Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KMB 1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FILARIASIS

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
1.

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN KOTABUMI
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga tugas ini dapat
diselesaikan dengan baik. Saya berharap semoga tugas ini bisa menambah ilmu pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembacanya. Saya sangat sadar masih banyak kekurangan dan
ketidaklengkapan didalam penyelesaian tugas ini, karena keterbatasan pengetahuan. Untuk itu
sayasangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kelengkapan isi
tugas ini.

Kotabumi, 16 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Filariasis atau yang dikenal dengan penyakit kaki gajah mulai ramai diberitakan sejak
akhir tahun 2009, akibat terjadinya kematian pada beberapa orang. Sebenarnya penyakit ini
sudah mulai dikenal sejak 1500 tahun oleh masyarakat, dan mulai diselidik lebih mendalam
ditahun 1800 untuk mengetahui penyebaran, gejala serta upaya mengatasinya. Baru ditahun
1970, obat yang lebih tepat untuk mengobati filarial ditemukan. Rubrik ini berusaha
menjelaskan mengapa hal tersebut dapat terjadi dan mengapa penanggulangan Penyakit Kaki
Gajah harus segera dilaksanakan. Penyakit filaria yang disebabkan oleh cacing khusus cukup
banyak ditemui di negeri ini dan cacing yang paling ganas ialah Wuchereria bancrofti,
Brugia, malayi, Brugia timori, Penelitian di Indonesia menemukan bahwa cacing jenis Brugia
dan Wuchereria merupakan jenis terbanyak yang ditemukan di Indonesia, sementara cacing
jenis Brugia timori hanya didapatkan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di pulau Timor. Di
dunia, penyakit ini diperkirakan mengenai sekitar 115 juta manusia, terutama di Asia Pasifik,
Afrika, Amerika Selatan dan kepulauan Karibia. Penularan cacing Filaria terjadi melalui
nyamuk dengan periodisitas subperiodik (kapan saja terdapat di darah tepi) ditemukan di
Indonesia sebagian besar lainnya memiliki periodisitas nokturnal dengan nyamuk Culex,
nyamuk Aedes dan pada jenis nyamuk Anopheles. Nyamuk Culex juga biasanya ditemukan
di daerah-daerah urban, sedangkan Nyamuk Aedes dan Anopheles dapat ditemukan di
daerah-daerah rural. (riyanto,harun.2010)
Filariasis merupakan penyakit menular (penyakit kaki gajah) yang disebabkan oleh
cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.penyakit ini bersifat menahun, Dan
bila tidak dapat pengobatan daapt menimbulakan cacat menetap berupa pembesaran kaki,
lengan, dan alat kelamin, baik perempuan maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak dapat
bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain sehinggamenjadi
beban keluarga. Berdasarkan laporan dari hasil survey pada tahun 2000 yang lalu tercatat
sebanyak 1553 desa di 647 puskesmas tersebar di 231 kabupaten sebagai lokasi endemis,
dengan jumlah kasus kronis 6233 orang. Hasil survay laboratorium, melalui pemeriksaan
darah jari, rata-rata mikrofilaria rate (Mf Rate) 3,1%berarti sekitar 6 juta orang sudah
terinfeksi cacing filaria dan sekitar 100 juta orang memepunyai resiko tinggi untuk ketularan
karena nyamuk penularannya tersebar luas. Untuk memberantas penyakit ini sampai tuntas.
(chairufatah,alex.2009)
WHO sudah menetapkan kesepakatan global (The Global Goal of Elimination of
lympatic filariasis as a public Health Problem by the year 2020). Program eliminasi
dilaksanakan melalui pengobatan misal dengan DEC dan albendazol setahun sekali selama 5
tahun di lokasi yang endemis dan perawatan kasus klinis baik yang akut maupun kronis untuk
mencegah kecacatan dan mengurangi penderitanya. Indonesia akan melaksanakan eliminasi
penyakit gajah secara berthap dimulai pada tahun 2002 di 5 kabupaten percontohan.
Perluasan wilayah akan dilaksanakan 5 tahun.
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan penyakit filariasis adalah penyakit endemis

1
yang apa tidak ditangani secara cepat akan memperluas penyebaran dan penularannya kepada
manusia. Oleh karena itu kita perlu mengetahui apa itu filariasis, serta hal-hal yang terkait
dengannya. Berdasarkan paparan dari fakta inilah maka kami selaku penulis tertarik untuk
membahas kasus mengenai penyakit filariasis ini dan sebagai pemenuhan tugas pada blok
sistem imun dan hematologi. (riyanto, harun.2005)

B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat pada makalah ini adalah bagaimana
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan filariasis.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum 
Mahasiswa mampu memahami konsep dan melaksanakan Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Penyakit Filariasis.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan penyakit filariasis.
b. Mahasiswa mampu menganalisa data sesuai dengan pengkajian pada pasien dengan
penyakit filariasis.
c. Mahasiswa mampu membuat diagnosa keperawatan pada pasien dengan penyakit
filariasis.
d. Mahasiswa mampu membuat rencana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
penyakit filariasis.

D. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien dengan penyakit filariasis.
2. Untuk mengetahui data yang sesuai dengan pengkajian pada pasien dengan penyakit
filariasis.
3. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien dengan penyakit filariasis.
4. Untuk mengetahui rencana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit
filariasis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Filariasis atau lebih dikenal elephaniatis (kaki gajah) adalah penyakit akibat
nematode yang seperti cacing yaitu wuchereria bancrofti. Brugiya malayi dan brugiya
timori yang dikenal sebagai filaria. Infeksi ini biasanya terjadi pada saat kanak- kanak
dan menifestasi yang dapat terlihat muncul belakangan, menetapkan dan
menimbulkan ketidakmampuan menetap (Elin, 2011 hal. 144).
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular kronik yang
disebabkan sumbatan cacing filaria di kelenjar / saluran getah bening, menimbulkan
gejala klinis akut berupa demam berulang, radang kelenjar / saluran getah bening,
edema dan gejala kronik berupa elefantiasis.
Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing
filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah bening,
Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat
menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik
perempuan maupun laki-laki. (Witagama,dedi.2009)

B. Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial :


 Wuchereria Bancrofti,
 Brugia Malayi,
 Brugia Timori.

3
Cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh manusia terutama dalam
kelenjar getah bening  dan darah. Infeksi cacing ini menyerang jaringan viscera,
parasite ini termasuk kedalam superfamily Filaroidea, family onchorcercidae. Cacing
ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia selama 4-6 tahun dan dalam
tubuh manusia cacing dewasa betina menghasilkan jutaan anak cacing (mikrofilaria)
yang beredar dalam darah terutama malam hari.
Ciri-ciri cacing dewasa atau mikrofilaria :
1.      Berbentuk silinder, halus seperti benang, putih dan hidup di dalam system limfe
2.      Ukuran 55-100 mm x 0,16 mm
3.      Cacing jantan lebih kecil : 55 mm x 0,09 mm
4.      Berkembang secara ovovivipar

C. Patofisiologi
Parasit memasuki sirkulasi saat nyamuk menghisap darah lalu parasit akan
menuju pembuluh limfa dan nodus limfa. Di pembuluh limfa terjadi perubahan dari
larva stadium 3 menjadi parasit dewasa. Cacing dewasa akan menghasilkan produk –
produk yang akan menyebabkan dilaasi dari pembuluh limfa sehingga terjadi
disfungsi katup yang berakibat aliran limfa retrograde. Akibat dari aliran retrograde
tersebut maka akan terbentuk limfedema. (Witagama,dedi.2009)
Perubahan larva stadium 3 menjadi parasit dewasa menyebabkan antigen
parasit mengaktifkan sel T terutama sel Th2 sehingga melepaskan sitokin seperti IL 1,
IL 6, TNF α. Sitokin - sitokin ini akan menstimulasi sum- sum tulang sehingga terjadi
eosinofilia yang berakibat meningkatnya mediator proinflamatori dan sitokin juga
akan merangsang ekspansi sel B klonal dan meningkatkan produksi IgE. IgE yang
terbentuk akan berikatan dengan parasit sehingga melepaskan mediator inflamasi
sehingga timbul demam. Adanya eosinofilia dan meningkatnya mediator inflamasi
maka akan menyebabkan reaksi granulomatosa untuk membunuh parasit dan terjadi
kematian parasit. Parasit yang mati akan mengaktifkan reaksi inflam dan
granulomatosa. Proses penyembuhan akan meninggalkan pembuluh limfe yang
dilatasi, menebalnya dinding pembuluh limfe, fibrosis, dan kerusakan struktur. Hal ini
menyebabkan terjadi ekstravasasi cairan limfa ke interstisial yang akan menyebabkan
perjalanan yang kronis. (harun,riyanto.2010)

D. Tanda dan gejala


Adapun tanda-tanda dan gejalanya (symptom) pada orang yang telah terinfeksi
Penyakit filariasis ini, gejala filariasis akut dapat berupa :
1. Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan muncul
kembali setelah bekerja berat.

4
2. Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) di daerah lipatan paha
(limfadenitis) yang tampak kemerahan, ketiak panas dan sakit

3.      Panas dan sakit radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit
yang menjalar dari pangkal kaki/pangkal lengan ke arah ujung (Retrograde
limfangitis).
4.      Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening,
dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah.
5.      Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agar kemerahan
dan terasa panas (Early lymphoedema).

E. Komplikasi
Jika tidak ditangan dengan serius penyakit ini dapat menimbulkan Hidrokel
membesar, adapun dapat menimbulkan penyakit berupa infeksi.

 Hidrokel yang besar sehingga menekan pembuluh darah


 Indikasi kosmetik
 Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan sehari – hari.
 Chyluria (terdapat lemak pada urine)
 TPE (topical pulmonary eosinifilia)
 Hematuria
 Kelumpuhan saraf (Pohan, 2014 hal. 2935)

F. Menifestasi klinis
 Gejala tampak setalah 3 bulan infeksi

5
 Umumnya masa tunas 8 – 12 bulan
 Fase akut menimbulkan peradangan seperti limfagtis, limfadentis, funikulitis,
epididmitis, dan orkitis.
 Gejala dari limfadentis nyeri lokal, keras didaerah kelenjar limfe, demam, sakit
kepala dan badan, mual muntah, lesuh dan tidak nafsu makan
 Fase akut dapat sembuh spontan setelah beberapa hari dan beberapa kasus
mengalami kekambuhan tidak teratur selama berminggu – mingu atau bulan
sebelum sembuh.
 Fase kronik terjadi dengan gejala hidrokel, kiluria, limfedema, dan elephanitis.
(Nurarif, et al., 2015 p. 144)

G. Klasifikasi
1. Filariasis malayi
Filariasi malayi disebakan oleh disebabkan oleh brugiamalayi. Periodisitas
mikrofilaria B. Malayi adalah periodik nokturna, sub perodik nokturna, atau non
periodik. Periodisitas mikrofilaria yang bersarung dan berbentuk kasini, tidak senyata
periodisitas W.Bansofti. Sebagai hospes sementara adalah nyamuk mansomia,
anopeles, amigeres. Dalam tubuh nyamuk mikrofilaria tumbuh menjadi larva impektif
dalam waktu 6-12 hari. Ada peneliti yang menyebutkan bahwa masa pertumbuhanya
di dalam nyamuk kurang lebih 10 hari dan pada manusia kurang lebih 3 bulan.
Didalam tubuh manusia dan nyamuk perkembangan parasit ini juga sama dengan
perkembangan W. Bansoft (Sudoyo dkk, 2010, hal. 2936).

2. Filariasis timori
Filariasis timori disebabkan oleh pilariatipetimori.filaria tipe ini terdapat di timor,
pulau rote, flores, dan beberapa pulau disekitarnya. Cacing dewasa hidup di dalam
saluran dan dikelenjar limfe. Pagetornya adalah anopeles barberostis. Mikro filarianya
menyerupai mikro filaria brugiamalayi, yaitu lekuk badanya patah-patah dan susunan
intinya tidak teratur, perbedaanya terletak dalam: 1. Panjang kepala = 3 x lebar kepala;
2. Ekornya mempunyai 2 inti tambahan, yang ukuranya lebih kecil daripada inti-inti
lainya dan letaknya lebih berjauhan bila dibandingkan dengan letak inti tambahan B.
Malayi; 3. Sarungnya tidak mengambil warna pulasan gamesa; ukuranya lebih
panjang daripada mikrofilaria berugiamalayi. Mikrofilaria bersifat periodik
nokturna (Sudoyo dkk, 2010, p. 2936).

H. Cara penularan
Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk yang menghisap darah seseorang yang
telah tertular sebelumnya. Darah yang terinfeksi dan mengandung larva dan akan
ditularkan ke orang lain pada saat nyamuk yang terinfeksi menggigit dan menghisap
darah orang tersebut.

6
Tidak seperti Malaria dan Demam berdarah, filariasis dapat ditularkan oleh 23
spesies nyamuk dari genus Anopheles, culex, mansonia, Aedes dan Armigeres.
Karena inilah, filariasis dapat menular dengan sangat cepat.

I. Pencegahan
Pencegahan terhadap penyakit filariasis/kaki gajah dapat dilakukan dengan jalan :
1.      Berusaha menghindari diri dari gigitan nyamuk
2.      Membersihkan air pada rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan
nyamuk
3.      Mengeringkan/genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk
4.      Membakar sisa-sisa sampah (berupa kertas dan plastic)
5.      Minimal melakukan penyemprotan sebulan sekali

J. Asuhan keperawatan
1. Anamnesa

2. Masalah keperawatan
A. Hipertermia bd proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
B. Nyeri kronis b.d kerusakan jaringan aktual atau fungsional
C. Gangguan mobilitas fisik bd gangguan neuromuskular
D. Gangguan citra tubuh bd perubahan struktur/bentuk tubuh
E. Harga diri rendah situsional bd perubahan citra tubuh

7
3. Rencana keperawatan/Intervensi
A. Manajemen hipertermia
-identifikasi penyebab hipertermia
-monitor suhu tubuh
-sediakan lingkungan yang dingin
-berikan cairan oral
-longgarkan atau lepaskan pakaian
-kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena jika perlu

B. Manajemen nyeri
-identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
-identifikasi skala nyeri
-identifikasi respon nyeri non verbal
-berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
-fasilitasi istirahat tidur
-ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri

C. Dukungan ambulasi
-identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
-identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
-monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
-fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis. Tongkat, kruk)
-jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
-ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan

D. Promosi citra tubuh


-identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
-identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra tubuh
-monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
-monitor apakah pasien bisa melihat nbagian tubuh yang berubah
-diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
-diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh
-latih fungsi tubuh yang dimiliki

E. Promosi harga diri


-identifikasi budaya,agama, ras, jenis kelamin, dan usia terhadap harga diri
-monitor verbalisasi yang merendahkan diri sendiri
-monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan
-fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan harga diri
-latih cara berfikir dan berperilaku positif

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Filariasis merupakan penyakit menular (penyakit kaki gajah) yang di sebabkan
oleh cacing filaria yang di tularkan berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat
menahun,dan bila tidak dapat pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa
pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin baik perempuan maupun laki laki.
Akibatnya penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung
kepada orang lain sehingga menjadi beban keluarga. Dari uraian di atas dapat kita
simpulkan penyait filariasis adalah penyakit endemis yang jika tidak di tangani secara
cepat akan memperluas penyebaran dan penularannya kepada manusia.oleh karena itu
kita perlu mengetahui apa itu filariasis,serta hal hal yang terkait dengannya.

B. Saran
Demikianlah makalah ini yang penulis susun dengan penuh keikhlasan.di
harapkan dengan adanya makalah opini mahasisiwa dapat menambah wawasan
mengenai penyakit filariasis.

9
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, M. (2013). Panduan Pelayanan Medik. jakarta: EGC.


Kunoli, F. J. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta: Trans Info
Media.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction.
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Jakarta: Medical.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia . Jakarta: DPP PPNI.
Sudoyo dkk. (2010). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing

10

Anda mungkin juga menyukai