OLEH :
KELOMPOK 3
KELAS B-11A
i
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Adapun makalah ini merupakan salah satu tugas dari Keperawatan Medikal
Bedah III.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua pihak yang
telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku-buku dan beberapa sumber lainnya
sehingga tugas ini bisa terwujud. Oleh karena itu, melalui media ini kami sampaikan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami miliki. Maka
itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat memotivasi saya
agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Denpasar, 10 April 2019
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan...............................................................................2
1.4. Manfaat Penulisan.............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian otitis media akut (OMA).......................................................... ...... 3
2.2. Etiologi otitis media akut (OMA) ..........................................…......................3
2.3. Anatomi otitis media akut (OMA)............................................................ .. ....5
2.4. Manifestasi Klinis otitis media akut (OMA)............................................... ....7
2.5. Klasifikasi otitis media akut (OMA).......................................................... .....9
2.6. Pathway otitis media akut (OMA)..................................................................12
2.7. Patofisiologi otitis media akut (OMA)............................................................13
2.8. Pemeriksaan Diagnostik otitis media akut (OMA).........................................14
2.9. Penatalaksanaan / Terapi otitis media akut (OMA)........................................16
2.10. Prognosis otitis media akut (OMA).............................................................17
2.11. Konsep Asuhan Keperawatan …………….…………………………….…18
2.12. Asuhan Keperawatan………………………………… ……………….….22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. (Soepardi, et al.,ed. 2007). Robbins &
Cotran (2009) menjelaskan bahwa otitis media akut dan kronik paling sering terjadi
pada bayi dan anak. Kelainan ini menyebabkan eksudasi serosa (jika disebabkan oleh
virus), tetapi dapat menjadi supuratif jika terjadi karena infeksi bakteri. Penyebab otitis
media menurut Brunner & Suddarth (2002) otitis media akut disebabkan oleh
masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya steril.
Prevelensi Otitis media juga merupakan salah satu penyakit langganan anak.
Prevalensi terjadinya otitis media di seluruh dunia untuk usia 10 tahun sekitar 62 %
sedangkan anak-anak berusia 3 tahun sekitar 83 %. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75
% anak mengalami minimal 1 episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir
setengah dari mereka mengalaminya 3 kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25 % anak
mengalami minimal 1 episode sebelum usia 10 tahun ( Abidin, 2009). Di negara
tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun. . Meskipun sering terjadi,
kasus OMA pada anak-anak umumnya dapat membaik dengan perhatian khusus (watchful
waiting) tanpa perlu diberikan antibiotic tertentu, kecuali terdapat adanya indikasi lain. (Byland,
dkk, 2007).
1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian otitis media akut (OMA)?
2. Apa etiologi otitis media akut (OMA)?
3. Anatomi otitis media akut (OMA)?
4. Apa saja manifestasi klinis otitis media akut (OMA)?
5. Apa saja klasifikasi otitis media akut (OMA) ?
6. Bagaimana pathway otitis media akut (OMA)?
7. Bagaimana patofisiologi otitis media akut (OMA)?
8. Bagaimana pemeriksaan diagnostik otitis media akut (OMA)?
9. Bagaimana penatalaksanaan / terapi otitis media akut (OMA)?
10. Bagaimana prognosis otitis media akut (OMA)?
TINJAUAN PUSTAKA
tengah, tuba eustachii, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Biasanya terjadi karena
peradangan saluran napas atas dan sering mengenai bayi dan anak-anak. Telinga
tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang biasanya dalam keadaan steril.
Bila terdapat infeksi bakteri pada nasofaring dan faring, secara alamiah terdapat
pelindung dan bulu-bulu halus yang dimiliki oleh tuba eustachii. OMA terjadi akibat
tidak berfungsinya sistem pelindung tadi. Sumbatan atau peradangan pada tuba
eustachii merupakan faktor utama terjadinya otitis media (Husni T.R, 2011).
dewasa yakni tuba eustakius anak lebih horizontal dan lubang pembukaan tonus
tubarius dikelilingi oleh folikel limfoid yang banyak jumlahnya. Adenoid pada anak
dapat mengisi nasofaring, sehingga secara mekanik dapat menyumbat lubang hidung
dan tuba eustakius serta dapat berperan sebagai fokus infeksi pada tuba. Tuba
eustakius secara normal tertutup pada saat menelan. Tuba eustakius melindungi
telinga tengah dari sekresi nasofaring, drainase sekresi telinga tengah, dan
efusi telinga tengah. Obstruksi mekanik intrinsik dapat terjadi akibat dari infeksi
atau alergi dan obstruksi ekstrinsik akibat adenoid atau tumor nasofaring.
Obstruksi fungsional dapat terjadi karena jumlah dan kekakuan dari kartilago
penyokong tuba. Obstruksi fungsional ini lazim terjadi pada anak-anak. Obstruksi
tuba eustakius mengakibatkan tekanan telinga tengah menjadi negatif dan jika
mengalami obstruksi tidak total, secara mekanik, kontaminasi sekret nasofaring dari
telinga dapat terjadi karena refluks (terutama bila membran timpani mengalami
perforasi), karena aspirasi, atau karena peniupan selama menangis atau bersin.
Perubahan tekanan atau barotrauma yang cepat juga dapat menyebabkan efusi
telinga tengah yang bersifat hemoragik. Bayi dan anak kecil memiliki tuba yang
Faktor lain yaitu respon imun bayi yang belum sempurna. Infeksi saluran nafas
yang berulang juga sering mengakibatkan otitis media melalui inflamasi dan edema
mukosa dan penyumbatan lumen tuba eustakius. Kuman yang sering menyebabkan
Moraxella catarrhalis, Menurut Siegel RM and Bien JP (2004) dalam IKA Unair .
2.3. ANATOMI OTITIS MEDIA AKUT (OMA)
Telinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula), liang telinga sampai membrana
timpani. Aurikula dibentuk oleh tulang rawan yang dibungkus oleh perikondrium
dan bagian terluar dilapisi oleh kulit. Aurikula dibagi atas bagian tulang rawan (1/3
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setangah
lingkaran dan vesitubuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung
atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani
dengan skala vestibuli. Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak
lengkap membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea
tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala
media (duktus koklearis) diantaranya. Dasar skala vestibuli disebut sebagai
membran vestibuli (Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media adalah
membran basalis. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah
yangdisebut membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang
terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk
organ Corti.
Gambar 2.3.Anatomi Telinga Dalam
Gejala klinis OMA tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien.
1. Biasanya gejala awal berupa sakit telinga tengah yang berat dan
menetap.
2. Biasa tergantung gangguan pendengaran yang bersifat sementara.
3. Pada anak kecil dan bayi dapat mual, muntah, diare, dan demam sampai
39,50oC, gelisah, susah tidur diare, kejang, memegang telinga yang sakit.
4. Gendang telinga mengalami peradangan yang menonjol.
5. Keluar cairan yang awalnya mengandung darah lalu berubah menjadi
cairan jernih dan akhirnya berupa nanah (jika gendang telinga robek).
OMA memiliki beberapa stadium klinis antara lain:
1. Stadium oklusi tuba eustachius
a. Terdapat gambaran retraksi membran timpani.
b. Membran timpani berwarna normal atau keruh pucat.
c. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa virus.
2. Stadium hiperemis
a. Pembuluh darah tampak lebar dan edema pada membran timpani.
b. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa
sehingga sukar terlihat.
3. Stadium supurasi
a. Membran timpani menonjol ke arah luar.
b. Sel epitel superfisila hancur.
c. Terbentuk eksudat purulen di kavum timpani.
d. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga
tambah hebat.
4. Stadium perforasi
a. Membran timpani ruptur.
b. Keluar nanah dari telinga tengah.
c. Pasien lebih tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak.
5. Stadium resolusi
a. Bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal
kembali.
b. Bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan mengering.
c. Resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila virulensi rendah dan daya
tahan tubuh baik.
2.5. KLASIFIKASI OTITIS MEDIA AKUT (OMA)
Otitis Media
Supuratif Akut/Otitis
Media Akut
Otitis Media
Supuratif
Otitis Media
Supuratif Kronik
Otitis Media
Otitis Media Spesifik
Otitis Media Serosa
Akut
1. Berdasarkan Gejala
1.1 Otitis Media Supuratif :
1.1.1 Otitis Media Supuratif Akut/Otitis Media Akut
Proses peradangan pada telinga tengah yang terjadi secara cepat dan singkat
(dalam waktu kurang dari 3 minggu) yang disertai dengan gejala lokal dan
sistemik.(Munilson, Jacky. Et al.)
1.1.2 Otitis Media Supuratif Kronik
Infeksi kronik telinga tengah disertai perforasi membran timpani dan
keluarnya sekret yang apabila tidak ditangani dengan tepat akan membuat
progresivitas penyakit semakin bertambah.
1.2 Otitis Media Adhesiva: Keadaan terjadinya jaringan fibrosis di telinga tengah
sebagai akibat proses peradangan yang berlangsung lama.
1.3 Otitis Media Non Supuratif / Serosa
1.3.1 Otitis Media Serosa Akut
Keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba-tiba yang
disebabkan oleh gangguan fungsi tuba.
1.3.2 Otitis Media Serosa Kronik
Pada keadaan kronis sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri
dengan gejala – gejala pada telinga yang berlangsung lama. Terjad sebagai
gejala sisa dari otitis media akut yang tidak sembuh sempurna.
2. Berdasarkan Perubahan Mukosa
2.1 Stadium Oklusi
Stadium ini ditandai dengan gambaran retraksi membran timpani akibat tekanan
negatif telinga tengah. Membran timpani kadang tampak normal atau berwarna
suram.
2.2 Stadium Hiperemis
Pada stadium ini tampak pembuluh darah yang meleba disebagian atau seluruh
membran timpani, membran timpani tampak hiperemis disertai edema.
Terjadinya edema yang hebat pada mukosa telinga tengah, hancurnya sel epitel
superfisial, dan telah terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani sehingga
merupakan tanda yang dapat ditemukan pada stadium supuratif ini. Pada keadaan
ini pasien tampak sangat sakit, terjadi peningkatan suhu dan nadi, serta adanya
Pada stadium ini terjadi ruptur membran timpani sehingga nanah yang berada di
dalam kavum timpani mengalir ke liang telinga luar. Pasien tampak lebih tenang
Vertigo / keseimbangan
Gangguan persepsi Nyeri akut
menurun
sensori
Infeksi berlanjut
Resiko cidera
dapat sampai ke
telinga dalam
Ansietas
Kurangnya informasi
Defisiensi pengetahuan
Otitis media akut (OMA) terjadi akibat adanya gangguan pada faktor pertahanan
tubuh. Sumbatan pada tuba Eustachius merupakan faktor utama penyebab terjadinya OMA.
Dengan adanya sumbatan yang merusak faktor pertahanan tubuh sebagai pencegah invasi
kuman ke dalam tuba Eustachius maka terjadi peradangan pada mukosa. Hal ini
negatif di dalam telinga tengah. Pada umumnya pencetus terjadinya OMA adalah infeksi
saluran napas atas (ISPA), semakin sering terkena ISPA maka kemungkinan terjadinya
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat
bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut
sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-
sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan
mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga
tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena
gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ
pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang
dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat
Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak
tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya. OMA dapat
berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila gejala berlangsung lebih dari 2
bulan, hal ini berkaitan dengan beberapa faktor antara lain higiene, terapi yang terlambat,
pengobatan yang tidak adekuat, dan daya tahan tubuh yang kurang baik.
Otitis media akut merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak-anak.
Beberapa literature mengatakan bahwa penyebab terjadinya otitis media akut pada
anak terutama disebabkan oleh sumbatan tuba Eustachius dan ISPA. Apabila didapati
anak dengan nyeri telinga atau riwayat menarik narik daun telinga pada bayi,
keluarnya cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran, demam, sulit makan, mual
dan muntah serta rewel harus kita curigai ke arah otitis media akut. Diagnosis dini
dan pengobatan yang efektif dari komplikasi adalah dasar prognosis yang baik.
2.11 Konsep Asuhan Keperawatan Otitis Media Akut (OMA)
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Identitas klien : Identits klien ( nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa,
agama, status marietal, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal MRS, diagnose
medis ). Otitis media akut lebih sering menyerang bayi dan anak-anak daripada
dewasa sekitar umur 3-6 tahun. Status ekonomi yang rendah merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya otitis media akut (OMA)
ditinjau dari pola makan, kebersihan dan perawatan. Gaya hidup lingkungan
yang tak sehat. Alamat berhubungan dengan epidemiologi (tempat, waktu dan
orang).
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri pada gendang telinga,
demam, mual dan muntah serta mengeluarkan cairan berwarna kuning dari
dalam telinga.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien mengalami adanya gangguan pendengaran.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan pasien pernah mengalami ISPA.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya adanya keluarga ( keturunan sebelumnya) yang menderita otitis
media akut
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis b/d Agen cedera biologis
2. Ansietas b/d perubahan dalam status kesehatan
3. Resiko infeksi b/d kurang pengetahuan
4. Resiko cidera b/d
5. Gangguan persepsi sensori b/d
6. Defisiensi pengetahuan b/d
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 10 April 2019, pukul
08.00 WIB, pasien mengeluh nyeri pada telinga kanan dan mengeluarkan cairan
pada telinga. Ibu An.F mengatakan mengeluarkan cairan pada telinga kanan sejak 2
minggu sebelum masuk rumah sakit. Cairan tersebut berwarna putih kekuningan
dan berbau. Keluhan ini baru pertama kali dirasakan. An.F juga mengeluh adanya
nyeri telinga bagian dalam dan adanya penurunan fungsi pendengaran. Keluhan
berupa telinga berdenging, berdengung ataupun rasa penuh di telinga disangkal.
Riwayat panas badan disertai batuk pilek dirasakan sejak 1 minggu sebelum keluar
cairan dari telinga. Nyeri telinga dan panas badan dirasakan berkurang setelah
keluar cairan dari telinga. Tidak ada keluhan pada telinga kiri An.F. Keluhan sakit
tenggorokan, nyeri menelan, suara sengau, benjolan di leher disangkal.
c. Pola eliminasi
Ibu An.F mengatakan belum BAB sejak 2 hari yang lalu, BAB terasa keras.
Kebiasaan berkemih dalam batas normal.
d. Pola aktivitas / olahraga
Kemampuan Perawatan Diri :
0 1 2 3 4
Makan/Minum √
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Toileting √
Mobilisasi di tempat tidur √
Berpindah √
Berjalan √
Menaiki Tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan Rumah √
Tidak ada keluhan pada An.F, Ibu An.F mengatakan bahwa An.Fdapat
meakukan aktivitasnya secara mandiri.
555 555
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Diagnostik :
Otoskopi
b. Laboratorium :
Nilai Rujukan
Pemeriksaan Hasil Satuan Interpretasi
Pria Wanita
Hb 14,6 g/dl 14-18` 12-16` Normal
Leukosit 11.350 mm3 5000-10.000 High
Trombosit 384.000 mm3 150.000-400.000 Normal
Ht 44 % 40-48 37-43 Normal
PT 10,3 Detik 9,5- 12,7 Normal
APTT 35,3 Detik 29,8-40,0 Normal
Basofil 0 % 0-1,0 Normal
Eosinofil 2 % 1,0-3,0 Normal
N.Batang 0 % 2,0-6,0 Normal
N.Segmen 70 % 50-70 Normal
Limfosit 23 % 20-40 Normal
Monosit 5 % 2,0-8,0 Normal
4. Pemeriksaan Fisik
Nadi : 120x/menit
RR : 23x/menit
Suhu: 380C
Perkusi: sonor
Perkusi: timpani
Ekstremitas Atas Tidak ada lesi, tidak ada udem, pergerakan baik.
terpasang infus RL di tangan kiri.
Ektremitas Bawah Tidak ada lesi, tidak ada udem, pergerakan baik.
RENCANA MEDIS
Pengobatan
Obat-Obatan
Dosis Dosis Terakhir Frekuensi
(Resep/obat bebas)
IVFD RL 500 cc 500 cc 12 jam/kolf
Paracetamol (oral) 500 mg 250 mg 3 x ½ tablet
Amoksisilin (oral) 40 mg 40 mg 3 x 1 tablet
Methylprednisolone 4 mg 4 mg 2 x 1 tablet
(oral)
A. Analisa Data
Diagnosa
No Data Penyebab/ Etiologi
Keperawatan
1 DS : Agen cidera biologis Nyeri Kronis
- An.F mengeluh nyeri pada
telinga pada kanan
- An.F mengatakan nyeri terasa
di tusuk-tusuk dan hilang
timbul, nyeri muncul ketika
sedang mengunyah.
- An.F mengatakan skala nyeri 7
DO :
- An.F tampak merintih
- An.F tampak menagis
- An.F tampak gelisah
- An.F tampak memegang
daerah yang nyeri
- TD : 90/60 mmhg; HR: 120
x/menit; RR: 23 x/menit, S: 38
0
C
DO :
- Telinga kanan An.F tampak
mengeluarkan cairan berwarna
kuning
- An.F tampak memegang dan
mengorek telinga kanan tsb.
- S: 38 0C
- Leukosit : 11.350 mm3
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Risiko infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan dan inflamasi
C. Rencana Asuhan Keperawatan
3. Mampu mengenali nyeri (skala, 6. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
Immune status
Knowledge : infection control
Control infeksi :
Risk control
2 Risiko infeksi
berhubungan dengan KriteriaHasil : 1. Pertahankan teknik isolasi
kurang pengetahuan dan 2. Batasi jumlah pengunjung dan pengunjung
inflamasi 1. Klien bebas dari tanda dan
dianjurkan mencuci tangan ketika
gejala infeksi
berkunjung
2. Menunjukkan kemampuan
3. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci
untuk mencegah timbulnya
tangan
infeksi
4. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
3. Jumlah leukosit dalam batas
keperawatan
normal
5. Gunakan sarung tangan sebagai pelindung
4. Menunjukkan perilaku hidup
6. Tingkatkan intake nutrisi
sehat 7. Berikan terapi antibiotic
8. Instruksikan keluarga pasien untuk minum
antibiotic sesuai resep
9. Cek tanda gejala infeksi
Diagnosa
Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
Keperawatan
10/04/19 Nyeri kronis 1. Melakukan pengkajian nyeri S:
berhubungan dengan - P : Klien mengeluh nyeri pada telinga
kanan - Klien mengeluh nyeri pada telinga
agen cidera biologis
- Q : tusuk-tusuk kanan
- R : nyeri menjalar sampai ke - Klien mengatakan nyeri terasa di
tenggorokan tusuk-tusuk dan hilang timbul,
- S : skala nyeri 7 nyeri menjalar ke tenggorokan
- T : hilang timbul - Klien mengatakan skala nyeri 7
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari O:
ketidaknyamanan - Klien tampak merintih dan
- An.F meringis dan gelisah menangis
3. Menggunakan teknik komunikasi - Klien tampak gelisah
terapeutik untuk mengetahui pengalaman - Klien tampak memegang daerah
nyeri pasien yang nyeri
4. Membantu pasien dan keluarga untuk - Tampak ada pembengkakan pada
mencari dan menemukan dukungan area dalam telinga kanan
5. Mengurangi faktor presipitasi nyeri - TD : 90/60 mmhg; HR: 120
6. Mengajarkan tentang teknik non x/menit; RR: 23 x/menit
farmakologi
- Teknik nafas dalam
7. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
8. Meningkatkan istirahat
9. Berkolaborasikan dengan dokter dalam
pemberian terapi farmakologi
- Paracetamol 250 mg setiap 8 jam
10. Memonitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
O:
- Keluarga pasien mencuci tangan
sebelum memegang klien
- An.F mampu menghabiskan makan ½
porsi makan
- Telinga kanan An.F tampak
mengeluarkan cairan berwarna
kuning
- An.F tampak memegang dan
mengorek telinga kanan tsb.
- S: 37,6 0C
- Leukosit : 11.350 mm3
3.1. Kesimpulan
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media akut dan kronik paling sering
terjadi pada bayi dan anak. Kelainan ini menyebabkan eksudasi serosa (jika disebabkan
oleh virus), tetapi dapat menjadi supuratif jika terjadi karena infeksi bakteri. Penyebab
otitis media akut disebabkan oleh masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah
yang normalnya steril. Gejala dapat bervariasi menurut beratnya infeksi, bisa sangat ringan
dan sementara atau sangat berat.
3.2. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah sumber bacaan bagi mahasiswa keperawatan
khusus pada mata kuliah keperawatan medikal bedah.
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, N., Soepardi, E., & Bashiruddin, J., et al (ed). 2007. Buku Ajar Ilmu. Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke-. 6. Jakarta
Robbins & cotrans .Buku Saku Dasar Patologi penyakit. Cetakan 1. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih Bahasa: Waluyo
Agung, Yasmin Asih, Juli, Kuncara, I Made Karyasa, EGC, Jakarta
Williams, L & Wilkins. 2011. Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit. Ahli Bahasa
Paramita. Jakarta : PT, Indeks
Abidin, Yunus. (2009). Keterampilan Menulis dan Bahasa Akademik-Pengantar Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadin : Bahasa Indonesia.Bandung: Penerbit Risqi Press.
Djafaar ZA, Helmi, Restuti RD.Kelainan telinga tengah. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher FKUI. Jakarta 2012:p 57-69
Baughman, Diane C. Dan Joann C. Hackley. 2000. Buku Saku utuk Brunner dan Suddart.
Jakarta: EGC.
Brunner and Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta : EGC.
Reeves, J. Charlene. Et al. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi I. Jakarta: Salemba
Medika.