Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA KASUS FILARIASIS
Makalah ini Diajukan Kepada Ibu Leny Indrawati S. Kep., Ners., M. Kep
Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah KMB III

Di Susun Oleh Kelompok 1:


1. Elika Mardiana (A2R17008)
2. Faris Nassirudin (A2R17009)
3. Irma Soviya Afriliana (A2R17010)
4. Rizky Gusti Saleh (A2R17029)
5. Rodotun Nafisah (A2R17030)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN / III-A


STIKES HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul
Laporan Pendahuluan dengan Kasus Tumor Tulang.
Makalah ini diajukan sebagai persyaratan mengikuti bimbingan pada mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III. Pembuatan makalah ini tidak terlepas bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-
dalamnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. H. Yitno, S.Kp., M.Pd., sebagai Ketua STIKes Hutama Abdi Husada
Tulungagung.
2. Ibu Leny ndrawati, S. Kep., Ners., M. Kep. sebagai dosen pengajar pada mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III, dan sekaligus sebagai dosen pembimbing tugas
kelompok dengan judul Laporan Pendahuluan dengan Kasus Tumor Tulang.
3. Pihak perpustakaan yang telah menyediakan buku penugasan Keperawatan Medikal
Bedah III.
4. Teman-teman yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Makalah yang penulis buat ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
penulis miliki kurang. Oleh karena itu, penulis harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan kritik atau pun masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini. Besar harapan penulis, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi para pembaca
pada umumnya, dan kelompok pada khususnya.

Tulungagung, 23 Oktober 2019

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1

1.2     Rumusan Masalah..............................................................................................................2

1.3     Tujuan................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAAN.............................................................................................................3

2.1 Definisi..................................................................................................................................3

2.2 Etiologi..................................................................................................................................3

2.4 Manifestasi Klinis..................................................................................................................6

2.5 Komplikasi.............................................................................................................................7

2.6 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................................7

2.7 Penatalaksanaan.....................................................................................................................8

2.8 Diagnosa Keperawatan..........................................................................................................9

2.9 Intervensi.............................................................................................................................10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................23

3.1. Pengkajian...........................................................................................................................23

3.2. Diagnosa keperawatan........................................................................................................24

3.3 Intervensi.............................................................................................................................25

3.4 Implementasi........................................................................................................................39

3.5 Evaluasi................................................................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................40
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Elephantiasis atau filariasis yang dikenal dengan penyakit kaki gajah mulai ramai
diberitakan sejak akhir tahun 2009, akibat terjadinya kematian pada beberapa orang. Sebenarnya
penyakit ini sudah mulai dikenal sejak 1500 tahun oleh masyarakat, dan mulai diselidik lebih
mendalam ditahun 1800 untuk mengetahui penyebaran, gejala serta upaya mengatasinya. Baru
ditahun 1970, obat yang lebih tepat untuk mengobati filarial ditemukan. Rubrik ini berusaha
menjelaskan mengapa hal tersebut dapat terjadi dan mengapa penanggulangan Penyakit Kaki
Gajah harus segera dilaksanakan. Penyakit filaria yang disebabkan oleh cacing khusus cukup
banyak ditemui di negeri ini dan cacing yang paling ganas ialah Wuchereria bancrofti, Brugia,
malayi, Brugia timori, Penelitian di Indonesia menemukan bahwa cacing jenis Brugia dan
Wuchereria merupakan jenis terbanyak yang ditemukan di Indonesia, sementara cacing jenis
Brugia timori hanya didapatkan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di pulau Timor. Di dunia,
penyakit ini diperkirakan mengenai sekitar 115 juta manusia, terutama di Asia Pasifik, Afrika,
Amerika Selatan dan kepulauan Karibia. Penularan cacing Filaria terjadi melalui nyamuk dengan
periodisitas subperiodik (kapan saja terdapat di darah tepi) ditemukan di Indonesia sebagian
besar lainnya memiliki periodisitas nokturnal dengan nyamuk Culex, nyamuk Aedes dan pada
jenis nyamuk Anopheles. Nyamuk Culex juga biasanya ditemukan di daerah-daerah urban,
sedangkan Nyamuk Aedes dan Anopheles dapat ditemukan di daerah-daerah rural.
(riyanto,harun.2010).
Elephantiasis merupakan penyakit menular (penyakit kaki gajah) yang disebabkan oleh
cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.penyakit ini bersifat menahun, Dan
bila tidak dapat pengobatan daapt menimbulakan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan,
dan alat kelamin, baik perempuan maupun laki-laki. WHO sudah menetapkan kesepakatan
global (The Global Goal of Elimination of lympatic filariasis as a public Health Problem by the
year 2020). Program eliminasi dilaksanakan melalui pengobatan misal dengan DEC dan
albendazol setahun sekali selama 5 tahun di lokasi yang endemis dan perawatan kasus klinis baik
yang akut maupun kronis untuk mencegah kecacatan dan mengurangi penderitanya. Indonesia
akan melaksanakan eliminasi penyakit gajah secara berthap dimulai pada tahun 2002 di 5
kabupaten percontohan. Perluasan wilayah akan dilaksanakan 5 tahun.

1.2     RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan elephantiasis?
2. Sebutkan klasifikasi dari elephantiasis?
3. Apakah penyebab dari elephantiasis?
4. Apa manifestasi dari elephantiasis?
5. Jelaskan patofisiologi dari elephantiasis?
6. Gambarkan pathway nursing dari elephantiasis?
7. Sebutkan komplikasi dari elephantiasis?
8. Jelaskan pemeriksaan diagnostic dari elephantiasis?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari elephantiasis?
10. Bagaimana cara pencegahan dari elephantiasis?
11. Bagaimana asuhan keperawatan dari elephantiasis?

1.3     TUJUAN
1.      Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep elephantiasis dan melaksanakan Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Penyakit elephantiasis.
2.      Tujuan khusus
 dapat mengetahui definisi dari elephantiasis
 Mengetahui klasifikasi dari elephantiasis
 Mengetahui penyebab dari elephantiasis
 Mengetahui manifestasi dari elephantiasis
 Dapat memahami patofisiologi dari elephantiasis
 Mengetahui pathway nursing dari elephantiasis
 Memahami komplikasi dari elephantiasis
 Memahami pemeriksaan diagnostic dari elephantiasis
 Mengetahui penatalaksanaan dari elephantiasis
 Mengetahui cara pencegahan dari elephantiasis
 Memahami asuhan keperawatan dari elephantiasis

BAB II
PEMBAHASAAN

2.1 DEFINISI
Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria
yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah bening, Penyakit ini bersifat
menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap
berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.
(Witagama,dedi.2009)

2.2 ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial : Wuchereria Bancrofti, Brugia
Malayi, Brugia Timori. cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh manusia terutama
dalam kelenjar getah bening dan darah. infeksi cacing ini menyerang jaringan viscera, parasit ini
termasuk kedalam superfamili Filaroidea, family onchorcercidae.
Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia selama 4 - 6 tahun dan
dalam tubuh manusia cacing dewasa betina menghasilkan jutaan anak cacing (microfilaria) yang
beredar dalam darah terutama malam hari.
Ciri-ciri cacing dewasa atau makrofilaria :
a.       Berbentuk silindris, halus seperti benang, putih dan hidup di dalam sisitem limfe.
b.      Ukuran 55 – 100 mm x 0,16 mm
c.       Cacing jantan lebih kecil: 55 mm x 0,09 mm
d.      Berkembang secara ovovivipar

Mikrofilaria :
a.       Merupakan larva dari makrofilaria sekali keluar jumlahnya puluhan ribu
b.      Mempunyai sarung. 200 – 600 X 8 um
Faktor yang mempengaruhi perkembangan makrofilaria:
a.       Lingkungan fisik : Iklim, Geografis, Air dan lainnnya,
b.      Lingkungan biologic : lingkungan Hayati yang mempengaruhi penularan; hutan, reservoir,
vector
c.       Lingkungan sosial ekonomi budaya : Pengetahuan, sikap dan perilaku, adat
d.      Istiadat, Kebiasaan dsb,
e.       Ekonomi: Cara Bertani, Mencari Rotan, Getah Dsb
2.3 PATOFISIOLOGI

Penghisap microfilia dari Metamorphosis microfilaria Membentuk larva rabditiform


darah / jaringan oleh serangga didalam horpes perantara
penghisap darah serangga (nyamuk)

Penularan larva infektif


Menuju pembuluh darah dan Larva masuk kedalam tubul kedalam kulit hospes baru,
kelenjar limfe lewat luka gigitan melalui proboscis gigitan
nyamuk

Menjadi cacing dewasa Kerusakan kelenjar getah


bening

Microfilaria berkembangbiak Proses inflamasi


dan meninggalkan induk

Demam
Menembus dinding pembuluh Nyeri
limfe Hipertermi
Penekanan Syaraf oleh
Granulasi Mikrofilia

Menuju pembuluh darah / Penyumbatan saluran


terbawa saluran limfe kedalam Proses Penyakit (destruktif
aliran Stadium menahun gangguan Syaraf)

Salah satunya menuju keginjal Granulasi Proliterative serta Kandungan Protein meningkat
terbentuk varises saluran dalam saluran limfe
limfe yang luas

Terbentuk jaringan ikat dan


kolagen saluran limfe yang
Hematuria Proteinuria terinfeksi

Anemia Gangguan Eliminasi Urine Semakin besar (elephantiasis)

Gangguan Citra tubuh Gangguan aktifitas Perubahan pada status


  Kesehatan

Hambatan Mobilitasi fisik


Fungsi peran tergantung pada
orang lain

Resiko Ketidakberdayaan
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing dewasa pada sistem limfatik
dengan konsekuensi limfangitis dan limfadenitis. Selain itu, juga oleh reaksi hipersensitivitas
dengan gejala klinis yang disebut occult filariasis.
Dalam proses perjalanan penyakit, filariasis bermula dengan limfangitis dan limfadenitis akut
berulang dan berakhir dengan terjadinya obstruksi menahun dari sistem limfatik. Perjalanan
penyakit berbatas kurang jelas dari satu stadium ke stadium berikutnya, tetapi bila diurutkan dari
masa inkubasi dapat dibagi menjadi:
1. Masa prepaten
Merupakan masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya mikrofilaremia
yang memerlukan waktu kira-kira 3¬7 bulan. Hanya sebagian tdari penduduk di
daerah endemik yang menjadi mikrofilaremik, dan dari kelompok mikrofilaremik
inipun tidak semua kemudian menunjukkan gejala klinis. Terlihat bahwa kelompok ini
termasuk kelompok yang asimtomatik baik mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
2. Masa inkubasi
Merupakan masa antara masuknya larva infektif hingga munculnya gejala klinis yang
biasanya berkisar antara 8-16 bulan.
3. Gejala klinik akut
Gejala klinik akut menunjukkan limfadenitis dan limfangitis yang disertai panas dan
malaise. Kelenjar yang terkena biasanya unilateral. Penderita dengan gejala klinis akut
dapat mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
4. Gejala menahun
Gejala menahun terjadi 10-15 tahun setelah serangan akut pertama. Mikrofilaria jarang
ditemukan pada stadium ini, sedangkan limfadenitis masih dapat terjadi. Gejala kronis
ini menyebabkan terjadinya cacat yang mengganggu aktivitas penderita serta
membebani keluarganya.
2.5 KOMPLIKASI
a. Cacat menetap pada bagian tubuh yang terkena
b. Elephantiasis tungkai
c. Limfedema : Infeksi Wuchereria mengenai kaki dan lengan, skrotum, penis,vulva vagina
dan payudara,
d. Hidrokel (40-50% kasus), adenolimfangitis pada saluran limfe testis berulang:
pecahnya tunika vaginalisHidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan diantara
lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang
berada di dalam rongga itu memang adadan berada dalam keseimbangan antara produksi
dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.
e. Kiluria : kencing seperti susu karena bocornya atau pecahnya saluran limfe oleh cacing
dewasa yang menyebabkan masuknya cairan limfe ke dalam saluran kemih.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Diagnosis Klinik
Diagnosis klinik ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan klinik. Diagnosis klinik
penting dalam menentukan angka kesakitan akut dan menahun (Acute and Chronic
Disease Rate).Pada keadaan amikrofilaremik, gejala klinis yang mendukung dalam
diagnosis filariasis adalah gejala dan tanda limfadenitis retrograd, limfadenitis berulang
dan gejala menahun.
b. Diagnosis Parasitologik
Diagnosis parasitologik ditegakkan dengan ditemukannya mikrofilaria pada pemeriksaan
darah kapiler jari pada malam hari. Pemeriksaan dapat dilakukan siang hari, 30 menit
setelah diberi DEC 100 mg. Dari mikrofilaria secara morfologis dapat ditentukan species
cacing filaria.
c. Radiodiagnosis
Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum dan kelenjar limfe inguinal
penderita akan memberikan gambaran cacing yang bergerak-gerak (filarial dance sign).
Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin yang dilabel
dengan radioaktif akan menunjukkan adanya abnormalitas sistem limfatik, sekalipun
pada penderita yang mikrofilaremia asimtomatik.
d. Diagnosis Immunologi
Pada keadaan amikrofilaremia seperti pada keadaan prepaten, inkubasi, amikrofilaremia
dengan gejala menahun, occult filariasis, maka deteksi antibodi dan/atau antigen dengan
cara immunodiagnosis diharapkan dapat menunjang diagnosis.
Adanya antibodi tidak menunjukkan korelasi positif dengan mikrofilaremia, tidak
membedakan infeksi dini dan infeksi lama. Deteksi antigen merupakan deteksi metabolit,
ekskresi dan sekresi parasit tersebut, sehingga lebih mendekati diagnosis parasitologik.
Gib 13, antibodi monoklonal terhadap O. gibsoni menunjukkan korelasi yang cukup baik
dengan mikrofilaremia W. bancrofti di Papua New Guinea.

2.7 PENATALAKSANAAN
Dietilkarbamasin sitrat (DEC) merupakan obat filariasis yang ampuh, baik untuk
filariasis bancrofti maupun brugia, bersifat makrofilarisidal dan mikrofilarisidal. Obat ini ampuh,
aman dan murah, tidak ada resistensi obat, tetapi memberikan reaksi samping sistemik dan lokal
yang bersifat sementara. Reaksi sistemik dengan atau tanpa demam, berupa sakit kepala, sakit
pada berbagai bagian tubuh, persendian, pusing, anoreksia, kelemahan, hematuria transien,
alergi, muntah dan serangan asma. Reaksi lokal dengan atau tanpa demam, berupa limfadenitis,
abses, ulserasi, limfedema transien, hidrokel, funikulitis dan epididimitis. Reaksi samping
sistemik terjadi beberapa jam setelah dosis pertama, hilang spontan setelah 2-5 hari dan lebih
sering terjadi pada penderita mikrofilaremik. Reaksi samping lokal terjadi beberapa hari setelah
pemberian dosis pertama, hilang spontan setelah beberapa hari sampai beberapa minggu dan
sering ditemukan pada penderita dengan gejala klinis. Reaksi sampingan ini dapat diatasi dengan
obat simtomatik.
 
Kegiatan pemberantasan nyamuk terdiri atas:
1.      Pemberantasan nyamuk dewasa
a.       Anopheles : residual indoor spraying
b.      Aedes : aerial spraying
2.      Pemberantasan jentik nyamuk
a.       Anopheles : Abate 1%
b.      Culex : minyak tanah
c.       Mansonia : melenyapkan tanaman air tempat perindukan, mengeringkan rawa dan
saluran air
3.      Mencegah gigitan nyamuk
a.       Menggunakan kawat nyamuk/kelambu
b.      Menggunakan repellent

Penyuluhan tentang penyakit filariasis dan penanggulangannya perlu


dilaksanakan sehingga terbentuk sikap dan perilaku yang baik untuk menunjang
penanggulangan filariasis.
Sasaran penyuluhan adalah penderita filariasis beserta keluarga dan seluruh penduduk
daerah endemis, dengan harapan bahwa penderita dengan gejala klinik filariasis segera
memeriksakan diri ke Puskesmas, bersedia diperiksa darah kapiler jari dan minum obat
DEC secara lengkap dan teratur serta menghindarkan diri dari gigitan nyamuk.. Evaluasi
hasil pemberantasan dilakukan setelah 5 tahun, dengan melakukan pemeriksaan vektor
dan pemeriksaan darah tepi untuk deteksi mikrofilaria.

2.8 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1.      Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah bening

2.      Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe


3.      Kurang pengetahuan berhubungan inefektif informasi
4.      Hambatan mobilitasi fisik berhubungan dengan pembengkakan pada anggota tubuh
5.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi pada kulit
2.9 INTERVENSI
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
o
1 Hipertermi Tujuan : Manajemen Hipertermi :
Batasan Karateristik Suhu tubuh agar tetap Observasi :
: berada pada rentang normal o Identifikasi penyebab hipertermi
 Suhu Diatas Kriteria hasil : o Monitor suhu tubuh
Normal Menggigil menurun o Monitor kadar elektrolit
 Kulit Merah Suhu tubuh membaik o Monitor haluan urine
 Kejang Suhu kulit membaik o Monitor komplikasi akibat hipertermi
 Takikardi Terapeutik :
 Takipneu o Sediakan lingkungan yang dingin
 Kulit Terasa o Longgarkan atau lepaskan pakaian
Hangat
o Basahi dan kipasi permukaan tubuh
o Berikan cairan oral
o Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis
o Lakukan pendinginan eksternal
o Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
o Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
o Anjurkan tirah baring
Kolabirasi :
o Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

2 Nyeri Tujuan : Manajemen Nyeri


Nyeri berkurang Observasi :
Kriteria Hasil : o Identifikasi lokassi, karateristik, durassi, frekuensi, kualitas , dan
Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
Meringis menurun o Identifikasi skala nyeri
Sikap protektif menurun o Identifikasi respons nyeri non verbal
Gelisah menurun
Kesulitan tidur menurun o Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
Frekuensi nadi meningkat o Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
o Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
o Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
o Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
o Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik :
o Berikan teknik nonfarmologis untuk mengurangi rasa nyeri
o Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
o Fasilitas istirahat tidur
o Pertimbangan jenis dan sumber nyeri didalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
o Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
o Jelaskan strategi meredakan nyeri
o Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
o Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
o Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
o Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Pemberian Analgesik
Observasi :
o Identifikasi karateristik nyeri
o Identifikasi riwayat alergi obat
o Identifikasi kesesuaian jenis analgesic dengan tingkat keparahan
nyeri
o Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgesic
o Monitor efektifitas analgesic
Terapeutik :
o Diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencapai
analgesia optimal, jika perlu
o Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus oploid
untuk mempertahankan kadar dalam serum
o Tetapkan target efektifitass analgesic untuk mengoptimalkan
respon pasien
o Dokumetasikan respon terhadap efek analgesic dan efek yang
diinginkan
Edukasi :
o Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi :
o Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesic, sesuai indikasi
3 Gangguan Tujuan : Manajemen Eliminasi Urine
eliminasi urine Pengosongan kandung Tindakan :
kemih semakin membaik Observasi :
Kriteria hasil : o Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
Sensasi berkemih o Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia
meningkat urine
Distensi urine menurun Terapeutik :
Frekuensi BAK membaik o Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
o Batasi asupan cairan , jika perlu
o Ambil sample urine tengah atau kultur
Edukasi :
o Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
o Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
o Ajarkan mengambil specimen urine
o Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk
berkemih
o Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot panggul /
berkemihan
o Ajurkan minum yang cukup, jika tidak ada konta indikasi
o Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
Kolaborasi :
o Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
Dukungan Perawatan Diri : BAB/BAK
Tindakan
Observasi :
o Identifikasi kebiasaan BAB / BAK sesuai usia
o Monitor integritas kulit
Terapeutik :
o Buka pakaian yang diperlukan untuk memudahkan eliminasi
o Dukung penggunaan toilet atau pispot atau urinal secara
konsisten
o Jaga privasi selama eliminasi
o Ganti pakaian pasien setelah eliminasi , jika perlu
o Bersihkan alat bantu BAB / BAK setelah digunakan
o Latih BAB / BAK sesuai jadwal, jika perlu
o Sediakan alat bantu (missal kateter eksternal, urinal ), jika perlu
Edukasi :
o Anjurkan BAB / BAK secara rutin
o Anjurkan ke kamar mandi / toilet, jika perlu
4 Gangguan Citra Tujuan : Promosi Citra Tubuh
Tubuh Persepsi tentang Tindakan :
penampilan, struktur tubuh, Obeservasi :
Batasan Karateristik dan fungsi fisik individu o Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahapan
: membaik perkembangan
Mengungkapkan o Identifikasi budaya, agama , jenis kelamin dan umur terkait citra
kecacatan / tubuh
kehilangan bagian o Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi
tubuh sosial
Kehilangan bagian o Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
tubuh o Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
Fungsi / struktur Terapeutik
tubuh berubah / o Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
hilang o Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
o Diskusikan perubahan akibat pubertas, kehamilan dan penuaan
o Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi citra tubuh (mis.
Luka, penyakit, pembedahan)
o Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara
realistis
o Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra
tubuh
Edukasi
o Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra
tubuh
o Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
o Anjurkan menggunakan alat bantu (mis. Pakaian, wig, kosmetik)
o Anjurkan mengikuti kelompok pendukung (mis. Kelompok
sebaya)
o Latih fungsi tubuh yang dimiliki
o Latih peningkatan penampilan diri (mis. Berdandan)
o Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun
kelompok
Promosi Koping
Tindakan :
Observasi :
o Identifikasi kegiatan jangka pendek dan panjang sesuai tujuan
o Identifikasi kemampuan yang dimiliki
o Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan
o Identifikasi pemahaman proses penyakit
o Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
o Identifikasi metode penyelasaian masalah
o Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial
Terapeutik
o Diskusikan perubahan peran yang dialami
o Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
o Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
o Diskusikan untuk mengklarifikasikan kesalahpahaman dan
mengevaluasi perilaku sendiri
o Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan
rasa malu
o Diskusikan resiko yang menimbulkan bahaya pada diri sendiri
o Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
o Berikan pilihan realistis mengenai aspek-aspek tertentu dalam
keperawatan
o Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
o Tinjau kembali kemampuan dalam pengembalian keputusan
o Hindari mengambil keputusan saat pasien berada di bawah
tekanan
o Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
o Motivasi mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia
o Dampingi saat berdua (mis. Penyakit kronis, kecacatan)
o Perkenalan dengan orang atau kelompok yang berhasil
mengalami pengalaman sama
o Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
o Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancaman
Edukasi
o Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan
tujuan sama
o Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
o Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
o Anjurkan keluarga terlibat
o Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
o Ajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif
o Latih penggunaan teknik relaksasi
o Latih keterampilan sosial, sesuai kebutuhan
o Latih mengembangkan penilaian obyektif
5 Hambatan Tujuan : Dukungan Ambulasi
Mobilitas Fisik Dapat melakukan aktifitas Tindakan :
fisik tanpa bantuan Observasi :
Kriteria hasil : o Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Batasan Pergerakan ekstremitas o Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
Karakteristik : meningkat o Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
Mengeluh sulit Kekuatan otot meningkat ambulasi
menggerakkan Rentang gerak (ROM) o Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
ekstremitas membaik o Terapeutik
Kekuatan otot o Fasilitasi aktifitas ambulasidengan alat bantu
menurun o Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik
Rentang gerak o Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
(ROM) menurun
ambulasi
Edukasi :
o Jelaskan tujuan dan proseedur ambulasi
o Anjurkan melakukan ambulasi dini
o Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan.
Dukungan mobilisasi
Tindakan
Observasi :
o Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
o Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
o Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
o Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik :
o Fasilitas aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
o Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
o Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi :
o Jelaskan tujuan da prosedur mobilisasi
o Anjurkan melakukan mobilisasi dini
o Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan.
6 Resiko Tujuan : Promosi Harapan
Ketidakberdayaan Mampu mencapai hasil Tindakan
pencapaian hidup Observasi :
Kriteria hasil o Identifikasi harapan pasien dan keluarga dalam pencapaian hidup
Pernyataan mampu Terapeutik :
melakukan aktifitas hidup o Sadarkan bahwa kondisi yang dialami memiliki nilai penting
meningkat o Pandu mengingat kembali kenangan yang menyenangkan
Pernyataan frustasi o Libatkan pasien secara aktif dalam perawatan
ketergantungan pada orang o Kembangkan rencana perawatan yang melibatkan tingkat
lain menurun pencapaian tujuan sederhana sampai dengan kompleks
o Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga terlibat dengan
dukungan kelompok
o Ciptakan lingkungan yang memudahkan mempraktikkan
kebutuhan spiritual
Edukasi :
o Anjurkan mengungkapkan perasaan terhadap kondisi dengan
realistis
o Anjurkan mempertahankan hubungan
o Anjurkan mempertahankan hubungan terapeutik dengan orang
lain
o Latih menyusun tujuan yang sesuai dengan harapan
o Latih cara mengembangkan spiritual diri
o Latih cara menenang dan menikmati masa lalu
Promosi Koping
Tindakan :
Observasi :
o Identifikasi kegiatan jangka pendek dan panjang sesuai tujuan
o Identifikasi kemampuan yang dimiliki
o Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan
o Identifikasi pemahaman proses penyakit
o Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
o Identifikasi metode penyelasaian masalah
o Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial
Terapeutik
o Diskusikan perubahan peran yang dialami
o Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
o Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
o Diskusikan untuk mengklarifikasikan kesalahpahaman dan
mengevaluasi perilaku sendiri
o Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan
rasa malu
o Diskusikan resiko yang menimbulkan bahaya pada diri sendiri
o Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
o Berikan pilihan realistis mengenai aspek-aspek tertentu dalam
keperawatan
o Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
o Tinjau kembali kemampuan dalam pengembalian keputusan
o Hindari mengambil keputusan saat pasien berada di bawah
tekanan
o Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
o Motivasi mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia
o Dampingi saat berdua (mis. Penyakit kronis, kecacatan)
o Perkenalan dengan orang atau kelompok yang berhasil
mengalami pengalaman sama
o Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
o Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancaman
Edukasi
o Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan
tujuan sama
o Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
o Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
o Anjurkan keluarga terlibat
o Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
o Ajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif
o Latih penggunaan teknik relaksasi
o Latih keterampilan sosial, sesuai kebutuhan
o Latih mengembangkan penilaian obyektif
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
a.       Riwayat kesehatan
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun.
Cacing filariasis menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk infektif yang mengandung
larva stadium III. Gejala yang timbul berupa demam berulang-ulang 3-5 hari, demam ini
dapat hilang pada saat istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat.
b.      Aktifitas / Istirahat
  Gejala : Mudah lelah, intoleransi aktivitas, perubahan pola tidur.
 Tanda   : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktivitas (Perubahan
TD, frekuensi jantung)
c.       Sirkulasi
 Tanda : Perubahan TD, menurunnya volume nadi perifer, perpanjangan pengisian kapiler.
d.      Integritas dan Ego
 Gejala : Stress berhubungan dengan perubahan fisik, mengkuatirkan penampilan, putus
asa, dan sebagainya.
 Tanda : Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah.
e.       Integumen
 Tanda : Kering, gatal, lesi, bernanah, bengkak, turgor jelek.
f.       Makanan / Cairan
 Gejala : Anoreksia, permeabilitas cairan.
 Tanda : Turgor kulit buruk, edema.
g.      Hygiene
 Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
 Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
h.      Neurosensoris
 Gejala : Pusing, perubahan status mental, kerusakan status indera peraba, kelemahan otot.
 Tanda : Ansietas, refleks tidak normal.
i.        Nyeri / Kenyamanan
 Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala.
 Tanda : Bengkak, penurunan rentang gerak.
j.        Keamanan
 Gejala : Riwayat jatuh, panas dan perih, luka, penyakit defisiensi imun, demam berulang,
berkeringat malam.
 Tanda : Perubahan integritas kulit, pelebaran kelenjar limfe.
k.      Seksualitas
 Gejala : Menurunnya libido
 Tanda : Pembengkakan daerah skrotalis
l.        Interaksi Sosial
 Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian.
 Tanda : Perubahan interaksi, harga diri rendah, menarik diri.
m.    Pemeriksaan diagnostic
     Menggunakan sediaan darah malam, diagnosis praktis juga dapat menggunakan ELISA dan
rapid test dengan teknik imunokromatografik assay. Jika pasien sudah terdeteksi kuat telah
mengalami filariasis limfatik, penggunaan USG Doppler diperlukan untuk mendeteksi
pengerakan cacing dewasa di tali sperma pria atau kelenjer mammae wanita.

3.2. Diagnosa keperawatan


1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah bening
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe
3. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik
4. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada anggota tubuh
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi pada kulit
3.3 Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Hipertermi Tujuan : Manajemen Hipertermi :
Batasan Karateristik Suhu tubuh agar tetap berada Observasi :
: pada rentang normal o Identifikasi penyebab hipertermi
 Suhu Diatas Kriteria hasil : o Monitor suhu tubuh
Normal Menggigil menurun o Monitor kadar elektrolit
 Kulit Merah Suhu tubuh membaik o Monitor haluan urine
 Kejang Suhu kulit membaik o Monitor komplikasi akibat hipertermi
 Takikardi Terapeutik :
 Takipneu o Sediakan lingkungan yang dingin
 Kulit Terasa o Longgarkan atau lepaskan pakaian
Hangat
o Basahi dan kipasi permukaan tubuh
o Berikan cairan oral
o Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis
o Lakukan pendinginan eksternal
o Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
o Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
o Anjurkan tirah baring
Kolabirasi :
o Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

2 Nyeri Tujuan : Manajemen Nyeri


Nyeri berkurang Observasi :
Kriteria Hasil : o Identifikasi lokassi, karateristik, durassi, frekuensi, kualitas , dan
Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
Meringis menurun o Identifikasi skala nyeri
Sikap protektif menurun o Identifikasi respons nyeri non verbal
Gelisah menurun o Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
Kesulitan tidur menurun
Frekuensi nadi meningkat o Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
o Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
o Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
o Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
o Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik :
o Berikan teknik nonfarmologis untuk mengurangi rasa nyeri
o Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
o Fasilitas istirahat tidur
o Pertimbangan jenis dan sumber nyeri didalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
o Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
o Jelaskan strategi meredakan nyeri
o Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
o Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
o Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
o Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Pemberian Analgesik
Observasi :
o Identifikasi karateristik nyeri
o Identifikasi riwayat alergi obat
o Identifikasi kesesuaian jenis analgesic dengan tingkat keparahan
nyeri
o Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgesic
o Monitor efektifitas analgesic
Terapeutik :
o Diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencapai analgesia
optimal, jika perlu
o Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus oploid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
o Tetapkan target efektifitass analgesic untuk mengoptimalkan respon
pasien
o Dokumetasikan respon terhadap efek analgesic dan efek yang
diinginkan
Edukasi :
o Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi :
o Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesic, sesuai indikasi
3 Gangguan Tujuan : Manajemen Eliminasi Urine
eliminasi urine Pengosongan kandung kemih Tindakan :
semakin membaik Observasi :
Kriteria hasil : o Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
Sensasi berkemih meningkat o Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia
Distensi urine menurun urine
Frekuensi BAK membaik Terapeutik :
o Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
o Batasi asupan cairan , jika perlu
o Ambil sample urine tengah atau kultur
Edukasi :
o Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
o Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
o Ajarkan mengambil specimen urine
o Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk
berkemih
o Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot panggul / berkemihan
o Ajurkan minum yang cukup, jika tidak ada konta indikasi
o Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
Kolaborasi :
o Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
Dukungan Perawatan Diri : BAB/BAK
Tindakan
Observasi :
o Identifikasi kebiasaan BAB / BAK sesuai usia
o Monitor integritas kulit
Terapeutik :
o Buka pakaian yang diperlukan untuk memudahkan eliminasi
o Dukung penggunaan toilet atau pispot atau urinal secara konsisten
o Jaga privasi selama eliminasi
o Ganti pakaian pasien setelah eliminasi , jika perlu
o Bersihkan alat bantu BAB / BAK setelah digunakan
o Latih BAB / BAK sesuai jadwal, jika perlu
o Sediakan alat bantu (missal kateter eksternal, urinal ), jika perlu
Edukasi :
o Anjurkan BAB / BAK secara rutin
o Anjurkan ke kamar mandi / toilet, jika perlu
4 Gangguan Citra Tujuan : Promosi Citra Tubuh
Tubuh Persepsi tentang penampilan, Tindakan :
struktur tubuh, dan fungsi Obeservasi :
Batasan Karateristik fisik individu membaik o Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahapan perkembangan
: o Identifikasi budaya, agama , jenis kelamin dan umur terkait citra
Mengungkapkan tubuh
kecacatan / o Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial
kehilangan bagian o Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
tubuh o Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
Kehilangan bagian Terapeutik
tubuh o Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
Fungsi / struktur o Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
tubuh berubah /
o Diskusikan perubahan akibat pubertas, kehamilan dan penuaan
hilang
o Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi citra tubuh (mis.
Luka, penyakit, pembedahan)
o Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara
realistis
o Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra
tubuh
Edukasi
o Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
o Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
o Anjurkan menggunakan alat bantu (mis. Pakaian, wig, kosmetik)
o Anjurkan mengikuti kelompok pendukung (mis. Kelompok sebaya)
o Latih fungsi tubuh yang dimiliki
o Latih peningkatan penampilan diri (mis. Berdandan)
o Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun
kelompok
Promosi Koping
Tindakan :
Observasi :
o Identifikasi kegiatan jangka pendek dan panjang sesuai tujuan
o Identifikasi kemampuan yang dimiliki
o Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan
o Identifikasi pemahaman proses penyakit
o Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
o Identifikasi metode penyelasaian masalah
o Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial
Terapeutik
o Diskusikan perubahan peran yang dialami
o Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
o Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
o Diskusikan untuk mengklarifikasikan kesalahpahaman dan
mengevaluasi perilaku sendiri
o Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan rasa
malu
o Diskusikan resiko yang menimbulkan bahaya pada diri sendiri
o Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
o Berikan pilihan realistis mengenai aspek-aspek tertentu dalam
keperawatan
o Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
o Tinjau kembali kemampuan dalam pengembalian keputusan
o Hindari mengambil keputusan saat pasien berada di bawah tekanan
o Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
o Motivasi mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia
o Dampingi saat berdua (mis. Penyakit kronis, kecacatan)
o Perkenalan dengan orang atau kelompok yang berhasil mengalami
pengalaman sama
o Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
o Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancaman
Edukasi
o Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan tujuan
sama
o Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
o Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
o Anjurkan keluarga terlibat
o Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
o Ajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif
o Latih penggunaan teknik relaksasi
o Latih keterampilan sosial, sesuai kebutuhan
o Latih mengembangkan penilaian obyektif
5 Hambatan Tujuan : Dukungan Ambulasi
Mobilitas Fisik Dapat melakukan aktifitas Tindakan :
fisik tanpa bantuan Observasi :
Kriteria hasil : o Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Batasan Pergerakan ekstremitas o Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
Karakteristik : meningkat o Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
Mengeluh sulit Kekuatan otot meningkat ambulasi
menggerakkan Rentang gerak (ROM) o Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
ekstremitas membaik o Terapeutik
Kekuatan otot o Fasilitasi aktifitas ambulasidengan alat bantu
menurun o Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik
Rentang gerak
(ROM) menurun o Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
ambulasi
Edukasi :
o Jelaskan tujuan dan proseedur ambulasi
o Anjurkan melakukan ambulasi dini
o Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan.
Dukungan mobilisasi
Tindakan
Observasi :
o Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
o Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
o Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
o Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik :
o Fasilitas aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
o Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
o Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi :
o Jelaskan tujuan da prosedur mobilisasi
o Anjurkan melakukan mobilisasi dini
o Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan.
6 Resiko Tujuan : Promosi Harapan
Ketidakberdayaan Mampu mencapai hasil Tindakan
pencapaian hidup Observasi :
Kriteria hasil o Identifikasi harapan pasien dan keluarga dalam pencapaian hidup
Pernyataan mampu Terapeutik :
melakukan aktifitas hidup o Sadarkan bahwa kondisi yang dialami memiliki nilai penting
meningkat o Pandu mengingat kembali kenangan yang menyenangkan
Pernyataan frustasi o Libatkan pasien secara aktif dalam perawatan
ketergantungan pada orang o Kembangkan rencana perawatan yang melibatkan tingkat
lain menurun pencapaian tujuan sederhana sampai dengan kompleks
o Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga terlibat dengan
dukungan kelompok
o Ciptakan lingkungan yang memudahkan mempraktikkan kebutuhan
spiritual
Edukasi :
o Anjurkan mengungkapkan perasaan terhadap kondisi dengan
realistis
o Anjurkan mempertahankan hubungan
o Anjurkan mempertahankan hubungan terapeutik dengan orang lain
o Latih menyusun tujuan yang sesuai dengan harapan
o Latih cara mengembangkan spiritual diri
o Latih cara menenang dan menikmati masa lalu
Promosi Koping
Tindakan :
Observasi :
o Identifikasi kegiatan jangka pendek dan panjang sesuai tujuan
o Identifikasi kemampuan yang dimiliki
o Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan
o Identifikasi pemahaman proses penyakit
o Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
o Identifikasi metode penyelasaian masalah
o Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial
Terapeutik
o Diskusikan perubahan peran yang dialami
o Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
o Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
o Diskusikan untuk mengklarifikasikan kesalahpahaman dan
mengevaluasi perilaku sendiri
o Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan rasa
malu
o Diskusikan resiko yang menimbulkan bahaya pada diri sendiri
o Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
o Berikan pilihan realistis mengenai aspek-aspek tertentu dalam
keperawatan
o Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
o Tinjau kembali kemampuan dalam pengembalian keputusan
o Hindari mengambil keputusan saat pasien berada di bawah tekanan
o Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
o Motivasi mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia
o Dampingi saat berdua (mis. Penyakit kronis, kecacatan)
o Perkenalan dengan orang atau kelompok yang berhasil mengalami
pengalaman sama
o Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
o Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancaman
Edukasi
o Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan tujuan
sama
o Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
o Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
o Anjurkan keluarga terlibat
o Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
o Ajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif
o Latih penggunaan teknik relaksasi
o Latih keterampilan sosial, sesuai kebutuhan
o Latih mengembangkan penilaian obyektif
3.4 Implementasi
Tindakan keperawatan dilaksanakan berdasarkan intervensi yang telah direncanakan
sesuai kondisi pasien saat itu

3.5 Evaluasi
1. Suhu tubuh pasien dalam batas normal.
2. Untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien
3. HDR pasien tidak rendah
4. Menunjukkan perilaku yang mampu kembali melakukan aktivitas
5. Mempertahankan keutuhan kulit, lesi pada kulit dapat hilang
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M., et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC).Missouri,


USA : Elsevier.
Diettary guidelines for Americans, 2005
Doenges, M.E, Moorhiuse, M.F, Geissler A C.1996.Parasitologi Kedokteran
(terjemahan).Jakarta : EGC
Garcia, L.S., Bruchner, D.A.1996.Diagnostik Parasitologi Kedokteran
(terjemahan).Jakarta : EGC
Hayes Peter C dan Mackay Thomas W. 1997. Diagnosis dan Terapi. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Herdman, T.H danKamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing
Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai