DI SUSUN OLEH :
1. APRILLIA KRISNAWATY 201510084
2. FUTRI YUDHA WIRANTI 201510048
3. HENDRYADI EKA PUTRA 201510022
4. MIFTAHUL JANNAH 201510005
5. PUTRI INDRIANI RIFQOH 201510088
6. PUSPA POLA SAFITRI 201510017
7. REZKY KURNIATI 201510002
8. ROYYANSYAH HARAHAP 201510079
1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. atas segala rahmat dan
karunia-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan Pengalaman Belajar Lapangan
(PBL) 1 dan membuat laporan kegiatan PBL 1 ini dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa terlaksananya kegiatan PBL 1 dan penulisan
laporan PBL 1 ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Bapak Dr. Doddy Irawan, S.T., M.Eng selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Pontianak
2. Ismael Saleh, SKM, M.kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pontianak
3. Ibu Dr. Linda Suwarni, S.KM., M.Kes selaku pembimbing Fakultas Pengalaman
Belajar Lapangan (PBL) 1
4. Ibu Otik Widyastutik, S.KM, MA selaku reviewer seminar hasil Pengalaman
Belajar Lapangan (PBL) 1
5. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pontianak yang telah membekali dengan pengetahuan dan
memberi pelayanan akademik
6. Kepala kelurahan Siantan Hulu dan kepala Puskesmas Siantan Hulu yang telah
memberikan data sekunder dan bantuan selama kegiatan Pengalaman Belajar
Lapangan (PBL) 1
7. Masyarakat setempat (responden), tokoh agama, tokoh masyarakat dan kader
posyandu di kelurahan Siantan Hulu yang telah membantu hingga
terselesaikannya laporan Pengalaman Belajar Lapanga (PBL) 1
Dalam pemulisan laporan PBL 1 ini tentulah terdapat banyak kekurangan.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para Dosen Penguji dan Pembaca
agar laporan ini layak sebagai sebuah Karya Tulis Ilmiah.
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... 3
BAB I ................................................................................................................................................ 5
PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 5
I.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 5
I.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 6
I.3 Tujuan ................................................................................................................................ 6
BAB II .............................................................................................................................................. 7
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................................. 7
II.1 Kajian Pustaka ................................................................................................................ 7
II.2 Kerangka Teori................................................................................................................ 9
BAB III ........................................................................................................................................... 11
METODOLOGI KEGIATAN ................................................................................................. 11
III.1 Desain Kegiatan ........................................................................................................... 11
III.2 Waktu dan Tempat Kegiatan ..................................................................................... 11
III.3 Sasaran Kegiatan ......................................................................................................... 11
III.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ............................................................... 12
III.5 Teknik Pengolahan dan Penyajian Data .................................................................... 12
III.6 Analisis Data ................................................................................................................. 13
BAB IV ........................................................................................................................................... 17
HASIL KEGIATAN ................................................................................................................. 17
IV.1 Gambaran Lokasi Kegiatan ........................................................................................ 17
IV.2 Gambaran Proses Kegiatan ........................................................................................ 18
IV.3 Analisis Situasi.............................................................................................................. 19
IV.4 Hasil Lokakarya ........................................................................................................... 41
BAB V............................................................................................................................................. 42
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................................. 42
V.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 42
V.2 Saran ............................................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 43
LAMPIRAN ................................................................................................................................... 46
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
kepala puskesmas, kepala desa, bidan desa, tokoh masyarakat serta tokoh agama
untuk memperkuat data primer dan sekunder. Hasil dari pencarian tersebut akan
dibahas pada kegiatan Lokakarya Mini untuk menentukan prioritas masalah
kesehatan masyarakat dilokasi kasus yaitu Kelurahan Siantan Hulu dan program
yang akan kami lakukan sebagai intervensi, kegiatan pengalaman belajar lapangan
ini diharapkan dapat memberi solusi kepada masyarakat yang menjadi lokasi kasus
serta membantu pihak desa dan Puskesmas dalam menyelesaikan masalah stunting
yang ada di Kelurahan Siantan Hulu.
I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan ini, yaitu sebagai berikut :
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
keluarga dan keadaan lingkungan di rumah. Balita dinyatakan pendek apabila
pengukuran antropometri berdasarkan indeks TB/U menunjukkan nilai Zscore ≥-
3,0 sampai dengan skor <-2,0 dan dinyatakan sangat pendek apabila nilai Zscore <-
3,0.
Landasan teori yang dijadikan sebagai acuan adalah teori Blum, dalam teori
Blum (1974) ada 4 faktor yang dijadikan sebagai derajat kesehatan diantaranya
faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, faktor genetik dan faktor lingkungan.
Faktor-faktor tersebut memiliki peranan yang sangat besar dalam meningkatkan
status kesehatan baik individu maupun masyarakat. Faktor pertama yaitu perilaku,
perilaku seseorang memiliki peranan penting dalam menjaga status kesehatan,
karena kesadaran dalam pribadi seseorang harus dimunculkan untuk mencapai
budaya hidup bersih dan sehat sehingga terhindar dari berbagai penyakit. Faktor
kedua yaitu lingkungan, salah satu yang menjadi sumber berkembangnya suatu
penyakit yaitu karena kondisi sanitasi lingkungan yang buruk dan dapat
membahayakan kesehatan masyarakat kita. Penumpukan sampah yang tidak
dikelola dengan benar dapat menjadi penyebab. Tempat pelayanan kesehatan
sendiri memiliki beberapa program terkait dengan pemeliharaan sanitasi
lingkungan untuk mencegah terjadinya berbagai penyakit, namun masih terkendala
dengan jumlah tenaga kesehatan lingkungan yang masih kurang memadai. Faktor
ketiga yaitu pelayanan kesehatan yang menjadi penunjang dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terbaik
sangat dibutuhkan masyarakat untuk mencegah dan menurunkan angka Stunting.
Faktor keempat yaitu genetik, yang perlu diperhatikan yaitu bagaimana cara
meningkatkan kualitas generasi muda mendatang yang memiliki kompetensi dan
kreatifitas tinggi. Mencapai tujuan tersebut, perlu diperhatikan status gizi balita
yang dapat meningkatkan perkembangan otak anak. Pada kenyataannya di
Indonesia masih banyak ditemukan kasus gizi buruk yang mengakibatkan risiko
sakit pada anak. Pemeriksaan tumbuh kembang anak harus dilakukan secara rutin
dan mendeteksi dini status gizi agar menghindari kasus gizi buruk maupun obesitas
terjadi, hal ini memperlihatkan bahwa perilaku manusia mempunyai konstribusi
yang besar (Notoatmodjo, 2003).
8
II.2 Kerangka Teori
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) 1 merupakan proses belajar untuk
mendapatkan kemampuan professional kesehatan masyarakat yang merupakan
kemampuan spesifik seorang tenaga profesi bidang kesehatan masyarakat, yaitu :
9
PERILAKU
Perilaku PHBS
KETURUNAN
Perilaku Merokok
Tinggi badan Ibu
Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian MP ASI
Jarak Kelahiran
STUNTING
LINGKUNGAN
PELAYANAN KESEHATAN
Rumah Sehat
Cakupan Imunisasi
Jamban Sehat
Pengobatan Penyakit
Kepadanan Hunian
Infeksi
Persen Ventilasi
ANC (Antenatal Care)
Sanitasi Lingkunagn
10
BAB III
METODOLOGI KEGIATAN
III.1 Desain Kegiatan
Kegiatan ini mengunakan Desain Observasional Deskriptif merupakan studi
yang mempelajari prevalensi, distribusi, maupun paparan dengan cara mengamati
status paparan, penyakit, atau karakteristik terkait kesehatan. Menggunakan teknik
deskriptif yang bertujuan untuk menyajikan gambaran mengenai fenomena atau
kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan
dengan masalah.
3. Lokakarya Mini
2. Sampel
Riduwan (2010:56) mengatakan bahwa : “Sampel adalah bagian dari
populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan di teliti”. Hal
ini berarti sampel mesti diperoleh dari suatu populasi yang akan di teliti, sehingga
11
diperlukannya suatu cara untuk menentukan sampel yang akan diberikan perlakuan
dari populasi yang ada.
a. Data sekunder
b. Data primer
Teknik dalam pengumpulan data primer dengan survei derajat kesehatan
dengan kuisioner pada responden dan observasi langsung ke masyarakat
dengan purposive sampling.
c. In-depth Interview
Data yang di dapatkan dengan cara wawancara mendalam yang bertujuan
untuk memperkuat data seknder dan data primer yang telah di kumpulkan.
1. Editing
12
Editing adalah memerikasa data yang telah dikumpulkan baik berupa daftar
pertanyaan, kartu KTP, atau Kartu Keluarga. Yang dilakukan pada kegiatan ini
adalah melakukan pemeriksaan data atau pengecekan kuisioner apakah sudah
lengkap atau belum sebelum didisimpan didraf sementara ke akun KoBoCollect.
2. Cleaning
3. Upload
Selanjutnya data yang sudah dicek kembali, langsung diUpload oleh peneliti
keakun KoBoCollect.
4. Penyajian Data
Penyajian data yang di gunakan oleh kelompok adalah dalam bentuk grafik, matrik
justifikasi masalah dan interpretasi.
13
kepemilikkan jamban pribadi, pengelolaan air, penyimpanan air dan sumber air
minum.
2. Literature Review
a. Karakteristik Balita
Anak yang memiliki riwayat BBLR berisiko 2,1 kali lebih besar
daripada anak yang tidak BBLR untuk mengalami stunting. Hasil penelitian
didukung oleh Akombi (2017) di Nigeria, menyebutkan risiko stunting lebih
besar pada anak yang mengalami. Balita yang sering menderita penyakit
infeksi cenderung lebih berisiko mengalami stunting. Pada balita, perilaku
hidup bersih dan sehat merupakan perilaku yang penting untuk mencegah
terjadinya berbagai penyakit terutama penyakit infeksi. Penyakit infeksi
yang disertai dengan diare dan muntah akan menyebabkan terjadinya
malabsorbsi zat gizi dan hilangnya zat gizi balita. Apabila hal ini tidak
segera ditangani dan diimbangi dengan asupan gizi yang seimbang maka
akan terjadi gagal tumbuh pada balita. Salah satu faktor risiko terjadi
stunting adalah riwayat prematur pada bayi. Kelahiran prematur akan
menyulitkan awal kehidupan bayi dikarenakan bayi lahir sebelum masa
kehamilan berakhir.
b. Karakteristik Ibu
Penelitian di Mesir menunjukkan bahwa anak yang lahir dari ibu
yang memiliki tinggi badan <150 cm beresiko untuk tumbuh menjadi anak
stunting. Pada setiap kunjungan Antenatal Care (ANC) petugas
mengumpulkan data dan menganalisis kondisi ibu melalui pemeriksaan fisik
untuk mendapatkan diagnosis kehamilan serta ada tidaknyan masalah atau
komplikasi kehamilan.
14
kejadian stunting pada balita. Pelayanan kesehatan yang kurang baik juga
berdampak pada status imun dan juga sanitasi lingkungan.
e. Riwayat Imunisasi
Kurangnya pengetahuan ibu tentang imunisasi dapat dicegah dengan
pemberian penyuluhan tentang imunisasi dasar lengkap kepada ibu. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi kelengkapan imunisasi antara lain
pengetahuan, tingkat pendidikan, status pekerjaan, pendapatan keluarga,
jarak dan keterjangkauan tempat pelayanan kesehatan, usia ibu dan jumlah
anak. Menurut teori, imunisasi adalah suatu upaya untuk meinimbulkan atau
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit,
sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan
sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Imunisasi merupakan proses
menginduksi imunitas secara buatan baik dengan vaksinasi (imunisasi aktif)
maupun dengan pemberian antibiotic (imunisasi pasif).
Tidak lengkapnya imunisasi menyebabkan imunitas balita menjadi
lemah, sehingga mudah terserang infeksi. Anak yang mengalami infeksi jika
dibiarkan maka dapat berisiko menjadi stunting. Jika anak tidak
mendapatkan imunisasi dasar lengkap dapat meningkatkan terjadinya risiko
kejadian stunting. Hal ini dibuktikan risiko terjadinya stunting. Jika seorang
anak mendapatkan imunisasi dasar lengkap maka anak dapat meningkatkan
kekebalan tubuh dan dapat terhindar dari penyakit stunting.
f. IMD, ASI Eksklusif MPASI
Menurut UNICEF Framework faktor penyebab stunting pada balita
salah satunya yaitu asupan makanan yang tidak seimbang. Asupan makanan
yang tidak seimbang termasuk dalam pemberian ASI eksklusif yang tidak
diberikan selama 6 bulan. Anak yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif
mempunyai risiko 2,3 kali lebih besar mengalami stunting daripada anak
yang mendapatkan ASI Eksklusif. Hal ini didukung oleh penelitian
Alrahmad (2010), menunjukkan bahwa bayi tidak mendapatkan air susu ibu
selama 6 bulan, risiko terjadinya stunting empat kali lebih besar daripada
bayi diberi air susu ibu selama 6 bulan.
Bayi berusia 0-6 bulan, hanya memerlukan Air Susu Ibu (ASI) saja
sebagai nutrisi utama. Setelah 6 bulan, dapat diberikan Makanan
Pendamping ASI (MPASI). Bayi berusia >6 bulan memerlukan MP-ASI
sebagai nutrisi tambahan untuk pertumbuhan optimal. Salah satu
permasalahan dalam pemberian makanan pada bayi adalah terhentinya
pemberian air susu ibu (ASI) dan pemberian MP-ASI dini. Pola asuh
pemberian makanan oleh orang tua mempengaruhi status gizi balita.
Semakin baik pola asuh yang diberikan orang tua semakin baik pula status
gizi balita begitupun sebaliknya jika pola asuh orang tua kurang baik dalam
pemberian makanan maka status gizi balita akan terganggu.
g. KIE Stunting
15
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana
dapat diasumsikan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang
tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Pendidikan yang rendah
tidak menjamin seorang ibu tidak mempunyai pengetahuan yang cukup
mengenai gizi keluarganya. Adanya rasa ingin tahu yang tinggi dapat
mempengaruhi ibu dalam mendapatkan informasi mengenai makanan yang
tepat untuk anak.
Sebagian besar tingkat pengetahuan tentang stunting ibu tergolong
rendah. Hal tersebut dapat disebabkan rendahnya tingkat pendidikan ibu,
adanya sikap kurang peduli atau ketidakingintahuan ibu tentang gizi.
Penyuluhan dengan metode brainstorming merupakan stimulus atau objek
yang dapat memberi pengaruh pada responden untuk bersikap sesuai dengan
pesan atau isi dari diskusi yaitu pengetahuan mengenai stunting.
16
BAB IV
HASIL KEGIATAN
IV.1 Gambaran Lokasi Kegiatan
Siantan Hulu merupakan Kelurahan yang berada di kecamatan Pontianak Utara,
Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat dengan Luas Wilayah 107,80 km².
Potensi sumber daya manusia Perempuan sebanyak 29.196 orang dan Laki – laki
30.456 orang, dengan total penduduk 59.625 orang. Dengan mata pencaharian
terbanyak yaitu karyawan perusahaan swasta sebanyak 9.366 orang. Dan sumber
daya alam terbanyak yaitu Pepaya dan Nangka.
Wilayah kerja UPT Puskesmas Telaga Biru yang terdiri dari 1 buah kelurahan
yaitu kelurahan Siantan Hulu termasuk dalam wilayah kecamatan Pontianak Utara
Provinsi Kalimantan Barat. Puskesmas Telaga Biru terletak di Jalan 28 Oktober
Kelurahan Siantan Hulu yang mempunyai luas wilayah kerja 5 km², sedangkan
jumlah RT/RW yang di bina terdiri dari 19 RW/89 RW. Yang berbatasan dengan :
17
IV.2 Gambaran Proses Kegiatan
Pengumpulan data
sekunder
Pengumpulan data
primer
Indepth Interview
Penyusunan
Laporan Kegiatan
Seminar hasil
kegiatan
18
IV.3 Analisis Situasi
1. Data Primer
Tabel IV.1 Distribusi dan Frekuensi Responden
Berdasarkan Karakteristik Balita
No KARAKTERISTIK BALITA N %
1 Berat Badan Lahir BBLR 9 11,3
Non BBLR 71 88,8
2 Panjang Badan Lahir Sangat Pendek 63 78,8
Pendek 17 21,3
3 Jarak Kelahiran < 2 Tahun 33 41,3
> 2 Tahun 47 58,8
4 Usia Kelahiran Prematur 2 2,5
Non Prematur 78 97,5
5 Riwayat Penyakit Infeksi Pernah 73 91,3
Tidak Pernah 7 8,8
19
> 150 cm 55 68,8
3 Usia Menstruasi Pertama Normal 80 100.0
Tidak Normal 0 0
4 Usia Kehamilan Pertama < 20 Tahun 16 20.0
20-35 Tahun 61 76,3
> 35 Tahun 3 3,8
5 Ukuran LILA Resiko KEK 10 12,5
Tidak Beresiko KEK 70 87,5
20
2 Pelayanan KIE Calon Iya 43 53,8
Pengantin atau Masa Tidak 30 37,5
Sekolah Tidak Ingat 7 8,8
3 Pemeriksaan Status Gizi dan Iya 32 40,0
Tanda Anemia Tidak 33 41,3
Tidak Ingat 15 18,8
21
> 6 Bulan 58 72,5
5 Usia Pemberian MPASI < 6 Bulan 0 0
> 6 Bulan 80 100.0
22
Berdasarkan tabel diketahui bahwa sebagian besar responden yang sebagian
besar tidak mengelola sampah (56,3%), kepemilikan jamban pribadi dirumah
tangga (95%), sumber air minum terbanyak yaitu air kemasan (55%), pengelolaan
air minum yang dikelola dengan cara dimasak atau direbus (86,3) dan penyimpanan
air minum rata-rata tertutup (100%).
2. Data Sekunder
Data Sekunder yang didapatkan berasal dari Puskesmas Telaga Biru, Dinas
Kesehatan Kota Pontianak dan Kelurahan Siantan Hulu. Adapun data yang
didapatkan adalah sebagai berikut :
23
18. RW/RT : 37/6 = 01,02,03,04,05,06
19. RW/RT : 39/4 = 01,02,03,04
3 Jumlah penduduk di wilayah 1. perempuan : 10.400 jiwa
UPT Puskesmas telaga biru 2. laki-laki : 10.343 jiwa
4 Tingkat Pendidikan Tidak tamat SD = 5231
SD/MI = 13036
SLTP/Mts = 4718
SLTA/Ma = 13330
Ak/Diploma = 931
Universitas = 1901
5 Gizi Buruk 2019 = 9 Kasus
2020 = 5 Kasus
2021 = 2 Kasus
6 ISPA 2019 = 3963 Kasus
2020 = 1278 Kasus
2021 = 127 Kasus
24
L 30 Sangat Pendek 2 17 KEMUNING
L 42 Pendek 2 24 KEMUNING
L 27 Pendek 3 24 KEMUNING
P 43 Sangat Pendek 2 24 KEMUNING
L 31 Pendek 3 24 KEMUNING
P 36 Sangat Pendek 4 22 KENANGA
L 34 Pendek 4 22 KENANGA
L 40 Pendek 4 22 KENANGA
L 25 Pendek 1 14 MUTIARA
L 42 Pendek 7 14 MUTIARA
P 44 Pendek 7 14 MUTIARA
P 14 Sangat Pendek 7 14 MUTIARA
L 31 Pendek 2 27 MUTIARA
L 36 Pendek 1 14 MUTIARA
L 26 Pendek 1 14 MUTIARA
L 31 Pendek 4 39 PERMATA
L 31 Pendek 5 39 PERMATA
P 43 Pendek 4 39 PERMATA
L 40 Pendek 1 17 RW 17
P 29 Pendek 1 17 RW 17
L 28 Sangat Pendek 1 17 RW 17
P 28 Pendek 1 17 RW 17
P 34 Pendek 1 17 RW 17
L 15 Pendek 1 17 RW 17
P 20 Sangat Pendek 1 17 RW 17
L 35 Sangat Pendek 1 17 RW 17
P 27 Pendek 4 17 RW 17
L 21 Pendek 1 4 RW 17
L 23 Pendek 3 17 RW 17
P 24 Pendek 3 17 RW 17
P 31 Pendek 1 17 RW 17
L 38 Pendek 4 17 RW 17
L 37 Pendek 2 14 SIRSAK MADU
L 13 Sangat Pendek 3 19 TERATAI
P 19 Pendek 1 20 TERATAI
L 60 Pendek 2 20 TERATAI
L 14 Pendek 2 20 TERATAI
P 33 Pendek 2 20 TERATAI
L 41 Pendek 2 20 TERATAI
P 9 Pendek 1 36 TERATAI
L 31 Pendek 4 20 TERATAI
Sumber : Puskesmas Telaga Biru
25
b. Dinas Kesehatan Kota Pontianak
Tabel IV.11 Data Stunting Dinas Kesehatan Kota Pontianak
Berdasarkan Posyandu
JK USIA STATUS RT RW POSYANDU
L 31 Pendek 2 25 -
P 32 Sangat Pendek 2 2 SAKURA
L 25 Sangat Pendek 2 2 SAKURA
L 38 Pendek 1 2 SAKURA
P 36 Sangat Pendek 3 2 SAKURA
P 16 Pendek 2 2 SAKURA
P 44 Pendek 5 3 MAWAR
P 35 Pendek 2 3 MAWAR
P 39 Pendek 2 3 MAWAR
P 23 Sangat Pendek 2 2 SAKURA
L 45 Pendek 4 4 MATAHARI
L 31 Pendek 5 5 KENANGA
P 14 Pendek 1 5 KENANGA
L 16 Pendek 4 29 KACA PIRING
P 26 Sangat Pendek 4 27 ASOKA
P 10 Pendek 2 4 MATAHARI
L 17 Pendek 4 29 KACA PIRING
L 40 Pendek 1 6 BUGENVIL
L 27 Pendek 4 29 KACA PIRING
L 34 Pendek 4 27 ASOKA
P 6 Pendek 1 4 MATAHARI
P 15 Pendek 1 4 MATAHARI
P 27 Pendek 2 4 MATAHARI
L 4 Pendek 2 4 MATAHARI
L 26 Pendek 1 6 BUGENVIL
L 21 Sangat Pendek 1 5 KENANGA
L 31 Pendek 3 24 -
L 36 Pendek 4 26 ASOKA
L 49 Pendek 4 4 MATAHARI
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Pontianak
26
2 Luas Tanaman Buah – Buahan Menurut 1. nenas = 2,00 Ha (10,00 Ton/ha)
2. pepaya = 2,00 Ha (15,00 Ton/ha)
Komoditas
3. belimbing = 0,50 Ha (8,00 Ton,ha)
4. pisang = 1,00 Ha (5,00 Ton/ha)
5. limau = 0,50 Ha (2,00 Ton/ha)
6. jambu air = 0,50 Ha (12,00 Ton/ha)
7. nangka = 0,50 Ha (15,00 Ton/ha)
8. sirsak = 0,50 Ha (10,00 Ton/ha)
9. melinjo = 0,50 Ha (5,00 Ton/ha)
10. rambutan = 0,50 Ha (8,00 Ton/ha)
11. mangga = 0,50 Ha (10,00 Ton/ha)
3 Jenis Populasi Ternak 1. sapi = 31 orang (147 ekor)
2. babi = 1 orang (98 ekor)
3. ayam kampung = 3215 orang (9645 ekor)
4. jenis ayam broiler = 53 orang (16502 ekor)
5. bebek = 15 orang (155 ekor)
6. kambing = 50 orang ( 79 ekor)
7. burung puyuh = 1 orang ( 1350 ekor)
4 Sumber Air Bersih 1. sumur gali = 617
2. PAM = 3.085
3. sungai = 0
4. bak penampung air hujan = 8.639
5. depot isi ulang = 0
5 Jumlah Penduduk 1. jumlah laki – laki = 30456 orang
2. jumlah perempuan = 29196 orang
3. jumlah total = 59652 orang
4. jumlah kepala keluarga = 17105 KK
5. kepadatan penduduk = 6.483,91 per KM
6 Tingkat Pendidikan 1. tidak / belum sekolah = 15.321
2. belum tamat SD / sederajat = 5.231
3. tamat Sd / sederajat = 13.036
4. tamat SMP / sederajat = 9.436
5. tamat SMA / sederajat = 13.330
6. tamat Perguruan Tinggi = 3.268
7 Mata Pencarian Pokok 1. karyawan perusahaan pemerinyah = 9.366
2. wiraswasta = 2.991
3. pegawai negeri sipil = 973
8 Etnis 1. batak = 5.964
2. melayu = 20.877
3. sunda = 1.788
4. jawa = 7.166
5. madura = 5.368
6. dayak = 4.771
7. bugis = 4.174
8. ambon = 1.192
9. china = 5.967
10. makassar = 2.385
9 Sanitasi 1. sumur resapan air rumah tangga (rumah)
= 8.700 KK / rumah
27
2. MCK umum (unit) = 2 unit
3. jamban keluarga (KK) = 12.263 KK
4. saluran drainase/saluran pembuangan air
limbah = ada
5. kondisi saluran drainase/saluran = kurang
memadai
10 Prasarana dan Sarana Kebersihan 1. tempat pembuangan sampah (TPS) = 4
lokasi
Sumber : Profil Kelurahan Siantan Hulu
28
Pukul 08.34 WIB
“Tersebar dari 133 menjadi 100 yg masuk kategori pendek dan 33 sangat pendek
tersebar ke 20 RW di telaga biru tetapi data ini sudah berkurang dengan seiringnya
tahun. kemudian jika kita ingin menemukan stunting yang sesuai dengan kriterianya
sebenarnya belum bisa ditemukan karna stunting itukan istilahnya dia sudah
mengalami gangguan gizi berat dan mengganggu sistem-sistem kerja tubuh seperti
otak, fisik dan lainnya yang sudah bermasalah yang benar-benar sesuai dengan
diagnosisi stanting itu belum ada yang diwilayah kita itu resiko stunting jika tidak kita
tangani dia akan mengarah ke stanting. Faktor-faktornya tentunya asupan gizi,
ekomoni keluarga yg mungkin tidak bisa menyediakan asupan gizi yg baik mulai dri
remaja, kemudian hamil dari kehamilan kemudian calon balita. Serta ada juga faktor
lain faktor pendidikan pengetahuan makanya ini sangat perlu kita edukasi walaupun
orang tua yang berkecukupan menyedian pangan yg bergizi tetapi tidak mengerti soal
gizi tentu sangat berpengaruh juga kearah kurang gizi atau stunting. Dan faktor lainnya
yaitu penyakit yang berpengaruh seperti baik itu dari dalam maupun yang didapat,
penyakit apasi yg dapat menyebabkan terkendalanya asupan kemudian terjadinya
stunting itu bisa dari infeksi, anemia dan lainnya. Untuk upaya yg dilakukan
penanganan stanting dalam lingkup kerja kita saat ini sudah diadakan dari awal
melakukan edukasi-edukasi, pelayanan kesehatan reproduksi terhadap remaja (remaja
putri) disekolah-sekolah dan untuk tahun 2022 kita sudah mempunyai satu posyandu
remaja yg sudak SK sudah komplit sudah kita jalankan 1 tahun dari 2022 yg paling
banyak 12 kali dalam 1 tahun dan untuk ditahun ini kita akan bentuk 4 posyandu remaja
dan total posyandu remaja di lingkup kerja kita sampai tahun 2023 menjadi 5 posyandu
remaja. Kemudian kita juga mengadakan edukasi kesekolah-sekolah dari smp sma
materi yg kita susun kesehatan produksi kemudian seksual, tentang gizi seperti tablet
tambah darah pada remaja putri disitu kita berikan dalam pelaksanaannya bisa kita
lakukan sebanyak 4 kali dalam satu bulan. Kemudian kita juga ada kegiatan aksi bergizi
disitu ada edukasi tentang gizi terus sarapan bersama yang mana kita melibatkan
sekolah maupun keluarahan kader-kader tentu juga camat yg bisa untuk medukung
kegiatan kita dilapangan itu bisa menjadi pencegahan dri stanting untuk generasi
penerus bangsa ini yg sehat dari stanting dari penyakit-penyakit seperti anemia serta
gizi yg berkecukupan sebagai calon ibu yg baik. Kemudian kita juga melayanin catin
yaitu calon oengantin kite melakukan skrining catin melakukan pemeriksaan fisik,
laboratorium apakah dia ada permasalahan atau tidak kemudian penangan jika terjadi
permasalahan dan memberikan konseling pra nikah. Materi tentang jika terjadi
kehamilan seperti apa, perawatannya juga seperti apa, materi kb, disampaikn tentang
mitos-mitos, petugasnya melibatkan bidan, perawat, pijit, dokter (2 orang yg turun
untuk satu bulan di KUA) ini salah satu upaya untuk catin, jadi setelah catin (menikah)
lalu terjadi kehamilan, pada saat hamil kita melayani sesuai dengan kapasitas dari
puskesmas, tentunya di dalam gedung kita melakukan pemeriksaan mulai dari
screening awal, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, mendiagnosis apakah
nanti penangannya seperti apa, kalau normal seperti apa, kalau partologid seperti apa.
Kemudian untuk penanganan ibu hamil tentunya ke tablet tambah darah tetap kita
berikan setiap berkunjung sesuai dengan usia kehamilan dan ada juga panduannya,
kalau mual-mual di awal tentunya tidak tetapi kita tetap mengedukasi ibunya, tentang
gizi makanan yang baik untuk janin walaupun terjadi muntah-muntah supaya janinnya
tetap tumbuh dan berkembang dengan baik. untuk kegiatan-kegiatan luar gedung kita
melaksanakan seperti kegiatan di posyandu yg ada kunjungan ibu hamil, kunjungan
29
rumah, bagi ibu hamil yang beresiko tentunya dia mengalami gangguan ada masalah
di kehamilannya itu kita kunjungi dan juga ibu hamil yang tidak melakukan
pemeriksaan terlebih dahulu kita bekerjasama dengan kader untuk mendata ibu hamil
yang ada di wilayah kita yang mana yang tidak periksa ke puskesmas, kemudian kita
ada melalukan stikerisasi P4K yaitu kunjungan-kunjungan dengan pemberdayaan
kader, kegiatan kelas ibu hamil di masyarakat disitu kita membuat suatu kelompok
belajar ibu hamil yang terdiri dari maks 10 orang ibu hamil atau suaminya juga bisa
ikut atau juga yang di dampingi orang tua jika lebih dari 10 maka tidak efektif dalam
penyampaian materi jadi disitu suatu tempat pembelajaran untuk ibu hamil mulai dari
satu kelompok 4 kali pertemuan yang mana kita berikan materi pertama yaitu tentang
kehamilan, psiologis kehamilan (jika hamil muda apa saja keluhan-keluhannya, apakah
ini psiologis atau patologis) kemudian keluhan awal ibu hamil yaitu mual, muntah,
pusing dan sebagainya kalau trimester semakin besar keluhan yang ini hilang timbul
keluhan berikutnya seperti sakit pinggang, susah tidur, sering kencing malam dan
sebagainya apakah ini normal atau tidak harus kita edukasi dengan ibu hamil supaya
dia tau jadi dia tidak merasa begitu beban dengan dirinya jadi dia juga mengetahui
tentang hal itu bahwa hal itu adalah normal yang terjadi dengan ibu hamil dan juga kita
menyampaikan hal-hal yang patologis, jadi tujuan dari kelas ibu itu adalah selama
kehamilan ibu menjalani dengan nyaman dan untuk proses persalinan ibu dan anak
selamat, untuk pertemuan yang kedua kita menyampaikan tentang persalinan apa itu
tanda-tanda persalinan, seperti apa dan apa saja yang dibutuhkan pada saat proses
persalinan, biaya persalinan sudah disiapkan belum, transportasi persalinan sudah
disiapkan belum, kemudian mau bersalin di mana, tentunya yang sangat kita inginkan
adalah persalinan di fasilitas kesehatan, materi yang ketiga tentang perawatan bayi
yang baru lahir dan tentang nifas,jadi masa nifas itu sampai berapa hari, apa saja
keluhan masa nifas, istilah patologis di masa nifas itu seperti apa (apakah normal atau
tidak), kemudian ke perawatan bayi baru lahir, mulai dari menyusukan, IMD nya,
perawatan tali pusar, pemberian makanan untuk bayi hingga balita dan penyakit
penyakit yang mungkin timbul, pertemuan ke empat menjelaskan tentang mitos yang
sering terdengar di masa kehamilan, persalinan, tentang makanan seperti makanan ini
tidak boleh takutnya menimbulkan ini kita memastikan bahwa hal-hal seperti itu adalah
mitos, kemudian kita menyampaikan tentang akte kelahiran jadi bagaimana pun anak
ini harus diakui dengan mempunyai akte kelahiran dan KK dan sebagainya. Upaya-
upaya yang lain tentunya selain dari yang tadi kita bekerja lintas Sektoral. Kemudian
kita masuk ke dalam program program lintas sektoral juga ikut berperan serta baik itu
dari DP2Kb maupun dari kelurahan dan kecamatan mereka punya program-program
tersendiri untuk penanganan stunting. Jika di kelurahan Ada program program yang
melibatkan kita kita akan turun dan kita siap membantu program program di kelurahan
dan kecamatan, kemudian di DP2KB stunting ini turunnya langsung dari BKKBN
penanganan stunting ini Puskesmas hanya terlibat seperti tim TPK, dibentuk dari tim
dari DP2KB, DPK itu adalah tim pendamping keluarga yang terdiri dari kader KB,
kader PKK, puskesmas (bidan, gizi dan tenaga yang lain) karena disitu dia punya peran
kalau kader KB ini dia akan mendata catin kemudian kader PKK akan mendata
stunting. Dari Puskesmas akan melakukan kunjungan atau pemeriksaan pada ibu hamil
sebanyak 8 kali di satu kasus di wilayah kerjanya, tim inilah mestinya harus
bekerjasama dengan baik untuk mendampingi keluarga. Tujuan nya itu hanya sebatas
untuk pemberdayaan masyarakat, jadi istilahnya kalo masyarakat punya ilmu dan
pengetahuan, diberikan ilmu cara pengolahan makanan seperti apa sih untuk balita
30
stunting atau ibu hamil, untuk mencegah ini makananya seperti ini, banyak sekali
program Puskesmas, untuk tahun 2023 ini tim TPK akan di SK-kan oleh walikota,
kalau kemarin kita hanya ditugaskan dari Puskesmas untuk Puskesmas masukan dalam
satu Tim di kelurahan, jadi Tim ini di dalam satu keluhan itu satu, bagi yg lokus
stunting bisa lebih dari 1 tim (1 tim terdiri dari 3 org) ini lah yang bekerja sama untuk
mendampingi warga di dalama penangan stunting”.
3 Kader Posyandu
Narasumber : Ibu Poni Rahayu
Pewawancara : Aprillia Krisnawaty
Pontianak, 31 Januari 2023
Pukul 09.13 WIB
“Stunting di sini tidak terlalu sih, kalau faktor itu kalau anak anak sudah pandai makan
itu kadang susah susu ya susu, kadang ada juga yang tidak mau makan sama sekali
menyebabkan perkembangan nya terganggu. Upayanya mungkin cemilan anak-anak
di ganti dengan cemilan sehat seperti buah, sekarang anak susah makan sayur, jadi
kalau bisa orang tua me mix makanan dengan buah, sebenarnya ini belum efektif
karena untuk mengajak anak makan itu kalau ibu nya tidak rajin ya susah, jadi faktor
orang tua yang rajin juga bisa mencegah kejadian stunting. Stunting tidak hanya saat
lahir, tapi juga perkembangan saat hamil, jadi untuk ibu hamil bisa tetap bisa jaga pola
makan, vitamin bisa di asup dari pertama kehamilan sampai anak lahir, jadi setidaknya
nya bisa mencegah. Terus stunting tidak hanya dari faktor gizi faktor keturunan juga
ada”.
4 Tokoh Masyarakat
Narasumber : Ibu Susan
Pewawancara : Aprillia Krisnawaty
Pontianak, 31 Januari 2023
Pukul 12.43 WIB
“Tradisi zaman-zaman dulu kayak ibu hamil bawa paku, kayak peniti tu tapi tergantung
orang mau memakai atau tidak. Makanan ya disini maksudnya buah buahan atau apa
kalau kayak makanan ya nasi, ubi, kates, ubi rambat, pisang, kan disini banyak
perkebunan kayak jagung dengan nanas. Potensi penyakit biasanya gatal-gatal air nya
kan di sini sudah tercemar Pampers, buang sampah, perut-perut ikan, cuci piring, di
parit kami mandi di situ juga jadi penyakit itu gatal-gatal juga ada. Stunting itu sangat
berbahaya stunting tidak bisa tinggi lagi kan, jadi kalau bisa itu di kasi makanan kayak
telur, supaya anak-anak itu bisa tinggi lagi makan-makanan yg bergizi lah soalnya
kasian kalau rendah dia mau masuk apa dia mau masuk apa kan di ukur tinggi. Gizi
berpengaruh pada tinggi badan biasanya ada anak yang stunting pintar tu ada cuma kan
istilahnya kalau misalnya yang bodoh jadi dahlah bodoh pendek agik lengkaplah.
Biasanya si faktor yang mempengaruhi tuh kurang makanan yg kurang gizi saat hamil
31
ataupun keturunan yg minum susu itu kurang mereka ni yg kekurangan perekonomian
disini kan mayoritas orang berkebun sama kerja pembangunan ada juga kalau misal
seandainya kalau berkebun ni kalau banjir kebun-kebun mereka ni tenggelam. Kalau
memperhatikan makanan mereka tu seadanya Mereka makan memang pendapatan
orang tua disini sangat-sangat minim jadi mereka makan-makanan bergizi tu jadi saya
sebaga kader sebenarnya makanan tambahan itu kan tidak ada lagi kan di puskesmas
jadi saya tetap kasi dengan menggunakan uang pribadi saya mereka di kasi kacang
hijau saja sudah senang makanya saya bilang bagaimana mengurangi stunting tapi
makanan tambahan saja di situ di tiadakan bagaimana kalau misalnya ada stunting di
situ, istilahnya puskesmas nyuruh bagaimana caranya menurunkan stunting anak-anak
sedangkan makanan tambahan sudah di tiadakan bantuan tersebut sudah tidak ada lagi
jadi kita sebagai kader kasihan melihatnya kendala yg sering terjadi tu kendaraan tidak
ada, anaknya tidur, jarak yang jauh terus hujan. Faktor makanan, makanya istilahnya
seharusnya anak-anak tu makanannya yg bergizi, faktor ekonomi juga seadanya
mereka lah makan harus ada ikan harus ada daging disini endak soalnya kita lihat
ekonomi mereka kalau yg ekonomi cukup bisa hari-hari ganti menu tapi kalau hidup
mereka pas-pasan gimana kita mau nyuruh mereka telur lah yg paling utama biasa
sayur pakis di sayur kan dak ada istilahnya makanan tambahan seperti ayam, buah-
buahan memang di sini ekonomi agak kurang kita tidak bisa menyalahkan mereka
memang lah untuk anak perlu makanan sangat berpengaruh si”.
5 Tokoh Agama
Narasumber : Bapak Sujadi
Pewawancara : Aprillia Krisnawaty dan Hendryadi Eka Putra Suryadi
Pontianak, 10 Februari 2023
Pukul 14.03 WIB
“Umum nya org jawa tradisi yang masih ada tradisi jawa yaitu tradisi kenduri, kalau
orang meninggal sampai ada tahlilan sampai 7, 14, 21, 40 dan 100 hari dan 1 tahuanan.
Budaya yang ada yaitu kuda kepang yaitu budaya seni kemudian adat sura atau bedah
bumi atau bisa di bilang sedekah bumi, kemudian acara islam lainnya seperti ruahan,
isra mi'raj dan juga budaya gotong royong yang masih kental. Dan jika ada yang
mengadakan acara kenduri dan yang di undang tidak datang maka sebalik nya jika yang
di undang mengadakan acara kita juga tidak akan datang. Kalau ibu hamil di sini masih
ada pantangan, kalau istri saya hamil saya tidak boleh membunuh hewan, tidak boleh
benci sama orang nanti watak nya akan sama seperti orang yg di benci, ada budaya
yang hamil 4 bulan namanya ngapati, kalau 7 bulan tujuhbulani. Jika sudah lahir
aqiqah, kalau laki-laki kambing 2 kalau perempuan kambing 1 itu namanya ajaran dari
pada islam memusangkan paranikmati artinya kita dari mana mau ke mana di ikuti.
Mungkin nanas konon bisa menggugurkan kandungan, minuman keras, sering
bertengkar itu akan mempengaruhi cabang bayi. Jika saat hamil sering bertengkar anak
mu akan cengeng atau sering menangis. Disini yang banyak ubi kayu, pisang untuk
32
pangan lokal. Penyakit yang sering yaitu demam berdarah, biasa mutah ber, jika ada
penyakit bawaan bisanya jantung. Kalau ibu hamil yang kita tahu biasanya penyakit
kesalahan sendiri kadang di suruh periksa tapi tidak mau padahal sudah ada posyandu
nya, sehingga mengalami gizi kurang karena tidak mau USG, di sini saya lihat rata-rata
jaranglah mati. Ndak tau saya stunting, itu istilah apa itu? Saya kan bukan orang
kesehatan, kalau kesehatan kebun pertanian saya tau karna saya pertanian. Ini ya kita
disini ada 1 orang karna kurang gizi tapi kata orang kampung kena apa itu ya, kena
lengkua, anak itu kurus aja padahal sudah di kasi makan walaupun di kasi mkan enak
tidak gemuk, pernah terjadi pada adik saya itu dulu kecilnya juga begitu di obati org
melayu juga ya, memang dukun punya keahlian dokter pun juga punya keahlian, tapi
memggunakan jampu-jampu maka sembuh gemuk. Stunting berbahaya atau tidak ya
berhaya lah, kalau pendek jadi seperti pelawak itu ya bagaimana, hahaha. Maka sudah
kehilangan kesempatan jadi tentara, tapi tuhan kasi rezeki lain dgn menjadi pelawak.
Ini dampak nya nda ada sih, karena itu kaya penyakit kutukan apa ya kita ndak tau ya,
hanya satu aja di belakang ini bapak nya parkir udah tanya kemana-mana ke dokter,
saya ada kenalan orang melayu di obati sembuh, gimana lah aku tidak jadi ke dokter
itu juga harus percaya penyakit dia. Menurut saya kejadian itu sangat menyedihkan dan
memprihatinkan bagi orang tua dan lingkungan nyadia dan keluarganya, sehingga kita
juga prihatin kadang-kadang di sini ada iruran untuk orang yang tidak mampu. Ya
faktor nya mungkin, menurut saya orang-orang yang kena gitu kurang merawat
anaknya dan rata-rata lengah ujan panas di ajak keluar, katanya ada banyak jin, padahal
bukan, ya mungkin maklum biasa yang kejadian orang kaya gitu kurang gizi, dalam
hamil kurang berdoa, menurut saya di lingkungan ini di sini haya satu karena ekonomi
karena orang hamil kan perlu banyak gizi. Upaya nya kalau di sini kan posyandu, secara
medis dokter, di kasi makan makanan susu kacang. Belum efektif karena meyangkut
dana, karena itu harus setiap hari, kalau cuma di posyandu kurang efektif karena di kasi
nya tidak tiap hari, itu dari kita harus ada kegiatan-kegiatan penyuluhan karena yang
turun hanya posyandu dokter pun sebulan”.
Sumber : Indepth Interview
33
Sumber Data Primer Sumber Data Indepth Interview Literature Review
(Kobocollect) Sekunder
Karakteristik Balita : Karakteristik Balita : Karakteristik Balita : Karakteristik Balita :
Balita dengan Berat Kasus gizi buruk pada “Potensi penyakit Balita yang sering
Badan Lahir Rendah tahun 2019 = 9 kasus, yang sering terjadi menderita penyakit
sebanyak 11,3% ; 2020 = 5 kasus dan disini yaitu demam infeksi cenderung
Panjang Badan Lahir 2021 = 2 kasus. berdarah, muntaber, lebih berisiko
Sangat Pendek 78,8% juga penyakit bawaan mengalami stunting
; Jarak Kelahiran <2 Sumber : Profil seperti jantung”. (Khairiyah, Dewi., &
Tahun 41,3% ; Usia Puskesmas Telaga Fayasari, A., 2020).
Kelahiran Prematur Biru. Sumber : Bapak
2,5% dan Balita Yang Sujadi (Tokoh
Memiliki Riwayat Agama)
Penyakit Infeksi
91,3%.
Karakteristik Ibu : Karakteristik Ibu : Karakteristik Ibu : Karakteristik Ibu :
34
Sumber : Profil dibandingkan dengan
Puskesmas Telaga ayah yang tidak
Biru. merokok
(Rahayu.,Vika Indah.,
dkk 2019).
Pemeriksaan Jumlah ibu hamil pada “Kalau ibu hamil Pelayanan kesehatan
kehamilan rutin 50%, tahun 2021 di wilayah penyakit yang dialami yang kurang baik juga
Ibu dengan riwayat kerja UPT Puskesmas itu karena kesalahan berdampak pada
KEK 12,5%. Telaga Biru sebanyak dari diri sendiri karena status imun dan juga
402 orang. Persentase tidak mau sanitasi lingkungan
pelayanan persalinan memeriksakan (Khairiyah, Dewi., &
yang didapatkan ibu kehamilannya”. Fayasari, A., 2020).
hamil 100%.
Sumber : Bapak
Sumber : Profil Sujadi (Tokoh
Puskesmas Telaga Agama)
Biru.
35
Ibu yang mengalami - “Adapun upaya yang Anak yang tidak
kolostrum atau ASI mungkin dapat di mendapatkan ASI
berwarna kekuningan lakukan adalah Eksklusif mempunyai
pada saat awal dengan menganti risiko 2,3 kali lebih
menyusui sebanyak cemilan anak yang besar mengalami
58,8% ; Ibu yang tidak mengandung stunting daripada anak
memberikan ASI gizi di ganti dengan yang mendapatkan
kepada balita 95% ; buah – buahan yang ASI Eksklusif. Hal ini
Pemberian ASI <6 kaya akan serat dan didukung oleh
bulan 27,5% dan juga gizi” penelitian Alrahmad
pemberian MPASI (2010), menunjukkan
sesuai usia >6 bulan Sumber : Ibu Poni bahwa bayi tidak
yaitu sebanyak 100%. Rahayu (Kader mendapatkan air susu
Posyandu) ibu selama 6 bulan,
risiko terjadinya
stunting empat kali
lebih besar daripada
bayi diberi air susu
ibu selama 6 bulan
(Oktavianisya, N.,
Sumarni, S., &
Aliftitah, S., 2021)
KIE Stunting : KIE Stunting : KIE Stunting : KIE Stunting :
Ibu yang memiliki Masyarakat yang tidak “Faktor yang melatar Sebagian besar tingkat
pengetahuan tentang tamat SD sebanyak belakangi pertama pengetahuan tentang
stunting sebanyak 5231. masalah ekonomi stunting ibu tergolong
45% dan sebagian juga, terus kurang rendah. Hal tersebut
besar tidak tahu Sumber : Profil pengetahuan untuk dapat disebabkan
dengan persentase Kelurahan Siantan berobat, menggali rendahnya tingkat
55%. Hulu. informasi dan kurang pendidikan ibu,
aktif juga mencari adanya sikap kurang
informasi”. peduli atau
ketidakingintahuan
Sumber : Bapak ibu tentang gizi
Muliawan, S.Sos., (Maulidah, W., B dkk,
M.Ap (Kepala 2019).
Kelurahan Siantan
Hulu)
36
95% memiliki ; Sampah (TPS) sungai atau parit oleh tidak memiliki kamar
sumber air minum berjumlah 4 lokasi. sampah yang mandi dan jamban
terbanyak yaitu air membuat air menjadi sehingga buang air
kemasan dengan Sumber : Profil tercemar”. besar di sungai,
presentase 55% ; air Kelurahan Siantan membuang sampah di
minum yang dikelola Hulu. Sumber : Ibu Susan sungai ataupun open
sebanyak 86,3% dan (Tokoh Masyarakat) dumping menjadi
penyimpanan air salah satu faktor
minum ditempat pendukung kejadian
tertutup 100%. stunting (Rokhmah et
al., 2021).
37
Pada tabel IV.16 didapatkan skor rata-rata karakteristik ibu yaitu 1,2.
Karena, persentase tingkat pendidikan ibu tamat SMA/Sederajat (38,8%) dan
Perguruan Tinggi (11,3%), tinggi badan ibu >150 cm (68,8%), usia menstruasi
pertama dengan usia normal (100%), usia kehamilan pertama antara 20-35 tahun
(76,3%) dan ukuran LILA tidak beresiko KEK (87,5%).
Tabel IV.17 Paparan Asap Rokok
Daftar Item 0 1 2
Perilaku Merokok Suami 1
Paparan Asap Rokok Saat Hamil 1
Paparan Asap Rokok Pada Balita 1
Rata-Rata 1
Pada tabel IV.17 didapatkan skor rata-rata paparan asap rokok yaitu 1.
Karena, persentase perilaku merokok suami yang tidak merokok (30%), tidak
terjadi paparan asap rokok pada ibu saat hamil (30%) dan tidak terjadi paparan asap
rokok pada balita (33,8%).
Tabel IV.18 Pelayanan Kesehatan
Daftar Item 0 1 2
ANC 1
Pelayanan KIE Calon Pengantin atau Masa Sekolah 1
Pemeriksaan Status Gizi dan Tanda Anemia 1
Rata-Rata 1
38
Tabel IV.20 Riwayat IMD dan ASI Eksklusif
Daftar Item 0 1 2
Didekap Ke Dada Ibu 1
Kolostrum 1
Ibu Memberikan ASI 1
Lama Pemberian ASI 1
Usia Pemberian MPASI 2
Rata-Rata 1,2
Pada tabel IV.20 didapatkan skor rata-rata riwayat IMD dan ASI eksklusif
yaitu 1,2. Karena, persentase bayi yang didekap ke dada ibu setelah lahir (95%),
ibu yang mengalami kolostrum (58,8%), ibu yang memberikan ASI eksklusif
(95%), ibu yang memberikan ASI eksklusif >6 bulan (72,%%) dan usia pemberian
MP-ASI >6 bulan (100%).
Pada tabel IV.21 didapatkan skor rata-rata KIE stunting yaitu 1. Karena,
persentase ibu yang mengetahui tentang stunting yaitu 45%.
Pada tabel IV.22 didapatkan skor rata-rata sanitasi rumah tangga dan air yaitu 1,2.
Karena, persentase pengelolaan sampah yang benar (43,8%), kepemilikkan
39
jamban pribadi (95%), pengelolaan air minum (86,3%) dan penyimpanan air
minum tertutup (100%).
Karakteristik Balita
1,2
Sanitasi Rumah Tangga 1,15
Karakteristik Ibu
dan Air 1,1
1,05
1
0,95
KIE Stunting 0,9 Paparan Asap Rokok
Riwayat Imunisasi
40
IV.4 Hasil Lokakarya
1. Lokasi Kasus
No RW Jumlah Balita Stunting Total Balita Prevalensi
1 2 6 111 5,4
2 3 3 117 2,6
3 4 8 131 6,1
4 5 3 163 1,8
5 6 2 123 1,62
6 13 2 65 3,07
7 14 7 109 6,4
8 17 14 73 19,17
9 18 3 91 3,2
10 19 2 61 3,2
11 20 7 16 43,75
12 22 3 111 2,7
13 24 5 108 4,6
14 25 2 81 2,46
15 26 1 49 2,04
16 27 3 119 2,52
17 29 3 108 2,77
18 35 1 60 1,66
19 36 2 101 1,98
20 39 3 100 3
TOTAL 80 BALITA 1.897
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari Pengalaman Belajar Lapangan (PBL 1), dari 80
responden yaitu rumah tangga yang memiliki balita stunting 0-59 bulan. Dapat
disimpulkan bahwa KIE Stunting dan Imunisasi menjadi prioritas masalah kejadian
stunting di Kelurahan Siantan Hulu. Yang dimana ibu yang memiliki pengetahuan
tentang stunting yaitu sebanyak 45% dan cakupan imunisasi lengkap yaitu
sebanyak 46,3%. Adapun lokasi kasus di Kelurahan Siantan Hulu dengan
prevalensi tertinggi yaitu berada di RW 20 dengan persentase 43,75% dan RW 17
dengan persentase 19,17%.
V.2 Saran
Data yang telah didapatkan, diharapkan dapat digunakan sebagai tolak ukur
dalam penyelesaian masalah stunting sesuai dengan lokasi kasus yang ada demi
menurunkan angka stunting di Kelurahan Siantan Hulu. Diharapkan juga dukungan
dari tenaga kesehatan dalam bentuk edukasi dan komunikasi persuasif serta pendekatan
kepada masyarakat khususnya kepada para ibu hamil serta ibu-ibu yang memiliki
bayi/balita, harus dilaksanakan secara lebih maksimal agar pemahaman dan kesadaran
masyarakat akan pentingnya pencegahan stunting semakin meningkat.
42
DAFTAR PUSTAKA
Domili, I. et al. (2021) ‘Pola Asuh Pengetahuan Pemberian Makan dengan Status
Gizi Balita’, Jurnal Kesehatan Manarang, 7(Khusus), p. 23. doi:
10.33490/jkm.v7ikhusus.387.
Ekayanthi, N. W. D. and Suryani, P. (2019) ‘Edukasi Gizi pada Ibu Hamil
Mencegah Stunting pada Kelas Ibu Hamil’, Jurnal Kesehatan, 10(3), p. 312. doi:
10.26630/jk.v10i3.1389.
Fadilah, S. N. N., Ningtyias, F. W. and Sulistiyani, S. (2020) ‘Tinggi badan orang
tua, pola asuh dan kejadian diare sebagai faktor risiko kejadian stunting pada balita
di kabupaten Bondowoso’, Ilmu Gizi Indonesia, 4(1), p. 11. doi:
10.35842/ilgi.v4i1.148.
Fitrianingtyas, I., Pertiwi, F. D. and Rachmania, W. (2018) ‘Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Kurang Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil Di
Puskesmas Warung Jambu Kota Bogor’, Hearty, 6(2). doi:
10.32832/hearty.v6i2.1275.
Hulu, K. S. (2023) Profil Kelurahan Siantan Hulu. Available at:
https://kecptkutara.pontianak.go.id/siantan-hulu/.
Hutasoit, M., Utami, K. D. and Afriyliani, N. F. (2020) ‘Kunjungan Antenatal Care
Berhubungan Dengan Kejadian Stunting’, Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu, 11(1),
pp. 38–47. doi: 10.55426/jksi.v11i1.13.
Kemenkes RI (2022) Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022.
Khairiyah, D. and Fayasari, A. (2020) ‘Hygiene Sanitation Behavior Increased the
Risk of Stunting on 12-59 Months Children in Banten’, Ilmu Gizi Indonesia, 3(2),
p. 123. Available at: file:///C:/Users/Miflahul Jannah/Downloads/137-759-1-
PB.pdf.
Maulidah, W. B., Rohmawati, N. and Sulistiyani, S. (2019) ‘Faktor yang
berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di Desa Panduman Kecamatan
Jelbuk Kabupaten Jember’, Ilmu Gizi Indonesia, 2(2), p. 89. doi:
10.35842/ilgi.v2i2.87.
Oktavianisya, N., Sumarni, S. and Aliftitah, S. (2021) ‘Faktor Yang Mempengaruhi
Kejadian Stunting Pada Anak Usia 2-5 Tahun Di Kepulauan Mandangin’, Jurnal
Kesehatan, 14(1), p. 46. doi: 10.24252/kesehatan.v14i1.15498.
43
Olsa, E. D., Sulastri, D. and Anas, E. (2018) ‘Hubungan Sikap dan Pengetahuan
Ibu Terhadap Kejadian Stunting pada Anak Baru Masuk Sekolah Dasar di
Kecamanatan Nanggalo’, Jurnal Kesehatan Andalas, 6(3), p. 523. doi:
10.25077/jka.v6i3.733.
Pontianak, P. K. (2019) Profil Puskesmas Telaga Biru. Available at:
https://pontianak.go.id/sarana-prasarana/kesehatan/detail/upt-puskesmas-telaga-
biru.
Prihutama, N. Y., Rahmadi, F. A. and Hardaningsih, G. (2018) ‘Pemberian
Makanan Pendamping Asi Dini Sebagai Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada
Anak Usia 2-3 Tahun’, Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran
Diponegoro), 7(2), p. 12. Available at:
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico.
Putri Handayani, E. W. D. (2019) ‘Puskesmas Larangan Utara Kota Tangerang’,
Edudharma Journal, 3(2), pp. 44–55.
Rahayu, V. I., Susanto, N. and Fitriani, A. (2019) ‘Determinant of stunting among
children under five years old in Wukirsari Village, Cangkringan Subdistrict,
Sleman, Yogyakarta’, Ilmu Gizi Indonesia, 3(1), p. 53. doi: 10.35842/ilgi.v3i1.127.
rokhmah, dewi (2021) ‘Digital Repository Universitas Jember Digital Repository
Universitas Jember Prosiding Seminar Nasional 5 th Public Health Leadership “
Peran Strategis Pemerintah Daerah dalam Pencegahan Stunting ”’, Perhimpunan
Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia.
Satrinabilla Armawan, D. et al. (2022) ‘Scoping Review: Hubungan Prematur
dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia di Bawah 5 Tahun’, Bandung
Conference Series: Medical Science, 2(1), pp. 664–671.
Setyawati, V. A. V. and Ramadha, F. (2020) ‘Pengaruh kampung KB pada
intervensi gizi sensitif stunting di Desa Janegara’, Jurnal Gizi Indonesia (The
Indonesian Journal of Nutrition), 9(1), pp. 42–47. doi: 10.14710/jgi.9.1.42-47.
Wahyurin, I. S. et al. (2019) ‘Pengaruh edukasi stunting menggunakan metode
brainstorming dan audiovisual terhadap pengetahuan ibu dengan anak stunting’,
Ilmu Gizi Indonesia, 2(2), p. 141. doi: 10.35842/ilgi.v2i2.111.
Windra Doni, A. et al. (2020) ‘Hubungan Panjang Badan Lahir dan Riwayat
Imunisasi Dasar dengan Kejadian Stunting Balita’, Jurnal Kesehatan, 13(2), pp.
44
118–131. doi: 10.32763/juke.v13i2.267.
Yanti, N. D., Betriana, F. and Kartika, I. R. (2020) ‘Faktor Penyebab Stunting Pada
Anak: Tinjauan Literatur’, REAL in Nursing Journal, 3(1), p. 1. doi:
10.32883/rnj.v3i1.447.
45
LAMPIRAN
46
47
48
49
50
51
52
SURAT PERMOHONAN PEMINJAMAN RUANG AULA KELURAHAN :
53
DOKUMENTASI : PENGUKURAN LUAS JENDELA, VENTILASI, LANTAI DAN RUMAH
54
DOKUMENTASI : WAWANCARA KE MASYARAKAT (SAMPEL)
55
DOKUMENTASI : PENGELOLAAN SAMPAH
56
DOKUMENTASI : KEPEMILIKKAN JAMBAN PRIBADI
57
DOKUMENTASI : RUMAH MASYARAKAT YANG DI WAWANCARAI
58