Anda di halaman 1dari 9

Tingkat Faktor Risiko Stroke DK Vol.3/No.

2/September/2015

TINGKAT FAKTOR RISIKO STROKE DENGAN PENGETAHUAN


MASYARAKAT TERHADAP DETEKSI DINI PENYAKIT STROKE
Haris Faisal1, Kurnia Rachmawati2, Musafaah3
1
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
2
Bagian Keperawatan Komunitas Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat
3
Bagian Biostatistik dan Kependudukan Program Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat

Email korespondensi: harisfaisal.hf@gmail.com

ABSTRAK
Stroke adalah suatu penyakit deficit neurologis akut yang disebabkan oleh banyak faktor risiko
(multikausal) dan interaksi antar faktor risiko tersebut dapat meningkatkan risiko untuk terkena stroke
dimasa mendatang. Pemahaman akan pencegahan dan pengenalan penyakit stroke akan bermanfaat
untuk meminimalkan dampak serangan stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara tingkat faktor risiko stroke dengan pengetahuan masyarakat tentang deteksi dini penyakit
stroke. Jenis penelitian adalah analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Responden pada penelitian
ini berjumlah 40 orang. Data dianalisis dengan menggunakan analisa statistic korelasi dari Spearman
Rank. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat faktor risiko stroke
dengan pengetahuan masyarakat terhadap deteksi dini penyakit stroke di wilayah kerja Puskesmas
Rawat Inap Cempaka (p = 0,66; α = 0,05).

Kata-kata kunci: stroke, faktor risiko stroke, deteksi dini stroke, pengetahuan.

ABSTRACT
Stroke is an acute neurology deficit disease which is caused by many risk faktors(multicausal)and
interaction of that risk faktors can increase risk to get stroke in the future. Comprehensive prevention
and identification of stroke disease will be useful to reduce the impact of stroke attack. This research
aimed to know the relationship between the level of stroke risk faktors and people knowledge about
early detection of stroke disease. This research was analytical with Cross Sectional approach. The
respondents of this research was 40 peoples. Analysis data used correlation statistical from Spearman
Rank. The outcome showed that there was no relationship between the level of stroke risk faktors and
community’s knowledge about early detection of stroke disease in Public Health Center of Cempaka
(p = 0,66; α = 0,05).

Keywords: stroke, risk faktor of stroke, early detection of stroke, knowledge.

PENDAHULUAN faktor resiko keempat dari enam faktor


resiko terbesar penyebab penyakit
Hipertensi merupakan salah satu kardiovaskuler (2). Enam puluh persen
penyakit tidak menular yang menjadi dari penderita hipertensi yang tak diobati
masalah kesehatan penting di seluruh akan mengalami stroke dan risiko
dunia karena prevalensinya yang tinggi timbulnya stroke trombotik pada hipertensi
dan terus meningkat serta erat adalah 4,5 kali lebih besar dari pada
hubungannya dengan kejadian penyakit normotensi (3).
kardiovaskuler, stroke, retinopati, dan Prevalensi hipertensi sebagai faktor
penyakit ginjal (1). Hipertensi adalah risiko utama stroke di Indonesia adalah

79
Tingkat Faktor Risiko Stroke DK Vol.3/No.2/September/ 2015

sekitar 95% (4). Para ahli epidemiologi terjadinya penyakit stroke di wilayah
meramalkan dimasa yang akan dating tersebut termasuk tinggi. Berdasarkan
sekitar 12 juta penduduk Indonesia yang fenomena yang ada didapatkan adanya
berumur diatas 35 tahun mempunyai permasalahan pada tingginya potensi
potensi terkena serangan stroke (4). 60% kejadian stroke bagi masyarakat wilayah
dari penderita hipertensi yang tak diobati tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk
akan mengalami stroke dan risiko mengetahui hubungan antara tingkat faktor
timbulnya stroke trombotik pada hipertensi risiko stroke dengan pengetahuan
adalah 4,5 kali lebih besar dari pada masyarakat tentang deteksi dini penyakit
normotensi (3). stroke.
Angka kejadian stroke meningkat
secara dramatis seiring usia. Setiap
METODE PENELITIAN
penambahan usia 10 tahun sejak usia 35
tahun, risiko stroke meningkat dua kali Jenis penelitian ini adalah analitik
lipat. Sekitar 5% orang berusia di atas 65 dengan pendekatan Cross Sectional yaitu
tahun pernah mengalami setidaknya satu penelitian untuk mempelajari dinamika
kali stroke. Penyakit stroke merupakan korelasi antara faktor-faktor risiko dengan
kegawatdaruratan medis yang harus efek, dengan cara pendekatan, observasi,
ditangani secara cepat, tepat dan juga atau pengumpulan data sekaligus pada saat
cermat (5). yang sama (point time approach). Sampel
Upaya yang komprehensif untuk pada penelitian ini berjumlah 40 orang dan
mengendalikan faktor risiko stroke di teknik sampling yang digunakan adalah
masyarakat perlu digalakkan (6). Accidental sampling. Pelaksanaan
Pemahaman akan pencegahan dan sampling pada tanggal 20 Oktober – 1
pengenalan penyakit stroke juga akan November 2014 di Puskesmas Rawat Inap
sangat bermanfaat untuk meminimalkan Cempaka dengan subyek penelitian
dampak serangan stroke (7). Lutfiyya et al terlebih dahulu mengisi Informed consent.
pada tahun 2013 menunjukkan adanya Instrumen penilaian risiko stroke
hubungan antara tingkat pengetahuan didapat peneliti dari Yayasan Stroke
tentang penyakit kardiovaskuler dan stroke Indonesia, sedangkan instrumen
dengan persentase orang dewasa yang pengetahuan deteksi dini terhadap penyakit
memiliki risiko terhadap penyakit stroke dimodifikasi dari metode FAST
kardiovaskuler dan stroke (8). Emily (face, arm, speech, time) yang diperoleh
Bietzk et al pada tahun 2012 menyebutkan dari American Heart Association.
pengetahuan masyarakat terhadap penyakit Penilaian risiko stroke dilakukan dengan
stroke secara umum adalah baik, namun melakukan pengukuran tekanan darah,
pengetahuan terhadap penyakit diabetes, kadar gula darah, kadar kolesterol darah,
hipertensi, dan kadar kolesterol yang tak berat badan, dan tinggi badan subyek
terkontrol sebagai faktor risiko stroke penelitian. Instrumen pengetahuan deteksi
relatif rendah (9). Metode deteksi dini dini terhadap penyakit stroke dilakukan uji
penyakit stroke pada masyarakat awam validitas dan reliabilitas pada tanggal 28
dikenal dengan metode FAST (face, arm, Agustus – 3 September 2014 di Puskesmas
speech, time). Bertujuan untuk mengenal Sungai Ulin. Jumlah pertanyaan pada uji
tanda dan gejala pada terduga penyakit validitas dan reliabilitas kuesioner adalah 9
stroke serta menghubungi layanan gawat pertanyaan dan jumlah responden pada uji
darurat (9). ini adalah 20 orang. Hasilnya adalah dari 9
Data pada Program Penyakit Tidak pertanyaan pada proposal 8 pertanyaan
Menular Puskesmas Rawat Inap Cempaka dinyatakan valid dan reliabel.
menyebutkan prevalensi hipertensi dan Faktor risiko stroke yaitu faktor
diabetes melitus sebagai faktor risiko risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan

80
Tingkat Faktor Risiko Stroke DK Vol.3/No.2/September/ 2015

faktor risiko yang dapat dimodifikasi. deteksi dini penyakit stroke. Variabel
Tingkatan faktor risiko stroke bebas atau variabel independen dalam
menggunakan sistem scoring. Sistem penelitian ini adalah faktor risiko stroke.
scoring adalah dengan menjumlahkan poin Data diolah dengan uji statistik Spearman
dari masing-masing faktor risiko stroke Rank pada program SPSS (Statistical
yang telah disebut di atas dan Product and Service Solution) dengan
mengkategorikan sebagai berikut: rendah tingkat kepercayaan 95% untuk
(1 – 8), sedang (9 – 16), dan tinggi (17 – mengetahui hubungan antara dua variable
24). yaitu variable bebas (faktor risiko stroke)
Pengetahuan masyarakat terhadap dengan variable terikat (pengetahuan).
deteksi dini penyakit stroke yaitu segala
sesuatu yang diketahui oleh masyarakat
HASIL DAN PEMBAHASAN
tentang tanda dan gejala pada penyakit
stroke. Scoring pada pengetahuan terhadap Faktor risiko stroke pada penelitian
deteksi dini penyakit stroke adalah sebagai ini meliputi umur, tekanan darah, kadar
berikut: rendah (0 – 2 pertanyaan dijawab gula darah, kadar kolesterol darah, riwayat
dengan benar), sedang (3 – 5 pertanyaan penyakit jantung dan pembuluhdarah,
dijawab dengan benar), dan tinggi (6 – 8 obesitas, merokok, dan aktifitas fisik.
pertanyaan dijawab dengan benar). Distribusi frekuensi tingkat faktor risiko
Variabel terikat atau variabel stroke dapat dilihat pada tabel berikut ini.
dependen dalam penelitian ini adalah
pengetahuan masyarakat terhadap

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat Faktor Risiko Stroke


Tingkat Faktor Risiko Stroke
No. FaktorRisiko Stroke Rendah Sedang Tinggi
% % %
(orang) (orang) (orang)
1 Umur 26 65 6 15 8 20
2 Tekanandarah 14 35 10 25 16 40
3 Kadar guladarah 12 30 20 50 8 20
4 Kadar kolesteroldarah 8 20 10 25 22 55
5 Riwayat penyakit jantung 24 60 9 22,5 7 17,5
dan pembuluh darah
6 Obesitas 30 77 8 20 2 5
7 Merokok 23 57,5 12 30 5 12,5
8 Aktifitasfisik 6 15 12 30 22 55

Berdasarkan tabel di atas dapat Diketahui bahwa responden dengan


diketahui bahwa faktor risiko tekanan kategori tekanan darah normal dan
darah, kadar kolesterol darah, dan aktifitas memiliki risiko stroke rendah yaitu
fisik merupakan faktor risiko stroke yang sebanyak 14 responden (35%), kategori
tinggi pada penelitian ini. Dari tabel di atas pre-hipertensi sebanyak 7 responden
juga dapat dipaparkan sebagai berikut. (17,5%) memiliki risiko stroke sedang,
Responden yang berumur dibawah 55 serta kategori hipertensi sebanyak 19
tahun dan memiliki risiko stroke rendah responden (47,5%) memiliki risiko stroke
yaitu sebanyak 26 responden (65%), umur yang tinggi.
55 – 64 tahun sebanyak 6 responden (15%) Responden dengan kategori kadar
memiliki risiko stroke sedang, serta usia gula darah bukan Diabetes Melitus (kadar
65 tahun keatas sebanyak 8 responden gula darah < 100 mg/dl) dan memiliki
(20%) memiliki risiko stroke yang tinggi. risiko stroke rendah yaitu sebanyak 12

81
Tingkat Faktor Risiko Stroke DK Vol.3/No.2/September/ 2015

responden (30%), ambang batas (kadar (Indeks Massa Tubuh 25 – 27) sebanyak 8
gula darah 100-199 mg/dl) sebanyak 20 responden (20%) memiliki risiko stroke
responden (50%) memiliki risiko stroke sedang, serta obesitas (Indeks Massa
sedang, serta Diabetes Melitus (kadar gula Tubuh ≥ 27) sebanyak 2 responden (5%)
darah > 200 mg/dl) sebanyak 8 responden memiliki risiko stroke yang tinggi.
(20%) memiliki risiko stroke yang tinggi. Responden yang tidak merokok dan
Responden dengan kategori kadar memiliki risiko stroke rendah yaitu
kolesterol darah normal (kadar kolesterol sebanyak 23 responden (57,5%), moderat
darah < 200 mg/dl) dan memiliki risiko (< 20 batang/hari) 12 responden (30%)
stroke rendah yaitu sebanyak 8 responden memiliki risiko stroke sedang, serta
(20%), ambang batas (kadar kolesterol perokok berat (≥ 20 batang/hari) sebanyak
darah 200-239 mg/dl) sebanyak 10 5responden (12,5%) memiliki risiko stroke
responden (25%) memiliki risiko stroke yang tinggi.
sedang, serta Hiperkolesterolemia (kadar Responden yang melakukan aktifitas
kolesterol darah ≥ 240 mg/dl) sebanyak 22 fisik secara rutin (3 – 5 kali/minggu) dan
responden (55%) memiliki risiko stroke memiliki risiko stroke rendah yaitu
yang tinggi. sebanyak 6 responden (15%), kadang-
Responden yang tidak memiliki kadang (1 – 2kali/minggu) sebanyak
riwayat penyakit jantung dan memiliki 12responden (30%) memiliki risiko stroke
risiko stroke rendah yaitu sebanyak 24 sedang, serta tidak pernah melakukan
responden (60%), tidak yakin memiliki aktifitas fisiksebanyak 22 responden (55%)
riwayat penyakit jantung sebanyak 9 memiliki risiko stroke yang tinggi.
responden (22,5%) memiliki risiko stroke Distribusi frekuensi pengetahuan
sedang, serta memiliki riwayat penyakit terhadap deteksi dini penyakit stroke dari
jantung sebanyak 7 responden (17,5%) responden penelitian dikelompokkan
memiliki risiko stroke yang tinggi. berdasarkan kategori pengetahuan rendah
Responden yang memiliki Indeks (skor 0-2), pengetahuan sedang (skor 3-5),
Massa Tubuh normal (18,5 – 25,0) dan dan pengetahuan tinggi (skor 6-8) dapat
memiliki risiko stroke rendah yaitu dilihat pada tabel berikut ini.
sebanyak 30 responden (75%), overweight

Tabel 2. Tabulasi Silang Tingkat Risiko Stroke dengan Tingkat Pengetahuan Terhadap Deteksi Dini
Penyakit Stroke
Tingkat Pengetahuan
Total % p value
Tinggi % Sedang % Rendah %
Rendah 8 20 4 10 2 5 14 35
Tingkat
Sedang 6 15 8 20 1 2,5 15 37,5
Risiko Stroke 0,66
Tinggi 2 5 6 15 3 7,5 11 27,5
Total 16 40 18 45 6 15 40 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat berarti tidak ada hubungan antara tingkat
diketahui bahwa tingkat pengetahuan faktor risiko stroke dengan pengetahuan
responden terhadap deteksi dini penyakit masyarakat terhadap deteksi dini penyakit
stroke rendah sebanyak 6 responden strokedi wilayah kerja Puskesmas Rawat
(15%), pengetahuan sedang sebanyak 18 Inap Cempaka (p = 0,66; α = 0,05).
responden (45%), dan pengetahuan tinggi
sebanyak 16 responden (40%).
Uji korelasi Spearman didapatkan
nilai p = 0,66. Analisis uji statistik dengan
95% CI sehingga dapat diketahui H0 secara
statistik diterima karena p > 0,05 yang

82
Tingkat Faktor Risiko Stroke DK Vol.3/No.2/September/ 2015

Tingkat Faktor Risiko Stroke darah yang nantinya akan berperan dalam
kejadian stroke (15).
1. Usia
Usia merupakan salah satu faktor 4. Kadar Kolesterol Darah
risiko stroke yang tidak dapat diubah. Sama halnya dengan diabetes
Semakin tua usia, maka risiko untuk melitus, hiperlipidemia juga bukan
terjadinya stroke juga semakin meningkat. merupakan faktor independen penyebab
Usia tua juga dihubungkan dengan sebagai stroke meskipun dalam beberapa penelitian
faktor risiko stroke dari faktor risiko stroke menyebutkan bahwa dengan menurunkan
yang lainnya yaitu berupa hipertensi, kadar kolesterol darah maka risiko untuk
diabetes mellitus, dan kelainan jantung terkena stroke juga akan menurun (15).
(10). Hasil penelitian Hajar et al pada Terdapat hubungan antara peningkatan
tahun 2012 menunjukkan bahwa kadar kolesterol darah dengan terjadinya
peningkatan usia dan penyakit stroke iskemik (16).
serebrovaskuler sebelumnya memiliki
hubungan yang positif dengan kejadian 5. Riwayat Penyakit Jantung
stroke, terutama stroke infark (11). Termasuk dalam penyakit jantung
dan pembuluh antara lain adalah atrial
2. Tekanan Darah fibrilasi dan stenosis arteri karotis. Atrial
Hipertensi dapat menyebabkan fibrilasi meningkatkan risiko terjadinya
pecahnya pembuluh darah di otak sehingga stroke dua kali lipat pada laki-laki dan tiga
dapat menyebabkan perdarahan kali lipat pada perempuan (17). Berbeda
intraserebral, intraventrikular, maupun dengan diabetes melitus dan
subarakhnoid (12). Penelitian yang hiperlipidemia, penyakit jantung menjadi
dilakukan oleh Bayu Zeva pada tahun penyebab langsung terjadinya serangan
2012 yang menunjukkan bahwa 72% stroke. Pada stroke yang disebabkan oleh
pasien stroke hemoragik yang menderita emboli, faktor yang paling berperan adalah
penyakit hipertensi merupakan penderita infark miokard, aritmia, dan atrial fibrilasi
hipertensi grade 2 dan 68% pasien stroke (18).
non hemoragik yang menderita penyakit
hipertensi juga merupakan penderita 6. Indeks Massa Tubuh
hipertensi grade 2 (13). Obesitas dapat meningkatkan risiko
stroke 2 kali lipat bila dibandingkan
3. Kadar Gula Darah dengan bukan penderita obesitas (15).
Studi tentang hiperglikemia dengan Diketahui pula efek dari obesitas adalah
prospektif dan case control yang dilakukan mempercepat aterosklerosis pada remaja
oleh Basu et al pada tahun 2012 dan dewasa muda (19). Oleh karena itu,
mengindikasikan hiperglikemia sebagai penurunan berat badan dapat mengurangi
prediktor outcome pada pasien stroke atau risiko terserang stroke (20).
dengan kata lain tingkat keparahan stroke
juga dapat dipengaruhi kadar gula darah 7. Perilaku Merokok
pada seseorang (14). Diabetes melitus Merokok dapat menyebabkan
meningkatkan risiko stroke menjadi 1 – 3 peningkatan koagulabilitas, viskositas
kali lipat bila dbandingkan dengan bukan darah, meningkatkan kadar kadar
penderita diabetes melitus dan walaupun fibrinogen, memacu agregasi trombosit
diabetes melitus bukan merupakan faktor sehingga meningkatkan tekanan darah, dan
independen penyebab stroke, namun dapat meningkatkan hematokrit (1). Orang
pengendalian kadar gula darah dapat yang memiliki kebiasaan merokok
mengurangi komplikasi pada pembuluh cenderung lebih berisiko untuk terkena
penyakit jantung dan stroke dibandingkan

83
Tingkat Faktor Risiko Stroke DK Vol.3/No.2/September/ 2015

orang yang tidak merokok (15). Merokok yang dijadikan faktor risiko stroke,
meningkatkan risiko stroke sebesar 1,5 kali sedangkan pada penelitian ini ada banyak
sesudah faktor risiko stroke yang lain faktor risiko stroke yaitu umur, tekanan
dikendalikan (21). darah, kadar gula darah, kadar kolesterol
darah, riwayat penyakit jantung, obesitas,
8. Aktivitas Fisik merokok, dan aktivitas fisik. Artinya
Meningkatkan aktivitas fisik akan pengetahuan terhadap deteksi dini penyakit
menurunkan risiko stroke (15). Penelitian stroke tidak dipengaruhi oleh faktor risiko
yang dilakukan Harmsen pada tahun 2006 stroke yang dimiliki seseorang.
menunjukkan bahwa rendahnya aktivitas Pengetahuan seseorang dapat
fisik dapat menjadi prediktor faktor risiko dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
stroke iskemik (22). Aktivitas fisik pendidikan, pekerjaan, umur, minat,
berperan sebagai efek protektif pada stroke pengalaman, kebudayaan, dan informasi
dan penyakit kardiovaskuler lain. Olahraga (26). Dalam hal ini mungkin saja tingkat
aerobik teratur berpengaruh positif pendidikan responden yang tinggi,
terhadap pencegahan stroke melalui pengalaman di masa lalu dalam
mekanisme pengendalian berat badan, menghadapi penyakit stroke, atau
tekanan darah, dan kadar kolesterol dalam informasi memadai tentang penyakit stroke
darah (15). yang menyebabkan reponden dapat
menjawab kuesioner dengan baik (27).
Pendidikan mempengaruhi proses
Hubungan Tingkat Faktor Risiko
belajar, semakin tinggi pendidikan
Stroke dengan Pengetahuan
seseorang semakin mudah orang tersebut
Masyarakat tentang Deteksi Dini
memperoleh informasi yang dapat
Penyakit Stroke
merubah perilaku menjadi lebih baik (26).
Penelitian yang dilakukan oleh Julia Orang yang berpendidikan tinggi maka
Slark et al pada tahun 2010 menunjukkan akan cenderung mudah dalam mengakses
tingkat pengetahuan tentang gejala-gejala informasi. Seseorang dengan tingkat
pada penyakit kardiovaskuler akan pendidikan tinggi diharapkan mampu
mempengaruhi seseorang terkena penyakit memahami informasi kesehatan dan
kardiovaskuler dimasa yang akan datang mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-
(23). Individu dengan risiko stroke yang hari. Pengalaman sebagai sumber
tinggi cenderung memiliki pengetahuan pengetahuan yaitu dengan cara mengulang
yang rendah tentang tanda dan gejala kembali pengetahuan yang diperoleh
penyakit kardiovaskuler. Hasil penelitian dimasa lalu untuk memecahkan masalah
ini didukung oleh Antje Sundseth et al dimasa mendatang (26). Pengalaman
yang menunjukkan pengetahuan yang dalam menghadapi kejadian stroke
lebih baik dapat meningkatkan pencegahan sebelumnya memungkinkan seseorang
penyakit stroke (24). untuk bertindak identik dengan apa yang
Hasil penelitian ini menyebutkan dilakukan dimasa lampau (28). Informasi
bahwa tidak ada hubungan antara tingkat yang diperoleh baik dari pendidikan
faktor risiko stroke dengan pengetahuan formal maupun non formal dapat
masyarakat terhadap deteksi dini penyakit memberikan pengaruh jangka pendek
stroke. Berbeda dengan penelitian (immediate impact) sehingga
sebelumnya yang dilakukan oleh Berlinda menghasilkan perubahan atau peningkatan
tahun 2013 yang menyebutkan ada pengetahuan (26). Adanya informasi baru
hubungan antara hipertensi sebagai faktor mengenai sesuatu hal memberikan
risiko stroke dengan identifikasi penyakit landasan kognitif baru bagi terbentuknya
stroke (25). Perbedaan ini disebabkan pada pengetahuan terhadap hal tersebut (29).
penelitian oleh Berlinda hanya hipertensi

84
Tingkat Faktor Risiko Stroke DK Vol.3/No.2/September/ 2015

Sampel pada penelitian ini berjumlah bidang keperawatan komunitas. Layanan


40 orang yang mana populasi pada lokasi kesehatan juga diharapkan dapat
penelitian bersifat heterogen. Untuk memberikan suatu pendidikan kesehatan
populasi yang bersifat heterogen, makin yang berkaitan dengan penyakit stroke dan
besar jumlah sampel penelitiannya maka keadaan yang menyertainya. Khususnya
akan semakin tinggi tingkat pendeteksian secara dini penyakit stroke
representativitasnya (27). Makin banyak agar masyarakat yang menemui kasus
subjek yang diteliti tentu proporsi sampel tersebut dapat menggunakan fasilitas
terhadap populasi semakin besar. Makin layanan kesehatan yang tepat.
banyak ciri-ciri sampel yang diteliti, maka
akan semakin dekat dengan ciri-ciri
populasi. Dari pernyataan tersebut, tidak KEPUSTAKAAN
ada hubungan pada hasil penelitian ini bisa
1. Sihombing M. Hubungan perilaku
disebabkan oleh jumlah sampel penelitian
merokok, konsumsi
yang masih kurang sehingga belum
makanan/minuman, dan aktivitas fisik
mewakili populasi yang ada. Saran untuk
dengan penyakit hipertensi pada
penelitian yang akan datang adalah dengan
responden obes di Indonesia. Majalah
menambahkan jumlah sampel agar lebih
Kedokteran Indonesia 2010; 60: 9.
menggambarkan keadaan populasi yang
sebenarnya.
2. Chobanian AV, Alving BM, Bakris
GL,et al. Seventh report of the joint
PENUTUP national committee on prevention,
detection, evaluation, and treatment of
Penelitian yang dilaksanakan di
high blood pressure. 2004; (online),
wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap
(http://www.nhlbi.nih.gov, diakses 14
Cempaka dapat diambil kesimpulan
April 2014).
sebagai berikut. Tingkat faktor risiko
stroke rendah sebanyak 14 responden
3. Widjaja D. Hipertensi dan stroke
(35%), tingkat faktor risiko stroke sedang
dalam simposium penatalaksanaan
sebanyak 15 responden (37,5%), dan
hipertensi masa kini. Surabaya: UPF
tingkat faktor risiko stroke tinggi sebanyak
Ilmu Penyakit Saraf Fakultas
11 responden (27,5%). Tingkat
Kedokteran Universitas Airlangga,
pengetahuan responden terhadap deteksi
2004.
dini penyakit stroke rendah sebanyak 6
responden (15%), pengetahuan sedang
4. Anonim. Pengetahuan sekilas tentang
sebanyak 18 responden (45%), dan
stroke. 2012; (online),
pengetahuan tinggi sebanyak 16 responden
(http://www.yastroki.or.id, diakses 14
(40%). Tidak ada hubungan antara tingkat
April 2014).
faktor risiko stroke dengan pengetahuan
masyarakat terhadap deteksi dini penyakit
5. Davis CP. Stroke causes. 2010;
strokedi wilayah kerja Puskesmas Rawat
(online).
Inap Cempaka dengan menggunakan uji
(http://www.emedicinehealth.com,
korelasi Spearman (p > 0,05).
diakses 14 April 2014).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran tingkat faktor
6. Wahyu GG. Stroke hanya menyerang
risiko stroke dengan pengetahuan
orang tua? Jakarta: Bentang Pustaka,
masyarakat tentang deteksi dini penyakit
2009.
stroke di pelayanan kesehatan dasar seperti
Puskesmas dan bertujuan agar dapat
7. Pinzon R. Cara cerdas cegah stroke.
meningkatkan pelayanan keperawatan di
2013; (online),

85
Tingkat Faktor Risiko Stroke DK Vol.3/No.2/September/ 2015

(http://www.strokebethesda.com, (http://www.nhlbi.nih.gov, diakses 24


diakses 14 April 2014). November 2014).

8. Lutfiyya MN, Huot KL, Amaro ML, 17. Wolf PA, Kannel WB. Atrial
et al. State level correlations between fibrilation as an independent risk
high heart attack and stroke faktor for stroke: framingham study.
symptomology knowledge scores and Journal of The American Heart
CVD risk factor and mortality rates. Association. 2004; 22: 938–988.
American Heart Association Journals
2013; 5(10). 18. Ropper AH, Brown RH. Adam and
victor’s principles of neurology 8ed.
9. Bietzk E, Davies R, Flyod A, et al. Boston: McGraw-Hill Professional,
FAST enough? The UK general 2005.
public’s understanding of stroke.
Royal College of Physicians 2012; 19. Bambang M, Suharti KS. Pencegahan
12(5): 410–415. stroke dan serangan jantung pada usia
muda. Jakarta: Fakultas Kedokteran
10. Lumbantobing, SM. Stroke: bencana Universitas Indonesia, 2008.
peredaran darah di otak. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, 2003. 20. Pearson T. Primer in preventive
cardiology. Texas: American Heart
11. Gofir, A. Manajemen stroke evidence Association, 2006.
based medicine. Yogyakarta: Pustaka
Cendekia Press, 2011. 21. Stroke Association. Understanding
stroke risk. 2012; (online),
(http://www.strokeassociation.org,
12. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi
diakses 18 April 2014).
konsep klinis proses-proses penyakit
edisi 6. Jakarta: EGC, 2006.
22. Harmsen P, Wilhemsen L, Lappas G,
Rosengren A. Long term risk faktors
13. Wirasakti, BZ. Korelasi faktor-faktor
for stroke. American Heart
risiko stroke dengan jenis patofisiologi
Association Journals. 2006; 37:
stroke di RSUD Sleman Yogyakarta.
1663–1667.
Yogyakarta: FKUI Yogyakarta, 2012.
23. Slark J, Bentley P, Majeed A, et al.
14. Basu S, Yoffe P, Hills N, Lustig RH.
Awareness of stroke symptomatology
The relationship of sugar to
and cardiovascular risk faktors
population-level diabetes prevalence:
amongst stroke survivors. 2010;
an econometric analysis of repeated
(online),
cross-sectional data. 2012; (online),
(http://www.strokejournal.org, diakses
(http://www.journal.org, diakses 03
13 Oktober 2014).
Desember 2014).
24. Sundseth A, Faiz KW, Ronning OM,
15. Anonim. Mengendalikan faktor risiko
et al. Faktors related to knowledge of
stroke. 2013; (online),
stroke symptoms and risk faktors in a
(http://www.strokebethesda.com,
Norwegian stroke population. 2014;
diakses25 Maret 2014).
(online),
(http://www.strokejournal.org, diakses
16. Rexrode KM. Emerging risk faktor in
13 Oktober 2014).
woman. 2009; (online),

86
Tingkat Faktor Risiko Stroke DK Vol.3/No.2/September/ 2015

25. Berlinda OR. Hubungan antara


hipertensi sebagai faktor risiko stroke
dengan identifikasi penyakit stroke di
Panti Werdha Pangesti Lawang
Malang. Malang: PSIK FK
Universitas Brawijaya, 2013.

26. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan


teori dan aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta, 2005.

27. Fadhila N. Hubungan pengetahuan,


sikap dan perilaku tentang faktor
risiko penyakit serebrovaskular
terhadap kejadian stroke iskemik.
2010; (online),
(http://eprints.undip.ac.id, diakses 17
Oktober 2014).

28. Nastiti D. Gambaran faktor risiko


kejadian stroke pada pasien stroke di
rawat inap di Rumah Sakit Krakatau
Medika tahun 2011. Depok: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, 2012.

29. Pinzon R. Mengapa pasien stroke


datang terlambat ke rumah sakit?
Medicinus 2012: 23(1): 18 – 21.

87

Anda mungkin juga menyukai