Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KELOMPOK

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR


(FILARIASIS)
Dosen pengampu : Yuliaji Siswanto, S.KM., M.Kes.
Auly Tarmali, S.KM, M.Kes

Disusun oleh :

1. Eva Yulianingsih (020118A016)


2. Hesty Ningrum (020118A070)
3. Jimi Prasetyo A (020118A025)
4. Nenny Novita.S (020118A038)
5. Winda Felinda A (020118A056)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, yang telah
memberikan kemudahan bagi kami sebagai penyusun untuk dapat menyelesaikan tugas ini .
Makalah ini merupakan tugas yang berjudul “Filariasis “ yang mana dengan tugas ini kami dapat
mengetahui lebih jauh tentang filariasis,yakni pengertian filarisis,proses terjadinya
penyakit,penyebab terjadinya penyakit,cara penularan,pencegahan,dan pengobatan penyakit
filariasis. Mengenai lebih lanjut kami akan memaparkan dalam bagian pembahasan makalah ini.
Dengan harapan makalah ini dapat bermanfaat,maka kami sebagai penyusun mengucapkan
terima kasih kepada semua anggota kelompok yang telah membantu meyelesaikan makalah ini.

Ungaran, 17 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Definisi umum.............................................................................................................1

BAB II KAJIAN LITERATUR


A. Definisi Filariasis ........................................................................................................3
B. Penyebab / etiologi filariasis ...................................................................................... 3
C. Diagnosis .................................................................................................................... 5
D. Gambaran klinik .......................................................................................................... 6
E. Patologi ....................................................................................................................... 6
F. Epidemiologi............................................................................................................... 7
G. Vaksin dan Pengobatan ............................................................................................... 8
H. Program Pencegahan ................................................................................................... 9
I. Hasil penelitian yang berkaitan dengan filariasis ...................................................... 11

BAB III
KESIMPULAN ...............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. DEFINISI UMUM
Filariasis ( penyakit kaki gajah ) atau juga dikenal dengan elephantiasis adalah suatu
infeksi sistemik yang disebabkan oleh cacing filaria yang hidup dalam saluran limfe dan kelenjar
limfe manusia yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun ( kronis ) dan bila
tidak mendapatkan pengobatan akan menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki,
lengan, dan alat kelamin baik perempuan maupun laki – laki.

Cacing filaria berasal dari kelas Secernentea, filum Nematoda. Tiga spesies filaria yang
menimbulkan infeksi pada manusia adalah Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi, dan Brugia
Timori ( Elmer R. Noble, 1989 ). Parasit filaria ditularkan melalui gigitan berbagai spesies
nyamuk, memiliki stadium larva, dan siklus hidup yang kompleks. Anak dari cacing dewasa
disebut mikrofilaria.

Pada Wuchereria Bancrofti, mikrofilarianya berukuran ± 250µ, cacing betina dewasa


berukuran panjang 65 – 100 mm dan cacing jantan dewasa berukuran panjang ± 40 mm ( Juni
Prianto L. A . dkk., 1999 ). Diujung daerah kepala membesar, mulutnya berupa lubang
sederhana tanpa bibir ( Oral stylet ), sedangkan pada Brugia Malayi dan Brugia Timori,
mikrofilnya berukuran ± 280µ. Cacing dewasa jantan panjangnya 23 mm dan cacing betina
dewasa panjangnya 39 mm ( Juni Prianto L. A . dkk., 1999 ). Mikrofilnya dilindungi oleh suatu
selubung transparan yang mengelilingi tubuhnya. Aktifitas mikrofilaria sering terjadi pada
malam hari dibandingkan pada siang hari. Pada malam hari mikrofilaria dapat ditemukan
beredar di dalam sistem pembuluh darah tepi. Hal ini terjadi karena mikrofilaria memiliki
granula – granula flouresen yang peka terhadap sinar matahari. Bila terdapat sinar matahari
maka mikrofilaria akan bermigrasi ke dalam kapiler – kapiler paru – paru. Ketika tidak ada sinar
matahari, mikrofilaria akan bermigrasi ke dalam sistem pembuluh darah tepi. Mikrofilaria ini
akan muncul di peredaran darah pada waktu 6 bulan sampai 1 tahun setelah terjadinya infeksi
dan dapat bertahan hidup hingga 5 – 10 tahun.

Hospes cacing filaria ini dapat berupa hewan dan atau manusia yang mengandung
parasit dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain. Pada umumnya laki – laki lebih mudah
terinfeksi, karena memiliki lebih banyak kesempatan mendapat infeksi ( eksposure ). Hospes
reservoar adalah hewan yang dapat menjadi hospes bagi cacing filaria, misalnya Brugia Malayi
yang dapat hidup pada kucing, kera, kuda dan sapi.

Banyak spesies nyamuk yang ditemukan sebagai vektor filariasis, tergantung pada jenis
cacing filarianya dan habitat nyamuk itu sendiri. Wuchereria Bancrofti yang terdapat di daerah
perkotaan ditularkan oleh Culex Quinquefasciatus, menggunakan air kotor dan tercemar
sebagai tempat perindukannya. Wuchereria Bancrofti yang ada di daerah pedesaan dapat

1
ditularkan oleh berbagai macam spesies nyamuk. Di Irian Jaya, Wuchereria bancroftiterutama
ditularkan oleh Anopheles farauti yang menggunakan bekas jejak kaki binatang untuk tempat
perindukannya. Di daerah pantai di NTT, Wuchereria bancrofti ditularkan oleh Anopheles
subpictus. Brugia malayi yang hidup pada manusia dan hewan ditularkan oleh berbagai spesies
Mansonia seperti Mansonia uniformis, Mansonia bonneae, dan Mansonia dives yang
berkembang biak di daerah rawa di Sumatera, Kalimantan, dan Maluku. Di daerah Sulawesi,
Brugia malayi ditularkan oleh Anopheles barbirostris yang menggunakan sawah sebagai tempat
perindukannya. Brugia timori ditularkan oleh Anopheles barbirostris yang berkembang biak di
daerah sawah, baik di dekat pantai maupun di daerah pedalaman. Brugia timori hanya
ditemukan di daerah NTT dan Timor Timur.

2
BAB II
KAJIAN LITERATUR

A. DEFINISI FILARIASIS

 Menurut (Depkes 2006)


Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang disebabkan karena cacing
filaria, yang hidup di saluran dan kelenjar getah bening (limfe) serta menyebabkan gejala
akut, kronis dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk,
 Menurut (rempengan dan laurentz, 1993)
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi nematode dari famili filariodea,
dimana cacing dewasanya hidup dalam cairan dan saluran limfe, jaringan ikat dibawah
kulit dan dalam rongga badan. Cacing dewasa betina mengeluarkan microfilaria yang
dapat ditemukan dalam darah, hidrokel, kulit, sesuai dengan sifat masing masing
speciesnya.
 Menurut ditjen PPM & PLP Depkes RI, 2001
Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filarial, yang hidup
dalam saluran kelenjar dan getah bening yang dapat menyebabkan gejala akut dan kronis
serta ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Gejala akut yang berulang dan gejala kronis
yang menetap sangat menurunkan kualitas sumber daya manusia serta produktivitas
penderita karena tidak dapat bekerja secara optimal sehingga merugikan masyarakat dan
Negara terutama menjadi beban keluarga.

B. PENYEBAB / ETIOLOGI
Dalam musim hujan biasanya nyamuk dapat berkembang biak dengan sangat cepat.
Banyak sekali penyakit yang dapat ditularkan oleh hewan kecil yang satu ini. Salah satunya
penyakit kaki gajah (filariasis). Penyakit disebabkan oleh cacing (wuchereria Bancrofi).
Cacing ini dapat ditularkan melalui berbagai gigitan nyamuk kecuali nyamuk mansoni.
Penyakit ini bersifat menahun (Kronis) dan apabila tidak mendapatkan pengobatan
dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembengkakan kaki, lengan dan alat kelamin baik

