2. Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Operasional
Riwayat status Kelengkapan Wawancara, Kuisioner 1 = Lengkap dan sesuai Ordinal
Imunisasi imunisasi yang melihat KMS dan umur
baduta pernah diberikan pencatatan 2 = Lengkap tidak sesuai
kepada baduta umur
sesuai umur 3 = tidak lengkap
meliputi : BCG,
Hepatitis B, Polio,
DPT, Campak
Riwayat Penyakit yang Wawancara Kuisioner 1. Pernah menderita : Ordinal
Penyakit Infeksi pernah dialami bila responden
Baduta yang disebabkan menderita salah satu
oleh sebuah agen atau lebih dari
biologi (seperti penyakit tersebut
virus, bakteria atau 2. Tidak pernah
parasite), bukan menderita : bila
disebabkan factor responden tidak
fisik (seperti luka pernah sama sekali
bakar) atau kimia menderita salah satu
(seperti penyakit infeksi
keracunan). tersebut
Seperti : diare,
ISPA dan campak
3. Metodologi
a. Jenis Data
1. Data primer baduta
a) Data jenis penyakit infeksi pada baduta (diare, ISPA dan campak), jenis imunisasi yang diterima baduta
(BCG, Hepatitis B, Polio, DPT, Campak)
2. Bivariat
a) Status Imunisasi terhadap penyakit infeksi
Riwayat Penyakit Infeksi
Pernah Tidak Pernah Total
Status Imunisasi
Menderita Menderita
N % N % N %
Lengkap sesuai usia
Lengkap tidak sesuai usia
Tidak Lengkap
4. Lampiran
TABEL JADWAL IMUNISASI BADUTA (MENURUT REKOMENDASI PERMENKES RI No.12 TAHUN 2017 )
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke
dalam tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan
yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan
seperti vaksin BCG, DPT, Campak dan melalui mulut seperti vaksin polio.
Sedangkan menurut Ranuh, et al (2008), dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia, imunisasi adalah
pemindahan atau transfer antibody secara pasif, sedangkan vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian vaksin
(antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibody) dari sistem imun di dalam tubuh. Imunitas
secara pasif dapat diperoleh dari pemberian dua macam bentuk, yaitu immunoglobulin yang non-spesifik atau
gamaglobulin dan immunoglobulin yang spesifik yang berasal dari plasma donor yang mudah sembuh dari
penyakit tertentu atau baru saja mendapatkan vaksinasi penyakit tertentu.
2. Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit
tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar variola. Keadaan yang terakhir ini mungkin terjadi pada jenis
penyakit yang dapat ditularkan melalui manusia, seperti misalnya difteria.
3. Manfaat Imunisasi
Vaksinasi tidak berbahaya, reaksi yang serius sangat jarang terjadi, jauh lebih jarang dari pada
komplikasi yang timbul apabila terserang penyakit tersebut secara alami.
Imunisasi merupakan salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan
angka kematian bayi dan balita. Beberapa imunisasi pada dianjurkan diantaranya adalah sebagai berikut :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B.
c) Imunisasi Polio
Vaksin Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe
1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan
dengan sukrosa. Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama bayi ke dokter. Bayi yang lahir di RB/RS
diberikan OPV pada saat bayi pulang (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain).
Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap Poliomyelitis.
Cara pemberian dan dosis:
Sebelum digunakan pipet penetes harus dipasangkan pada vial vaksin.
Diberilan secara oral, 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval
setiap dosis minimal 4 minggu.
Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru.
Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 2 minggu
dengan ketentuan :
a. vaksin belum kadaluarsa
b. vaksin disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8 derajat Celcius
c. tidak pernah terendam air
d. sterilitasnya terjaga
e. VVM (Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B
Efek samping :
Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralysis yang disebabkan oleh
vaksin sangat jarang terjadi (kurang dari 0,17 : 1.000.000; Bull WHO 66 : 1988).
d) Imunisasi Hepatitis B
Hepatitis B rekombinan adalah vaksin virus rekombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-
infeksiosus, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan
teknologi DNA rekombinan.
Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B.
Tidak dapat mencegah infeksi virus lain seperti virus Hepatitis A atau C atau yang diketahui dapat
menginfeksi hati.
Cara pemberian dan dosis
Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.
Sebelum disuntikkan, kondisikan vaksin hingga mencapai suhu kamar.
Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB.
Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB ADS PID, pemberian suntikkan secara intra
muskuler, sebaiknya pada anterolateral paha.
Pemberian sebanyak 3 dosis.
Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (1
bulan).
e) Imunisasi Campak
Vaksin Campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Vaksin ini berbentuk vaksin beku
kering yang harus dilarutkan dengan aquabidest steril. Campak-1 pada umur 9 bulan dan campak-2
diberikan pada usia 6 tahun.
Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit Campak.
Cara pemberian dan dosis
Sebelum disuntikkan vaksin Campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengann pelarut steril yang telah
tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut aquabidest.
Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan atas, pada usia 9-11 bulan. Dan
ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah cath-up campaign Campak pada anak
Sekolah Dasar kelas 1-6.
Vaksin campak yang sudah dilarutkan hanya boleh digunakan maksimum 6 jam.
Efek samping
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi
8-12 hari setelah vaksinasi.
b. Penyakit Infeksi
1. Pengertian Penyakit Infeksi
Infeksi merupakan interaksi antara mikroorganisme dengan penjamu rentan yang terjadi melalui kode
transmisi kuman yang tertentu. Cara transmisi mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara, dan dengan
kontak langsung. (Prof. Dr. Sulianti Saroso, 2007).
Penyakit infeksi ( infectious disease), yang juga dikenal sebagai communicable disease atau transmissible
disease adalah penyakit yang nyata secara klinik (yaitu,tanda-tanda dan/atau gejala-gejala medis karakteristik
penyakit) yang terjadi akibat dari infeksi, keberadan dan pertumbuhan agen biologik patogenik pada organism
host individu. Dalam hal tertentu, penyakit infeksi dapat berlangsung sepanjang waktu. Patogen penginfeksi
meliputi virus, bakteri, jamur, protozoa, parasit multiseluler dan protein yang menyimpang yang dikenal sebagai
prion. Penyakit infeksi yang menular yang dikumpulkan dalam Riskesdas 2013 berdasarkan media atau cara
penularan yaitu :
a. Melalui udara (Infeksi Saluran Pernapasan Akut / ISPA, Pneumonia dan TB paru)
Program pemberantasan penyakit ISPA membagi penyakit ISPA menjadi 2 golongan yaitu pneumonia
dan bukan pneumonia. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas atas
lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia (Depkes RI, 2008).
ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta
orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%- nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah.
Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara- negara
dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. Begitu pula, ISPA merupakan salah satu penyebab
utama konsultasi atau rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak
(WHO, 2007).
Prevalensi kejadian ISPA di Indonesia adalah 25,0 persen (Riskesdas, 2013). ISPA menyebabkan
kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Antara 40%-60%
dari kunjungan di puskesmas adalah karena penyakit ISPA (Depkes, 2008).
c) Campak
Penyakit campak adalah salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan pada
bayi dan anak di Indonesia dan merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Penyakit ini
tetap menjadi salah satu penyebab utama kematian di kalangan anak-anak di dunia, meskipun tersedia
vaksin yang aman dan efektif. Penyakit ini umumnya menyerang anak umur di bawah 5 tahun (balita) akan
tetapi campak bisa menyerang semua umur. Pada tahun 2013, sekitar 145.700 orang meninggal akibat
campak, sekitar 400 kematian setiap hari atau 16 kematian setiap jam dan sebagian besar terjadi pada
anak-anak di bawah usia 5 tahun. Sampai saat ini cara yang efektif untuk mencegah penyakit campak yaitu
dengan imunisasi. Selama tahun 2000 sampai 2013, imunisasi campak berhasil menurunkan 15,6 juta
(75%) kematian akibat campak di seluruh dunia (WHO, 2015).
Incidence rate (IR) campak di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 4,64 per 100.000 penduduk,
menurun dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 6,53 per 100.000 penduduk. Menurut kelompok umur,
kasus campak pada kelompok umur 1-4 tahun dan kelompok umur 5-9 tahun merupakan yang terbesar
yaitu masing-masing sebesar 27,5% dan 26,9%. Namun jika dihitung rata-rata umur tunggal, kasus campak
pada bayi < 1 tahun, merupakan yang tertinggi, yaitu sebanyak 1.120 kasus (9,7%) (Kemenkes RI, 2014).
Secara umum gejala atau tanda-tanda campak menurut Depkes (2008) adalah:
a. Panas badan biasanya ±38ºC selama 3 hari atau lebih, disertai salah satu gejala batuk, pilek, mata
merah atau mata berair.
b. Gejala yang khas adalah adanya koplik’s spot atau bercak putih keabuan dengan dasar merah di
pipi bagian dalam (mucosa bucal).
c. Bercak kemerahan/rash yang dimulai dari belakang telinga pada tubuh berbentuk makulo papular
selama tiga hari atau lebih, dalam 4-7 hari akan menyebar keseluruh tubuh.
d. kemerahan makulo papular setelah 1 minggu sampai 1 bulan berubah menjadi kehitaman
(hiperpigmentasi) disertai kulit bersisik.
6. Daftar Pustaka
PERMENKES RI No. 12 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan Imunisasi
Hidayat A, A. A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba Medika.
Yupi Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
Dinkes. Prov. Jatim. 2005. Buku Pegangan Kader Posyandu.
Suririnah. (2009). Buku Pintar merawat bayi 0-12 bulan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
https://id.scribd.com/document/288733756/DEFINISI-INFEKSI
digilib.unila.ac.id. (n.d.). Retrieved September 14, 2017, from http://digilib.unila.ac.id/2421/8/BAB%201.pdf
Kesimpulan :
1. Menderita
2. Tidak menderita
CAMPAK
4. Apakah dalam 12 bulan terakhir batuta pernah
mengalami :
1. Menderita panas tinggi disertai mata merah
dengan banyak kotoran pada mata
2. Ruam merah pada kulit terutama pada leher dan
dada
Dikatakan menderita penyakit campak apabila mengalami
1 atau 2 gejala diatas.
Kesimpulan :
1. Menderita
2. Tidak menderita
TABEL JADWAL IMUNISASI BADUTA (MENURUT REKOMENDASI PERMENKES RI No.12 TAHUN 2017)
Pedoman pengisian tabel jadwal imunisasi baduta :
Isilah dengan tanda ceklis (√ ) pada kotak-kotak yang bukan berwarna abu-abu. Isi sesuai dengan pemberian jenis
vaksin dan umurnya.
Umur pemberian (bulan)
Jenis Vaksin
lhr 1 2 3 4 5 6 7 8 9 12 15 18 24
BCG
Hepatitis B
Polio 1
Polio 2
Polio 3
Polio 4
DPT1
DPT 2
DPT 3
Campak