Anda di halaman 1dari 8

KEJADIAN LUAR BIASA CAMPAK DAN GIZI BURUK DI ASMAT, PAPUA

Oleh
BEM FKM UI, BEM FK UI, dan BEM FKG UI

Kabupaten Asmat merupakan salah satu kabupaten dari Provinsi Papua yang terletak di
bagian selatan Papua, memiliki luas 23.746 km2 atau 7,44 persen dari luas Provinsi Papua.
Belum ada akses darat yang menghubungkan satu distrik dengan distrik yang lain. Sementara
kendaraan yang umum digunakan oleh masyarakat adalah speedboat ataupun longboat dengan
mesin motor, juga ada masyarakat lokal yang masih mengendarai kole-kole (sampan kayu
dengan dayung panjang) untuk dapat pergi dari satu kampung ke kampung lainnya atau menuju
ke hutan untuk mencari sagu ataupun gaharu. Selain itu, angkutan udara menjadi salah satu
alternatif mobilitas barang dan penduduk, mengingat kondisi geografis Kabupaten Asmat yang
berupa perairan dan masih memiliki hutan yang luas. Alat komunikasi yang minin juga
menyebabkan kebijakan yang bagus dari pimpinan daerah sering kurang maksimal.

Uskup Agats, Asmat, Papua Mgr. Aloysius Murwito menyatakan kondisi tanah yang
cukup asam dan air yang asin menyebabkan sulitnya daerah tersebut untuk ditanami sayur
mayor, sehingga lebih banyak tanaman yang menghasilkan kayu. Begitupun air tanah yang sulit
membuat warga setempat lebih banyak memanfaatkan sungai untuk keperluan sehari-hari,
bahkan air minum. Menurut pemantauan Menteri Kesehatan hanya terdapat 13 puskesmas di
Asmat dan masih membutuhkan 3 puskesmas lagi untuk memenuhi fasilitas kesehatan, namun
pembangunannya terhalang medan yang cukup sulit dijangkau. Hal-hal tersebut mendorong
terjadinya banyak permasalahan kesehatan di Asmat

Hingga saat ini, permasalahan tersebut masih menjadi sorotan dan pemantauan
pemerintah karena banyak menelan korban jiwa. Kejadian Luar Biasa (KLB) campak dan gizi
buruk di Kabupeten Asmat, Papua menurut Menteri Kesehatan sudah sebanyak 71 korban
meninggal sejak September 2017 lalu hingga saat ini.1 Masyarakat sekitar jarang diimunisasi
akibat minimnya tenaga kesehatan dan masih sedikitnya upaya promosi kesehatan yang bersifat
preventif untuk menghindari meledaknya kasus kejadian. Tim kesehatan terpadu yang terdiri dari

1Belarminus, Robertus. (2018, Januari 31). Menkes: 71 Orang Meninggal dalam Kasus Gizi Buruk dan Campak di
Asmat. Tersedia pada: http://nasional.kompas.com/read/2018/01/31/15410691/ men kes-71-orang-meninggal-dalam-
kasus-gizi-buruk-dan-campak-di-asmat
tim kesehatan dari Dinas Kesehatan Papua, tim kesehatan dari TNI dan Kementerian Kesehatan
setidaknya telah melayani 11.068 warga yang berdomisili di Kabupaten Asmat2 . Tim terpadu
pemerintah kabupaten asmat juga sudah diterjunkan ke 7 distrik yang terkena wabah campak dan
gizi buruk. Ketujuh distrik tersebut adalah Swator, Aswit, Fayit, Pulau Tiga, Kolf Braza, Jetsy
dan Siret. Pemerintah Kabupaten Asmat membentuk 5 tim yang akan memberikan imuniasi bagi
anak balita di 224 kampung di Asmat untuk mencegah KLB campak terulang di masa
mendatang. Kondisi terakhir dari jumlah pasien campak dan gizi buruk mencapai 88 orang
dengan rincian, penderita campak sebanyak 7 pasien, gizi buruk sebanyak 73 pasien, gizi buruk
dan campak sebanyak 2 pasien dan gizi kurang sebanyak 6 pasien. 3
Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan, Elizabeth Jane
Soepardi, mengakui imunisasi yang belum optimal dan kurangnya tenaga medis diperkirakan
menjadi penyebab cepat merebaknya wabah di wilayah paling timur Indonesia tersebut. Begitu
pula dengan para perempuan, faktor budaya di Papua menyebabkan banyak perempuan tidak
mendapatkan pendidikan yang ujungnya adalah pemenuhan kesehatan dan tumbuh kembang
anak.3 Kebanyakan dari pasien penderita meninggal sebelum sempat dilarikan ke rumah sakit.
Pasalnya, jarak antara Kampung As dan Atat dengan Agats, ibu kota Asmat, hanya bisa
menggunakan transportasi air dengan waktu tempuh sekitar tiga jam jika menggunakan speed
boat. Kondisi medan yang berat menjadi permasalahan utama penanganan wabah.

Berbagai sumber menyebutkan beberapa faktor yang disinyalir menjadi pemicu


terjadinya wabah campak dan gizi buruk di Asmat sebagian besar berakar dari kondisi geografis.
Sarana transportasi di Asmat sangat tidak mendukung; perjalanan tidak dapat ditempuh dengan
mobil sebab ketiadaan jalan raya, berjalan kaki membutuhkan waktu setidaknya satu hari, dan
perjalanan dengan perahu menghabiskan banyak biaya 4 . Selain itu, harga bahan bakar minyak
disana juga sangat tinggi mencapai Rp30.000,00 per liter, akibat kelangkaan dan sulitnya

2 Abubar, Musa. (2018, Februari 1). 11.068 Warga Asmat Dapat Pelayanan Kesehatan . Tersedia pada:
https://www.antaranews.com/berita/682502/11068-warga-asmat-dapat-pelayanan-kesehatan
3 Amindoni, Ayomi. (2018, Januari 15). Gizi Buruk dan Campak, Puluhan Tewas di Papua: Pemerintah Lambat? .

Tersedia pada: http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42646288


4 _____. (2018, Januari 31). Lima Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Wabah Campak dan Gizi Buruk di Asmat .

Tersedia pada: http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42872190


distribusi5 . Oleh karena itu, masyarakat yang sakit sulit mendapatkan pelayanan kesehatan
karena akses yang sulit dan mahal. Terlebih lagi, fasilitas kesehatan yang tersedia juga dianggap
tidak layak dengan hanya ada 1 rumah sakit, 13 puskesmas, dan 26 dokter untuk kabupaten
dengan luas 29.000 kilometer persegi tersebut.
Selanjutnya, kondisi lingkungan juga menyebabkan masalah-masalah lain yang berujung
pada terjadinya Kasus Luar Biasa Asmat. Menteri Kesehatan Nila Moeloek menyatakan bahwa
kondisi lingkungan di Asmat juga tidak sehat sebab penduduk tinggal di atas rawa-rawa, maka
jika air laut pasang maka air rawa akan masuk ke rumah dan membawa berbagai kuman6 .
Selain itu, Menteri Sosial Idrus Marham menyebutkan bahwa tempat tinggal penduduk Asmat
yang tidak layak ini juga dibarengi dengan kebiasaan buruk meminum air hujan dan air sungai
tanpa dimasak7 . Sedangkan sumber lain memaparkan bahwa penduduk Asmat juga tidak
memiliki jamban yang layak untuk sarana buang air1 . Selain itu pola kehidupan mereka juga
menyebar, tidak berkumpul, yang ada di 23 distrik. Bahkan sebagian besar dari mereka hidup
berpindah-pindah. Hal tersebut mempersulit petugas kesehatan yang datang ke kampung dan
rumah-rumah, karena didapati kosong dan tidak berpenghuni.

