Anda di halaman 1dari 20

Makalah

Konsep Penyakit dan Asuhan Keperawatan pada Filariasis

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah dengan


Dosen Pengampu :Noor Fitriyani,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Anggi Indah Saputri (P16004)
2. Ayniisa Yessy Fatmalasari (P16010)
3. Dwi Wahyuningsih (P16016)
4. Fandi Rahma Dani (P16022)
5. Isti Kharofi (P16028)
6. Miana Eka Sari (P16034)
7. Reni Krismawati (P16040)
8. Serly Oksaini (P16046)
9. Yekti Maryanti (P16052)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKes KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
SEPTEMBER 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, atas limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Filariasis. Ini untuk memenuhi
satu Tugas dari mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah pada program studi DIII
Keperawatan STIKes Kusauma Husada.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terimakasih pada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga ini dapat memberi manfaat untuk
penulis serta menjadi inspirasi pembaca.

Surakarta, 29 September 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................

A. LATAR BELAKANG .................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ................................................................ 1

C. TUJUAN ......................................................................................... 2

D. MANFAAT ..................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN ................................................................................ 4

B. ETIOLOGI ...................................................................................... 4

C. MANIFESTASI KLINIS ............................................................... 5

D. PATOFISIOLOGI ........................................................................... 6

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG .................................................... 6

F. PENATALAKSANAAN ................................................................ 7

G. DISCHARGE PLANNING ............................................................ 8

BAB III PEMBAHASAN

A. KASUS ............................................................................................ 10

B. MASALAH ..................................................................................... 11

C. ANALISIS DATA .......................................................................... 13

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN ............................................................................... 15
B. SARAN ........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit ini diperkirakan seperlima penduduk dunia atau 1.1 milyar

penduduk beresiko terinfeksi, terutama di daerah tropis dan beberapa daerah

subtropis. Penyakit ini dapat menyebabkan kecacatan, stigma sosial,

hambatan psikososisal, dan penurunan produktivitas kerja penderita, keluarga

dan masyarakat sehingga menimbulkan kerugian ekonomi yang besar. Dengan

demikian penderita menjadi beban keluarga dan negara. Sejak tahun 2000

hingga 2009 di Iaporkan kasus kronis filariasis sebanyak 11.914 kasus yang

tersebar di 401 kabupaten/ kota. (Depkes RI, 2009)

Penyakit filariasis terutama ditemukan di daerah khatulistiwa dan

merupakan masalah di daerah dataran rendah. Tetapi kadang-kadang juga

ditemukan di daerah bukit yang tidak terlalu tinggi. Di Indonesia filariasis

tersebar luas,daerah endemis terdapat terdapat di banyak pulau di seluruh

nusantara, seperti di Sumatera dan sekitarnya, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,

NTT, Maluku, dan Irian Jaya.(Depkes RI, 2006)

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Apa Pengertian dari Filarisasi ?

1
2

2. Apa saja etiologiFilarisasis ?

3. Apa manifestasi klinis dari penyakit Filarisasis ?

4. Bagaimana patofisiologi penyakit Filarisasis ?

5. Bagaimana pemeriksaan penunjang penyakit Filarisasis ?

6. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit Filarisasis ?

7. Bagaimana discharge planning dari penyakit Filarisasis ?

C. TUJUAN

Dari rumusan masalah diatas maka dapat didapatkan tujuan sebai berikut :

1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian Filarisasis

2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang etiologi Filarisasis

3. Mahasiswa dapat mengetahui tentang manifestasi klinis penyakit

Filarisasis

4. Mahasiswa dapat mengetahui tentang patofisiologi penyakit Filarisasis

5. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pemeriksaan penunjang penyakit

Filarisasis

6. Mahasiswa dapat mengetahui tentang penatalaksanaan penyakit Filarisasis

7. Mahasiswa dapat mengetahui tentang discharge planning dari penyakit

Filarisasis

D. MANFAAT

Manfaat penyusunan makalah ini adalah agar kita semua dapat

mengetahui segala sesuatu tentang filariasis, mulai dari pengertiannya sampai


3

dengan discharge planning filariasis itu sendiri. Dengan demikian,

diharapkankita semua ikut memberantas penyakit ini secara aktif sehingga

tidak menjadi endemi di masyarakat nantinya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN

Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit akibat nematode yang seperti

cacing yaitu wuchereria banclofti. Brugia malayi dan brugia timori yang dikenal

sebagai filaria. Infeksi ini biasanya terjadi pada saat kanak-kanak dan manifestasi

yang dapat terlihat muncul belakangan, menetaap dan menimbulkan

ketidakmampuan menetap. (Yuliana Elin, 2011)

B. ETIOLOGI

wuchereria banclofti merupakan cacing dewasa berwarna putih, kecil seperti

benang. Cacing jantan berukuran 40 mm x 0,1 mm, sedangkan acing betina

berukurang duakali cacing jantan yaitu 80-100 mm x 0,2 mm. (Sumarmo, 2002).

