Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PENYAKIT TROPIS

FILARIASIS

Mata Kuliah Keperawatan Anak


Pendidikan Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH:

Nama : Virgi Fahira (13404322220)


Sherly Fitriani (13404322206)
Kelas : 2D

Dosen Pengampu:
Rizaldi Nanda Wiguna, S.Kep., Ns. M.Kep
NIDN

AKPER KESDAM IM BANDA ACEH


BANDA ACEH
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya Sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana.
Semoga Asuhan Keperawatan dengan “ Filariasis “ ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam pendidikan dalam profesi pengalaman bagi para pembaca,
sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini dan
menjadi lebih baik.
Asuhan Keperawatan ini kami akui masih banyak kekurangan
karena pengalaman yang kami miliki masih kurang. Oleh karena itu kami
harapkan para pembaca untuk memberikan masukan – masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar belakang ............................................................................... 1


B. Tujuan ............................................................................................ 3
1. Tujuan Umum ............................................................................. 3
2. Tujuan Khusus ........................................................................... 3
C. Manfaat .......................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORITIS................................................................. 4

A. Definisi Filariasis ............................................................................ 4


B. Etiologi ........................................................................................... 4
C. Patofisiologi .................................................................................... 5
D. Pathway ......................................................................................... 6
E. Manifestasi Klinis............................................................................ 7
F. Komplikasi ...................................................................................... 8
G. Penatalaksanaan Medis ................................................................. 8
H. Pemeriksaan Penunjang ................................................................ 9

BAB III TINJAUAN KASUS ................................................................... 11

A. Pengkajian ................................................................................. 12
B. Diagnosa .................................................................................... 18
C. Intervensi Keperawatan .............................................................. 19
D. Implementasi .............................................................................. 19
E. Evaluasi ..................................................................................... 19

BAB IV PENUTUP ................................................................................. 25

A. Kesimpulan ................................................................................ 25
B. Saran ......................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu
dan kiat keperawatan yang berbentuk pelayanan biopsikososial dan
spiritual yang komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga,
masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencankup seluruh siklus
kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan dilakukan dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan
serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan serta pemeliharaan
kesehatan khususnya pada klien. (Perry, Potter. 2005)
Filariasis atau yang dikenal dengan penyakit kaki gajah mulai ramai
diberitakan sejak akhir tahun 2009, akibat terjadinya kematian pada
beberapa orang. Sebenarnya penyakit ini sudah mulai dikenal sejak 1500
tahun oleh masyarakat, dan mulai diselidik lebih mendalam ditahun 1800
untuk mengetahui penyebaran, gejala serta upaya mengatasinya. Baru
ditahun 1970, obat yang lebih tepat untuk mengobati filarial ditemukan.
Rubrik ini berusaha menjelaskan mengapa hal tersebut dapat terjadi dan
mengapa penanggulangan Penyakit Kaki Gajah harus segera
dilaksanakan. Penyakit filaria yang disebabkan oleh cacing khusus cukup
banyak ditemui di negeri ini dan cacing yang paling ganas ialah Wuchereria
bancrofti, Brugia, malayi, Brugia timori, Penelitian di Indonesia menemukan
bahwa cacing jenis Brugia dan Wuchereria merupakan jenis terbanyak yang
ditemukan di Indonesia, sementara cacing jenis Brugia timori hanya
didapatkan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di pulau Timor. Di dunia,
penyakit ini diperkirakan mengenai sekitar 115 juta manusia, terutama di
Asia Pasifik, Afrika, Amerika Selatan dan kepulauan Karibia. Penularan
cacing Filaria terjadi melalui nyamuk dengan periodisitas subperiodik
(kapan saja terdapat di darah tepi) ditemukan di Indonesia sebagian besar

1
lainnya memiliki periodisitas nokturnal dengan nyamuk Culex, nyamuk
Aedes dan pada jenis nyamuk Anopheles. Nyamuk Culex juga biasanya
ditemukan di daerah-daerah urban, sedangkan Nyamuk Aedes dan
Anopheles dapat ditemukan di daerah-daerah rural. (Riyanto,harun.2010)
Filariasis merupakan penyakit menular (penyakit kaki gajah) yang
disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis
nyamuk.penyakit ini bersifat menahun, dan bila tidak dapat pengobatan
daapt menimbulakan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, dan
alat kelamin, baik perempuan maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak
dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang
lain sehingga menjadi beban keluarga. Berdasarkan laporan dari hasil
survey pada tahun 2000 yang lalu tercatat sebanyak 1553 desa di 647
puskesmas tersebar di 231 kabupaten sebagai lokasi endemis, dengan
jumlah kasus kronis 6233 orang. Hasil survei laboratorium, melalui
pemeriksaan darah jari, rata-rata mikrofilaria rate (Mf Rate) 3,1%berarti
sekitar 6 juta orang sudah terinfeksi cacing filaria dan sekitar 100 juta orang
memepunyai resiko tinggi untuk ketularan karena nyamuk penularannya
tersebar luas. Untuk memberantas penyakit ini sampai tuntas.
(Chairufatah,alex.2009)
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan penyakit filariasis adalah
penyakit endemis yang apabila tidak ditangani secara cepat akan
memperluas penyebaran dan penularannya kepada manusia. Oleh karena
itu kita perlu mengetahui apa itu filariasis, serta hal-hal yang terkait
dengannya. Berdasarkan paparan dari fakta inilah maka saya selaku
penulis tertarik untuk membahas kasus mengenai penyakit filariasis.
(Riyanto,harun.2005)

2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dan melaksanakan
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit filarisis.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada psien dengan
penyakit filarisis.
b. Mahasiswa mampu menganalisa data sesuai dengan pengkajian
pada pasien dengan penyakit.
c. Mahasiswa mampu membuat diagnosa keperawatan pada
pasien dengan penyakit filarisis.
d. Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan keperawatan
pada pasien dengan penyakit filarisis.
e. Mahasiswa mampu melakukan implementasi asuhan
keperawatan pada pasien dengan penyakit filarisis.
f. Mahasiswa mampu mengevaluasi intervensi keperawatan yang
telah dilakukan pada pasien dengan penyakit filarisis.

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Filariasis
Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh
infeksi cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada
kelenjar getah bening, Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak
mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa
pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-
laki. (Witagama,dedi.2009)
B. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial : Wuchereria
Bancrofti, Brugia Malayi, Brugia Timori. cacing ini menyerupai benang dan
hidup dalam tubuh manusia terutama dalam kelenjar getah bening dan
darah. infeksi cacing ini menyerang jaringan viscera, parasit ini termasuk
kedalam superfamili Filaroidea, family onchorcercidae.
Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia selama
4 - 6 tahun dan dalam tubuh manusia cacing dewasa betina menghasilkan
jutaan anak cacing (microfilaria) yang beredar dalam darah terutama malam
hari.
Ciri-ciri cacing dewasa atau makrofilaria :
a. Berbentuk silindris, halus seperti benang, putih dan hidup di dalam
sisitem limfe.
b. Ukuran 55 – 100 mm x 0,16 mm
c. Cacing jantan lebih kecil: 55 mm x 0,09 mm
d. Berkembang secara ovovivipar

4
Mikrofilaria :
a. Merupakan larva dari makrofilaria sekali keluar jumlahnya puluhan
ribu
b. Mempunyai sarung. 200 – 600 X 8 um
Faktor yang mempengaruhi perkembangan makrofilaria:

a. Lingkungan fisik : Iklim, Geografis, Air dan lainnnya,


b. Lingkungan biologic : lingkungan Hayati yang mempengaruhi
penularan; hutan, reservoir, Vektor
c. Lingkungan sosial ekonomi budaya : Pengetahuan, sikap dan
perilaku, adat Istiadat, Kebiasaan dsb,
d. Ekonomi: Cara Bertani, Mencari Rotan, Getah Dsb

C. Patofisiologi
mikrofilaria masuk ke tubuh manusia lewat nyamuk. Lebih dari 20
species nyamuk menjadi vektor (penyebar penyakit) filariasis nyamuk
menjadi Vektor (penyebar penyakit) filariasis. Yamuk Culex
quinquefasciatus sebagai Vektor (penyebar penyakit) untuk wuchereria
bancrofti didaerah perkotaan. Di pedesaan Vektor umumnya Anopheles,
Culez, Aedes, dan Mansonia. Spesies nyamuk vector bisa berbeda dari
daerah satu dengan daerah lain
Cacing yang diisap nyamuk tidak begitu saja dipindahkan, tetapi
sebelumnya tumbuh di dalam tubuh nyamuk. Makhluk mini itu berkembang
dalam oto nyamuk. Sekitar 3 minggu, pada stadium 3, larva mulai bergerak
aktif dan berpindah ke alat tusuk nyamuk. Nyamuk pembawa mikrofilaria itu
lalu gentayangan menggigit manusia dan memindahkan larva infekti
tersebut
Bersama aliran darah, larva keluar dari pembuluh kapile dan masuk
ke pembuluh limfe. Uniknya, cacing terdeteksi dalam darah tepi pada
malam hari, selebihnya bersembunyi di dalam organ tubuh. Pemeriksaan
darah ada-tidaknya cacing biasa dilakukan malam hari. Selain manusia,

5
untuk brugi malayi, sumber penularan penyakit juga bisa Binatang liar
seperti kera dan kucing (hospes reservoir)
Setelah dewasa, cacing menyumbat pembuluh limfe dan menghalangi
cairan limfe sehingga terjadi pembengkakan, selain dikaki, pembengkakan
bisa terjadi di tangan, payudara, atau buah zakar. Didalam tubuh manusia
cacing itu menumpang makan dan hidup.

D. Pathway

6
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing dewasa
pada sistem limfatik dengan konsekuensi limfangitis dan limfadenitis. Selain
itu, juga oleh reaksi hipersensitivitas dengan gejala klinis yang disebut
occult filariasis.
Dalam proses perjalanan penyakit, filariasis bermula dengan
limfangitis dan limfadenitis akut berulang dan berakhir dengan terjadinya
obstruksi menahun dari sistem limfatik. Perjalanan penyakit berbatas
kurang jelas dari satu stadium ke stadium berikutnya, tetapi bila diurutkan
dari masa inkubasi dapat dibagi menjadi:
1. Masa Prepaten
Merupakan masa antara masuknya larva infektif sampai
terjadinya mikrofilaremia yang memerlukan waktu kira-kira 3¬7 bulan.
Hanya sebagian tdari penduduk di daerah endemik yang menjadi
mikrofilaremik, dan dari kelompok mikrofilaremik inipun tidak semua
kemudian menunjukkan gejala klinis. Terlihat bahwa kelompok ini
termasuk kelompok yang asimtomatik baik mikrofilaremik ataupun
amikrofilaremik.
2. Masa Inkubasi
Merupakan masa antara masuknya larva infektif hingga
munculnya gejala klinis yang biasanya berkisar antara 8-16 bulan.
3. Gejala Klinik akut
Gejala klinik akut menunjukkan limfadenitis dan limfangitis yang
disertai panas dan malaise. Kelenjar yang terkena biasanya unilateral.
Penderita dengan gejala klinis akut dapat mikrofilaremik ataupun
amikrofilaremik.
4. Gejala Menahun
Gejala menahun terjadi 10-15 tahun setelah serangan akut
pertama. Mikrofilaria jarang ditemukan pada stadium ini, sedangkan
limfadenitis masih dapat terjadi. Gejala kronis ini menyebabkan

7
terjadinya cacat yang mengganggu aktivitas penderita serta
membebani keluarganya

F. Komplikasi
a. Cacat menetap pada bagian tubuh yang terkena
b. Elephantiasis tungkai
c. Limfedema : Infeksi Wuchereria mengenai kaki dan lengan,
skrotum, penis,vulva vagina dan payudara,
d. Hidrokel (40-50% kasus), adenolimfangitis pada saluran limfe
testis berulang: pecahnya tunika vaginalisHidrokel adalah
penumpukan cairan yang berlebihan diantara lapisan parietalis
dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan
yang berada di dalam rongga itu memang adadan berada dalam
keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem
limfatik di sekitarnya.
e. Kiluria : kencing seperti susu karena bocornya atau pecahnya
saluran limfe oleh cacing dewasa yang menyebabkan masuknya
cairan limfe ke dalam saluran kemih.

G. Penatalaksanaan Medis
Dietilkarbamasin sitrat (DEC) merupakan obat filariasis yang
ampuh, baik untuk filariasis bancrofti maupun brugia, bersifat
makrofilarisidal dan mikrofilarisidal. Obat ini ampuh, aman dan murah,
tidak ada resistensi obat, tetapi memberikan reaksi samping sistemik
dan lokal yang bersifat sementara. Reaksi sistemik dengan atau tanpa
demam, berupa sakit kepala, sakit pada berbagai bagian tubuh,
persendian, pusing, anoreksia, kelemahan, hematuria transien, alergi,
muntah dan serangan asma. Reaksi lokal dengan atau tanpa demam,
berupa limfadenitis, abses, ulserasi, limfedema transien, hidrokel,
funikulitis dan epididimitis. Reaksi samping sistemik terjadi beberapa
jam setelah dosis pertama, hilang spontan setelah 2-5 hari dan lebih

8
sering terjadi pada penderita mikrofilaremik. Reaksi samping lokal
terjadi beberapa hari setelah pemberian dosis pertama, hilang
spontan setelah beberapa hari sampai beberapa minggu dan sering
ditemukan pada penderita dengan gejala klinis. Reaksi sampingan ini
dapat diatasi dengan obat simtomatik.
Kegiatan pemberantasan nyamuk terdiri atas:
1. Pemberantasan nyamuk dewasa
a. Anopheles : residual indoor spraying
b. Aedes : aerial spraying
2. Pemberantasan jentik nyamuk
a. Anopheles : Abate 1%
b. Culex : Minyak Tanah
c. Mansonia : melenyapkan tanaman air tempat perindukan,
mengeringkan rawa dan saluran air
3. Mencegah gigitan nyamuk
a. menggunakan kawan nyamuk/kelambu
b. menggunakan repellent

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Diagnosis Klinik
Diagnosis klinik ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan
klinik. Diagnosis klinik penting dalam menentukan angka kesakitan
akut dan menahun (Acute and Chronic Disease Rate).Pada keadaan
amikrofilaremik, gejala klinis yang mendukung dalam diagnosis
filariasis adalah gejala dan tanda limfadenitis retrograd, limfadenitis
berulang dan gejala menahun.
2. Diagnosis Parasitologik
Diagnosis parasitologik ditegakkan dengan ditemukannya
mikrofilaria pada pemeriksaan darah kapiler jari pada malam hari.
Pemeriksaan dapat dilakukan siang hari, 30 menit setelah diberi DEC

9
100 mg. Dari mikrofilaria secara morfologis dapat ditentukan species
cacing filaria
3. Radiodiagnosis
Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum dan
kelenjar limfe inguinal penderita akan memberikan gambaran cacing
yang bergerak-gerak (filarial dance sign). Pemeriksaan limfosintigrafi
dengan menggunakan dekstran atau albumin yang dilabel dengan
radioaktif akan menunjukkan adanya abnormalitas sistem limfatik,
sekalipun pada penderita yang mikrofilaremia asimtomatik.
4. Diagnosis Immunologi
Pada keadaan amikrofilaremia seperti pada keadaan prepaten,
inkubasi, amikrofilaremia dengan gejala menahun, occult filariasis,
maka deteksi antibodi dan/atau antigen dengan cara
immunodiagnosis diharapkan dapat menunjang diagnosis.
Adanya antibodi tidak menunjukkan korelasi positif dengan
mikrofilaremia, tidak membedakan infeksi dini dan infeksi lama.
Deteksi antigen merupakan deteksi metabolit, ekskresi dan sekresi
parasit tersebut, sehingga lebih mendekati diagnosis parasitologik.
Gib 13, antibodi monoklonal terhadap O. gibsoni menunjukkan
korelasi yang cukup baik dengan mikrofilaremia W. bancrofti di Papua
New Guinea.

10
BAB III

TINJAUAN KASUS

Ny.S. Usia 40 tahun, agama Islam, alamat tinggal lorong Mawar no 30


Jambi, pekerjaan Ibu Rumah Tangga. Masuk RS pada tanggal 13/03/2011,
diruang perawatan penyakit dalam kelas III/A. dengan keluhan demam
berulang-ulang selama 4 hari, demam hilang bila istirahat dan demam akan
muncul kembali ketika bekerja berat. Klien selalu bertanya kepada perawat
tentang penyakit yang dideritanya.Klien tampak cemas.Klien juga
mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki kearah
ujung kaki dan klien mengatakan nyeri semakin terasa jika kaki yang sakit
dibawa bergerak. Klien mengatakan kakinya yang sakit tampak lebih besar
dari yang satunya. Saat pengkajian didapat klien masih mengeluh demam
dan Wajah klien tampak memerah, klien juga mengeluh terasa panas dan
sakit yang menjalar dari pangkal kaki keujung kaki, skala nyeri 7. Nyeri
terasa berulang-ulang, nyeri tekan (+), non piting oedema (+), klien tampak
meringis ketika berjalan. data yang di dapat ukuran tungkai kaki klien
30cm.Dari pemeriksaan TTV TD : 130/60 mmHg, RR : 24 x/i, N : 110 x/i, S
: 38,5°C. Dari hasil pemeriksaan darah diperoleh data Hb 10,8 gr/dl,
Leukosit 9500/mm3;.Dari pemeriksaan darah jari kaki ditemukan parasite
mikrofilaria inti tubuh teratur, ujung ekor runcing dan tidak berinti dan
selubung tubuh transparan.

11
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
TTL : Jambi, 31 Januari 1983
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : lorong Mawar no 30 Jambi
Pekerjaan : IRT
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. R
TTL : Parepare, 12 Januari 1979
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan : Suami

2. Data Medik
Diagnosa Medik
Saat Masuk : Filariasis
Saat Pengkajian : Filariasis
3. Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan demam berulang-ulang
selama 4 hari, demam hilang bila istirahat dan demam akan muncul
lagi ketika bekerja berat.
4. Riwayat Kesehatan saat ini
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan demam berulang-ulang
selama 4 hari, demam hilang bila istirahat dan demam akan muncul
lagi ketika bekerja berat.

12
5. Riwayat Kesehatan masa lalu
a. penyakit yang pernah diderita : tidak ada
b. pernah dirawat : tidak ada
c. pernah dioperasi : tidak ada
d. alergi terhadaap obat : tidak ada

6. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Genogram :tidak ada
b. Penyakit yang pernah diderita : tidak ada
c. Kesehatan orang tua : baik
d. Saudara kandung : baik
e. Hubungan keluarga dengan klien : baik

7. Faktor resiko penyakit tertentu dalam keluarga (kanker,


hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, epilepsy, TBC)
: Tidak ada
8. Kebiasaan Sehari-hari
1. Nutrisi- Cairan
a. Keadaan sejak sakit
1) Nafsu makan: baik
2) Frekuensi makan : 3x/sehari
3) Jumlah makan yang masuk : satu piring
4) Diet : tidak ada
5) Ketaatan terhadap diet tertentu : tidak ada
6) Mual/enek : tidak ada
7) Muntah : tidak ada
8) Nyeri ulu hati : tidak ada
9) Jumlah minum/24 jam : 600 ml/24 jam
10) Jenis minum : susu formula, air putih
11) Keluhan makan dan minum : tidak ada

13
2. Eliminasi
a. Keadaan Sejak Sakit
1) Frekuensi BAB/24 jam : 1x/24 jam
2) Waktu BAB : pagi
3) Warna feses : kuning
4) Konsistensi : semi solid
5) Bentuk feses : lunak
6) Penggunaaan pencahar : tidak ada
7) Keluhan BAB : tidak ada
8) Frekuensi BAK/24 jam : 4-6x/24 jam
9) Warna urine : kuning
10) Volume urine : 200-300 ml
11) Bau urine : khas
12) Melena : tidak ada
13) Konstipasi : tidak ada
14) Kolostomi : tidak ada
15) Sering menahan BAK : tidak
16) Keluhan BAK : tidak ada

3. Tidur Istirahat
a. keadaan sejak sakit
1) Tidur siang : tidak ada
2) Bila ya berapa jam :-
3) Tidur malam : 4 jam
4) Kebisaan sebelum tiduR : minum susu
5) Keluhan tidur : sering terbangun(nyeri)
6) Ekspresi wajah mengantuk : ada
7) Banyak menguap : ada

14
4. Data Psikologis
a. Persepsi tentang penyakit : tidak mengetahui penyakit
b. Suasana hati : sedih
c. Daya konsentrasi : kurang
d. Koping : baik
e. Konsep diri : baik
5. Data Sosial
a. tempat tinggal : Lrg. Mawar
b. hubungan dengan keluarga : baik
c. hubungan dengan klien : baik
d. hubungan dengan perawat : baik.
6. Data Spiritual
a. Agama yang dianut : islam
b. Apakah agama sangat penting : ya
c. Kegiatan keagamaan selama dirawat : berdoa
d. Apakah berdoa untuk kesembuhan : ya
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadan sakit :
b. Tanda-tanda Vital
c. Kepala
d. Mata/penglihatan
e. Hidung/Penciuman
f. Telinga/Pendengaran
g. Lidah/Pengecapan
h. Dada/Pernafasan
i. Kardiovaskular
j. Abdomen/Pencernaan
k. Muskuloskeletal
l. Neurologi
m. Sensasi terhadap ransangan

15
n. Integumen Kulit
o. Hasil Laboratorium

Analisa Data
No Data Etiologi Problem
DS : Penyumbatan Nyeri
− Klien mengatakan terasa panas dan Pembuluh Limfa
sakit menjalar dari pangkal kaki ke
arah ujung kaki. Parasit dewasa
− Klien mengatakan kaki nya yang sakit
tampak lebih besar dari yang satu nya Berkembang Biak
− Klien mengatakan nyeri bertambah
jika kaki yang sakit dibawa bergerak Kumpulan cacing
Filaria dewasa

1. DO : penyebab

− Klien tampak meringis ketika penyumbatan

berjalan. pembuluh Limfa

− Skala nyeri 7
− nyeri tekan (+) Nyeri

− non pitting oedema (+)


− N: 110 x/i, RR 24x/i, TD
130/60mmHg
− Suhu 38,5°c
− Leukosit 9500/mm³
DS : Imfalamasi kelenjar Hipertermi
− Klien mengatakan demam berulang getah bening
selama 4 hari
2.
− Demam hilang bila beristirahat dan
muncul ketika kembali bekerja berat. IgE berikatan dengan
Parasite

16
− Klien mengatakan terasa panas dan
sakit menjalar dari pangkal kaki ke Mediator Inflamasi
arah ujung kaki.
DO : Adanya inflamasi pada
− Suhu 38,5°c kelenjar getah bening
− RR 24x/i
− N 110x/i Hipertermi

− TD 130/60 mmHg
− Wajah klien tampak memerah
− Kulit klien teraba hangat
− Hb 10,8 gr/dl, Leukosit 9.500/ Hitung
jenis: eosinofil 20%, basofil 4%,
netrofil batang 40%, netrofil segmen
20%, limfosit 15%, monosit 1%.
DS : cacing Firaria Gangguan
− · Klien mengatakan terasa panas dan penyebab Mobilitas
sakit menjalar dari pangkal kaki ke penyumbatan pemb. Fisik
ujung kaki Limfa
− Klien mengatakan nyeri bertambah
jika kaki yang sakit dibawa bergerak. Parasite dewasa

3 DO : Berkembang Biak
− Kaki klien tampak lebih besar dari
yang satunya. Kumpulan Cacing

− Klien tampak meringis saat berjalan. Filaria Dewasa

− N 110x/i
− RR 24x/i Gangguan Mobilitas

− Data yang di dapat ukuran tungkai Fisik

kaki klien 30cm.

17
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d cacing Firaria penyebab penyumbatan pemb. Limfa
2. Hipertermi b.d Adanya Inflamasi pada kelenjar getah bening
3. Gangguan mobilitas fisik b.dcacing Firaria penyebab
penyumbatan pemb. Limf

18
C. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi

No Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan


1. Nyeri b.d pembengkakan Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri S : pasien mengatakan
kelenja Limfe Observasi : Observasi : Nyeri belum berkurang
• Identifikasi lokasi, karakteristik, • Mengidentifikasi lokasi, O : keadaan umum pasien
durasi, frekuensi,kualitas, dan karakteristik, durasi, sedang
intensitas nyeri frekuensi,kualitas, dan TTV
• Identifikasi skala nyeri intensitas nyeri TD : 130/60Mmhg
• Identifikasi respon nyeri non verbal • Mengidentifikasi skala nyeri N : 110x/i
• Identifikasi factor yang • Mengidentifikasi respon nyeri RR : 24x/i
memperberat dan memperingan non verbal S : 38,5°c
nyeri • Mengidentifikasi factor yang Skala Nyeri : 7
• Identifikasi pengetahuan dan memperberat dan A : Masalah Belum Teratasi
keyakinan tentang nyeri memperingan nyeri P : Intervensi dilanjutkan
• Identifikasi pengaruh budaya • Mengidentifikasi pengetahuan
terhadap respon nyeri dan keyakinan tentang nyeri
• Identifikasi pengaruh nyeri pada • Mengidentifikasi pengaruh
kualitas hidup budaya terhadap respon nyeri

19
• Monitor efek samping penggunaan • Mengidentifikasi pengaruh
analgetik nyeri pada kualitas hidup
Terapeutik • Memonitor efek samping
• Berikan Teknik nafas dalam penggunaan analgetik
• Kontrol lingkungan yang Terapeutik
memperberat rasa nyeri • Memberikan Teknik nafas
• Fasilitas istirahat tidur dalam
Edukasi • Mengontrol lingkungan yang
• Jelaskan penyebab, periode dan memperberat rasa nyeri
pemicu nyeri • Memfasilitas istirahat tidur
• Jelaskan strategi meredakan nyeri Edukasi
• Anjurkan memonitor nyeri secara • Menjelaskan penyebab,
mandiri periode dan pemicu nyeri
• Anjurkan menggunakan analgetic • Menjelaskan strategi
secara tepat meredakan nyeri
• Ajarkan Teknik nafas dalam • Menganjurkan memonitor
Kolaborasi nyeri secara mandiri
• Kolaborasi pemberian analgetic, jika • Menganjurkan menggunakan
perlu analgetic secara tepat

20
• Mengajarkan Teknik nafas
dalam
Kolaborasi
• Mengkolaborasi pemberian
analgetic, jika perlu
2. Hipertermi b.d Manajemen Hipertermi Manajemen Hipertermi S : pasien mengatakan
peradangan pada kelenjar Observasi : Observasi : Panas nya belum berkurang
getah bening • Identifikasi Penyebab Hipertermi • Mengidentifikasi Penyebab O : keadaan umum pasien
• Monitor suhu tubuh Hipertermi sedang
• Monitor kadar elektrolit • Memonitor suhu tubuh TTV
• Monitor Haluan urine • Memonitor kadar elektrolit TD : 130/60Mmhg
• Monitor komplikasi akibat hipertermi • Memonitor Haluan urine N : 110x/i
Terapeutik • Memonitor komplikasi akibat RR : 24x/i
• Sediakan Lingkungan yang dingin hipertermi S : 38,5°c
• Longgarkan pakaian Terapeutik A : Masalah Belum Teratasi
• Basahi dan kipasi permukaan tubuh • Menyediakan Lingkungan P : Intervensi dilanjutkan
• Berikan cairan oral yang dingin
• Ganti linen setiap hari atau lebih • Melonggarkan pakaian
sering jika mengalami hyperhidrosis

21
• Lakukan pendinginan eksternal • Membasahi dan kipasi
• Hindari antipiretik atau aspirin permukaan tubuh
• Berikan oksigen, jika perlu • Memberikan cairan oral
Edukasi • Mengganti linen setiap hari
• Anjurkan tirah baring atau lebih sering jika
Kolaborasi mengalami hyperhidrosis
• Kolaborasi pemberian cairan dan • Melakukan pendinginan
elektrolit intravena, jika perlu eksternal
• Menghindari antipiretik atau
aspirin
• Meberikan oksigen, jika perlu
Edukasi
• Menganjurkan tirah baring
Kolaborasi
• Mengkolaborasikan pemberian
cairan dan elektrolit intravena,
jika perlu

22
3. Gangguan mobilitas fisik Dukungan Ambulasi Dukungan Ambulasi S : pasien mengatakan masi
b.d pembengkakan Observasi Observasi kesulitan berjalan
anggota tubuh • Identifikasi toleransi fisik melakukan • Mengidentifikasi toleransi fisik O : pasien tampat berusaha
ambulasi melakukan ambulasi melakukan mobilisasi
• Monitor frekuensi jantung dan • Memonitor frekuensi jantung sederhana
tekanan darah sebelum memulai dan tekanan darah sebelum A : Masalah Belum Teratasi
ambulasi memulai ambulasi P : Intervensi dilanjutkan
• Monitor kondisi umum selama • Memonitor kondisi umum
melakukan ambulasi selama melakukan ambulasi
Terapeutik Terapeutik
• Fasilitas aktifitas mobilisasi dengan • Memfasilitas aktifitas
alat bantu mobilisasi dengan alat bantu
• Fasilitasi melakukan pergerakan • Memfasilitasi melakukan
• Libatkan keluarga untuk membantu pergerakan
pasien dalam meningkatan • Melibatkan keluarga untuk
pergerakan membantu pasien dalam
Edukasi meningkatan pergerakan
• Jelaskan tujuan dari prosedur Edukasi
mobilisasi

23
• Anjurkan melakukan mobilisasi dini • Menjelaskan tujuan dari
• Anjurkan mobilisasi sederhana yang prosedur mobilisasi
haru dilakukan • Menganjurkan melakukan
mobilisasi dini
• Menganjurkan mobilisasi
sederhana yang haru
dilakukan

24
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filariasis adalah kelompok penyakit yang mengenai manusia dan
binatang yang disebabkan oleh parasit kelompok nematode yang disebut
filaridae., dimana cacing dewasanya hidup dalam cairan san saluran limfe,
jaringan ikat di bawah kulit dan dalam rongga badan. Cacing dewasa betina
mengeluarkan mikrofilaria yang dapat ditemukan dalam darah, hidrokel,
kulit sesuai dengan sefat masing-masing spesiesnya.
Penyakit filariasis banayak ditemukan di berbagai negara tropik dan
subtropik, termasuk Indonesia. Prevalensi tidak banyak berbeda menurut
jenis kelamin, usia maupun ras. Penyakit filariasis dapat disebabkan oleh
berbagai macam spesies, sehingga gambaran klinisnya spesifik untuk
masing-masing spesies, misalnya bentuk limfatik biasnya digunakan
sebagai tanda bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh Wuchereria
bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori, dimana parasit dapat
menyumbat saluran limfe dengan manifestasi terbentuknya elefantiasis,
sedangkan Loa loa ditandai dengan calabar swelling. Onchocerca volvulus
menyebabkan kebutaan dan pruritus pada kulit.
Prinsip terapi ialah dengan menggunakan kemoterapi untuk
membunuh filaria dewasa dan mikrofilarianya serta mengobati secara
simpotomatik terhadap reaksi tubuh yang timbul akibat cacing yang mati.
Dapat juga dilakukan pembedahan.Pencegahan penularan penyakit ini
dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan seperti DEC ataupun
dengan mengontrol vektor.

25
B. Saran
Demikianlah makalah ini yang penulis susun dengan penuh
keikhlasan. Diharapkan dengan adanya makalah opini mahasiswa dapat
menambah wawasan mengenai penyakit Filariasis. Selain itu mahasiswa
juga mampu memahami secara teoritis mengenai penyakit ini serta mampu
membuat asuhan keperawtan tentang kasus Filariasis.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah referensi
akademik untuk melengkapi bahan pembelajaran dan motivasi mahasiswa
untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang penyakit Filariasis.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk
dapat memperbaiki penulisan makalah ini selanjutnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

http://v3aza.blogspot.com/2011/05/askep-filariasis.html

pemberanta http://yaya-ryuta.blogspot.com/2011/04/makalah-asuhan-

keperawatan-pada-klien.html

Widoyono. Penyakit TropisEpidemiologi, penularan pencegahan dan

sannya.Edisi kedua.Jakarta: Penerbit Erlangga.

Muttaqin,Arif dan Kumala Sari.2010.Asuhan Keperawatan Gangguan

Sistem Integumen. Jakarta:Salemba Medika.

Buleche, Gloria M., et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC).

Missouri, USA : Elsevier

27

Anda mungkin juga menyukai