Dampak yang ditimbulkan KLB campak dan gizi buruk ini tentunya menunjukkan
seberapa buruknya kondisi kesehatan yang ada di wilayah Indonesia bagian Timur, khususnya
dalam jangka pendek. Kasus ini akan memakan banyak dana untuk melakukan tindakan kuratif
yang digelontorkan pemerintah agar tidak memperparah dan menganggu stabilitas pemerintahan.
Per bulan Januari 2018, kurang lebih 4 miliar rupiah telah digelontorkan pemerintah untuk
melakukan penanganan terhadap KLB ini. Tentunya apabila hal ini tidak terjadi dana tersebut
dapat dialokasikan untuk memajukan kesejahteraan daerah Asmat8 . Bahkan di tahun 2017 Dinas
Kesehatan Asmat mendapat dana sejumlah 69 miliar rupiah untuk menjaga keseimbangan bidang

5 _____. (2018, Januari 31). Kelangkaan BBM Jadi Salah Satu Penyebab KLB di Asmat . Tersedia pada:
https://www.cakrawala.co/2018/01/31/kelangkaan-bbm-jadi-salah-satu-penyebab-klb-di-asmat/
6 Ratna Puspita. (2018, Januari 29). Menkes: KLB di Asmat Akibat Beragam Masalah. Tersedia pada:

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/01/29/p3bfzs428-men kes-klb-di-asmat-akibat-
beragam-masalah

7 Purba, Fiqi Ahmad. (2018, Februari 1). Mensos Ungkap Banyak Faktor Penyebab KLB di Asmat. Tersedia pada:
http://soksinews.com/berita/detail/20270/mensos -ungkap-banyak-faktor-penyebab-klb-di-asmat
8 Gatra, Sandro. (2018, Januari 16). Kemensos Kirim Makanan ke Asmat. Tersedia pada:
http://nasional.kompas.com/read/2018/01/16/15054371/kemensos -kirim-makanan-ke-as mat
kesehatan di daerah tersebut.9 Namun dengan biaya sebesar itu hingga saat ini belum dirasa ada
pengaruh yang nyata terhadap perbaikan kesehatan di Asmat. Kejadian Luar Biasa (KLB) di
Asmat, Papua telah mendapat pemantauan dari pemerintah sejak beberapa waktu lalu. Distribusi
bantuan oleh pemerintah untuk kejadian luar biasa Asmat diklaim telah mencapai 90 persen,
tetapi masih ada daerah yang terkendala lagi-lagi dikarenakan kondisi geografis dari Kabupaten
Asmat sendiri yang menyulitkan proses pengiriman bantuan10 .

Pemerintah sebenarnya telah memulai bantuan kepada kasus di Kabupaten Asmat jauh
sebelum merebaknya isu KLB Asmat ini. Tercatat, mulai Tahun 2013, telah dilaksanakannya
PKAT atau Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil berupa bantuan pemukiman sosial,
jaminan hidup, bantuan bibit, perlatanan kerja dan juga peralatan rumah tangga yang telah
didistribusikan kepada 107 keluarga di Seramit, Auban, dan Sorai. Terdapat pula Program
Keluarga Harapan (PKH) yang dilaksanakan di Distrik Agats terhitung pada Tahun 2018 telah
diberi kepada 391 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) sebesar 87,5 juta (sampai tahun 2017).
Untuk distrik lainnya dalam proses rekrutmen pendamping dan validasi data calon KPM. Dapat
dikatakan jika sejauh ini bantuan dari kementrian sosial sebesar 3,9 miliar, yang terdiri atas
bantuan sembako dan logistik, program pemberdayaan komunitas adat terpencil (PKAT), serta
Program Keluarga Harapan (PKH) sedang dilaksanakan11 .

Setelah merebaknya kejadian luar biasa Asmat, Kemensos mulai melaksanakan program
pemberian makanan tambahan siap saji selama 1000 hari di Distrik Agats untuk ibu-ibu hamil
dan ibu yang mempunyai balita. 6 Terdapat pula bantuan 3 ton pemberian makanan tambahan
(PMT), 800 vial vaksin campak serta 10.000 pcs jarum suntik 0,5 ml yang telah dikirmkan ke
Kabupaten Agats dan juga Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat telah mengirimkan petugas
kesehatannya yang masih mengimunisasi warga secara massal 12 Dengan adanya KLB di Asmat,
pemerintah daerah juga telah mengalokasikan 10% dari APBD untuk bidang kesehatan. Hal ini

9 Sianipar, Tito. (2018, Januari 29). Pemerintah Indonesia Mengaku Kesulitan Tangani Wabah Kelaparan di Asmat .
Tersedia pada: http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42859232
10
Saraswati, Dian. (2018, Februari 2). Puan Klaim Bantuan untuk KLB di Asmat Capai 90 Persen .
Cnnindonesia.com. Tersedia pada: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180131212730-20-273032/puan-
klaim-bantuan-untuk-klb-di-asmat-capai-90-persen

11 Ramdhani, Jabbar. (2018, Januari 29). Mensos Ingin Penanganan KLB Asmat Dilakukan Terpadu . Detik.com.
Tersedia pada: https://news.detik.com/berita/3840046/ mensos-ingin-penanganan-klb-asmat-dilakukan-terpadu
12 Pramita, Ecka. (2018, Januari 15). Upaya Kemenkes Atasi Gizi Buruk di Asmat. Majalahkartini.co.id. Tersedia

pada: http://majalahkartini.co.id/berita/peristiwa/upaya-kemen kes-atasi-gizi-buruk-d i-asmat/


dilakukan atas anjuran dari pemerintah pusat. Namun anggaran tersebut masih belum terlihat
jelas dampaknya bagi kesehatan masyarakat di daerah Asmat. Pemerintah pusat menilai bahwa
anggaran tersebut masih belum tepat sasaran dan kurang maksimal dalam penggunaannya 13 . TNI
juga telah mengirimkan 260 orang, yang terdiri dari tim medis, tim logistik dan tim keamanan ke
Kabupaten Asmat yang akan bertugas selama satu tahun penuh. Satgas tersebut telah dikirim ke
23 distrik di Asmat dan menyebar ke 224 kampung. Tim Satgas Pertama telah dikirimkan pada
tanggal 25 Januari dan disusul oleh Tim Satgas Kedua pada tanggal 29 Januari 2018. Jumlah
personil dari satgas dapat bertambah disesuaikan dengan kondisi di lapangan14 .
Selain itu, pemerintah pusat telah menelusuri 22 dari 23 distrik dengan 196 kampung
yang menyebar. Dari wilayah tersebut, sebanyak 12.883 anak telah terlayani dan terdeteksi
sedangkan 72 anak lainnya dinyatakan meninggal dunia. Dengan adanya permasalahan KLB ini,
pemerintah pusat membuat tim terpadu yang terbentuk dari Kementerian Kesehatan,
Kementerian Sosial, BPPD, dan Pemerintah Daerah. Tim terpadu ini telah melakukan beberapa
langkah penanganan masalah darurat dan memberikan bantuan secara konkret kepada para
korban KLB campak dan gizi buruk Asmat, seperti mengobati korban KLB, memberikan
sembako, serta memberikan makanan kecil yang bergizi tinggi15 .
Terlepas dari tim terpadu yang telah dibentuk oleh pemerintah pusat, Kementerian
Kesehatan sendiri juga telah mengirimkan tenaga kesehatan ke Papua. Tim kesehatan terpadu ini
telah memeriksa sebanyak 12.398 anak sejak bulan September 2017 hingga 25 Januari 2018
sehingga mereka sudah mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal. Kementerian Kesehatan
juga telah mengonfirmasi bahwa terdapat 646 anak terkena wabah campak dan 144 anak
menderita gizi buruk. Selain itu, ditemukan juga sebanyak 25 anak yang terduga mengidap
campak serta 4 anak yang terkena campak dan gizi buruk. Mereka telah ditangani di RSUD
Agats dan juga oleh tim gabungan Dinkes Provinsi Papua serta Kabupaten Asmat. 15
Sebanyak 13.336 warga, terutama balita dan anak-anak di 224 kampung atau desa telah
diberikan vaksinasi campak. Selain itu Kementerian Kesehatan telah menerjunkan sebanyak 39
tenaga kesehatan yang diantaranya 11 dokter spesialis, 4 dokter umum, 3 perawat, 2 piata
13 Utama, Abraham. (2018, Januari 25). Campak dan Kelaparan di Asmat, Kemana APBD Triliunan? . BBC.com.
Tersedia pada: http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42799894
14 Zubaidah, Neneng. (2018, Januari 30). Satgas KLB Asmat Bertugas Selama Setahun. Sindonews.com. Tersedia

pada: http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42859232
15 Putri, Parastiti. (2018, Februari 1). Mensos Idrus Laporkan Hasil Tinjauan KLB Asmat kepada DPR. Detik.com.

Tersedia pada: https://m.detik.com/news/berita/d-3844978/ mensos-idrus-laporkan-hasil-tin jauan-klb-asmat-kepada-


dpr
anestesi , serta 19 tenaga kesehatan yang terdiri dari ahli gizi, kesehatan lingkungan serta
surveilens untuk siap siaga dalam tindakan pengobatan, serta investigasi dan pencegahan.
Pun demikian, kasus ini terus menerus meningkat bahkan merenggut semakin banyak
korban jiwa. Terlebih lagi, Menteri Kesehatan belum mengetahui dengan pasti penyebab dari
permasalahan yang terjadi16 . Untuk itu, masih banyak hal-hal yang kiranya perlu dilakukan
pemerintah, diantaranya upaya investigasi yang lebih mendalam terkait penyebab dari KLB
campak dan gizi buruk di Asmat. Hal tersebut sangat diperlukan, agar secepatnya dapat
dilakukannya tindakan-tindakan pencegahan dan penanganan spesifik pada akar permasalahan,
terlebih campak merupakan penyakit menular.

Dana otonomi khusus (otsus) untuk Papua juga perlu mendapat perhatian. Berbagai pihak
menganggap bahwa dana otsus untuk Papua sebesar 8 triliun terlalu besar17 . Namun besar atau
tidaknya dana tersebut dapat dilihat dari seberapa besar manfaat yang dapat diperoleh.
Penggunaan dana yang tidak efektif dan bijak menjadi penyebab utama terhambatnya
pembangunan serta perbaikan di berbagai sector, khususnya kesehatan. Untuk itu diperlukan
adanya monitoring dan evaluasi penggunaan dana otsus yang telah diberikan pemerintah pusat.
Terlebih untuk daerah-daerah yang sulit dijangkau, pemantauan ini sangat perlu dilakukan agar
dana otsus ini dapat efektif dan tepat sasaran terhadap hal-hal yang dibutuhkan untuk
membangun kesejahteraan bagi Papua.

Sebuah tamparan ketika Indonesia bercita-cita untuk bebas dari campak pada tahun
202018 , namun ironisnya di tahun 2018 kasus campak masih menjadi permasalahan besar yang
mengkhawatirkan. Presiden Joko Widodo melalui Instruksi Presiden (Inpres) No. 9 Tahun 2017,
telah menginstruksikan beberapa kementerian untuk melakukan berbagai upaya, salah satunya
Menteri Kesehatan untuk melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit, pelaksanaan

16 Robertus Belarminus. (2018, Januari 29). Ini Gambaran Menkes tentang Korban Gizi Buruk di Asmat. Tersedia
pada: http://nasional.kompas.com/read/2018/01/29/18120331/in i-gambaran-menkes-tentang-kondisi-korban-gizi-
buruk-di-asmat
17 Erdianto, Kristian. (2018, Januari 30). KLB Gizi Buruk di Asmat, Ketua DPR Minta Dana Otsus Papua Dikaji

Ulang. Tersedia pada: http://nasional.kompas.com/read/2018/01/30/15421251/ klb-g izi-buruk-d i-as mat-ketua-dpr-


minta-dana-otsus-papua-dikaji-ulang
18 Permana, Sukma Indah. (2017, Agustus 1). Jokowi Targetkan Tahun 2020 Indonesia Bebas Campak dan Rubella .

Tersedia pada: https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3581861/ joko wi-targetkan-tahun-2020-indonesia-bebas-


campak-dan-rubella
program peningkatan kesehatan ibu dan anak, dan program kesehatan lainnya 19 . Selain itu,
Instruksi Presiden (Inpres) tersebut dibuat sebagai upaya untuk melakukan penjangkauan
terhadap rakyat Papua yang masih sulit terjangkau dengan fasilitas-fasilitas umum (utamanya
daerah terpencil). Seharusnya dengan mengimplementasikan Inpres tersebut kejadian KLB ini
dapat dicegah dengan adanya deteksi dini. Namun nyatanya pemerintah jusru terlambat sehingga
harus menyebabkan banyak korban jiwa.

Dalam Nawacita nya, Presiden Joko Widodo berjanji akan melakukan pembangunan
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara
kesatuan (poin 3), Hal tersebut dibuktikan dengan pengerjaan proyek Trans Papua. Pun
demikian, sudah seharusnya Presiden Jokowi tidak lupa untuk membangun infrastruktur di
daerah-daerah terpencil Papua, yang kiranya sangat membutuhkan bantuan dalam hal akses
transportasi dan fasilitas kesehatan. Dengan adanya KLB ini, kita patut bersyukur karena
pemerintah akhirnya tergerak untuk mengerahkan pembangunan berupa jalan dan penyediaan air
minum.20 Namun lagi-lagi pemerintah terlambat, perlu ada 72 korban untuk mengerahkan
pembangunan di Asmat. Tidak hanya penyediaan, namun perlu ada yang mengkoordinir sarana
tersebut baik untuk pemanfaatan dan pemeliharaan. Juga perlu adanya peningkatan dalam hal
akses informasi, faktanya di Asmat masih sangat timpang dengan kota-kota besar, padahal
informasi saat ini menjadi kebutuhan yang mendasar untuk mencegah hal-hal seperti KLB ini
dapat terjadi lagi. Ini juga bersinggungan dengan poin ke-5 Nawacita yakni melakukan
peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Indonesia. Bagaimana Indonesia akan mencapai Universal Health Coverage pada tahun 2019
bila tidak diimbangi dengan penyediaan fasilitas serta tenaga kesehatan yang mencukupi? Perlu
secepatnya dilakukan persebaran tenaga kesehatan mengingat masih menumpuknya tenaga
kesehatan di pulau Jawa dan Bali.21

Sudah seharusnya pemerintah mulai memperhatikan daerah-daerah terpencil dengan


aspek kesehatannya. Perlunya pelibatan lintas sektor seperti perekonomian, pembangunan,
perhubungan, sosial dan yang lainnya untuk membangun masyarakat di Asmat. Diharapkan

19 Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2017 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat
20 http://properti.kompas.com/read/2018/02/01/150000621/antisipasi-terulangnya-klb-asmat-pemerintah-

siapkan-infrastruktur-
21 http://www.beritasatu.com/kesra/455119-2019-persebaran-tenaga-kesehatan-lebih-merata.html
pemerintah tidak hanya fokus dalam pembangunan infrastruktur, namun juga melakukan
pemberdayaan pada masyarakatnya. Melibatkan masyarakat dalam gerakan yang dilakukan, serta
lebih aktif dan kreatif dalam menghadapi masyarakat daerah yang masih memegang teguh
kearifan lokal. Dalam mengatasi KLB di Asmat pemerintah sangat cepat dan reaktif, Tapi
apakah tindakan reaktif tersebut cukup untuk mengatasi tragedi kesehatan yang terus berulang di
Papua? Kiranya ada persoalan penting mengenai pemerataan layanan kesehatan dan hal-hal lain
yang harus segera disikapi pemerintah pusat.

Untuk itu, Mahasiswa Universitas Indonesia menyatakan sikap kepada Presiden Joko
Widodo:

1. Menuntut pemerintah untuk bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan kasus gizi


buruk dan campak di Asmat, mengingat target Indonesia Bebas Campak 2020;
2. Menuntut pemerintah untuk segera mencari solusi dengan melakukan investigasi
permasalahan di Papua secara mendalam dan tindakan yang sistematis, mengingat
masih adanya 14 provinsi yang memiliki proporsi gizi buruk yang tinggi;
3. Menuntut pemerintah untuk melakukan monitoring dan evaluasi yang intensif
terhadap dana otonomi khusus (otsus) untuk Papua;
4. Menuntut pemerintah untuk merealisasikan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2017
Tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi
Papua Barat; dan
5. Menuntut pemerintah memenuhi Nawacita nomor 3 dan 5, untuk membangun daerah
pinggir Indonesia dengan melakukan penyediaan fasilitas kesehatan dan penyebaran
tenaga kesehatan di seluruh tanah air.

Anda mungkin juga menyukai