Manusia merupakan satu-satunya hospes yang diketahui. Penularannya memalui

probocis (labela) sewaktu gigitan nyamuk yang mengandung larva inefektif.

Larva akan terdeposit dikulit, berpindah pembuluh limfe berkembang menjadi

cacing dewasa selama 6-12 bulan, dan memyebabkan kerusakan dan pembesaran

pembuluh limfe. Fillari dewasa hidup beberapa tahun ditubuh manusia. Selama

periode tersebut filarial berkembang menghasilkan jutaan microfilaria (umur 3-36

bulan yang belum masak beredar didaerah perifer dan dapat dihisap oleh nyamuk

yang kemudian menular kemanusia lain. (Yuliana Eline, 2011)karena filariasis

4
5

bankrofi dapat berlangsung selama beberapa tahun, maka dapat mempunyai

pertukaran klinis yang berbeda-beda. Reaksi pada manusia terhadap infeksi filaria

berbeda-beda tidak mungkin stadium ini dibatasi dengan pasti, sehingga sering

kali pembagiannuuya atas dasar infeksi filariasis yaitu : (sudoyo aru dkk 2009)

1. Bentu tanpa gejala

2. Filariasis dengan peradangan

3. Filaiasis dengan penyumbatan

C. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis: (Amin Huda Nurarif, Hardi Kusuma, 2015)

1. Gejala tampak setelah 3 bulan infeksi

2. Umumnya masa tunas 8-12 bulan

3. Fase akut menimbulkan peradangan seperti limfangitis, limfadengitis,

fungikulitis, dan orkitis.

4. Gejala dari limfadenitis nyeri lokal, keras didaerah kelenjar limfe, demam,

sakit kepala dan badan, mual muntah lesu dan tidak nafsu makan.

5. Fase akut dapat sembuh sepontan setelah beberapa hari dan beberapa kasus

mengalami kekambuhan tidak teratur selama berminggu-minggu atau bulan

sebelum sembuh.

6. Fase kronik terjadi dengan gejala hidrokal, kiluria, limfedema, dan

elephantiasis.
6

D. PATOFISIOLOGI

Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah bila orang tersebut

digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III

(mikrofilaria infektif). Nyamuk tersebut mendapat larva cacing kecil (larva

stadium I) sewaktu menghisap darah penderita atau binatang reservoir yang

mengandung mikrofilaria. Siklus Penularan penyakit ini melalui dua tahap, yaitu

perkembangan dalam tubuh nyamuk (sebagai vektor) dan tahap kedua

perkembangan dalam tubuh manusia (sebagai hospes) dan reservoir.( Depkes RI,

2005)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Penyakit kaki gajah ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan mikroskopis

darah,sampai saat ini hal tersebut masih dirasakan sulit dilakukan karena

mikrofilaria hanya muncul dan menampilkan diri dalam darah pada waktu

malam hari selama beberapa jam saja (nocturnal periodicity).

2. Selain itu,berbagai metode pemeriksaan juga dilakukan untuk mendiagnosa

penyakit kaki gajah.diantaranya ialah dengan system yang dikenal sebagai

penjaringan membrane,metode konsentrasi knott dan tehnik pengendapan.

3. Metode pemeriksaan yang mendekati kearah diagnose dan diakui oleh WHO

dengan pemeriksaan systemtes kartu,hal ini sangatlah sederhana dan peka

untuk mendeteksi penyebaran parasite(larva).yaitu dengan mengambil sample


7

darah system tusukan jari droplets diwaktu kapanpun,tidak harus dimalam

hari. : (Amin Huda Nurarif, Hardi Kusuma, 2015)

F. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan filariasis bergantung kepada keadaan klinis dan beratnya

penyakit. (Amin Huda Nurarif, Hardi Kusuma, 2015)

1. Terapi medikamentosa

a) Diethylcarbamazine citrate (DEC)

