Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah

metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Gagal ginjal merupakan

penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai

penyakit traktus urinarius dan ginjal. Gagal ginjal dapat tejadi secara akut dan

kronis. Dikatakan akut apabila hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan

hampir lengkap. Sedangkan kronis merupakan penyakit ginjal tahap akhir,

dimana gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel yang dapat

menyebabkan uremia (Smeltzer & Bare, 2002).

Penderita gagal ginjal kronik (GGK) di dunia sudah mencapai 26 juta

orang dan 20 juta diantaranya sudah masuk kedalam tahap akhir atau terminal

(Collins & Herzog, 2010). Di Amerika Serikat, pada tahun 2007 The United

States Renal Data System (USRDS) menunjukkan terdapat sekitar 2,9 juta

pasien yang menderita GGK. The National Health and Nutrition Examination

Survey (NHANES) menunjukkan, 527.233 pasien menderita gagal ginjal tahap

akhir atau tahap V. Pada tahun 2010 jumlah penderita gagal ginjal tahap akhir

menjadi 651.000 (termasuk 382.343 pasien dialisis), dan sebanyak 17.413

transplantasi ginjal telah dilakukan ( Clinfowiki, 2011)

Jumlah penderita GGK di Indonesia meningkat secara signifikan dari

tahun ke tahun. Insiden pasien gagal ginjal tahap akhir yang menjalani

1
hemodialisis pada tahun 2002 adalah sekitar 2077 pasien, dan pada tahun 2006

jumlah pasien meningkat menjadi 4344 pasien. Sementara itu jumlah

transplantasi ginjal yang telah dilakukan sejak tahun 1977 sampai tahun 2006

adalah 476 pasien. Data dari beberapa pusat dialisis melaporkan bahwa

penyebab Penyakit ginjal tahap akhir yang menjalani hemodialisis adalah

glomerulonefritis (36,4%), penyakit ginjal obstruksi (24,4%), nefropati

diabetik (19,9%), hipertensi (9,1%), penyebab lain (5,2%), penyebab yang

tidak diketahui (3,8%), dan penyakit ginjal polikistik (1,2%) (Prodjosudjadi &

Suhardjono, 2009). Berdasarkan data yang diperoleh jumlah tindakan

hemodialisis di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu pada tahun 2011

sebanyak 4.682 tindakan dengan jumlah pasien sebanyak 131 orang (Medical

Record Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu, Indonesian Renal Registry,

2011)

Penderita GGK memerlukan pengobatan melalui dialisis atau

transplantasi ginjal untuk mempertahankan kelangsungan hidup dengan

kualitas hidup yang cukup baik. Dialisis merupakan suatu proses yang

digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh

ketika ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut. Metode terapi

dialisis mencakup hemodialisis dan peritoneal dialisis. Hemodialisis bertujuan

untuk mengambil atau memisahkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam

darah melalui membran semipermeabel dengan proses difusi, osmosis dan

ultrafiltrasi. Hemodialisis memungkinkan sebagian penderita hidup mendekati

keadaan yang normal meskipun menderita gagal ginjal yang tanpa terapi

2
hemodialisis akan menyebabkan kematian. Pasien GGK harus menjalani terapi

hemodialisis sepanjang hidupnya dengan waktu 10-15 jam setiap minggunya

atau dua sampai tiga kali setiap minggu dengan 4-5 jam per kali terapi (Price

& Wilson, 2006; Smeltzer & Bare, 2002). Pasien GGK dengan terapi

hemodialisis di RSUD Undata Palu menjalani terapi hemodialisis 3 kali

seminggu dengan durasi 4 jam per kali terapi dan 2 kali seminggu dengan

durasi 5 jam per kali terapi ( Medical Record RSUD Undata Palu)

Pasien GGK yang menjalani hemodialisis jangka panjang harus

dihadapkan dengan berbagai masalah sehingga mempengaruhi kualitas hidup

pasien hemodialisis. Beberapa masalah yang dihadapi oleh pasien GGK

diantaranya masalah financial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan,

dorongan seksual yang menghilang serta impotensi, depresi akibat sakit yang

kronis dan ketakutan terhadap kematian. Pasien yang berusia lebih muda

khawatir terhadap perkawinan mereka, anak-anak yang dimilikinya dan beban

yang ditimbulkan pada keluarga mereka, penyakit yang ditimbulkan sebagai

akibat dari reaksi hemodialisis, pola hidup yang berubah berhubungan dengan

terapi dialisis dan pembatasan asupan makanan serta cairan sehingga

menyebabkan menurunnya semangat dan kualitas hidup pasien (Smeltzer &

Bare, 2002).

Kualitas hidup adalah suatu paduan multidimesi yang merupakan

persepsi individual dari berbagai aspek kehidupan yang terdiri dari kesehatan

jasmani, kesehatan mental, derajat optimisme, serta kemampuan dalam

berperan aktif dan menikmati aktifitas sosial sehari-hari yang berhubungan

3
dengan pekerjaan, kehidupan rumah tangga, kehidupan sosial dan hobi.

Penilaian kualitas hidup penderita gagal ginjal dapat dilihat pada aspek

kesehatan fisik, kesehatan mental, fungsi sosial, fungsi peran dan perasaan

sejahtera (Fatayi, 2008). WHO telah merumuskan empat dimensi kualitas

hidup yaitu dimensi fisik, dimensi psikologis, dimensi sosial dan dimensi

lingkungan. Keempat dimensi tersebut dapat menggambarkan kualitas hidup

pasien gagal ginjal kronik dengan terapi hemodialisis yang mempunyai

agama, etnis dan budaya yang berbeda (WHO, 1994 dalam Desita, 2010

Pengaruh dukungan keluarga terhadap peningakatan kualitas hidup pasien

GGK yang menjalani hemodialisis). Faktor-faktor yang mempengaruhi

kualitas hidup pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis antara lain:

umur, jenis kelamin, etiologi gagal ginjal, status nutrisi, kondisi komorbid,

pendidikan, pekerjaan, lama menjalani hemodialisis, dan penatalaksanaan

medis (Desita, 2010; Yuliaw, 2010; Yuwono, 2000).

Penelitian Yuliaw (2010) di RS Dr. Kariadi Semarang menemukan

bahwa karekteristik individu yang terdiri dari pendidikan, pengetahuan, umur

dan jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien

gagal ginjal kronik. Ibrahim ( 2009, kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis

yang menjalani hemodialisis) dalam penelitiannya di RS Hasan Sadikin

Bandung mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

pasien gagal ginjal kronik adalah jenis kelamin, kondisi komorbid, umur,

pendidikan dan lama menjalani hemodialisis. Hasil penelitian Seica A et al

(2009) di Rumania mengatakan dimensi kualitas hidup terburuk adalah

4
pekerjaan, sedangkan yang terbaik adalah fungsi kognitif dan kualitas

interaksi sosial. Umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi dan tingkat

pendidikan yang lebih tinggi dikaitkan dengan skor kualitas yang lebih rendah.

RSUD Undata Palu adalah rumah sakit pusat rujukan dialisis di

wilayah Proponsi Sulawesi Tengah. Unit hemodialisis RSUD Undata Palu

memiliki kapasitas 15 buah mesin HD dengan jumlah pasien 50 orang.

Berbagai keadaan dan komplikasi penyakit dapat mempengaruhi pasien

dengan terapi HD. Dalam hal ini perawat HD berperan penting dalam

memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien HD untuk dapat beradaptasi

dengan penyakitnya, mencegah komplikasi, mematuhi program terapi dan

belajar untuk memecahkan masalah ketika menghadapi situasi baru sahingga

diharapkan dapat menurunkan angka morbiditas.

Uraian diatas membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien GGK

yang menjalani terapi hemodialisis di unit hemodialisis Rumah Sakit Umum

Daerah Undata Palu.”

B. Rumusan Masalah

Dalam menjalani terapi hemodialisis, pasien GGK mengalami banyak

perubahan dalam hidupnya. Perubahan tersebut dirasakan baik secara fisik,

psikologis, sosial dan spiritual dan sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup

seseorang, terutama pasien GGK. Beberapa penelitian telah dilakukan

terhadap kualitas hidup pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis

dengan hasil yang berbeda. Berdasarkan hal itu pula maka peneliti

5
merumuskan masalah: “faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan

kualitas hidup pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis di unit

hemodialisis RSUD Undata Palu?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pada

pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis di unit hemodialisis

RSUD Undata Palu

2. Tujuan Khusus

1. Teridentifikasinya hubungan status nutrisi dengan kualitas hidup pada

pasien GGK

2. Teridentifikasinya hubungan kondisi komorbid dengan kualitas hidup

pada pasien GGK

3. Teridentifikasinya hubungan lama menjalani hemodialisis dengan

kualitas hidup pada pasien GGK

6
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi profesi keperawatan

Memberikan referensi untuk menambah wawasan serta sebagai kontribusi

ilmiah untuk peningkatan pelayanan keperawatan khususnya bagi tenaga

keperawatan di unit hemodialisis RSUD Undata Palu

2. Bagi institusi pendidikan

Dapat menjadi sumber referensi dan bukti empirik bagi pendidikan

keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis sehingga

diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.

3. Bagi pasien

Penelitian ini diharapkan mampu mengetahui persepsi pasien, sehingga

peneliti dapat memberikan pendidikan kesehatan dan motivasi kepada

pasien sehingga kualitas hidup pasien HD diharapkan semakin baik.

7
8
9
10
11
12
s

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Anda mungkin juga menyukai