Anda di halaman 1dari 16

FILARIASIS (Penyakit kaki gajah)

UNTUK MEMENUHI SALAH SATU MATA KULIAH “KEPERAWATAN MEDIKAL


BEDAH”

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 12

1. Desyana Putri
2. Putri Nadhifa Azzahra Nasuhi

AKADEMI KEPERAWATAN ISLAMIC VILLAGE

Jl. Islamic Raya KelapaDua Tangerang 15810

Telepon / Fax : 021-5462852, Website : www.akperisvill.ac.id


A. Definisi Filariasis
Filariasis atau yang lebih dikenal juga dengan penyakit kaki gajah merupakan
penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan
oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini dapat menimbulkan cacat seumur hidup berupa
pembesaran tangan, kaki, payudara, dan buah zakar. Cacing filaria hidup di saluran dan
kelenjar getah bening. Infeksi cacing filaria dapat menyebabkan gejala klinis akut dan
atau kronik
Penyakit kaki gajah ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan mikroskopis darah.
Sampai saat ini hal tersebut masih ini didasarkan karena mikrofilaria hanya muncul dan
menampilkan diri di dalam darah pada waktu malam hari selama beberapa jam saja
(nocturnal periodicity). Selain itu berbagai metode pemeriksaan juga dilakukan untuk
mendiagnosa penyakit kaki gajah diantaranya ialah dengan yang dikenal sebagai
penjaringan membrane, metode konsentrasi knott dan teknik pengendapan. Metode
pemeriksaan yang lebih mendekati ke arah diagnosa dan diakui oleh pihak WHO adalah
dengan jalan pemeriksaan sistem “ Tes kartu”, hal ini sangatlah sederhana dan peka
untuk mendeteksi penyebaran parasit (Larva), yaitu dengan cara mengambil sampel darah
dengan sistem tusukan jari droplets di waktu kapanpun, tidak harus di malam hari.

B. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial :
a. Wuchereria Bancrofti,
b. Brugia Malayi,
c. Brugia Timori

A B C

Cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh manusia terutama dalam kelenjar
getah bening dan darah. Infeksi cacing ini menyerang jaringan viscera, parasite ini
termasuk kedalam superfamily Filaroidea, family onchorcercidae. Cacing ini dapat hidup
dalam kelenjar getah bening manusia selama 4-6 tahun dan dalam tubuh manusia cacing
dewasa betina menghasilkan jutaan anak cacing (mikrofilaria) yang beredar dalam darah
terutama malam hari.

Ciri-ciri cacing dewasa atau mikrofilaria :

a) Berbentuk silinder, halus seperti benang, putih dan hidup di dalam system limfe
b) Ukuran 55-100 mm x 0,16 mm
c) Cacing jantan lebih kecil : 55 mm x 0,09 mm
d) Berkembang secara ovovivipar

Mikrofilaria :

a) Merupakan larva dari makrofilaria sekali keluar jumlahnya puluhan ribu


b) Mempunyai sarung 200-600 x 8 um

Faktor yang mempengaruhi :

a) Lingkungan fisik : Iklim,Geografis,Air dan lainnya


b) Lingkungn biologik : lingkungan hayati yang mempengaruhi
penularan;hutan,reservoir,vector
c) Lingkungan social-ekonomi budaya : pengetahuan,sikap dan perilaku,adat
istiadat,kebiasaan,dsb.
C. Patofisiologi
Parasite memasuki sirkulasi saat nyamuk menghisap darah lalu parasite akan menuju
pembulu limfe dan nodus limfa. Di pembulu limfa terjadi perubahan dari larva stadium 3
menjadi parasite dewasa. Cacing dewasa akan menghasilkan produk-produk yang akan
menyebabkan dilaasi dari pembuluh limfa sehingga terjadi disfungsi katup yang berakibat
aliran limfa retrograde. Akibat dari aliran retrograde tersebut maka akan terbentuk
limfederma.
Perubahan larva stadium 3 menjadi parasite dewasa menyebabkan antigen parasite
mengaktifkan sel T terutama sel Th 2sehingga melepaskan sitokin seperti IL, I, IL 6, TNF
a.Sitokin-sitokin ini akan menstimulasi sum-sum tulang sehingga terjadi eosinophilia
yang berakibat meningkatkannya proinflamatori dan sitokin juga akan merangsang
ekspansi sel B klonal dan meningkatkan produksi IgE. IgE yang terbentuk akan berikatan
dengan parasite sehingga melepaskan mediator inflamasi sehingga timbul demam.
Adanya eosinophilia dan meningkatnya mediator inflamasi maka akan menyebabkan
reaksi granulomatosa untuk membunuh parasite dan terjadi kematian parasite.
Parasite yang mati akan mengaktifkan reaksi inflame dan granulomatosa. Proses
penyembuhan akan meninggalkan pembuluh limfe yang dilatasi, menebalnya dinding
pembuluh limfe, fibrosis, dan kerusakan struktur. Hal ini menyebabkan terjadi
ekstravasasi cairan limfa ke interstisial yang akan menyebabkan perjalanan yang kronis.

D. Manifestasi klinis
Manifestasi gejala klinis filariasis di sebabkan oleh cacing dewasa pada sistem
limpatik dengan konsekuensi limfangitis dan limpadenitis.selain itu,reaksi
hipersensitivitas dengan gejala klinis yang di sebut occult filariasis.
Dalam proses perjalanan penyakit,filariasis bermula dengan limfangitis dan limfadenitis
akut berulang dan berakhir dengan terjadinya obstruksi menahun dari sistem
limpatik.perjalanan penyakit berbatas kurang jelas dari satu stadium ke stadium
berikutnya,tetapi bila diurutkan dari masa inkubasi dapat dibagi menjadi :
1. Masa prepaten
Merupakan masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya mikrofilaremia
yang memerlukan waktu kira-kira 3-7 bulan.hanya sebagian dari penduduk di daerah
endemik yang menjadi mikrofilaremia,dan dari kelompok inipun tidak semua
menunjukan gejala klinis.terlihat bahwa kelompok ini termasuk kelompok yang
asimtomatik baik mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
2. Masa inkubasi
Merupakan masa antara masuknya larva infektif hingga munculnya gejala klinis yang
biasanya berkisar antara 8-16 bulan.
3. Gejala klinik akut
Gejala klinik akut menunjukkan limfadenitis dan limfangitis yang disertai panas dan
malaise.kelenjar yang terkena biasanya unilateral.penderita dengan gejala klinis akut
dapat mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
4. Gejala menahun
Gejala menahun terjadi 10-15 tahun setelah serangan akut pertama.mikrofilaria jarang
ditemukan pada stadium ini,sedangkan limpadenitis masih dapat terjadi.gejala kronis
ini menyebabkan terjadinya cacat yang mengganggu aktivitas penderita serta
membebani keluarganya.

