus 2021.

29

Anda mungkin juga menyukai