WHO merekomendasikan pemberian DEC dengan dosis 6 mg/kg

untuk 12 hari berturut-turut. Di Indonesia, dosisi 6 mg/kg BB memberikan

efek samping yang berat, sehingga pemberian DEC dilakukan berdasarkan

usia dan dikombinasikan dengan albendazol.

b) Invermectin

Obat ini merupakan antibiotic semisintetik golongan makrolid yang

berfungsi sebagai agent mikrofilariasis poten. Dosis tunggal 200-

400mikro/kg dapat menurunkan menurunkan mikrofilariasis dalam darah

tapi untuk waktu 6-24 bulan. Obat belum digunakan di Indonesia.

c) Albendazol

Obat ini digunakan untuk pengobatan cacing intestine selama

bertahun-tahun dan baru baru ini di coba digunakan sebagai anti-filaria.

Albendazole hanya mempunyai sedikit efek untuk mikrofilaremia dan


8

antigenaemia jika digunakan sendiri. Dosis tunggal 400 mg dikombinasi

dengan DEC atau invermectin efektif menghancurkan mikrofilaria.

d) Pemberian benzopyrenes, termasuk flavonoids dan coumarin dapat

menjadi terapi tambahan.

2. Pembedahan

Tindakan bedah pada limfedema bersifat paliatif,indikasi tindakan

bedah adalah jika tidak terdapat perbaikan dengan terapi

konservatif,limfedema sangat besar sehingga menganggu aktivitas dan

pekerjaan dan menyebabkan tidak berhasilnya terapi konsevatif.

G. DISCHARGE PLANNING

1. Kontak dengan nyamuk terinfeksi dapat dikurangi melalui penggunaan obat

oles anti nyamuk, kelambu, atau insektisida

2. Mengikuti edukasi yang diberikan tenaga kesehatan atau pemerintah tentang

filariasis (cara penyebaran, pencegahan dll)

3. Bagi yang masih terkena

a) pencucian dengan sabun dan air 2x/hari

b) Menaikan tngkai yang terkena pada malam hari

c) ekstremitas digerakan teratur untuk melancarkan aliran

d) menjaga kebersihan kuku

e) memakai alas kaki


9

f) mengobati luka kecil dengan antiseptic/antibiotic. (Amin Huda Nurarif,

Hardi Kusuma, 20
BAB IV

PEMBAHASAN

A. KASUS

Ibu S , Usia 39 tahun beragama islam ,alamat tinggal lorong mawar no 30

Jambi , pekerjaan Ibu Rumah Tangga. Masuk RS pada tanggal 13/03/2011,

diruang perawatan penyakit dalam kelas III/A. dengan keluhan demam berulang-

ulang selama 4 hari, demam hilang bila istirahat dan demam akan muncul kembali

ketika bekerja berat. Klien selalu bertanya kepada perawat tentang penyakit yang

dideritanya. Klien tampak cemas.Klien juga mengatakan terasa panas dan sakit

menjalar dari pangkal kaki kearah ujung kaki dan klien mengatakan nyeri

semakin terasa jika kaki yang sakit dibawa bergerak. Klien mengatakan kaki

kanannya yang sakit tampak lebih besar dari yang satunya. Saat pengkajian

didapat klien masih mengeluh demam dan Wajah klien tampak memerah, klien

juga mengeluh terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki keujung

kaki, skala nyeri 7. Nyeri terasa berulang-ulang, nyeri tekan (+), non piting

oedema (+), klien tampak meringis ketika berjalan. data yang di dapat ukuran

tungkai kaki klien 30cm.Dari pemeriksaan TTV TD : 130/60 mmHg, RR : 24 x/i,

N : 110 x/i, S : 38,5C. Dari hasil pemeriksaan darah diperoleh data Hb 10,8 gr/dl,

Leukosit 9500/mm3;.Dari pemeriksaan darah jari kaki ditemukan parasit

mikrofilaria inti tubuh teratur, ujung ekor runcing dan tidak berinti dan selubung

tubuh transparan.

10
11

B. MASALAH

Perbandingan teori masalah Filariasis dan kasus Ny.S

No Perbandingan Teori Kasus

1 Penyebab Penularannya memalui probocisDalam kasus diatas

(labela) sewaktu gigitan Ny.S menderita

nyamuk yang mengandung Filariasis karena

larva inefektif. Larva akan ditemukan dari

terdeposit dikulit, berpindah pemeriksaan darah

pembuluh limfe berkembang jari kaki ditemukan

menjadi cacing dewasa parasit mikrofilaria

selama 6-12 bulan, dan

memyebabkan kerusakan

dan pembesaran pembuluh

limfe.

2 Tanda dan Gejala 7. Gejala tampak setelah Dalam


3 kasus diatas

bulan infeksi Ny.S menderita

8. Umumnya masa tunas 8- Filariasis karena

12 bulan ditemukan adanya

9. Fase akut menimbulkan 1. Klien terasa

peradangan seperti cemas

limfangitis, 2. Panas dan sakit


12

limfadengitis, menjalar dari

fungikulitis, dan orkitis. pangkal kaki ke

10. Gejala dari limfadenitis ujung kaki

nyeri lokal, keras 3. Kaki tampak

didaerah kelenjar limfe, lebih besar

demam, sakit kepala dan 4. Demam

badan, mual muntah lesu 5. Nyeri tekan (+)

dan tidak nafsu makan. 6. Wajah memerah

11. Fase akut dapat sembuh 7. Non piting edema

sepontan setelah (+)

beberapa hari dan 8. Klien tampak

beberapa kasus meringis ketika

mengalami kekambuhan berjalan

tidak teratur selama 9. Skala nyeri 7

berminggu-minggu atau

bulan sebelum sembuh.

12. Fase kronik terjadi

dengan gejala hidrokal,

kiluria, limfedema, dan

elephantiasis.
13

C. ANALISIS DATA

No Tanggal Data fokus Probelm Etiologi Ttd

1 Jumad, 29 DS:

September -Klien mengatakan

2017 badannya terasa

demam Hipertermi Demam


ttd
DO:

-Suhu tubuh 38,50 C


14

DS:

-Mengeluh terasa sakit yang

menjalar

-klien mengatakan terasa

nyeri jika bergerak

DO:
Resiko
-Ukuran kaki kanan lebih
ketidakber P
besar daripada kaki kiri
dayaan ttd
P : nyeri kaki edema

Q : senut-senut

R : kaki

S:6

DS:

-Klien mengatakan cemas

DO: Hambatan

-Nyeri meringis ketika mobilitas


G
ttd
berjalan fisik

-Ukuran kaki kanan lebih

besar daripada kaki kiri


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari makalah yang telah kami buat dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya

yaitu:

1. Penyakit Kaki Gajah (Filariasis atau Elephantiasis) adalah golongan penyakit

menular yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan melalui

berbagai jenis nyamuk.

2. Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang

tersebut digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva

stadium III ( L3 ). Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil (

mikrofilaria ) sewaktu menghisap darah penderita mengandung microfilaria

atau binatang reservoir yang mengandung microfilaria. Siklus Penularan

penyakit kaiki gajah ini melalui dua tahap, yaitu perkembangan dalam tubuh

nyamuk ( vector ) dan tahap kedua perkembangan dalam tubuh manusia

(hospes) dan reservoair.

3. Gejala klinis Filariais Akut adalah berupa ; Demam berulang-ulang selama 3-

5 hari. Demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja

berat ; pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan

paha, ketiap (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit

15
16

4. Tujuan utama dalam penanganan dini terhadap penderita penyakit kaki gajah

adalah membasmi parasit atau larva yang berkembang dalam tubuh penderita,

sehingga tingkat penularan dapat ditekan dan dikurangi.

B. SARAN

1. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan merupakan syarat utama untuk

menghindari infeksi filariasis.

2. Pemberantasan nyamuk dewasa dan larva perlu dilakukan sesuai aturan dan

indikasi.

3. Pemerintah harus terjun langsung kemasyarakat untuk memberikan

penyuluhan kepada masyakat.


DAFTAR PUSTAKA

Yulianah elin, Andradjati Retnosari, dkk. ISO Farmakoterapi 2. ISFI, Jakarta, 2011

Sudoyo Aru,dkk 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1,2,3, edisi keempat.
Internal Publishing, Jakarta.

Amin Huda Nurarif, Hardi Kusuma. Nanda NIC-NOC, Jakarta, 2015

Depkes RI,Ditjen PPM & PL- Direktorat P2B2 Subdit Filariasis & Schistosomiasis,
2002, Pedoman Pengobatan Massal Penyakit Kaki Gajah (Filariasis), Jakarta.

Sumarmo, Herry, 2002. Buku Ajar infeksi dan Pediatri Tropis edisi kedua. IDAI.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai