Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KMB 1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FILARIASIS

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
1. Muchammad Eko Prasetiyo : 1914471091
2. Sella Rahmadani Lorendra : 1914471092
3. Vina Juliana : 1914471093
4. Apriyansyah : 1914471094
5. Dyna Selvia Nora : 1914471095
6. Reni Febri Elyani : 1914471096
7. Irmayani : 1914471097
8. Anez Adinda Cesarita : 1914471098
9. Muthmainnah : 1914471100
10. Amalia Ayu Ismisalamah : 1914471101
11. Sastri Widia Aprilianti : 1914471102
12. Widya Khoirotun Nisa : 1914471103

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN KOTABUMI
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga tugas ini dapat
diselesaikan dengan baik. Saya berharap semoga tugas ini bisa menambah ilmu pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembacanya. Saya sangat sadar masih banyak kekurangan dan
ketidaklengkapan didalam penyelesaian tugas ini, karena keterbatasan pengetahuan. Untuk
itu sayasangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kelengkapan isi tugas ini.

Kotabumi, 16 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................iii

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar belakang..................................................................................................1

B. Rumusan masalah.............................................................................................2

C. Tujuan...............................................................................................................2

D. Manfaat.............................................................................................................2

BAB II............................................................................................................................3

PEMBAHASAN............................................................................................................3

A. Definisi.............................................................................................................3

B. Etiologi.............................................................................................................3

C. Patofisiologi......................................................................................................4

D. Tanda dan gejala...............................................................................................4

E. Komplikasi.......................................................................................................5

F. Menifestasi klinis.............................................................................................5

G. Klasifikasi.........................................................................................................6

H. Cara penularan..................................................................................................6

I. Pencegahan...........................................................................................................7

J. Asuhan keperawatan............................................................................................7

1. Anamnesa.........................................................................................................7

2. Masalah keperawatan.......................................................................................9

3. Rencana keperawatan/Intervensi......................................................................9

BAB III.........................................................................................................................10

PENUTUP....................................................................................................................10
A. Kesimpulan.....................................................................................................10

B. Saran...............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Filariasis atau yang dikenal dengan penyakit kaki gajah mulai ramai diberitakan sejak
akhir tahun 2009, akibat terjadinya kematian pada beberapa orang. Sebenarnya penyakit ini
sudah mulai dikenal sejak 1500 tahun oleh masyarakat, dan mulai diselidik lebih mendalam
ditahun 1800 untuk mengetahui penyebaran, gejala serta upaya mengatasinya. Baru ditahun
1970, obat yang lebih tepat untuk mengobati filarial ditemukan. Rubrik ini berusaha
menjelaskan mengapa hal tersebut dapat terjadi dan mengapa penanggulangan Penyakit Kaki
Gajah harus segera dilaksanakan. Penyakit filaria yang disebabkan oleh cacing khusus cukup
banyak ditemui di negeri ini dan cacing yang paling ganas ialah Wuchereria bancrofti,
Brugia, malayi, Brugia timori, Penelitian di Indonesia menemukan bahwa cacing jenis Brugia
dan Wuchereria merupakan jenis terbanyak yang ditemukan di Indonesia, sementara cacing
jenis Brugia timori hanya didapatkan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di pulau Timor. Di
dunia, penyakit ini diperkirakan mengenai sekitar 115 juta manusia, terutama di Asia Pasifik,
Afrika, Amerika Selatan dan kepulauan Karibia. Penularan cacing Filaria terjadi melalui
nyamuk dengan periodisitas subperiodik (kapan saja terdapat di darah tepi) ditemukan di
Indonesia sebagian besar lainnya memiliki periodisitas nokturnal dengan nyamuk Culex,
nyamuk Aedes dan pada jenis nyamuk Anopheles. Nyamuk Culex juga biasanya ditemukan
di daerah-daerah urban, sedangkan Nyamuk Aedes dan Anopheles dapat ditemukan di
daerah-daerah rural. (riyanto,harun.2010)
Filariasis merupakan penyakit menular (penyakit kaki gajah) yang disebabkan oleh
cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.penyakit ini bersifat menahun, Dan
bila tidak dapat pengobatan daapt menimbulakan cacat menetap berupa pembesaran kaki,
lengan, dan alat kelamin, baik perempuan maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak dapat
bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain sehinggamenjadi
beban keluarga. Berdasarkan laporan dari hasil survey pada tahun 2000 yang lalu tercatat
sebanyak 1553 desa di 647 puskesmas tersebar di 231 kabupaten sebagai lokasi endemis,
dengan jumlah kasus kronis 6233 orang. Hasil survay laboratorium, melalui pemeriksaan
darah jari, rata-rata mikrofilaria rate (Mf Rate) 3,1%berarti sekitar 6 juta orang sudah
terinfeksi cacing filaria dan sekitar 100 juta orang memepunyai resiko tinggi untuk ketularan
karena nyamuk penularannya tersebar luas. Untuk memberantas penyakit ini sampai tuntas.
(chairufatah,alex.2009)
WHO sudah menetapkan kesepakatan global (The Global Goal of Elimination of
lympatic filariasis as a public Health Problem by the year 2020). Program eliminasi
dilaksanakan melalui pengobatan misal dengan DEC dan albendazol setahun sekali selama 5
tahun di lokasi yang endemis dan perawatan kasus klinis baik yang akut maupun kronis untuk
mencegah kecacatan dan mengurangi penderitanya. Indonesia akan melaksanakan eliminasi
penyakit gajah secara berthap dimulai pada tahun 2002 di 5 kabupaten percontohan.
Perluasan wilayah akan dilaksanakan 5 tahun.
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan penyakit filariasis adalah penyakit endemis
yang apa tidak ditangani secara cepat akan memperluas penyebaran dan penularannya kepada
manusia. Oleh karena itu kita perlu mengetahui apa itu filariasis, serta hal-hal yang terkait
dengannya. Berdasarkan paparan dari fakta inilah maka kami selaku penulis tertarik untuk
membahas kasus mengenai penyakit filariasis ini dan sebagai pemenuhan tugas pada blok
sistem imun dan hematologi. (riyanto, harun.2005)

B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat pada makalah ini adalah bagaimana
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan filariasis.

C. Tujuan
1) Tujuan Umum 
Mahasiswa mampu memahami konsep dan melaksanakan Asuhan Keperawatan
pada Pasien dengan Penyakit Filariasis.
2) Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan penyakit filariasis
b. Mahasiswa mampu menganalisa data sesuai dengan pengkajian pada pasien dengan
penyakit filariasis.
c. Mahasiswa mampu membuat diagnosa keperawatan pada pasien dengan penyakit
filariasis.
d. Mahasiswa mampu membuat rencana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
penyakit filariasis.

D. Manfaat
1. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien dengan penyakit filariasis.
2. Untuk mengetahui data yang sesuai dengan pengkajian pada pasien dengan penyakit
filariasis.
3. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien dengan penyakit filariasis.
4. Untuk mengetahui rencana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit
filariasis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Filariasis atau lebih dikenal elephaniatis (kaki gajah) adalah penyakit akibat nematode
yang seperti cacing yaitu wuchereria bancrofti. Brugiya malayi dan brugiya timori yang
dikenal sebagai filaria. Infeksi ini biasanya terjadi pada saat kanak- kanak dan menifestasi
yang dapat terlihat muncul belakangan, menetapkan dan menimbulkan ketidakmampuan
menetap (Elin, 2011 hal. 144).
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular kronik yang disebabkan
sumbatan cacing filaria di kelenjar / saluran getah bening, menimbulkan gejala klinis akut
berupa demam berulang, radang kelenjar / saluran getah bening, edema dan gejala kronik
berupa elefantiasis.
Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria
yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah bening, Penyakit ini bersifat
menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap
berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.
(Witagama,dedi.2009)

B. Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial :


 Wuchereria Bancrofti,
 Brugia Malayi,
 Brugia Timori.
Cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh manusia terutama dalam kelenjar
getah bening  dan darah. Infeksi cacing ini menyerang jaringan viscera, parasite ini termasuk
kedalam superfamily Filaroidea, family onchorcercidae. Cacing ini dapat hidup dalam
kelenjar getah bening manusia selama 4-6 tahun dan dalam tubuh manusia cacing dewasa
betina menghasilkan jutaan anak cacing (mikrofilaria) yang beredar dalam darah terutama
malam hari.
Ciri-ciri cacing dewasa atau mikrofilaria :
1.      Berbentuk silinder, halus seperti benang, putih dan hidup di dalam system limfe
2.      Ukuran 55-100 mm x 0,16 mm
3.      Cacing jantan lebih kecil : 55 mm x 0,09 mm
4.      Berkembang secara ovovivipar

C. Patofisiologi
Parasit memasuki sirkulasi saat nyamuk menghisap darah lalu parasit akan menuju
pembuluh limfa dan nodus limfa. Di pembuluh limfa terjadi perubahan dari larva stadium 3
menjadi parasit dewasa. Cacing dewasa akan menghasilkan produk – produk yang akan
menyebabkan dilaasi dari pembuluh limfa sehingga terjadi disfungsi katup yang berakibat
aliran limfa retrograde. Akibat dari aliran retrograde tersebut maka akan terbentuk
limfedema. (Witagama,dedi.2009)
Perubahan larva stadium 3 menjadi parasit dewasa menyebabkan antigen parasit
mengaktifkan sel T terutama sel Th2 sehingga melepaskan sitokin seperti IL 1, IL 6, TNF α.
Sitokin - sitokin ini akan menstimulasi sum- sum tulang sehingga terjadi eosinofilia yang
berakibat meningkatnya mediator proinflamatori dan sitokin juga akan merangsang ekspansi
sel B klonal dan meningkatkan produksi IgE. IgE yang terbentuk akan berikatan dengan
parasit sehingga melepaskan mediator inflamasi sehingga timbul demam. Adanya eosinofilia
dan meningkatnya mediator inflamasi maka akan menyebabkan reaksi granulomatosa untuk
membunuh parasit dan terjadi kematian parasit. Parasit yang mati akan mengaktifkan reaksi
inflam dan granulomatosa. Proses penyembuhan akan meninggalkan pembuluh limfe yang
dilatasi, menebalnya dinding pembuluh limfe, fibrosis, dan kerusakan struktur. Hal ini
menyebabkan terjadi ekstravasasi cairan limfa ke interstisial yang akan menyebabkan
perjalanan yang kronis. (harun,riyanto.2010)

D. Tanda dan gejala

Adapun tanda-tanda dan gejalanya (symptom) pada orang yang telah terinfeksi
Penyakit filariasis ini, gejala filariasis akut dapat berupa :
1. Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan muncul
kembali setelah bekerja berat.
2. Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) di daerah lipatan paha
(limfadenitis) yang tampak kemerahan, ketiak panas dan sakit

3. Panas dan sakit radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang
menjalar dari pangkal kaki/pangkal lengan ke arah ujung (Retrograde limfangitis).
4. Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat
pecah dan mengeluarkan nanah serta darah.
5. Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agar kemerahan dan
terasa panas (Early lymphoedema).

E. Komplikasi
Jika tidak ditangan dengan serius penyakit ini dapat menimbulkan Hidrokel membesar,
adapun dapat menimbulkan penyakit berupa infeksi.

 Hidrokel yang besar sehingga menekan pembuluh darah


 Indikasi kosmetik
 Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan sehari – hari.
 Chyluria (terdapat lemak pada urine)
 TPE (topical pulmonary eosinifilia)
 Hematuria
 Kelumpuhan saraf (Pohan, 2014 hal. 2935)
F. Menifestasi klinis
 Gejala tampak setalah 3 bulan infeksi
 Umumnya masa tunas 8 – 12 bulan
 Fase akut menimbulkan peradangan seperti limfagtis, limfadentis, funikulitis,
epididmitis, dan orkitis.
 Gejala dari limfadentis nyeri lokal, keras didaerah kelenjar limfe, demam, sakit kepala
dan badan, mual muntah, lesuh dan tidak nafsu makan
 Fase akut dapat sembuh spontan setelah beberapa hari dan beberapa kasus mengalami
kekambuhan tidak teratur selama berminggu – mingu atau bulan sebelum sembuh.
 Fase kronik terjadi dengan gejala hidrokel, kiluria, limfedema, dan elephanitis.
(Nurarif, et al., 2015 p. 144)

G. Klasifikasi
1) Filariasis malayi

Filariasi malayi disebakan oleh disebabkan oleh brugiamalayi. Periodisitas


mikrofilaria B. Malayi adalah periodik nokturna, sub perodik nokturna, atau non
periodik. Periodisitas mikrofilaria yang bersarung dan berbentuk kasini, tidak senyata
periodisitas W.Bansofti. Sebagai hospes sementara adalah nyamuk mansomia,
anopeles, amigeres. Dalam tubuh nyamuk mikrofilaria tumbuh menjadi larva impektif
dalam waktu 6-12 hari. Ada peneliti yang menyebutkan bahwa masa pertumbuhanya
di dalam nyamuk kurang lebih 10 hari dan pada manusia kurang lebih 3 bulan.
Didalam tubuh manusia dan nyamuk perkembangan parasit ini juga sama dengan
perkembangan W. Bansoft (Sudoyo dkk, 2010, hal. 2936).

2) Filariasis timori
Filariasis timori disebabkan oleh pilariatipetimori.filaria tipe ini terdapat di timor,
pulau rote, flores, dan beberapa pulau disekitarnya. Cacing dewasa hidup di dalam
saluran dan dikelenjar limfe. Pagetornya adalah anopeles barberostis. Mikro filarianya
menyerupai mikro filaria brugiamalayi, yaitu lekuk badanya patah-patah dan susunan
intinya tidak teratur, perbedaanya terletak dalam: 1. Panjang kepala = 3 x lebar
kepala; 2. Ekornya mempunyai 2 inti tambahan, yang ukuranya lebih kecil daripada
inti-inti lainya dan letaknya lebih berjauhan bila dibandingkan dengan letak inti
tambahan B. Malayi; 3. Sarungnya tidak mengambil warna pulasan gamesa; ukuranya
lebih panjang daripada mikrofilaria berugiamalayi. Mikrofilaria bersifat periodik
nokturna (Sudoyo dkk, 2010, p. 2936).

H. Cara penularan

Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk yang menghisap darah seseorang yang telah
tertular sebelumnya. Darah yang terinfeksi dan mengandung larva dan akan ditularkan ke
orang lain pada saat nyamuk yang terinfeksi menggigit dan menghisap darah orang tersebut.
Tidak seperti Malaria dan Demam berdarah, filariasis dapat ditularkan oleh 23 spesies
nyamuk dari genus Anopheles, culex, mansonia, Aedes dan Armigeres. Karena inilah,
filariasis dapat menular dengan sangat cepat.
I. Pencegahan

Pencegahan terhadap penyakit filariasis/kaki gajah dapat dilakukan dengan jalan :


1.      Berusaha menghindari diri dari gigitan nyamuk
2.      Membersihkan air pada rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk
3.      Mengeringkan/genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk
4.      Membakar sisa-sisa sampah (berupa kertas dan plastic)
5.      Minimal melakukan penyemprotan sebulan sekali

J. Asuhan keperawatan

1. Anamnesa

a) Fase Asimtomatik

Fase awal terinfeksi mikrofilaria biasanya asimtomatik karena cacing belum menjadi
dewasa/mati dan menginisiasi reaksi inflamasi di saluran limfatik. Pada fase ini,
gejala bisa muncul apabila jumlah mikrofilaria sangat banyak dan menyebabkan
inflamasi granuloma akut atau kronis akibat destruksi limfa. Hematuria juga dapat
terjadi karena mikrofilaria menyebabkan kerusakan ginjal.

b) Fase Akut
Anamnesis pada pasien dengan filariasis akut pada umumnya dapat ditemukan
demam filarial disertai pembengkakan kelenjar getah bening. Demam filarial biasanya
berulang selama 3-5 hari. Pembengkakan kelenjar getah bening dapat ditemukan di
daerah lipatan paha, ketiak yang tampak kemerahan, panas, dan nyeri. Abses filarial
dapat terjadi akibat seringnya pembengkakan kelenjar getah bening, abses dapat
pecah dan mengeluarkan nanah serta darah. Limfedema dini dapat ditemui dengan
gejala pembesaran tungkai, lengan, buah dada, kantung buah zakar yang terlihat
kemerahan dan terasa panas. Pada wanita dapat terjadi mastitis, sedangkan pada laki-
laki gejala yang timbul dapat berupa orkitis, epididimoorkitis, dan funikulitis. Gejala
ini biasanya timbul dalam 6 bulan hingga 1 tahun pertama terinfeksi.
Walau umumnya terjadi pada fase kronis, serangan awal adenitis dermatolimangio
akut (ADLA) dapat terjadi pada fase akut. Gejala yang timbul berupa demam, sakit
kepala, nyeri di kelenjar getah bening yang terinfeksi, dan muntah. Pada kasus yang
berbahaya dapat terjadi toksemia, gangguan urinarius, hingga gangguan kesadaran.

c) Fase Kronis

Gejala dan tanda klinis filariasis kronis meliputi limfedema atau pembesaran yang
menetap pada tungkai, lengan, buah dada, dan hidrokel. Filariasis W. bacrofti
biasanya menyebabkan limfedema pada ekstremitas, genital, dan buah dada.
Sedangkan filariasis oleh B. malayi hanya menyebabkan limfedema pada tungkai
bawah dan/atau atas tanpa disertai pembengkakan genital atau buah dada. Gejala ini
disebabkan oleh cacing dewasa yang menggumpal mengakibatkan limfadenitis dan
limfangitis retrograde disusul dengan obstruktif menahun.
Limfedema yang diikuti dengan fibrosis jaringan adiposa sekitar akan menyebabkan
dermatosklerosis yang menyebabkan kulit berlipat-lipat, timbul nodul dan kutil,
papilomatosis, hiperpigmentasi, dan hipertrikosis. Selain itu, stasisnya cairan limfatik
dapat menyebabkan ruptur limfe sehingga terjadi chyluria, chylocele, chyloascitis,
dan chylotoraks.

2. Masalah keperawatan
A. Hipertermia bd proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
B. Nyeri kronis b.d kerusakan jaringan aktual atau fungsional
C. Gangguan mobilitas fisik bd gangguan neuromuskular
D. Gangguan citra tubuh bd perubahan struktur/bentuk tubuh
E. Harga diri rendah situsional bd perubahan citra tubuh

3. Rencana keperawatan/Intervensi
A. Manajemen hipertermia
-identifikasi penyebab hipertermia
-monitor suhu tubuh
-sediakan lingkungan yang dingin
-berikan cairan oral
-longgarkan atau lepaskan pakaian
-kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena jika perlu

B. Manajemen nyeri
-identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
-identifikasi skala nyeri
-identifikasi respon nyeri non verbal
-berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
-fasilitasi istirahat tidur
-ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri

C. Dukungan ambulasi
-identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
-identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
-monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
-fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis. Tongkat, kruk)
-jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
-ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan

D. Promosi citra tubuh


-identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
-identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra tubuh
-monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
-monitor apakah pasien bisa melihat nbagian tubuh yang berubah
-diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
-diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh
-latih fungsi tubuh yang dimiliki

E. Promosi harga diri


-identifikasi budaya,agama, ras, jenis kelamin, dan usia terhadap harga diri
-monitor verbalisasi yang merendahkan diri sendiri
-monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan
-fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan harga diri
-latih cara berfikir dan berperilaku positif
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filariasis merupakan penyakit menular (penyakit kaki gajah) yang di sebabkan oleh
cacing filaria yang di tularkan berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun,dan bila
tidak dapat pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan,
dan alat kelamin baik perempuan maupun laki laki. Akibatnya penderita tidak dapat bekerja
secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain sehingga menjadi beban
keluarga. Dari uraian di atas dapat kita simpulkan penyait filariasis adalah penyakit endemis
yang jika tidak di tangani secara cepat akan memperluas penyebaran dan penularannya
kepada manusia.oleh karena itu kita perlu mengetahui apa itu filariasis,serta hal hal yang
terkait dengannya.

B. Saran

Demikianlah makalah ini yang penulis susun dengan penuh keikhlasan.di harapkan
dengan adanya makalah opini mahasisiwa dapat menambah wawasan mengenai penyakit
filariasis.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, M. (2013). Panduan Pelayanan Medik. jakarta: EGC.


Kunoli, F. J. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta: Trans Info Media.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction.
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Jakarta: Medical.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia . Jakarta: DPP PPNI.
Sudoyo dkk. (2010). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing

Anda mungkin juga menyukai