Filariasis bancrofti
Pada filariasis yang disebabkan wuchereria bancrofti pembuluh limpe alat kelamin
laki-laki sering terkena disusul funikulitis,epididimitis dan orchitis. Limpadenitis
inguinal atau aksila,sering bersama dengan limfangitis retrograd yang umumnya
sembuh sendiri dalam 3-15 hari.serangan biasanya terjadi beberapa kali dalam
setahun.
Filariasis brugia
Pada filariasis yang disebabkan brugia malayi dan brugia timori limfadenitis paling
sering mengenai kelenjar inguinal,sering terjadi setelah bekerja keras.kadang-kadang
disertai limfangitis retrograd.embuluh limfe menjadi keras dan nyeri,dan sering terjadi
limfedema pada pergelangan kaki dan kaki.penderita tidak bisa kerja selama beberapa
hari.serangan dapat terjadi 12 kali dalan satu tahun sampai beberapa kali
perbulan.kelenjar limfe yang terkena dapat menjadi abses memecah,membentuk ulkus
dan meninggalkan parut yang khas,setelah 3 minggu hingga 3 bulan.
Filariasis bancrofti
Keadaan yang sering dijumpai adalah hidrokel. Di dalam cairan hidrokel dapat
ditemukan mikrofilaria. Limfedema dan elefantiasis terjadi di seluruh tangkai
atas,tungkai bawah,skrotum,vulva,atau buah dada.dengan ukuran pembesaran
ditungkai dapat 3 kali dari ukuran asalnya.chyluria dapat terjadi tanpa keluhan,tetapi
pada beberapa penderita menyebabkan penurunan berat badan dan kelelahan.
Elefantiasis terjadi di tungkai bawah di bawah lutut dan lengan bawah.ukuran
pembesaran ektremitas umumnya tidak melebihi 2 kali ukuran aslinya.
E. Komplikasi
a) Cacat menetap pada bagian tubuh yang terkena
b) Elephantiasis tungkai
c) Limfedema : Infeksi wuchereria mengenai kaki dan
lengan,skrotum,penis,vulva,vagina,dan payudara
d) Hidrokel (40-50% kasus),adenolimfangitis pada saluran limfe testis berulang :
pecahnya tunika vaginalishidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di
antara lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal,cairan
yang berada di dalam rongga itu berada dalam keseimbangan antara produksi dan
reabsorsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.
e) Kiluria : kencing seperti susu
Karena bocornya atau pecahnya saluran limfe oleh cacing dewasa yang menyebabkan
masuknya cairan limfe ke dalam saluran kemih.
F. Pemeriksaan Diagnostik.
1. Diagnosis klinik
Ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan klinik. Diagnosis klinik penting dalam
menentukan angka kesakitan akut dan menahun (acute and Cronik Desease rate). Pada
keadaan amikrofilaremik, gejala klinis yang mendukung dalam diagnosis filariasis adalah
gejala dan tanda limfadenitis retroged, limfadenitis berulang dan gejala menahun.
2. Diagnosis Parasitologik
Ditegakkan dengan ditemukannya mikrofilaria pada pemeriksaan darah kapiler jari pada
malam hari. Pemeriksaan dapat dilakukan siang hari, 30 menit setelah diberi DEC 100
mg. dari mikrofilaria secara marfologis dapat ditentukan spesies cacing filarial.
3. Radiodiagnosis
Pemeriksaan dengan ulrasonografi (USG) pada skrotum dan kelenjar limfe inguinal
penderita akan memberikan gambaran cacing yang bergerak-gerak (filarial dance sign).
Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin yang di label
dengan radiaktif akan menunjukkan adanya abnormalitas system limfatik, sekalipun pada
penderita yang mikrofilaremia asimtomatik.
4. Diagnosis immunologi
Pada keadaan amikrofilaremia seperti pada keadaan prepaten, inkubasi, amikrofilaremia
dengan gejala menahun, occult filariasis, maka deteksi anti body dan antigen dengan cara
immunodiagnosis diharapkan dapat menunjang diagnosis.
Adanya antibody tidak menunjukkan kolerasi positif dengan mikrofilaremia, tidak
membedakan infeksi dini dan infeksi lama. Deteksi antigen merupakan deteksi metabolic,
eksresi dan sekresi parasite tersebut, sehingga lebih mendekati diagnosis parasitology.
Gib 13, Antibody monoclonal terhadap O, Gibsoni menunjukkan corelasi yang cukup
baik dengan mikrofilaremia W.bancrofti di papua New guinea.

G. Penatalaksanaan
Dietilkarbamasin sitrat (DEC) merupakan obat filariasis yang ampuh, baik untuk filariasis
bancrofti maupun brugia, bersifat makrofilarisidal dan mikrofilarisidal. Obat ini ampuh,
aman dan murah, tidak ada resistensi obat, tetapi memberikan reaksi samping sistemik
dan lokal yang bersifat sementara. Reaksi sistemik dengan atau tanpa demam, berupa
sakit kepala, sakit pada berbagai bagian tubuh, persendian, pusing, anoreksia, kelemahan,
hematuria transien, alergi, muntah dan serangan asma. Reaksi lokal dengan atau tanpa
demam, berupa limfadenitis, abses, ulserasi, limfadema transien,hidrokel, funikulitis dan
epididymitis. Reaksi samping sistemik terjadi beberapa jam setelah dosis pertama, hilang
spontan setelah 2-5 hari dan lebih sering terjadi pada penderita mikrofilaremik. Reaksi
samping lokal terjadi beberapa hari setelah pemberian dosis pertama, hilang spontan
setelah beberapa hari sampai beberapa minggu dan sering ditemukan pada penderita
dengan gejala klinis. Reaksi sampingan ini dapat di atasi dengan obat symptomatic.

Kegiatan pemberantasan nyamuk terdiri atas :

1. Pemberantasan nyamuk dewasa


a. Anopheles : residual indoor spraying
b. Aedes : aerial spraying
2. Pemberantasan jentik nyamuk
a. Anopheles : Abate 1%
b. Culex : minyak tanah
c. Mansonia : melenyapkan tanaman air tempat perindukan mengeringkan rawa dan
saluran air
3. Mencegah gigitan nyamuk
a. Menggunakan kawat nyamuk atau kelambu
b. menggunakan repellent

Penyuluhan tentang penyakit filariasis dan penanggulanannyaperlu dilaksanakan sehingga


terbentuk sikap dan perilaku yang baik untuk menunjang penanggulangan filariasis.

Sasaran penyuluhan adalah penderita filariasis beserta keluarga dan seluruh penduduk daerah
endemis dengan harapan bahwa penderita dengan gejala klinik filariasis segera
memeriksakan diri ke puskesmas,bersedia diperiksa darah kapiler jari dan minum obat DEC
secara lengkap dan teratur serta menghindarkan diri dari gigitan nyamuk. Evaluasi hasil
pemberantasan dilakukan setelah 5 tahun dengan melakukan pemeriksaan vektor dan
pemeriksaan darah tepi untuk deteksi mikrofilaria

H. ASUHAN KEPERAWATAN FILARIASIS

1. Pengkjian

a. Riwayat kesehatan
Gejala yang timbul berupa demam berulang-ulang 3-5 hari, demam ini dapat hilang
pada saat istrahat dan muncul lagi setelah bekerja berat.
b. Aktifitas/ istrahat
Gejala : mudah lelah, intoleransi aktivitas, perubahan pola tidur
Tanda : kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisisologi aktivitas
( perubahan TD, frekuensi jantung )

c. Sirkulasi
Tanda : perubahan TD, menurunnya volume nadi perifer, perpanjangan pengisian
kapiler.

d. Integrutas dan Ego


Gejala : stress berhububgan dengan perubahan fisik, mengkuatirkan penampilan,
putus asa dan sebagainya.
Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah.
e. Integumen
Tanda : kering, gatal, lesi, bernanah, bengkak, turgor jelek.
f. Makanan/cairan
Gejala : anoreksia, permeabilitas cairan
Tanda : Turgor kulit buruk, edema.
g. Hygin
Gejala : tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
h. Neurosensoris
Gejala : pusing, perubahan status mental , kerusakan status indera peraba, kelemahan
otot.
Tanda : Ansietas, refleks tidak normal.
i. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri umum/ local, rasa terbakar, sakit kepala.
Tanda : bengkak, penurunan rentang gerak
j. Keamanan
Gejala : riwayat jatuh, panas dan perih, luka, penyakit defisiensi imun, demam
berulang, berkeringat malam
Tanda : perubahan integritas kulit, pelebaran kelenjar limfe.
k. Seksualitas
Gejala : menurunnya libido
Tanda : pembengkakan daerah skrotalis
l. Interaksi social
Gejala : masalah yang di timbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian.
Tanda : perubahan interaksi, harga diri rendah, menarik diri
m. Pemeriksaan diagnostik
Menggunakan sediaan darah malam, diagnosis praktis juga dapat menggunakan
ELISA dan rapid test dengan tekhnik imunokromatografik assay. Jika pasien sudah
terdeteksi kuat telah mengalami filariasis limfatik, penggunaan USG Doppler
diperlukan untuk mendeteksi pergerakan cacing dewasa di tali sperma pria atau
kelenjar mamae wanita.

2. Diagnosa keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah
bening
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe

Adapun intervensi keperawatan pada pasien filariasis,berupa :

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


HASIL
1 Hipertermia b/d 1. Kaji atau pantau TTV Setelah dilakukan pemeriksaan
peradangan pada 2. Berikan kompres hangat 1x24 jam pasien dengan kriteria
kelenjar getah 3. Anjurkan klien untuk hasil suhu tubuh dalam rentang
bening memperbanyak minum normal
air putih
4. Kolaborasi dalam Kriteria hasil :
pemberian terapi obat TTV dalam batas normal
TD : 120×/menit
N : 80×/menit
RR : 20×/menit
S : 37,0°c
2 Nyeri akut b/d 1. Tanyakan passion Setelah di lakukan pemeriksaan
pembekakan tentang nyeri,tentukan 1x24 jam paien dengan
kelenjar limfe karakteristik nyeri
2. Kaji pernyataan verbal kriteria hasil : mampu mengontrol
dan non verbal pasien nyeri (tau penyebab nyeri, mampu
3. Evaluasi keefektivan menggunakan tehnik non
pemberian obat farmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)

3. Evaluasi

NO IMPLEMENTASI EVALUASI
1 Pemeriksaan tanda dan gejala suhu tubuh S:
Pasien mengatakan sudah
Hasil : tanda dan gejala sudah di periksa agak membaik

O:
Pasien tidak merasa
kedinginan lagi

A : masalah keperawatan
teratasi

P : intervensi di hentikan
2 1. Mengidentifikasi S:
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,k Pasien mengatakan sudah
ualitas,intensitas nyeri tidak nyeri

Hasil : sudah teridentifikasi O : pasien tersenyum dan


tidak kesakitan
2. Identifikasi skala
Hasil : skalanya 2 A : masalah keperawatan
teratasi

P : intervensi di hentikan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah bening
suhu tubuh pasien dalam batas normal
1. Berikan kompres pada daerah frontalis dan axial
2. Monitor vital sign,terutama suhu tubuh
3. Pantau suhu lingkungan dan modifikasi lingkungan sesuai kebutuhan,misalnya
sediakan selimut yang tipis
4. Anjurkan klien untuk banyak minum air putih
5. Anjurkan klien memakai pakaian tipis dan menyerap keringat jika panas tinggi

2. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi pengobatan (anti piretik)
1. Mempengaruhi pusat pengaturan suhu di hipotalamus,mengurangi panas tubuh yang
mengakibatkan darah vasokonstriksi sehingga pengeluaran panas secara konduksi
2. Untuk mengetahui kemungkinan perubahan tanda-tanda vital
3. Dapat membantu dalam mempertahankan/menstabilkan suhu tubuh pasien
4. Diharapkan keseimbangan cairan tubuh dapat terpenuhi
5. Dengan pakaian tipis dan menyerap keringat maka akan mengurangi infeksi

3. Nyeri berhubungn dengan pembengkakan kelenjar limfe nyeri hilang


1. Berikan tindakan kenyamanan (pijatan / atur posisi),ajarkan teknik relaksasi.
2. Observasi nyeri (kualitas,intensitas,durasi dan frekuensi nyeri)
3. Anjurkan pasien untuk melaporkan dengan segera apabila ada nyeri.

4. Kolaborasi dengan tim medis dalam memberikan terapi pengobatan (obat anelgetik)
1. Meningkatkan relaksasi,memfokuskan kembali perhatian dapat meningkatkan koping
2. Menentukan intervensi selanjutnya dalam mengatasi nyeri
3. Nyeri berat dapat dapat menyebabkan syok dengan merangsang sistem syaraf simpatis
mengakibatkan kerusakan lanjutan
4. Diberikan untuk menghilangkan nyeri

5. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik


Menyatakan gambaran diri lebih nyata
Menunjukan beberapa penerimaan diri dari pada pandangan idealisme
Mengakui diri nsebagai individu yang mempunyai tanggung jawab sendiri
1. Akui kenormalan perasaan
2. Dengarkan keluhan pasien dan tanggapan-tanggapannya mengenai keadaan yang
dialami
3. Perhatikan perilaku menarik diri,menganggap diri negatif,menggunakan penolakan
atau tidak terlalu mempermasalahan perubahan actual
4. Anjurkan kepada orang terdekat untuk memperlakukan pasien secara normal
(bercerita tentang keluarga)
5. Terima keadaan pasien,perlihatkan perhatian kepada pasien sebagai individu
6. Berikan informasi yang akurat.diskusikan pengobatan dan prognosa dengan jujur jika
pasien sudah berada pada fase penerima.

6. Kolaborasi :
Rujuk untuk berkonsultasi atau pesikoterapi sesuai dengan indikasi pengenalan perasaan
tersebut diharapkan membantu pasien untuk menerima dan mengatasinya secara efektif.
1. Memberi petunjuk bagi pasien dalam memandang dirinyaadanya perubahan peran dan
kebutuhan,dan berguna untuk memberikan informasi pada saat tahap penerimaan.
2. Mengidentifikasi tahap kehilangan / kebutuhan tahap intervensi.
3. Melihat pasien dalam keluarga,mengurangi perasaan tidak berguna,tidak berdaya,dan
perasaan terisolasi dari lingkungan dan dapat pula memberikan kesempatan pada
orang terdekat untuk meningkatkan kesejahteraan.
4. Membina suasana teraupetik pada pasien untuk memulai penerimaan diri.
5. Fokus informasi harus di berikan pada kebutuhan-kebutuhan sekarang dan segera
lebih dulu,dan dimasukan dalam tujuan rehabilitas jangka panjang.
6. Mungkin diperlukan sebagai tambahan untuk menyesuaikan pada perubahan
gambaran diri.

7. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada anggota tubuh


menunjukan perilaku yang mampu kembali melakukan aktivitas
1. Lakukan Rentang Pergerakan Sendi (RPS)
2. Tingkatkan tirah baring / duduk
3. Berikan lingkungan yang tenang
4. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi

8. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas


1. Meningkatkan kekuatan otot dan mencegah kekakuan sendi
2. Meningkatkan istirahat dan ketenangan,menyediakan energi untuk penyembuhan
3. Tirah baring lama dapat meningkatkan kemampuan
4. Menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi
5. Kelelahan dan membantu keseimbangan

9. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri,defisit imun,lesi pada kulit dapat
hilang
1. Ubah posisi di tempat tidur dan kursi sesering mungkin (tiap 2 jam sekali)
2. Gunakan pelindung kaki,bantalan busa / air pada waktu berada di tempat tidur dan
pada waktu duduk di kursi.
3. Periksa permukaan kulit kaki yang bengkak secara rutin
4. Anjurkan pasen untuk melakukan rentaang gerak

10. kolaborasi : rujuk pada ahli kulit, meningkatkan silkurasi,dan mencegah terjadi nya
dekubitus.
1. Mengurangi resiko abrasi kulit dan penurunan tekanan yang dapat menyebabkan
kerusakan alirandarah seluler.
2. Tingkatkan silkulasi udara pada permukan kulit untuk mengurangi panas /
kelembaban.
3. Kerusakan kulit dapat terjadi dengan cepat pada daerah-daerah yang beresiko
terinpeksi dan nekrotik.
4. Meningkatkan sirkulasi, dan menigkatkan partisipasi pasien
5. Mungkin membutuhkan perawatan propesional untuk masalah kulit yang di alami.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pilariasis adalah kelompok yang mengenai manusia dan binatang yang disebabakan oleh
parasit kelompok nematode yang disebut filaridae,dimana cacing dewasanaya hidup
dalam cairan san saluran limfe,jaringan ikat dibawah kulit dan dalam ronga badan.cacing
dewasa betina mengeluarkan mikrofilaria yang dapat ditemukan dalam
darah,hidrokel,kulit sesuai dengan sipat masing-masing sepesiesnya.

Penyakit filariasis banyak ditemukan di berbagai negara tropik dan subtropik,termasuk


Indonesia.prevalensi tidak banyak berbeda menurut jenis kelamin,usia maupun ras.

penyakit filariasis dapat disebabkan oleh berbagei macam spesies,sehinga gambaran


kelinisnya spesipik untuk masing-masing spesies,misalnya bentuk linpatik biasanya
digunakan sebagai tanda bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh wuchereria
bancrofti,brugia malayi,dan brugia timori,dimana parasit dapat menyumbat saluran limfe
dengan manipestasi terbentuknya elefantiasis,sedangkan loa loa ditandai dengan calabar
swelling. Onchocerca volvulus menyebabkan kebutaan dan pruritus pada kulit.

Diagnosis penyakit ini dengan ditemukannya mikrofilaria dalam darah,sedangkan bila


tidak ditemukan mikrofiloria maka diagnosis dapat berdasarkan riwayat asal
penderita,biopsi kelenjar limfe,dan pemeriksaan serologis.

Prinsip terapi ialah dengan menggunakan kemoterapi untuk membunuh filaria dewasa dan
mikrofilarianya serta mengobati secara simpotomatik terhadap reaksi tubuh yang timbul
akibat cacing yang mati. Dapat juga dilakukan pembedahan.

Pencegahan penularan penyakit ini dapat di lakukan dengan menggunakan obat-obatan


seperti DEC ataupun dengan mengontrol vektor.

Penyakit ini sangat berbahaya dan hampir diseluruh dunia dapat ditemukan penyakit ini
karena mudahnya dalam penyebaran penyakit ini. Beberapa asuhan keperawatan secara
teoritis yang mungkin muncul pada penderita penyakit ini yaitu :
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah bening.
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe.
3. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik.
4. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada anggota tubuh.
5. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan bakteridefisit imun,lesi pada kulit.

DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, A. H., & Hardhi, K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan BErdasarkan Diagnosis
Medis Dan Nanda Nic Noc (revisi jilid 2 ed.). Jogjakarta: Mediaction.

Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosis Keperawatan (10 ed.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai