Oleh
BEM FKM UI, BEM FK UI, dan BEM FKG UI
Kabupaten Asmat merupakan salah satu kabupaten dari Provinsi Papua yang terletak di
bagian selatan Papua, memiliki luas 23.746 km2 atau 7,44 persen dari luas Provinsi Papua.
Belum ada akses darat yang menghubungkan satu distrik dengan distrik yang lain. Sementara
kendaraan yang umum digunakan oleh masyarakat adalah speedboat ataupun longboat dengan
mesin motor, juga ada masyarakat lokal yang masih mengendarai kole-kole (sampan kayu
dengan dayung panjang) untuk dapat pergi dari satu kampung ke kampung lainnya atau menuju
ke hutan untuk mencari sagu ataupun gaharu. Selain itu, angkutan udara menjadi salah satu
alternatif mobilitas barang dan penduduk, mengingat kondisi geografis Kabupaten Asmat yang
berupa perairan dan masih memiliki hutan yang luas. Alat komunikasi yang minin juga
menyebabkan kebijakan yang bagus dari pimpinan daerah sering kurang maksimal.
Uskup Agats, Asmat, Papua Mgr. Aloysius Murwito menyatakan kondisi tanah yang
cukup asam dan air yang asin menyebabkan sulitnya daerah tersebut untuk ditanami sayur
mayor, sehingga lebih banyak tanaman yang menghasilkan kayu. Begitupun air tanah yang sulit
membuat warga setempat lebih banyak memanfaatkan sungai untuk keperluan sehari-hari,
bahkan air minum. Menurut pemantauan Menteri Kesehatan hanya terdapat 13 puskesmas di
Asmat dan masih membutuhkan 3 puskesmas lagi untuk memenuhi fasilitas kesehatan, namun
pembangunannya terhalang medan yang cukup sulit dijangkau. Hal-hal tersebut mendorong
terjadinya banyak permasalahan kesehatan di Asmat
Hingga saat ini, permasalahan tersebut masih menjadi sorotan dan pemantauan
pemerintah karena banyak menelan korban jiwa. Kejadian Luar Biasa (KLB) campak dan gizi
buruk di Kabupeten Asmat, Papua menurut Menteri Kesehatan sudah sebanyak 71 korban
meninggal sejak September 2017 lalu hingga saat ini.1 Masyarakat sekitar jarang diimunisasi
akibat minimnya tenaga kesehatan dan masih sedikitnya upaya promosi kesehatan yang bersifat
preventif untuk menghindari meledaknya kasus kejadian. Tim kesehatan terpadu yang terdiri dari
1Belarminus, Robertus. (2018, Januari 31). Menkes: 71 Orang Meninggal dalam Kasus Gizi Buruk dan Campak di
Asmat. Tersedia pada: http://nasional.kompas.com/read/2018/01/31/15410691/ men kes-71-orang-meninggal-dalam-
kasus-gizi-buruk-dan-campak-di-asmat
tim kesehatan dari Dinas Kesehatan Papua, tim kesehatan dari TNI dan Kementerian Kesehatan
setidaknya telah melayani 11.068 warga yang berdomisili di Kabupaten Asmat2 . Tim terpadu
pemerintah kabupaten asmat juga sudah diterjunkan ke 7 distrik yang terkena wabah campak dan
gizi buruk. Ketujuh distrik tersebut adalah Swator, Aswit, Fayit, Pulau Tiga, Kolf Braza, Jetsy
dan Siret. Pemerintah Kabupaten Asmat membentuk 5 tim yang akan memberikan imuniasi bagi
anak balita di 224 kampung di Asmat untuk mencegah KLB campak terulang di masa
mendatang. Kondisi terakhir dari jumlah pasien campak dan gizi buruk mencapai 88 orang
dengan rincian, penderita campak sebanyak 7 pasien, gizi buruk sebanyak 73 pasien, gizi buruk
dan campak sebanyak 2 pasien dan gizi kurang sebanyak 6 pasien. 3
Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan, Elizabeth Jane
Soepardi, mengakui imunisasi yang belum optimal dan kurangnya tenaga medis diperkirakan
menjadi penyebab cepat merebaknya wabah di wilayah paling timur Indonesia tersebut. Begitu
pula dengan para perempuan, faktor budaya di Papua menyebabkan banyak perempuan tidak
mendapatkan pendidikan yang ujungnya adalah pemenuhan kesehatan dan tumbuh kembang
anak.3 Kebanyakan dari pasien penderita meninggal sebelum sempat dilarikan ke rumah sakit.
Pasalnya, jarak antara Kampung As dan Atat dengan Agats, ibu kota Asmat, hanya bisa
menggunakan transportasi air dengan waktu tempuh sekitar tiga jam jika menggunakan speed
boat. Kondisi medan yang berat menjadi permasalahan utama penanganan wabah.
2 Abubar, Musa. (2018, Februari 1). 11.068 Warga Asmat Dapat Pelayanan Kesehatan . Tersedia pada:
https://www.antaranews.com/berita/682502/11068-warga-asmat-dapat-pelayanan-kesehatan
3 Amindoni, Ayomi. (2018, Januari 15). Gizi Buruk dan Campak, Puluhan Tewas di Papua: Pemerintah Lambat? .
Dampak yang ditimbulkan KLB campak dan gizi buruk ini tentunya menunjukkan
seberapa buruknya kondisi kesehatan yang ada di wilayah Indonesia bagian Timur, khususnya
dalam jangka pendek. Kasus ini akan memakan banyak dana untuk melakukan tindakan kuratif
yang digelontorkan pemerintah agar tidak memperparah dan menganggu stabilitas pemerintahan.
Per bulan Januari 2018, kurang lebih 4 miliar rupiah telah digelontorkan pemerintah untuk
melakukan penanganan terhadap KLB ini. Tentunya apabila hal ini tidak terjadi dana tersebut
dapat dialokasikan untuk memajukan kesejahteraan daerah Asmat8 . Bahkan di tahun 2017 Dinas
Kesehatan Asmat mendapat dana sejumlah 69 miliar rupiah untuk menjaga keseimbangan bidang
5 _____. (2018, Januari 31). Kelangkaan BBM Jadi Salah Satu Penyebab KLB di Asmat . Tersedia pada:
https://www.cakrawala.co/2018/01/31/kelangkaan-bbm-jadi-salah-satu-penyebab-klb-di-asmat/
6 Ratna Puspita. (2018, Januari 29). Menkes: KLB di Asmat Akibat Beragam Masalah. Tersedia pada:
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/01/29/p3bfzs428-men kes-klb-di-asmat-akibat-
beragam-masalah
7 Purba, Fiqi Ahmad. (2018, Februari 1). Mensos Ungkap Banyak Faktor Penyebab KLB di Asmat. Tersedia pada:
http://soksinews.com/berita/detail/20270/mensos -ungkap-banyak-faktor-penyebab-klb-di-asmat
8 Gatra, Sandro. (2018, Januari 16). Kemensos Kirim Makanan ke Asmat. Tersedia pada:
http://nasional.kompas.com/read/2018/01/16/15054371/kemensos -kirim-makanan-ke-as mat
kesehatan di daerah tersebut.9 Namun dengan biaya sebesar itu hingga saat ini belum dirasa ada
pengaruh yang nyata terhadap perbaikan kesehatan di Asmat. Kejadian Luar Biasa (KLB) di
Asmat, Papua telah mendapat pemantauan dari pemerintah sejak beberapa waktu lalu. Distribusi
bantuan oleh pemerintah untuk kejadian luar biasa Asmat diklaim telah mencapai 90 persen,
tetapi masih ada daerah yang terkendala lagi-lagi dikarenakan kondisi geografis dari Kabupaten
Asmat sendiri yang menyulitkan proses pengiriman bantuan10 .
Pemerintah sebenarnya telah memulai bantuan kepada kasus di Kabupaten Asmat jauh
sebelum merebaknya isu KLB Asmat ini. Tercatat, mulai Tahun 2013, telah dilaksanakannya
PKAT atau Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil berupa bantuan pemukiman sosial,
jaminan hidup, bantuan bibit, perlatanan kerja dan juga peralatan rumah tangga yang telah
didistribusikan kepada 107 keluarga di Seramit, Auban, dan Sorai. Terdapat pula Program
Keluarga Harapan (PKH) yang dilaksanakan di Distrik Agats terhitung pada Tahun 2018 telah
diberi kepada 391 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) sebesar 87,5 juta (sampai tahun 2017).
Untuk distrik lainnya dalam proses rekrutmen pendamping dan validasi data calon KPM. Dapat
dikatakan jika sejauh ini bantuan dari kementrian sosial sebesar 3,9 miliar, yang terdiri atas
bantuan sembako dan logistik, program pemberdayaan komunitas adat terpencil (PKAT), serta
Program Keluarga Harapan (PKH) sedang dilaksanakan11 .
Setelah merebaknya kejadian luar biasa Asmat, Kemensos mulai melaksanakan program
pemberian makanan tambahan siap saji selama 1000 hari di Distrik Agats untuk ibu-ibu hamil
dan ibu yang mempunyai balita. 6 Terdapat pula bantuan 3 ton pemberian makanan tambahan
(PMT), 800 vial vaksin campak serta 10.000 pcs jarum suntik 0,5 ml yang telah dikirmkan ke
Kabupaten Agats dan juga Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat telah mengirimkan petugas
kesehatannya yang masih mengimunisasi warga secara massal 12 Dengan adanya KLB di Asmat,
pemerintah daerah juga telah mengalokasikan 10% dari APBD untuk bidang kesehatan. Hal ini
9 Sianipar, Tito. (2018, Januari 29). Pemerintah Indonesia Mengaku Kesulitan Tangani Wabah Kelaparan di Asmat .
Tersedia pada: http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42859232
10
Saraswati, Dian. (2018, Februari 2). Puan Klaim Bantuan untuk KLB di Asmat Capai 90 Persen .
Cnnindonesia.com. Tersedia pada: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180131212730-20-273032/puan-
klaim-bantuan-untuk-klb-di-asmat-capai-90-persen
11 Ramdhani, Jabbar. (2018, Januari 29). Mensos Ingin Penanganan KLB Asmat Dilakukan Terpadu . Detik.com.
Tersedia pada: https://news.detik.com/berita/3840046/ mensos-ingin-penanganan-klb-asmat-dilakukan-terpadu
12 Pramita, Ecka. (2018, Januari 15). Upaya Kemenkes Atasi Gizi Buruk di Asmat. Majalahkartini.co.id. Tersedia
pada: http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42859232
15 Putri, Parastiti. (2018, Februari 1). Mensos Idrus Laporkan Hasil Tinjauan KLB Asmat kepada DPR. Detik.com.
Dana otonomi khusus (otsus) untuk Papua juga perlu mendapat perhatian. Berbagai pihak
menganggap bahwa dana otsus untuk Papua sebesar 8 triliun terlalu besar17 . Namun besar atau
tidaknya dana tersebut dapat dilihat dari seberapa besar manfaat yang dapat diperoleh.
Penggunaan dana yang tidak efektif dan bijak menjadi penyebab utama terhambatnya
pembangunan serta perbaikan di berbagai sector, khususnya kesehatan. Untuk itu diperlukan
adanya monitoring dan evaluasi penggunaan dana otsus yang telah diberikan pemerintah pusat.
Terlebih untuk daerah-daerah yang sulit dijangkau, pemantauan ini sangat perlu dilakukan agar
dana otsus ini dapat efektif dan tepat sasaran terhadap hal-hal yang dibutuhkan untuk
membangun kesejahteraan bagi Papua.
Sebuah tamparan ketika Indonesia bercita-cita untuk bebas dari campak pada tahun
202018 , namun ironisnya di tahun 2018 kasus campak masih menjadi permasalahan besar yang
mengkhawatirkan. Presiden Joko Widodo melalui Instruksi Presiden (Inpres) No. 9 Tahun 2017,
telah menginstruksikan beberapa kementerian untuk melakukan berbagai upaya, salah satunya
Menteri Kesehatan untuk melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit, pelaksanaan
16 Robertus Belarminus. (2018, Januari 29). Ini Gambaran Menkes tentang Korban Gizi Buruk di Asmat. Tersedia
pada: http://nasional.kompas.com/read/2018/01/29/18120331/in i-gambaran-menkes-tentang-kondisi-korban-gizi-
buruk-di-asmat
17 Erdianto, Kristian. (2018, Januari 30). KLB Gizi Buruk di Asmat, Ketua DPR Minta Dana Otsus Papua Dikaji
Dalam Nawacita nya, Presiden Joko Widodo berjanji akan melakukan pembangunan
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara
kesatuan (poin 3), Hal tersebut dibuktikan dengan pengerjaan proyek Trans Papua. Pun
demikian, sudah seharusnya Presiden Jokowi tidak lupa untuk membangun infrastruktur di
daerah-daerah terpencil Papua, yang kiranya sangat membutuhkan bantuan dalam hal akses
transportasi dan fasilitas kesehatan. Dengan adanya KLB ini, kita patut bersyukur karena
pemerintah akhirnya tergerak untuk mengerahkan pembangunan berupa jalan dan penyediaan air
minum.20 Namun lagi-lagi pemerintah terlambat, perlu ada 72 korban untuk mengerahkan
pembangunan di Asmat. Tidak hanya penyediaan, namun perlu ada yang mengkoordinir sarana
tersebut baik untuk pemanfaatan dan pemeliharaan. Juga perlu adanya peningkatan dalam hal
akses informasi, faktanya di Asmat masih sangat timpang dengan kota-kota besar, padahal
informasi saat ini menjadi kebutuhan yang mendasar untuk mencegah hal-hal seperti KLB ini
dapat terjadi lagi. Ini juga bersinggungan dengan poin ke-5 Nawacita yakni melakukan
peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Indonesia. Bagaimana Indonesia akan mencapai Universal Health Coverage pada tahun 2019
bila tidak diimbangi dengan penyediaan fasilitas serta tenaga kesehatan yang mencukupi? Perlu
secepatnya dilakukan persebaran tenaga kesehatan mengingat masih menumpuknya tenaga
kesehatan di pulau Jawa dan Bali.21
19 Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2017 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat
20 http://properti.kompas.com/read/2018/02/01/150000621/antisipasi-terulangnya-klb-asmat-pemerintah-
siapkan-infrastruktur-
21 http://www.beritasatu.com/kesra/455119-2019-persebaran-tenaga-kesehatan-lebih-merata.html
pemerintah tidak hanya fokus dalam pembangunan infrastruktur, namun juga melakukan
pemberdayaan pada masyarakatnya. Melibatkan masyarakat dalam gerakan yang dilakukan, serta
lebih aktif dan kreatif dalam menghadapi masyarakat daerah yang masih memegang teguh
kearifan lokal. Dalam mengatasi KLB di Asmat pemerintah sangat cepat dan reaktif, Tapi
apakah tindakan reaktif tersebut cukup untuk mengatasi tragedi kesehatan yang terus berulang di
Papua? Kiranya ada persoalan penting mengenai pemerataan layanan kesehatan dan hal-hal lain
yang harus segera disikapi pemerintah pusat.
Untuk itu, Mahasiswa Universitas Indonesia menyatakan sikap kepada Presiden Joko
Widodo: