ABSTRAK
Kebijakan Pemerintah perihal standar pelayanan minimal bidang kesehatan di Indonesia diatur dalam Permenkes
No.741/Menkes/Per/VII/2008 tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan di Kabupaten/Kota. Namun
masih ada indikator-indikator SPM Bidang kesehatan yang ditetapkan belum terpenuhi. Penelitian ini bertujuan
mengetahui bagaimanakah Implementasi Standar Pelayanan Minimal di Puskesmas Ondong Siau Barat Kabupaten
Sitaro. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, Informasi dikumpulkan
dari 6 orang informan yang terkait dalam pelaksanaan standar pelayanan minimal di Puskesmas dengan
manggunakan metode triangulasi. Pelaksanaan SPM di Puskesmas Ondong belum mencapai target. Ada beberapa
indikator SPM bidang kesehatan yang tidak mencapai target diantaranya komplikasi kebidanan yang ditangani, dan
Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi. Faktor-faktor penghambat yaitu
kurangnya sumberdaya manusia, kurangnya sarana dan prasarana di Puskesmas Ondong, transportasi dan cuaca,
budaya dan pola pikir masyarakat, serta kurangnya manajemen evaluasi di Puskesmas Ondong. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam Implementasi SPM bidang kesehatan di Puskesmas Ondong belum
terlaksana dengan baik.
ABSTRACT
Government policy about health minimum service standard in Indonesia regulated in Health Minister
Regulation/Permenkes No.741/Menkes/Per/VII/2008 about health minimum service standard in Regencies/Cities.
However, there are some indicators that do not reach the target. This Research aims to know how to the
implementation health minimum service standard in Community Health Center of Ondong West Siau Sitaro
Regency. This research represent descriptive research type by using approach qualitative. Information collected
from six informants the person in charge of health minimum service standard in community health center using the
triangulation method. The implementation of minimum service standard in community health center of Ondong still
has not hit the target. There are some indicators that do not reach the target including obstetric complications
which have been handled, and also Villages had exceptional cases conducted an epidemiological investigation. The
lack of resources are the inhibitors factors, lack of infrastructure in Ondong Community Health Center,
transportation and weather, culture and mindset of the people, then lack of management evaluation in Ondong
Community Health Center. Based on research result it can be concluded that the Implementation of the Health
Minimum Service Standard in Ondong Community Health Center has not been implemented well.
memadai. Hal inilah yang mendorong peneliti sumber dan triangulasi metode.
penelitian deskriptif dengan menggunakan seperti berikut ini “Indikator yang paling sulit
pendekatan kualitatif. Penelitian ini sih sebenarnya cuman dua, kalau secara
dilaksanakan pada bulan Maret-September 2014 gamblangnya. Yang pertama itu jumlah
di Puskesmas Ondong Siau Barat Kabupaten kelahiran itu rendah. Yang kedua ada yang tidak
Sitaro. Informan dalam penelitian ini adalah mencapai itu kalau tahun ini cuma ada 1 KLB
Kepala Puskesmas, Kepala Bagian Tata Usaha itu rabies”. Semua indikator dilaksanakan,
Puskesmas Ondong, Dokter dan Perawat hanya saja masalah terletak pada targetnya yang
Puskesmas Ondong. Dan triangulasi sumber tidak sebanding karena Kabupaten Kepulauan
dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas berbeda dengan Kota dan Provinsi. Dapat
disimpulkan bahwa implementasi standar Desa/Kelurahan mengalami Kejadian Luar Biasa
pelayanan minimal bidang kesehatan di (KLB) rabies yang dilakukan penyelidikan
Puskesmas Ondong belum terlaksana dengan epidemiologi, faktor penghambatnya
baik karena ada beberapa indokator yang tidak berdasarkan hasil penelitian dengan wawancara
mencapai target diantaranya komplikasi kepada Kepala Puskesmas adalah pola-pola pikir
kebidanan yang ditangani, dan Desa/Kelurahan masyarakat tentang pemeliharaan ternak, yang
mengalami KLB rabies yang dilakukan menjadi masalah itu seperti hewan anjing, ternak
penyelidikan epidemiologi. Selain kedua babi yang masih dipelihara di dalam halaman
indikator tersebut, masalah yang ada terletak rumah. Hewan seperti anjing disayang dan
pada target capaian indikator SPM. Penetapan dianggap anggota keluarga. Masalah yang ada
target capaian terlalu tinggi sehingga ini akan di intervensi lewat perubahan
menyusahkan daerah Kabupaten/Kota untuk paradigma, lewat memberikan masukan, atau
mengimbangi dengan Provinsi. Pelaksanaan mendekati masyarakat dan pasti pemerintah
standar pelayanan minimal diserahkan pada harus membuat regulasi yang jelas mengenai
masing-masing daerah, karena melihat aturan ternak, selain itu harus ada kerjasama
kemampuan pada setiap daerah yang berbeda antara Pemerintah, Puskesmas dengan Dinas
namun pelaksanaannya tetap mengacu pada Peternakan setempat untuk melakukan vaksinasi
Permenkes No. 741 tahun 2008. Setiap daerah anjing. Berdasarkan hasil penelitian dengan
berhak menentukan presentase target yang triangulasi metode didapatkan dari observasi
sesuai dengan ketentuan yang telah di-Standar bahwa masalah transportasi dan kurangnya
Pelayanan Minimal-kan, namun kebijakan prasarana seperti puskesmas keliling laut
Standar Pelayanan Minimal di daerah boleh ada menjadi hambatan dalam mencapai indikator
yang berbeda disesuaikan dengan kebutuhan, Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Ondong.
karakteristik dan potensi daerah. Di wilayah kerja Puskesmas Ondong ada satu
2 Faktor-faktor penghambat Implementasi Pulau yang harus di tempuh menggunakan kapal
SPM di Puskesmas Ondong kecil oleh karena itu penambahan puskesmas
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa keliling laut berupa speedboat sangat dibutuhkan
ada indikator yang tidak mencapai target SPM di untuk menunjang pelayanan kesehatan. Masalah
Puskesmas Ondong diantaranya: komplikasi transportasi merupakan hal yang penting dalam
kebidanan yang ditangani, faktor akses pelayanan kesehatan untuk itu Pemerintah
penghambatnya adalah jumlah kelahiran rendah melalui Dinas Kesehatan memberikan bantuan
dan target capaian indikator terlalu tinggi. Puskesmas keliling laut berupa speedboat
Indikator yang tidak mencapai target SPM di namun kendala yang ada ditemukan pada
Puskesmas Ondong lainnya adalah sumberdaya manusia yang tidak berkompetensi
dan tidak memiliki sertifikat serta surat izin Hasil penelitian menunjukan bahwa sumberdaya
untuk mengemudikan speedboat. Dan saat ini manusia di Puskesmas Ondong masih kurang
speedboat yang ada tidak dioperasionalkan dan sangat di butuhkan tenaga bidan serta tenaga
dengan baik karena selain tidak adanya administrasi dan sarjana komputer untuk
sumberdaya manusia, Pemerintah Daerah tidak menunjang pelayanan kesehatan di Puskesmas
mampu membiayai Puskesmas keliling laut Ondong. Berdasarkan hasil wawancara dan
karena harga bahan bakar dan biaya perawatan observasi di Puskesmas Ondong diketahui
serta pemeliharaanya sangat mahal. Masyarakat bahwa sumberdaya non manusia atau sarana-
yang membutuhkan pelayanan kesehatan harus prasarana di Puskesmas Ondong masih
menunggu jadwal kapal laut yang melewati diperlukan tambahan, gedung puskesmas masih
pulau tersebut menuju ke Ondong dan biasanya perlu tambahan, dan direncanakan dalam waktu
seminggu sekali jadwal kapal melewati pulau dekat, Puskesmas Ondong akan dibangun
tersebut. Hambatan lainya juga terletak pada menjadi dua tingkat karena mempertimbangkan
cuaca, untuk menjangkau pulau tersebut harus jumlah masyarakat dan Desa Ondong
melihat cuaca, apabila cuaca baik maka merupakan Ibukota Kabupaten Sitaro. Untuk
diizinkan oleh syahbandar untuk melakukan prasarana seperti ambulans, umur kendaraan
perjalanan dengan kapal atau speedboat, apabila ambulans sudah lebih dari sepuluh tahun
cuaca buruk maka tidak diizinkan adanya sehingga sudah memasuki masa pemeliharaan
keberangkatan ke pulau tersebut. Karena pulau yang membutuhkan biaya operasional dan
tersebut berada di laut lepas atau laut Pacific perawatan lebih serta diperbaiki apabila ada
yang memiliki ombak tinggi pada musim-musim kerusakan. Dari hasil triangulasi sumber dengan
tertentu. Masalah sumberdaya manusia, mewawancarai Kepala Dinas Kesehatan
transportasi dan cuaca menjadi hambatan dalam Kabupaten Sitaro didapatkan bahwa untuk
mencapai indikator Standar Pelayanan Minimal prasarana di daerah terpencil akan diupayakan
Puskesmas Ondong. Hambatan lainnya yang penambahan puskesmas keliling.
ditemukan berdasarkan hasil observasi 4 Perilaku tenaga kesehatan dalam
didapatkan bahwa tingkat evaluasi di Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan
masih rendah. Evaluasi dilakukan namun berdasarkan Juknis SPM di Puskesmas
pencatatan, notulen dan tata cara saat melakukan Ondong
evaluasi tidak ada. Manajemen evaluasi sangat Berdasarkan hasil penelitian dengan
dibutuhkan dan harus dilaksanakan pada periode mewawancarai Kepala Puskesmas Ondong,
dan waktu tertentu serta dibicarakan bersama. Kepala Tata Usaha Puskesmas Ondong, Dokter
3 Sumberdaya di Puskesmas Ondong serta Perawat di Puskesmas Ondong didapatkan
hasil bahwa perilaku dalam memberikan
pelayanan kesehatan di Puskesmas Ondong mencapai target SPM di Puskesmas
sudah berlangsung dengan baik sesuai dengan Ondong lainnya adalah Desa/Kelurahan
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal. mengalami KLB rabies yang dilakukan
Dibuktikan juga dengan triangulasi metode yaitu penyelidikan epidemiologi, faktor
melakukan observasi di Puskesmas Ondong penghambatnya adalah pola-pola pikir
dengan melihat laporan yang dibuat Puskesmas masyarakat tentang pemeliharaan ternak
Ondong, dan tidak adanya keluhan dari dan hewan anjing. Hambatan lainnya
masyarakat tentang pelayanan kesehatan yang dalam mencapai target indikator Standar
tidak baik di Puskesmas Ondong. Pelayanan Minimal Puskesmas Ondong
adalah masalah transportasi, cuaca dan
KESIMPULAN kurangnya prasarana seperti puskesmas
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, keliling laut, serta sumberdaya manusia
maka kesimpulan dari penelitian ini sebagai yang berkompetensi mengemudikan
berikut: puskesmas keliling laut dan tingkat evaluasi
1. Implementasi standar pelayanan minimal di Puskesmas masih rendah.
bidang kesehatan di Puskesmas Ondong 3. Sumberdaya manusia di Puskesmas
belum terlaksana dengan baik sesuai Ondong masih kurang dan sangat
dengan Kebijakan Pemerintah perihal dibutuhkan tenaga bidan, tenaga
Standar Pelayanan Minimal bidang administrasi serta sarjana komputer untuk
kesehatan di Indonesia (Permenkes No. 741 menunjang pelayanan kesehatan di
Tahun 2008) karena sesuai dengan petunjuk Puskesmas Ondong. Sumberdaya non
teknis SPM ada 18 Indikator yang harus manusia atau sarana-prasarana di
tercapai, sedangkan di Puskesmas Ondong Puskesmas Ondong masih diperlukan
ada 2 indikator yang tidak mencapai target tambahan, untuk daerah terpencil
diantaranya komplikasi kebidanan yang Puskesmas mengupayakan penambahan
ditangani, dan Desa/Kelurahan mengalami Puskesmas keliling.
KLB rabies yang dilakukan penyelidikan 4. Perilaku dalam memberikan pelayanan
epidemiologi. kesehatan di Puskesmas Ondong sudah
2. Indikator yang tidak mencapai target SPM berlangsung dengan baik sesuai dengan
di Puskesmas Ondong diantaranya: Petunjuk Teknis Standar Pelayanan
komplikasi kebidanan yang ditangani, Minimal.
faktor penghambatnya adalah jumlah
kelahiran rendah dan target indikator Saran
capaian terlalu tinggi. Indikator yang tidak
1. Pelaksanaan standar pelayanan minimal minggu dan evaluasi di tingkat Dinas
karena melihat kemampuan pada setiap hasil evaluasi dicatat untuk dievaluasi
Pelayanan Minimal di daerah boleh ada Ondong. Diperlukan juga kerjasama dan
waktu tertentu seperti evaluasi ditingkat 4. Kinerja Puskesmas tahun ini yang
sudah baik ditingkatkan lagi untuk
Puskesmas harus dilaksanakan setiap
tahun-tahun kedepan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2008. Juknis SPM Bid
Kesehatan. Jakarta: Biro Hukum dan
Organisasi Setjen Depkes RI.