Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi

gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti strok (untuk otak),

dengan target organ di otak yang berupa strok, hipertensi menjadi penyebab

utama strok yang membawa kematian yang tinggi (Bustan, 2007).

Meningkatnya kejadian hipertensi bisa disebabkan oleh faktor resiko

pemicu penyakit hipertensi yaitu; faktor keturunan, usia yang semakin tua,

massa tubuh yang berlebihan, konsumsi garam melebihi ambang batas, pola

makan dan gaya hidup yang kurang sehat, serta aktivitas olah raga yang kurang

(Ridwan, 2009). Hal ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh

Yogiantoro (dikutip dalam Pertiwi, 2010) menyebutkan bahwa, faktor resiko

hipertensi antara lain adalah faktor genetik, umur, jenis kelamin, etnis, stress,

obesitas, asupan garam, dan kebiasaan merokok. Menurut Kusmana, dikutip

dalam manurung (2011) mengatakan bahwa faktor risiko yang bertanggung

jawab terhadap kondisi tersebut adalah kadar kolesterol tinggi, tembakau,

konsumsi sayuran dan buah yang rendah, serta kurang aktif bergerak.

Hipertensi menjadi berbahaya bukan hanya karena tekanan darah yang

berlebihan, tapi karena penyakit-penyakit lain yang menyertainya. Penyakit

tersebut dapat muncul atau diperparah dengan meningkatnya tekanan darah

dalam tubuh, dan dampak buruk dari hipertensi akan menyebabkan terjadinya

1
atherosclerosis; efek lanjutan dari kerusakan ini adalah gangguan sirkulasi

yang mengarah pada serangan jantung dan strok, serta gagal jantung, gangguan

ginjal, disfungsi ereksi, gangguan penglihatan, gangguan kognitif dan

demensia atau gangguan daya pikir (Hananta & Freitag, 2011). Hampir disetiap

negara, terutama negara-negara maju, hipertensi adalah persoalan publik yang

sering menjadi penyebab kematian. Walaupun indonesia belum termasuk

negara maju, tetapi hipertensi telah menjadi salah satu faktor penyebab

kematian yang terbesar dan jumlahnya terus meningkat setiap tahunnya

(Susilo, 2011).

Data WHO (2008), memperkirakan hipertensi menyebabkan 7,5 juta

kematian atau sekitar 12,8% dari semua jumlah kematian di dunia setiap

tahunnya, secara global prevalensi hipertensi meningkat pada orang dewasa

berusia sekitar 25 tahun ke atas. Jumlah penderita hipertensi di dunia dari 600

juta pada tahun 1980 menjadi hampir 1 miliar pada tahun 2008. Sementara di

Amerika lebih dari 65 juta orang menderita hipertensi, hampir 70% dari

mereka tidak melakukan kendali atau kontrol terhadap tekanan darahnya

(Healty states, 2007). Jumlah penderita hipertensi di indonesia ternyata berada

diperingkat 12 dunia, bahkan diperkirakan beberapa tahun mendatang

peringkat indonesia akan naik diposisi keenam dunia (Kusnadi, 2012).

Data Riskesdas, 2007 dikutip dalam Majalah Kedokteran Indonesia,

(2009) menyebutkan hipertensi di Indonesia mencapai 32,2%. Hipertensi di

Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan Singapura yang

mencapai 27,3%, Thailand dengan 22,7% dan Malaysia mencapai 20%

2
(Dhuha, dikutip dalam Herawati, 2011). Riskesdas 2007, dikutip dalam Yoga

(2009) juga menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor tiga

setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi

penyebab kematian pada semua umur di indonesia.

Profil Kesehatan Indonesia (2010) menyebutkan berdasarkan 10 besar

penyakit rawat inap di rumah sakit tahun 2010 hipertensi menempati urutan ke

tujuh dengan jumlah penderita sebanyak 19.874 orang pada pasien rawat inap,

dan berdasarkan 10 besar penyakit rawat jalan di rumah sakit tahun 2010

penyakit hipertensi berada pada urutan ke delapan dengan jumlah pasien

sebesar 80.615 orang pada pasien rawat jalan. Sehingga jika di jumlahkan

keseluruhan dari pasien rawat inap dan rawat jalan menjadi 100.489 orang.

Prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran termasuk kasus yang

sedang minum obat, secara nasional adalah 32,2%. Prevalensi tertinggi di

temukan di Provinsi Kalimantan Selatan (39,6%) sedangkan terendah di Papua

barat (20,1%). Sementara di Kalimantan Timur prevalensi hipertensi

berdasarkan pengukuran tekanan darah dan kasus yang sedang minum obat

jumlah penderita hipertensi sebanyak (31,3%). Sedangkan jumlah penderita

hipertensi di Kalimantan Timur menempati pada urutan 14 dari 33 provinsi di

indonesia (Riskesdas, dikutip dalam Majalah Kedokteran Indonesia, 2009).

Hasil data dari medical record Rumah Sakit dr. Abdul Rivai

Kabupaten Berau menyebutkan pada tahun 2010 jumlah pasien hipertensi yang

berobat berjumlah 629 orang, sedangkan pada tahun 2011 terjadi peningkatan

menjadi 674 orang pasien hipertensi yang berobat, sebanyak 45 orang sebagai

3
pasien baru yang melakukan pengobatan, Hipertensi menempati urutan kedua

setelah diabetes melitus sebagai 10 besar penyakit yang ada di RSUD dr.

Abdul Rivai Kabupaten Berau Tahun 2011. Data hipertensi ini di ambil

berdasarkan dua tahun terakhir di karenakan data beberapa tahun sebelumnya

tidak ada atau kurang valid.

Data diatas menunjukkan masih tingginya kasus hipertensi. Hal ini

membutuhkan pengetahuan dan pemahaman yang baik dari pasien tentang

hipertensi serta pengobatannya. Faktor pengetahuan memegang peranan

penting terbentuknya kepatuhan pasien dalam melaksankan pengobatan

hipertensi. Karaeren et al., (2009) dalam penelitiannya yang dilakukan di Turki

berjudul tentang “pengaruh pengetahuan terhadap kepatuhan untuk

pengobatan pada pasien hipertensi” menyatakan bahwa sebanyak (72%)

pasien patuh dalam melaksanakan pengobatan hipertensi. Mengetahui

penyebab dan akibat yang akan ditimbulkan dari hipertensi dengan baik

berkolerasi dengan kepatuhan pasien dalam melaksanakan pengobatan.

Penelitian yang dilakukan di Sumatera Utara oleh Ginting

(dikutip dalam Agrina, 2011) tentang “hubungan antara pengetahuan dengan

kepatuhan diet hipertensi pada lansia di Kecamatan Medan Johor” menyatakan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kepatuhan

diet hipertensi. Pada penelitian didapatkan hasil bahwa lansia yang memiliki

pengetahuan yang baik akan patuh menjalankan diet hipertensi.

4
Hipertensi memerlukan terapi dalam pengobatannya. Menurut

Katzung dan Bertram (2007), ada dua terapi untuk mengobati hipertensi yaitu

terapi farmakologis dan terapi non farmakologis. Susilo (2011) Menyebutkan

terapi pengobatan non farmakologis adalah mengatasi obesitas atau

menurunkan kelebihan berat badan, mengurangi asupan garam kedalam darah,

menciptakan keadaan rileks, melakukan olahraga secara rutin, berhenti

merokok, serta berhenti mengkonsumsi alkohol dan terapi farmakologis

dengan obat-obatan antihipertensi dalam jangka panjang bahkan seumur hidup.

Irmalita (2003) mengemukakan berdasarkan survei, 25-50% pasien

yang meminum obat antihipertensi kemudian menghentikannya dalam satu

tahun. Hal ini tentunya sangat memerlukan kepatuhan dari pasien dalam

melaksanakan terapi pengobatan hipertensi. Kepatuhan minum obat pada

pengobatan hipertensi sangat penting karena dengan minum obat

antihipertensi secara teratur dapat mengontrol tekanan darah pada hipertensi

(Anonim, dikutip dalam Utami, 2009).

Kepatuhan mencakup kombinasi antara kontrol tekanan darah dan

penurunan faktor resiko yang dilakukan pasien. Keberhasilan dalam

mengendalikan tekanan darah tinggi merupakan usaha bersama antara pasien

dan dokter yang menananganinya. Kepatuhan seorang pasien yang menderita

hipertensi tidak hanya dilihat berdasarkan kepatuhan dalam meminum obat

antihipertensi tetapi juga dituntut peran aktif pasien dan kesediaannya untuk

memeriksakan kesehatannya ke dokter sesuai dengan jadwal yang

5
ditentukan serta perubahan gaya hidup sehat yang dianjurkan

(Burnier, dikutip dalam manurung, 2001).

Ketidakpatuhan merupakan suatu sikap dimana pasien tidak disipilin

atau tidak maksimal dalam melaksanakan pengobatan yang telah diinstruksikan

oleh dokter kepadanya. Berdasarkan hasil dari suatu survei menyebutkan

bahwa lima puluh orang amerika mempunyai tekanan darah tinggi, 68% dari

ini mengetahui diagnosisnya, 53% mendapat terapi dan hanya 27% terkontrol

penyebab kontrol yang tidak baik ini antara lain karena banyak pasien yang

tidak meminum obat yang diresepkan (Irmalita, dikutip dalam Utami, 2009).

Pengontrolan tekanan darah yang memadai hanya dapat

dipertahankan pada 20% namun bila pasien berpartisipasi aktif dalam program

terapi, termasuk pemantauan diri mengenai tekanan darah dan diit, kepatuhan

cenderung meningkat karena dapat segera diperoleh umpan balik sejalan

dengan perasaan semakin terkontrol (Smetlzer & Bare, 2001).

Meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan dan menjawab

permasalahan-permasalahan yang terjadi diatas diperlukan suatu pengetahuan

dan kepatuhan dari pasien dalam melaksanakan pengobatan hipertensi. Untuk

mempelajari tentang kepatuhan pasien dalam melaksanakan pengobatan

hipertensi maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang : “Hubungan

pengetahuan dengan kepatuhan pasien dalam melaksanakan pengobatan

hipertensi di RSUD dr. Abdul Rivai Kabuaten Berau Tahun 2012”.

6
B. Rumusan Masalah

Hipertensi menjadi berbahaya bukan hanya karena tekanan darah yang

berlebihan, tapi karena penyakit-penyakit lain yang menyertainya. dampak

buruk dari hipertensi akan menyebabkan terjadinya atherosclerosis; yang

mengarah pada serangan jantung dan strok, serta gagal jantung, dan gangguan

ginjal. Karaeren et al., (2009) dalam penelitiannya yang dilakukan di Turki

berjudul tentang “pengaruh pengetahuan terhadap kepatuhan untuk

pengobatan pada pasien hipertensi” Menyatakan bahwa sebanyak (72%)

pasien patuh dalam melaksanakan pengobatan hipertensi. Mengetahui

penyebab dan akibat yang akan ditimbulkan dari hipertensi dengan baik

berkolerasi dengan kepatuhan pasien dalam melaksanakan pengobatan.

Ginting (dikutip dalam Agrina, 2011), tentang “hubungan antara pengetahuan

dengan kepatuhan diet hipertensi pada lansia di kecamatan Medan johor”

menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan

kepatuhan diet hipertensi. Kedua penelitian di atas belum membahas mengenai

hubungan pengetahuan dengan kepatuhan pasien dalam melaksanakan

pengobatan hipertensi, sehingga peneliti merumuskan masalah sebagai

berikut:” Bagaimana hubungan pengetahuan dengan kepatuhan pasien dalam

melaksanakan pengobatan hipertensi di RSUD dr. Abdul Rivai Kabupaten

Berau Tahun 2012.

7
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan kepatuhan pasien

dalam melaksanakan pengobatan hipertensi di RSUD dr. Abdul Rivai

Kabupaten Berau Tahun 2012.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya pengetahuan pasien tentang hipertensi di RSUD dr. Abdul

Rivai Kabupaten Berau Tahun 2012.

b. Diketahuinya kepatuhan pasien dalam melaksanakan pengobatan

hipertensi di RSUD dr. Abdul Rivai Kabupaten Berau Tahun 2012.

c. Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan kepatuhan pasien dalam

melaksanakan pengobatan di RSUD dr. Abdul Rivai Kabupaten Berau

Tahun 2012.

D. Manfaat Penelitian

Setelah dilakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan pasien

tentang hipertensi dengan kepatuhan dalam melaksanakan pengobatan di

RSUD dr. Abdul Rivai Kabupaten Berau di Harapkan:

1. Bagi Peneliti

Merupakan suatu pengalaman ilmiah yang sangat berharga bagi peneliti

dalam pengembangan wawasan ilmu pengetahuan dan informasi khususnya

tentang hipertensi.

8
2. Bagi Pasien

Bahan pertimbangan dan masukan bagi pasien hipertensi agar mengetahui

dampak yang diakibatkan jika tidak patuh dalam melaksanakan pengobatan

hipertensi.

3. Bagi Institusi YanKes

Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan juga diharapkan dapat

digunakan sebagai masukan dalam rangka pemberian pelayanan khususnya

pada penderita hipertensi, serta terbentuknya program-program tentang

hipertensi berupa pemberian edukasi pada penderita hipertensi sehingga

dapat dijadikan acuan dalam penanganan pada penderita hipertensi di RSUD

dr. Abdul Rivai Kabupaten Berau.

4. Bagi Ilmu Keperawatan

Sebagai bahan masukan bagi keperawatan dan perawat dalam pemberian

pendidikan kesehatan kepada pasien hipertensi tentang pentingnya

kepatuhan dalam menjalankan program terapi pengobatan yang dianjurkan

oleh tim medis dan diharapkan dapat menjadi tambahan ilmiah dan bacaan

untuk peneliti selanjutnya yang membahas masalah serupa dengan

penelitian ini, serta dapat menjadi rekomendasi untuk perencanaan

peningkatan kesehatan masyarakat melalui pencegahan hipertensi,

sedangkan kontribusi bagi praktek perawatan dalam penelitian ini

diharapkan bisa dijadikan gambaran sejauhmana pengetahuan penderita

hipertensi bisa mempengaruhi dalam melaksanakan pengobatan hipertensi,

9
sehingga terbentuk program untuk pengobatan hipertensi di RSUD dr.

Abdul Rivai Kabupaten Berau.

10

Anda mungkin juga menyukai