3
pada pria maupun wanita. Akibatnya, penderita penyakit kaki gajah tidak dapat bekerja
secara optimal, bahkan hidupnya harus selalu tergantung pada orang lain.
 Siklus Hidup Cacing Filaria
Siklus hidup cacing filaria dapat terjadi dalam tubuh nyamuk apabila nyamuk
tersebut menggit dan menghisap darah orang yang terserang filariasis, sehingga mikro
filaria yang terdapat ditubuh penderita ikut terhisap kedalam tubuh nyamuk. Mikrofilaria
tersebut masuk kedalam tubuh nyamuk, kemudian menembus dinding lambung dan
bersarang diantara otot – otot dada (Toraksi).
Bentuk mikrofilaria menyerupai sosis yang disebut larva stadium I. Dalam waktu
kurang lebih satu minggu larva ini berganti kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan
panjang yang yang disebut larva stadiun II. Pada hari kesepuluh dan seterusnya larva
berganti kulit untuk kedua kalinya, sehingga menjadi lebih panjang dan kurus, ini adalah
larva stadium III. Gerak larva stadium III ini sangat aktif, sehingga larva mulai
bermigrasi mula – mula ke rongga perut (Abdomen) kemudian pindah ke kepala dan alat
tusuk nyamuk.
Apabila nyamuk mikrofilaria ini menggigit manuisa maka mikrofilaria yang
sudah berbentuk larva infektif (Larva stadium III) secara aktif ikut masuk kedalam tubuh
manusia (Hospes),bersama – sama dengan aliran darah dalam tubuh manusia.Larva
keluar dari pembuluh darah dan masuk ke pembuluh limfe. Didalam pembuluh limfe
larva mengalamidua kali pergantian kulit dan tumbuh menjadi dewasa yang sering
disebut larva stadium IV dan larva stadium V. Cacing filaria yang sudah dewasa
bertempat di pembuluh limfe, sehingga akan menyumbat pembuluh limfe dan akan
terjadi pembengkakan. Cacing filaria sendiri memiliki ciri sebagai berikut :
1. Cacing dewasa (makrofilaria) berbentuk seperti benang berwarna putih kekuningan.
Sedangkan larva cacing filaria (kirofilaria berbentuk seperti benang berwarna putih susu.
2. Makrofilaria yang betina memiliki panjang kurang lebih 65-100mm dan ekornya lurus
berujung tumpul. Untuk makro filaria yang jantan memiliki panjang kurang lebih 40mm
dan ekor melingkar.Sedangkan mikrofilaria memilki panjang kurang labih 250 mikron,
bersarung pucat

4
3. Tempat hidup makrofilaria jantan dan betina di saluran limfe. Tetapi pada malam hari
mikrofilaria terdapat didalam darah tepi sedangkan pada siang hari mikrofilaria terdapat
di kapiler alat- alat dalam seperti paru- paru, jantung, dan hati.

C. DIAGNOSIS

Diagnosis penyakit kaki gajah dapat diperoleh secara :


1. Klinis
Diagnosis klinis ditegakkan bila pada seseorang yang tersangka terkena kaki gajah, ditemukan
tanda-tanda dan gejala klinis akut ataupun kronis

2. Laboratorium
Penentuan diagnosis terhadap penyakit filariasis atau penyakit kaki gajah dapat dilakukan
melalui serangkaian wawancara dan pemeriksaan fisik. Selain itu juga diperlukan pemeriksaan
penunjang yang mencakup:
a) Tes darah
Tes darah dengan cara mengamati sampel darah yang diambil pada malam hari
denganmikroskop. Sampel darah yang diambil mestinya berada dalam bentuk noda keruh
dan diwarnai dengan Giemsa. Uji antibodi yang melawan penyakit ini juga dapat
diterapkan ke sampel darah ini.
Dengan pemeriksaan darah jari, seseorang dinyatakan terkena kaki gajah apabila dalam
sediaan darah tebal ditemukan mikrofilaria

b) Tes urine
Kedua pemeriksaan penunjang di atas diperlukan untuk memastikan keberadaan cacing
filarial dalam tubuh penderitanya. Biasanya, pemeriksaan darah dilakukan di malam hari,
dimana parasit cacing filarial dalam keadaan aktif.

5
D. GAMBARAN KLINIK
Gejala dan tanda Klinis Filariasis
1. Gejala penyakit kaki gajah antara lain demam berulang selama 3-5 hari demam dapat
hilang bila istirahat dan timbul lagi setelah bekerja berat.
2. Pembekakan kelenjar getah bening(tanpa ada luka) di daerah lipat paha ketiak yang
tampak kemerahan,panas dan sakit.
3. Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal
ke arah ujung kaki atau lengan.
4. Abses filarial terjadi akibat seringnya pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah
dan mengeluarkan nanah serta darah.
5. Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, kantong buah zakar yang terlihat agak
kemerahan dan terasa panas

E. PATOLOGI

Filariasis adalah penyakit menular ( Penyakit Kaki Gajah ) yang disebabkan oleh cacing
Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. bermula dari inflamasi saluran limfe akibat
dilalui cacing filaria dewasa (makrofilaria). Cacing dewasa yang tak tahu diri ini melalui saluran
limfe aferen atau sinus-sinus limfe sehingga menyebabkan dilatasi limfe pada tempat-tempat
yang dilaluinya. Dilatasi ini mengakibatkan banyaknya cairan plasma yang terisi dari pembuluh
darah yang menyebabkan penebalan pembuluh darah di sekitarnya.

Akibat kerusakan pembuluh, akan terjadi infiltrasi sel-sel plasma, esosinofil, serta makrofag
di dalam dan sekitar pembuluh darah yang terinfeksi. Nah, infiltrasi inilah yang menyebabkan
terjadi proliferasi jaringan ikat dan menyebabkan pembuluh limfe di sekelilingnya menjadi
berkelok-kelok serta menyebabkan rusaknya katup-katup di sepanjang pembuluh limfe tersebut.
Akibatnya, limfedema dan perubahan statis-kronis dengan edema pada kulit di atas pembuluh
tersebut menjadi tak terhindarkan lagi.

Jadi, jelaslah bahwa biang keladi edema pada filariasis ialah cacing dewasa (Makrofilaria)
yang merusak pembuluh limfe serta mekanisme inflamasi dari tubuh penderita yang

6
mengakibatkan proliferasi jaringan ikat di sekitar pembuluh. Respon inflamasi ini juga diduga
sebagai penyebab granuloma dan proliferatif yang mengakibatkan obstruksi limfe secara total.
Ketika cacing masih hidup, pembuluh limfe akan tetap paten, namun ketika cacing sudah mati
akan terjadi reaksi yang memicu timbulnya granuloma dan fibrosis sekitar limfe. Kemudian akan
terjadi obstruksi limfe total karena karakteristik pembuluh limfe bukanlah membentuk kolateral
(seperti pembuluh darah), namun akan terjadi malfungsi drainase limfe di daerah tersebut.

F. EPIDEMIOLOGI
1. Agent
Wuchereria bancrofti yang terdapat di daerah perkotaan ( urban ) ditularkan oleh
Culex quinquefasciatus, menggunakan air kotor dan tercemar sebagai tempat
perindukannya. Wucheriria bancrofti yang di daerah pedesaan ( rural ) dapat ditularkan
oleh bermacam spesies nyamuk. Di Irian Jaya, Wuchereria bancrofti terutama ditularkan
oleh Anopheles farauti yang menggunakan bekas jejak kaki binatang untuk tempat
perindukannya. Di daerah pantai di NTT, Wuchereria bancrofti ditularkan oleh
Anopheles subpictus. Brugia Malayi yang hidup pada manusia dan hewan ditularkan
oleh berbagai spesies Mansonia seperti Mn.uniformis, Mn.bonneae, dan Mn.dives yang
berkembang biak di daerah rawa di Sumatera, Kalimantan, dan Maluku. Di daerah
Sulawesi, B.malayi ditularkan oleh Anopheles barbirostris yang menggunakan sawah
sebagai tempat perindukannya. Brugia timori ditularkan oleh Anopheles barbirostris
yang berkembang biak di daerah sawah, baik di dekat pantai maupun di daerah
pedalaman. Brugia timori hanya ditemukan di daerah NTT dan Timor Timur (10).

2. Host
Cacing filaria ini dapat berupa hewan dan atau manusia. Manusia yang
mengandung parasit dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain. Pada umumnya laki-
laki lebih dmudah terinfeksi, karena memiliki lebih banyak kesempatan mendapat
infeksi (exposure). Hospes reservoar adalah hewan yang dapat menjadi hospes bagi
cacing filaria, misalnya Brugia malayi yang dapat hidup pada kucing, kera, kuda, dan
sapi (3).

7
3. Environment
Kasus penderita filariasis khas ditemukan di wilayah dengan iklim sub tropis dan
tropis seperti di Indonesia (5). Daerah Endemis biasanya merupakan daerah dataran
rendah yang berawa dengan di sana-sini dikelilingi oleh daerah yang bersemak belukar
dan berhutan (6). Filariasis pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1877,
setelah itu tidak muncul dan sekarang muncul kembali. Filariasis tersebar luas hampir di
seluruh Propinsi di Indonesia (5). Sebanyak 26 provinsi di Indonesia dikatakan endemis
penyakit kaki gajah, antara lain Sumatera, sebagian wilayah Jawa dan Bali (9).

G. VAKSIN DAN PENGOBATAN


Obat pencegah penyakit kaki gajah yang diberikan pada POPM terdiri dari kombinasi
tablet Diethylcarbamazine (DEC) 100 mg dan tablet Albendazole 400 mg. Adapun dosisnya:

 untuk usia 2-5 tahun adalah 1 tablet DEC dan 1 tablet Albendazole;
 usia 6-14 tahun mendapat 2 tablet DEC dan 1 tablet Albendazole;
 dan bagi yang berusia di atas 14 tahun mendapat 3 tablet DEC dan 1 tablet Albendazole.

''Minum obatnya hanya satu kali dalam setahun, selama minimal lima tahun berturut-turut, tapi
mampu memutuskan rantai penularan penyakit kaki gajah sepenuhnya'', ujar Menkes.

Pemberian Albendazole pada POPM Filariasis mempunyai manfaat ganda, yaitu selain dapat
mematikan atau memandulkan cacing filaria dewasa, juga dapat mematikan cacing perut seperti
cacing gelang, cacing tambang, cacing cambuk dan cacing kremi.Dengan demikian, orang yang
minum obat pencegah penyakit kaki gajah memperoleh dua manfaat sekaligus, yakni melindungi
dirinya dari risiko terkena penyakit kaki gajah dan kecacingan.

8
H. PROGRAM PENCEGAHAN

1. Health Promotion
Health promotion atau promosi kesehatan merupakan tingkatan pencegahan yang
pertama dan yang paling utama dilakukan, karena ruang lingkup kerja dari promosi
kesehatan adalah menjadikan orang sehat agar meningkat derajat kesehatannya. Jadi di
health promotion, sasarannya adalah orang sehat. Promosi kesehatan dilakukan tidak
dengan hanya memberikan masyarakat informasi tentang kesehatan saja, tetapi berusaha
agar mengubah sikap dan perilaku masyarakat agar mengarah pada kesehatan yang
setinggi-tingginya. Tentunya hal ini dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan
dan intervensi langsung pada lingkungannya mengenai penyakit filariasis
2. Spesific Protection
Spesific protection atau perlindungan khusus merupakan tingkatan pencegahan
penyakit kedua yang dilakukan terhadap host atau penjamu dengan cara meningkatkan
daya tahan tubuhnya serta perlindungan terhadap tubuh (bila diperlukan). Spesific
protection dilakukan oleh individu dengan menyadari bahaya kesehatan yang mengancam
di lingkungan sekitarnya. Usaha yang dapat dilakukan yaitu menciptakan lingkungan
yang tidak memungkinkan vektor filariasis untuk berkembang biak sehingga tidak
menular ke orang lain.
3. Early Diagnosis and Prompt Treatment
Pada tingkatan early diagnosis and prompt treatment atau diagnosa dini dan
pengobatan segera, dilakukan apabila seseorang sudah terserang penyakit atau setidaknya
mengalami gejala-gejala sebuah penyakit, agar mencegah orang-orang yang masih sehat
tidak tertular penyakit tersebut. Usaha yang dilakukan adalah diagnosis dini, yaitu
pemeriksaan mikroskopis darah, pengobatan segera, yaitu dengan konsumsi obat DEC
4. Disability Limitation
Disability limitation atau pembatasan kecacatan merupakan tingkatan dimana
seseorang yang telah terserang penyakit dan cenderung mengakibatkan kecacatan di
tindak lanjuti dengan membatasi ruang gerak kecacatan yang dapat dialaminya, serta
untuk menguragi kemungkinan terjadinya kecacatan (apabila belum terlalu parah). untuk
usaha disability limitation (pembatasan kecacatan) diberikan obat DEC 100 mg, 3x sehari

9
selama 10 hari sebagai pengobatan individual serta dilakukan perawatan terhadap bagian
organ tubuh yang bengkak.
5. Rehabilitation
Rehabilitasi merupakan tingkatan dimana seseorang yang baru sembuh dari
penyakitnya, baik itu sembuh sempurna maupun sembuh dengan kecacatan diberikan
motivasi, latihan, dan diberikan keterampilan agar dapat melakukan kegiatan seperti
biasanya dengan keadaan tubuh yang tidak normal misalnya, serta agar lebih produktif
dan mandiri, dan tidak lupa juga agar mengembalikan rasa percaya dirinya yang telah
hilang setelah memiliki tubuh yang abnormal. Rehabilitasi yang dapat dilakukan adalah
rehabilitasi fisik, mental, dan sosialnya. Usaha yang dapat dilakukan adalah menyediakan
sarana-sarana untuk pelatihan dan pendidikan di rumah sakit dan di tempat-tempat
umum.

10
I. HASIL PENELITIAN

PENYAKIT KAKI GAJAH MASIH ADA DI INDONESIA, KENALI AGAR BISA


MENCEGAHNYA
DIPUBLIKASIKAN PADA : RABU, 26 SEPTEMBER 2018 00:00:00, DIBACA : 9.592
KALIJakarta, 26 September 2018

Tidak seindah namanya, Filariasis atau yang yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit kaki
gajah masih menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia, karena baik anak-anak maupun
dewasa, baik pria maupun wanita, semua bisa tertular penyakit kaki gajah.

Filariasis atau penyakit kaki gajah disebabkan oleh tiga spesies cacing Filaria, yaitu Wucheria
bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori, yang ditularkan dengan perantaraan nyamuk sebagai
vektornya. Berbeda dengan penyakit DBD atau Malaria yang hanya ditularkan oleh satu jenis
nyamuk tertentu, penyakit kaki gajah dapat ditularkan oleh semua jenis nyamuk, baik genus
Anopheles, Culex, Aedes, dan Armigeres.

''Semua jenis nyamuk bisa membawa parasit mikrofilaria ini,'' tutur Direktur Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis (P2TVZ) Kemenkes RI, dr. Elizabeth Jane
Soepardi, MPH, Dsc, di Ruang Narantha Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Selasa pagi
(25/9).

Penyakit kaki gajah ditularkan saat seekor nyamuk menghisap darah seseorang yang
mengandung anak cacing Filaria yang disebut mikrofilaria, menjadi parasit di dalam tubuh
nyamuk selama lebih kurang dua minggu dan berubah menjadi larva L3. Saat nyamuk tersebut
menggigit dan menghisap darah orang lain, larva L3 tersebut masuk ke dalam tubuh orang
tersebut, tumbuh dan berkembang selama berbulan-bulan menjadi cacing Filaria dewasa di
dalam pembuluh dan kelenjar getah bening (kelanja limfa) manusia. Berbulan-bulan kemudian,
cacing filaria dewasa mampu menghasilkan cacing-cacing kecil mikrofilaria yang beredar aktif
di peredaran darah tepi pada waktu malam hari, namun saat siang hari mikrofilaria berada di
kapiler darah organ dalam.

11
''Itulah sebabnya mengapa survey darah jari yang dilakukan di di daerah endemis dilakukan
selalu pada malam hari,'' imbuh dr. Jane.

Penyakit kaki gajah pada fase klinis akut ditandai dengan gejala demam berulang selama 3-5
hari, hilang bila cukup istirahat namun dapat timbul kembali setelah bekerja berat. Namun, fase
kronis penyakit kaki gajah dibagi menjadi beberapa stadium berikut: a) Stadium I ditandai
bengkak pada anggota tubuh hilang saat bangun pagi, tidak ada lipatan kulit (masih halus), dan
kulit yang bengkak tetap cekung setelah ditekan selama beberapa detik (pitting edema); Stadium
II gejala bengkak pada anggota tubuh tidak hilang saat bangun pagi, tidak ada lipatan kulit
(masih halus) dan pitting edema; Stadium III ditandai bengkak menetap, lipatan kulit dangkal,
kulit masih halus dan normal, non pitting edema; Stadium IV ditandai bengkak menetap, lipatan
kulit dangkal, dan ada benjolan (nodul) di kulit; Stadium V ditandai bengkak menetap dan
membesar, lipatan kulit dalam dan ada nodul di kulit; Stadium VI ditandai bengkak menetap dan
membesar, lipatan kulit dangkal dan dalam, mossy foot gambaran seperti berlumut; serta
Stadium VII ditandai bengkak menetap dan membesar, lipatan kulit dalam, nodul-nodul, mossy
foot, dan penderita tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari.

''Penyakit kaki gajah ini bersifat menahun (kronis), bila tidak mendapat pengobatan, akan
menimbulkan kecacatan yang menetap seumur hidup, misalnya berupa bengkak atau pembesaran
di beberapa anggota tubuh misalnya kaki, lengan, atau buah zakar (skrotum),'' jelasnya.

Seseorang yang menderita penyakit kaki gajah (Filariasis) akan berdampak pada psikologis
penderita dan keluarganya, misalnya disembunyikan oleh keluarga atau sengaja
menyembunyikan diri. Penderita tidak dapat bekerja secara optimal, hidupnya bergantung
kepada orang lain sehingga menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara.

''Meski telah menyelesaikan pengobatan, pembengkakan yang dialami sebagian besar penderita
tidak dapat disembuhkan (bersifat menetap). Penderita dan keluarga penderita penyakit kaki
gajah harus bisa dan mampu mencegah dan membatasi kecacatan secara mandiri agar tidak
bertambah parah,'' tandasnya.

12
Beberapa penatalaksanaan kasus filariasis mandiri antara lain, mencuci bagian tubuh yang
bengkak dengan air bersih dan sabun, memberi salep antibiotik/antijamur sesuai indikasi,
meninggikan bagian yang mengalami pembengkakkan, menggerakkan bagian yang bengkak agar
peredaran darah tetap lancar, dan memakai alas kaki atau pakaian yang adjustable (tidak ketat).

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan
RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-
567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email
kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit kaki gajah / filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing
filarial yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk.
Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan akan
mengakibatkan cacat menetap berupa pembesaran kaki,alat kelamin baik perempuan
maupun laki-laki.
Dalam musim hujan biasanya nyamuk dapat berkembang biak dengan sangat cepat.
Banyak sekali penyakit yang dapat ditularkan oleh hewan kecil yang satu ini. Salah satunya
penyakit kaki gajah (filariasis). Penyakit disebabkan oleh cacing (wuchereria Bancrofi).
Cacing ini dapat ditularkan melalui berbagai gigitan nyamuk kecuali nyamuk mansoni.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://www.depkes.go.id/article/print/18092700005/penyakit-kaki-gajah-masih-ada-di-indonesia-
kenali-agar-bisa-mencegahnya.html
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-filariasis.pdf
https://bangka.tribunnews.com/2015/09/14/inilah-gejala-dan-tanda-klinis-penyakit-kaki-gajah
https://m.klikdokter.com/penyakit/filariasis
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Lymphatic_filariasis
https://hellosehat.com/penyakit/kaki-gajah-filariasis/
https://www.academia.edu/25582952/TUGAS_EPMM
Mona Silvia.2013.Makalah Filariasis.https://silviamona.wordpress.com/2013/07
/22/makalah-filariasis.html
Herma.2013.UpayaPencegahan.http://herman-mamank.blogspot.co.id/2013_04
_13_archive.html

15

Anda mungkin juga menyukai