PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
WA ODE ADHYANA WULANDARI
K1A1 15 120
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja yang berbentuk
cair atau setengah cair dengan kandungan air pada tinja lebih banyak dari
pada biasanya lebih dari 200 gram atau 200 mL dalam 24 jam. Definisi lain
dengan menggunakan kriteria frekuensi, yaitu buang air besar yang cair
lebih dari 3 kali dalam sehari, dimana tinja dapat/tanpa disertai lendir dan
faktor penting, yaitu faktor kebersihan air dan faktor nutrisi. Seringkali
lingkungan menjadi salah satu faktor terjadinya penyakit diare. Hal ini
terjadi karena 980 juta anak tidak memiliki toilet di rumahnya. Mereka
menjadi bagian dari 2,6 milyar orang di seluruh dunia yang tak punya toilet
fasilitas sanitasi dasar dan 55 juta orang tidak memiliki akses terhadap
sumber air yang aman. Air memiliki peran yang sangat penting dalam
oleh karena infeksi. Infeksi berdampak buruk pada status gizi melalui
oleh kulit dan selaput lendir dan dengan menginduksi perubahan fungsi
air dengan klorin ditemukan untuk mengurangi risiko penyakit diare namun
tidak ada perbedaan yang signifikan dengan laporan pengolahan air dengan
rumah, penggunaan toilet dengan septic / kanalisasi dan mencuci tangan ibu
dengan penggunaan sabun pasca-toilet semuanya dikaitkan dengan
usia 5 tahun atau setara dengan 1,5 juta kematian per tahun. Dari semua
kematian anak akibat diare, 78% terjadi di wilayah Afrika dan Asia
Tenggara, yang juga terbebani dengan. infeksi HIV pada bayi dan anak
(WHO, 2010).
dari tahun 2000 sampai dengan 2010. Prevalensi diare klinis adalah 9,0%
klinis >9% (NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten,
Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua) Pada tahun
2000 rata-rata insiden penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik
menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk
dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB)
diare juga masih sering terjadi, dengan CFR (Case Fatality Rate) yang
masih tinggi. Kasus KLB diare berdasarkan provinsi tahun 2010, kasus
provinsi Lampung. Hal ini berbeda dengan tahun 2009, kasus terbanyak di
provinsi Jawa Barat tapi CFR terbesar terjadi di provinsi Sulawesi Tenggara
sekitar 5%. Jumlah kasus diare yang ditangani pada tahun 2015 sebanyak
BPS tahun 2015, kasus diare masuk dalam urutan ke enam dari 10 besar
kasus diare suspek kolera. Kecamatan dengan jumlah kasus diare terbanyak
2016).
mengenai hubungan antara kebersihan air dan nutrisi dengan kejadian diare
di kota kendari dengan judul Analisa Hubungan Kebersihan Air dan Status
C. TUJUAN PENELITIAN
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Metodologi
3. Manfaat Teoritis
TINJAUAN PUSTAKA
1. Diare
berbentuk cair atau setengah cair dengan kandungan air pada tinja
lebih banyak dari pada biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml
yaitu buang air besar yang cair lebih dari 3 kali dalam sehari, dimana
2014).
atau sekretorik dan lain-lain, 3. berat ringannya diare: kecil atau besar,
akut dan diare kronik. Diare akut adalah peningkatan jumlah tinja
dalam bentuk encer yang dialami kurang dari 2 minggu, dan sering
kembung, dan gas. Meski sering diare akut biasanya ringan namun
dapat menyebabkan dehidrasi berat akibat kehilangan cairan dan
dikaitkan dengan nyeri perut atau gejala lainnya. Namun, ada beberapa
acuan pakar dunia lainnya yang mengajukan batasan kronik pada kasus
diare ada yang 15 hari, 3 minggu, 1 bulan dan 3 bulan tetapi umumnya
dan mampu mencari sebab diare secara lebih tepat (Surawicz, Ochoa,
kelanjutan dari diare akut (peralihan antara diare akut dan kronik,
diare yang ditularkan melalui air, pola transmisi terjadi ketika fasilitas
prevalensi diare adalah lebih tinggi pada anak yang lebih muda.
statistik signifikan.
sumber air), penyimpanan air dalam wadah terbuka, air per kapita
tahun.
d. Faktor sanitasi: seperti pembuangan tinja anak dan sampah rumah
tangga sembarangan atau tidak benar, tidak ada toilet jamban atau
sebelum makan atau setelah buang air besar, ibu tidak mencuci
anak yang diberi susu sapi sepenuhnya. Selain itu, risiko diare
enteropatogen.
g. Malnutrisi: hubungan antara diare dan gizi buruk sangat sering
anak-anak kerdil.
kemarau ketika air hujan dan air sumur bor kurang tersedia,
mengalami lebih dari tiga tinja cair per hari. Selama diare akut,
2. Kebersihan Air
B. KERANGKA TEORI
DIARE
Ya
Pengaruh
Kebersihan Air dan
Nutrisi terhadap
Kejadian Diare Tidak
D. HIPOTESIS
kejadian diare.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
1. Populasi
Populasi adalah wilayah umum yang terdiri atas obyek atau subyek
A., Hidayat. 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil di
2. Sampel
a.
Populasi
Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi
Sampel
Pengolahan data
1. Kebersihan Air
a. Definisi Operasional
b. Kriteria Objektif
2. Status Nutrisi
a. Definisi Operasional
b. Kriteria Objektif
1. Normal
2. Kurang
3. Sangat Kurang
4. Lebih
5. Overweight
diubah menjadi data kualitatif dan data status gizi yang telah dikumpulkan.
1. Informed consent
2. Anonymity
nomor responden.
3. Confidentiality
DAFTAR PUSTAKA
Aluisio, A.R., Maroof, Z., Chandramohan, D., Bruce J., Masher, M.I, Manaseki-
Holland, S., Ensink, J.H.J. 2015.. Research Article: Risk Factors Associated
Alimul, A., Hidayat. 2007. Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Salemba
Medika. Jakarta
Badan Pusat Statistik Kota Kendari. 2016. Kota Kendari dalam Angka 2016
Hung, B.V. 2006. Thesis: The most common causes of and risk factors for
diarrhea among children less than five years of age admitted to Dong Anh
Kendari.
Division of Communications. 2012. Nutrition Glossary: A resource for
communicators. UNICEF.
Hannif, Mulyani, N. S., Kuscithawati, S. 2011. Faktor Risiko Diare Akut pada
contextual rationale.