Anda di halaman 1dari 10

Anggota / D3-5A :

 Nila Amelia (P23131015039)


 Ni’matul Hidayah (P23131015040)
 Puspaningrum (P23131015044)
 Restu Rahmawati (P23131015045)
 Rika Fitriani (P23131015046)

E. Riwayat Status Imunisasi dan Riwayat Penyakit Infeksi


1. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi jenis penyakit infeksi pada anak baduta selama periode 1 bulan terakhir meliputi diare,
ISPA dan campak
b. Mengidentifikasi status imunisasi yang diterima oleh baduta (BCG, Hepatitis B, Polio, DPT, Campak)
c. Menganalisis penyakit infeksi baduta berdasarkan status imunisasi

2. Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Operasional
Riwayat status Kelengkapan Wawancara, Kuisioner 1 = Lengkap dan sesuai Ordinal
Imunisasi imunisasi yang melihat KMS dan umur
baduta pernah diberikan pencatatan 2 = Lengkap tidak sesuai
kepada baduta umur
sesuai umur 3 = tidak lengkap
meliputi : BCG,
Hepatitis B, Polio,
DPT, Campak
Riwayat Penyakit yang Wawancara Kuisioner 1. Pernah menderita : Ordinal
Penyakit Infeksi pernah dialami bila responden
Baduta yang disebabkan menderita salah satu
oleh sebuah agen atau lebih dari
biologi (seperti penyakit tersebut
virus, bakteria atau 2. Tidak pernah
parasite), bukan menderita : bila
disebabkan factor responden tidak
fisik (seperti luka pernah sama sekali
bakar) atau kimia menderita salah satu
(seperti penyakit infeksi
keracunan). tersebut
Seperti : diare,
ISPA dan campak

3. Metodologi
a. Jenis Data
1. Data primer baduta
a) Data jenis penyakit infeksi pada baduta (diare, ISPA dan campak), jenis imunisasi yang diterima baduta
(BCG, Hepatitis B, Polio, DPT, Campak)

b. Cara Pengambilan Data


1. Data penyakit infeksi dan imunisasi baduta (0-24 bulan)
a) Data jenis penyakit infeksi dan status imunisasi dikumpulkan melalui wawancara pada ibu baduta
dengan alat bantu kuisioner dan KMS baduta.

c. Cara Pengolahan Data


1. Data penyakit infeksi dan imunisasi baduta (0-24 bulan)
Hasil wawancara pada ibu baduta yang diakukan dengan menggunakan alat bantu kuisioner yang telah
diberi kode, kemudian dijumlahkan. Hasil penjumlahan tersebut kemudian diinterpretasikan menjadi sebuah
kesimpulan menderita penyakit tertentu (diare, ISPA, dan campak), imunisasi yaitu :
a) Penyakit infektsi :
 Pernah menderita
 Tidak pernah menderita
b) Imunisasi :
 Lengkap sesuai dengan usia
 Lengkap tidak sesuai dengan usia
 Tidak lengkap

d. Cara Analisis Data


1. Univariat
a) Penyakit infeksi pada baduta.
Penyakit Infeksi N %
Diare
ISPA
Campak

b) Pemberian imunisasi pada baduta.


Imunisasi N %
BCG
Hepatitis B
Polio 1
Polio 2
Polio 3
Polio 4
DPT 1
DPT 2
DPT 3
Campak

2. Bivariat
a) Status Imunisasi terhadap penyakit infeksi
Riwayat Penyakit Infeksi
Pernah Tidak Pernah Total
Status Imunisasi
Menderita Menderita
N % N % N %
Lengkap sesuai usia
Lengkap tidak sesuai usia
Tidak Lengkap

4. Lampiran
TABEL JADWAL IMUNISASI BADUTA (MENURUT REKOMENDASI PERMENKES RI No.12 TAHUN 2017 )

Umur pemberian (bulan)


Jenis Vaksin
Lhr 1 2 3 4 5 6 7 8 9 12 15 18 24
BCG √
Hepatitis B √
Polio 1 √
Polio 2 √
Polio 3 √
Polio 4 √
DPT1 √
DPT 2 √
DPT 3 √
Campak √
Rujukan : Permenkes RI No.12 thn 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi.
5. Tinjuan Pustaka
a. Imunisasi
1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke
dalam tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan
yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan
seperti vaksin BCG, DPT, Campak dan melalui mulut seperti vaksin polio.
Sedangkan menurut Ranuh, et al (2008), dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia, imunisasi adalah
pemindahan atau transfer antibody secara pasif, sedangkan vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian vaksin
(antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibody) dari sistem imun di dalam tubuh. Imunitas
secara pasif dapat diperoleh dari pemberian dua macam bentuk, yaitu immunoglobulin yang non-spesifik atau
gamaglobulin dan immunoglobulin yang spesifik yang berasal dari plasma donor yang mudah sembuh dari
penyakit tertentu atau baru saja mendapatkan vaksinasi penyakit tertentu.
2. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit
tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar variola. Keadaan yang terakhir ini mungkin terjadi pada jenis
penyakit yang dapat ditularkan melalui manusia, seperti misalnya difteria.
3. Manfaat Imunisasi

Imunisasi memunyai berbagai keuntungan yaitu:

 Pertahanan tubuh yang terbentuk akan dibawa seumur hidupnya

 Vaksinasi adalah cost-effective karena murah dan efektif

 Vaksinasi tidak berbahaya, reaksi yang serius sangat jarang terjadi, jauh lebih jarang dari pada
komplikasi yang timbul apabila terserang penyakit tersebut secara alami.

4. Beberapa Imunisasi Yang Dianjurkan Pada Anak

Imunisasi merupakan salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan
angka kematian bayi dan balita. Beberapa imunisasi pada dianjurkan diantaranya adalah sebagai berikut :

Umur pemberian (bulan)


Jenis Vaksin
lhr 1 2 3 4 5 6 7 8 9 12 15 18 24
BCG
Hepatitis B
Polio 1
Polio 2
Polio 3
Polio 4
DPT1
DPT 2
DPT 3
Campak

MMR DI BERIKAN PADA USIA …. (12-18 BULAN)


Kesimpulan dapat dianalisa bila :
1. Lengkap sesuai dengan umur
2. Lengkap tidak sesuai dengan umur
3. Tidak lengkap

5. Macam-macam Imunisasi Dasar


a) Imunisasi BCG ( Bacillus Calmette Guerin )
BCG adalah vaksin bentuk beku kering yang mengandung mycobacterium bovis hidup yang sudah
dilemahkan dari strain Paris no. 1173.P2. Diberikan sejak lahir. Apabila berumur > 3 bulan harus dilakukan
uji tuberkulin terlebih dahulu. BCG diberikan apabila uji tuberkulin negative.
Indikasi :
 Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap TBC (Tuberculosa).
Cara Pemberian dan Dosis :
 Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan dengan 4 ml pelarut NaCl 0,9%. Melarutkan dengan
menggunakan alat suntik steril dengan jarum panjang.
 Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali, untuk bayi.
Efek samping :
 Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. 1-2 minggu kemudian
akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikkan yang berubah menjadi pustule, kemudian
pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan
tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan / atau leher, terasa
padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan
dan akan menghilang dengan sendirinya.
b) Imunisasi DPT – Hepatitis B
Difteri adalah penyakit infeksi tenggorokan berat yang dapat menyebar ke jantung dan sistem saraf
sehingga menimbulkan kematian. Pertusis (batuk rejan atau batuk 100 hari) adalah penyakit saluran
pernapasan yang disebabakan oleh bakteri Bordetella pertusis yang menyebabakan batuk berat dan lama,
dengan komplikasi yang berbahaya bila tidak ditangani dengan baik. Sedangkan tetanus adalah penyakit
bakteri berbahaya yang dapat meyebabkan kejang otot dan sakit yang luar biasa.
Pemberian imunisasi DPT untuk melindungi tubuh terhadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus yang
berakibat fatal pada bayi dan anak. Vaksin mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang
dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang
mengandung HbsAg murni dan bersifat non-infectious. Vaksin hepatitis B ini merupakan vaksin DNA
rekombinan yang berasal dari HbsAg yang diproduksi melalui teknologi DNA rekombinan pada sel ragi.
Diberikan pada umur ≥ 6 minggu, DPT atau secara kombinasi dengan Hepatitis B atau Hib. Ualangan DPT
pada umur 18 bulan dan 5 tahun.
Indikasi :

 Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B.

Cara pemberian dan dosis:


 Pemberian dengan cara intra muskuler 0,5 ml sebanyak 3 dosis.
Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval minimal 4 minggu (1 bulan). Dalam
pelayanan di unit statis, vaksin yang sudah dibuka dapat dipergunakan paling lama 4 minggu dengan
penyimpanan sesuai ketentuan :
a. vaksin belum kadaluarsa
b. vaksin disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8 derajat Celcius
c. tidak pernah terendam air
d. sterilitasnya terjaga
e. VVM (Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B
Efek samping :
 Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi
yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari. Efek samping vaksin DPT adalah
demam tubuh dalam 24 – 48 jam setelah vaksinasi, yang biasanya dapat diatasi dengan obat penurun
panas (parasetamol). Bila setelah imunisasi DPT terjadi demam 40C, demam lebih dari 3 hari, atau
reaksi kejang, segera beritahukan dokter Anda.

c) Imunisasi Polio
Vaksin Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe
1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan
dengan sukrosa. Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama bayi ke dokter. Bayi yang lahir di RB/RS
diberikan OPV pada saat bayi pulang (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain).
Indikasi :
 Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap Poliomyelitis.
Cara pemberian dan dosis:
 Sebelum digunakan pipet penetes harus dipasangkan pada vial vaksin.
 Diberilan secara oral, 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval
setiap dosis minimal 4 minggu.
 Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru.
 Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 2 minggu
dengan ketentuan :
a. vaksin belum kadaluarsa
b. vaksin disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8 derajat Celcius
c. tidak pernah terendam air
d. sterilitasnya terjaga
e. VVM (Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B
Efek samping :
 Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralysis yang disebabkan oleh
vaksin sangat jarang terjadi (kurang dari 0,17 : 1.000.000; Bull WHO 66 : 1988).

d) Imunisasi Hepatitis B
Hepatitis B rekombinan adalah vaksin virus rekombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-
infeksiosus, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan
teknologi DNA rekombinan.
Indikasi :
 Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B.
 Tidak dapat mencegah infeksi virus lain seperti virus Hepatitis A atau C atau yang diketahui dapat
menginfeksi hati.
Cara pemberian dan dosis
 Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.
 Sebelum disuntikkan, kondisikan vaksin hingga mencapai suhu kamar.
 Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB.
 Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB ADS PID, pemberian suntikkan secara intra
muskuler, sebaiknya pada anterolateral paha.
 Pemberian sebanyak 3 dosis.
 Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (1
bulan).

e) Imunisasi Campak
Vaksin Campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Vaksin ini berbentuk vaksin beku
kering yang harus dilarutkan dengan aquabidest steril. Campak-1 pada umur 9 bulan dan campak-2
diberikan pada usia 6 tahun.
Indikasi
 Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit Campak.
Cara pemberian dan dosis
 Sebelum disuntikkan vaksin Campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengann pelarut steril yang telah
tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut aquabidest.
 Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan atas, pada usia 9-11 bulan. Dan
ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah cath-up campaign Campak pada anak
Sekolah Dasar kelas 1-6.
 Vaksin campak yang sudah dilarutkan hanya boleh digunakan maksimum 6 jam.
Efek samping
 Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi
8-12 hari setelah vaksinasi.

b. Penyakit Infeksi
1. Pengertian Penyakit Infeksi
Infeksi merupakan interaksi antara mikroorganisme dengan penjamu rentan yang terjadi melalui kode
transmisi kuman yang tertentu. Cara transmisi mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara, dan dengan
kontak langsung. (Prof. Dr. Sulianti Saroso, 2007).
Penyakit infeksi ( infectious disease), yang juga dikenal sebagai communicable disease atau transmissible
disease adalah penyakit yang nyata secara klinik (yaitu,tanda-tanda dan/atau gejala-gejala medis karakteristik
penyakit) yang terjadi akibat dari infeksi, keberadan dan pertumbuhan agen biologik patogenik pada organism
host individu. Dalam hal tertentu, penyakit infeksi dapat berlangsung sepanjang waktu. Patogen penginfeksi
meliputi virus, bakteri, jamur, protozoa, parasit multiseluler dan protein yang menyimpang yang dikenal sebagai
prion. Penyakit infeksi yang menular yang dikumpulkan dalam Riskesdas 2013 berdasarkan media atau cara
penularan yaitu :
a. Melalui udara (Infeksi Saluran Pernapasan Akut / ISPA, Pneumonia dan TB paru)

b. Melalui makanan, air dan lainnya (hepatitis, diare)

c. Melalui vektor (malaria)

2. Macam-macam penyakit infeksi


a) Diare
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair
bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali sehari atau lebih) dalam satu
hari. (Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI 2011).
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di
Indonesia. Pada tahun 2000 IR (Insiden Rate) penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi
374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 naik menjadi 411/1000
penduduk. Kejadian luar biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR (Case Fatality Rate) yang
masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian
239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang,
dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan di tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan
dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74%) (Buletin Jendela Data Informasi
Kemenkes RI 2011).
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar
dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia.
Penyebab utama kematian akibat diare adalah tatalaksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di
sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian akibat diare perlu tatalaksana yang cepat dan tepat
(Buletin Jendela Data Informasi Kemenkes RI 2011).
Menurut data yang diperoleh dari Buletin Diare yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI tahun 2011,
walaupun lebih dari 90 persen ibu mengetahui tentang paket oralit, hanya satu dari tiga (35%) anak yang
menderita diare diberi oralit, hasil tersebut sama dengan temuan SDKI 2002-2003. Pada 30% anak yang
diare diberi minuman lebih banyak, 22 % diberi Larutan 4 Gula Garam (LGG), dan 61 % diberi sirup/pil,
sementara 14 % diberi obat tradisonal atau lainnya. Sedangkan 17 % anak yang menderita diare tidak
mendapatkan pengobatan sama sekali.

b) ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)


Menurut Depkes RI (1996) istilah ISPA mengandung tiga unsur, yaitu infeksi, saluran pernafasan dan
akut. Pengertian atau batasan masing-masing unsur adalah sebagai berikut:
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak
sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernapasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya
seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Dengan demikian ISPA secara otomatis
mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-
paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini maka jaringan paruparu termasuk
dalam saluran pernafasan (respiratory tract).
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari ini. Batas 14 hari ini diambil untuk
menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongakan ISPA proses ini
dapat berlangsung lebih dari 14 hari (Suhandayani, 2007).
Sedangkan tanda gejala ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :
a. Gejala dari ISPA Ringan
1. Batuk
2. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal pada waktu berbicara atau
menangis).
3. Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.
4. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi anak diraba.

b. Gejala dari ISPA Sedang


1. Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang dari satu tahun atau lebih
dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu tahun atau lebih. Cara menghitung pernafasan
ialah dengan menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit. Untuk menghitung dapat
digunakan arloji.
2. Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer).
3. Tenggorokan berwarna merah.
4. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.
5. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
6. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
7. Pernafasan berbunyi menciut-ciut.

c. Gejala dari ISPA Berat


1. Bibir atau kulit membiru.
2. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernafas.
3. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
4. Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak gelisah.
5. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.
6. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
7. Tenggorokan berwarna merah.

Program pemberantasan penyakit ISPA membagi penyakit ISPA menjadi 2 golongan yaitu pneumonia
dan bukan pneumonia. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas atas
lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia (Depkes RI, 2008).
ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta
orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%- nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah.
Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara- negara
dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. Begitu pula, ISPA merupakan salah satu penyebab
utama konsultasi atau rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak
(WHO, 2007).
Prevalensi kejadian ISPA di Indonesia adalah 25,0 persen (Riskesdas, 2013). ISPA menyebabkan
kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Antara 40%-60%
dari kunjungan di puskesmas adalah karena penyakit ISPA (Depkes, 2008).

c) Campak
Penyakit campak adalah salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan pada
bayi dan anak di Indonesia dan merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Penyakit ini
tetap menjadi salah satu penyebab utama kematian di kalangan anak-anak di dunia, meskipun tersedia
vaksin yang aman dan efektif. Penyakit ini umumnya menyerang anak umur di bawah 5 tahun (balita) akan
tetapi campak bisa menyerang semua umur. Pada tahun 2013, sekitar 145.700 orang meninggal akibat
campak, sekitar 400 kematian setiap hari atau 16 kematian setiap jam dan sebagian besar terjadi pada
anak-anak di bawah usia 5 tahun. Sampai saat ini cara yang efektif untuk mencegah penyakit campak yaitu
dengan imunisasi. Selama tahun 2000 sampai 2013, imunisasi campak berhasil menurunkan 15,6 juta
(75%) kematian akibat campak di seluruh dunia (WHO, 2015).
Incidence rate (IR) campak di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 4,64 per 100.000 penduduk,
menurun dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 6,53 per 100.000 penduduk. Menurut kelompok umur,
kasus campak pada kelompok umur 1-4 tahun dan kelompok umur 5-9 tahun merupakan yang terbesar
yaitu masing-masing sebesar 27,5% dan 26,9%. Namun jika dihitung rata-rata umur tunggal, kasus campak
pada bayi < 1 tahun, merupakan yang tertinggi, yaitu sebanyak 1.120 kasus (9,7%) (Kemenkes RI, 2014).
Secara umum gejala atau tanda-tanda campak menurut Depkes (2008) adalah:
a. Panas badan biasanya ±38ºC selama 3 hari atau lebih, disertai salah satu gejala batuk, pilek, mata
merah atau mata berair.
b. Gejala yang khas adalah adanya koplik’s spot atau bercak putih keabuan dengan dasar merah di
pipi bagian dalam (mucosa bucal).
c. Bercak kemerahan/rash yang dimulai dari belakang telinga pada tubuh berbentuk makulo papular
selama tiga hari atau lebih, dalam 4-7 hari akan menyebar keseluruh tubuh.
d. kemerahan makulo papular setelah 1 minggu sampai 1 bulan berubah menjadi kehitaman
(hiperpigmentasi) disertai kulit bersisik.

6. Daftar Pustaka
PERMENKES RI No. 12 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan Imunisasi
Hidayat A, A. A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba Medika.

Yupi Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
Dinkes. Prov. Jatim. 2005. Buku Pegangan Kader Posyandu.
Suririnah. (2009). Buku Pintar merawat bayi 0-12 bulan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

https://id.scribd.com/document/288733756/DEFINISI-INFEKSI
digilib.unila.ac.id. (n.d.). Retrieved September 14, 2017, from http://digilib.unila.ac.id/2421/8/BAB%201.pdf

repository.usu.ac.id. (n.d.). Retrieved September 14, 2017, from


http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/23090/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=FDB1E70C0E0A24B29F754A798013F6F5?sequence=4
FORMULIR KUESIONER RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI BADUTA
No. Pertanyaan Kode Sampel
DIARE
1. Apakah dalam 1 bulan terakhir, baduta pernah menderita :
1. Buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari.
2. Kotoran atau tinja lembek atau encer
Dikatakan menderita penyakit diare apabila mengalami 1
atau 2 gejala diatas.
Kesimpulan :
1. Menderita
2. Tidak menderita (langsung ke nomor 3)
2. Apa yang ibu berikan pada saat (nama) mengalami gejala-
gejala yang disebutkan diatas:
1. Larutan oralit (merk)
2. Larutan gula garam
3. Tidak diberikan
4. Obat diare (merk)
5. Lain-lain, sebutkan…
ISPA
3. Apakah dalam 1 bulan terakhir baduta pernah menderita :
1. Panas disertai batuk berdahak/kering atau pilek
2. Nafas tidak teratus dan cepat disertai dengan
suara nafas seperti tercampur cairan sehingga
terdengar keras
Dikatakan menderita penyakit ISPA apabila mengalami 1
atau 2 gejala diatas.

Kesimpulan :
1. Menderita
2. Tidak menderita

CAMPAK
4. Apakah dalam 12 bulan terakhir batuta pernah
mengalami :
1. Menderita panas tinggi disertai mata merah
dengan banyak kotoran pada mata
2. Ruam merah pada kulit terutama pada leher dan
dada
Dikatakan menderita penyakit campak apabila mengalami
1 atau 2 gejala diatas.

Kesimpulan :
1. Menderita
2. Tidak menderita

TABEL JADWAL IMUNISASI BADUTA (MENURUT REKOMENDASI PERMENKES RI No.12 TAHUN 2017)
Pedoman pengisian tabel jadwal imunisasi baduta :
Isilah dengan tanda ceklis (√ ) pada kotak-kotak yang bukan berwarna abu-abu. Isi sesuai dengan pemberian jenis
vaksin dan umurnya.
Umur pemberian (bulan)
Jenis Vaksin
lhr 1 2 3 4 5 6 7 8 9 12 15 18 24
BCG
Hepatitis B
Polio 1
Polio 2
Polio 3
Polio 4
DPT1
DPT 2
DPT 3
Campak

MMR DI BERIKAN PADA USIA …. (12-18 BULAN)


Kesimpulan dapat dianalisa bila :
1. Lengkap sesuai dengan umur
2. Lengkap tidak sesuai dengan umur
3. Tidak lengkap

Anda mungkin juga menyukai