Anda di halaman 1dari 113

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP

PEMBERIAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR


PADA BAYI DI KECAMATAN PAHAEJULU
KABUPATEN TAPANULI UTARA
TAHUN 2021

SKRIPSI

Oleh

SINTYA LESTARI MANGUNSONG


NIM. 171000047

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP
PEMBERIAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR
PADA BAYI DI KECAMATAN PAHAEJULU
KABUPATEN TAPANULI UTARA
TAHUN 2021

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

SINTYA LESTARI MANGUNSONG


NIM. 171000047

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
Judul Skripsi :Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap
Pemberian Kelengkapan Imunisasi Dasar pada
Bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli
Utara Tahun 2021
Nama Mahasiswa : Sintya Lestari Mangunsong
Nomor Induk Mahasiswa : 171000047
Dapertemen : Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui
Pembimbing :

(Drs. Eddy Syahrial, M.S.)


NIP. 195907131987031001

Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)


NIP. 196803201993082001

Tanggal Lulus : 06 Agustus 2021

i
Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 06 Agustus 2021

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Drs. Eddy Syahrial, M.S.


Anggota : 1. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes
2. Drs. Tukiman, M.K.M

ii
Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul

“Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Pemberian Kelengkapan

Imunisasi Dasar pada Bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli

Utara Tahun 2021” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan

saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak

sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali

yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas

pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada

saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika

keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya

saya ini.

Medan, 1 0 Agustus 2021

Sintya Lestari Mangunsong

iii
Abstrak

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan


seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Pencapaian program imunisasi
dasar pada bayi di Kecamatan Pahaejulu tergolong kategori masih rendah, pada
tahun 2020 pencapaian program imunisasi dasar lengkap, diketahui bahwa yang
mendapat imunisasi BCG sebesar 39,50%, HB sebesar 39,46%, Polio 1 sebesar
38,34%, Campak sebesar 54,39%, DPT 1 sebesar 38,32%, Polio 2 sebesar 42,425,
DPT 2 sebesar 40,39%, Polio 3 sebesar 39,88%, DPT 3 sebesar 44,17%,dan Polio
4 sebesar 48,84%. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yakni untuk
menggambarkan pengetahuan dan sikap ibu tentang pentingnya pemberian
kengkapan imunisasi dasar pada bayi dan desain penilitian ini adalah cross
sectional, data diperoleh dengan menggunakan instrumen kuesioner. Sampel
dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia 10 bulan-18 bulan.
Metode pengumpulan data melalui kegiatan wawancara dengan pengisian
kuesioner. Analisis data dilakukan secara univariat untuk mempresentasikan
gambaran distribusi dari semua variabel dan analisis bivariat untuk mengetehaui
hubungan dua variabel yang menggunakan uji chi square. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengetahuan responden terhadap pemberiaan imunisasi dasar
lengkap pada bayi dalam kategori kurang. Sikap responden terhadap pemberian
imunisasi dasar lengkap pada bayi juga tergolong kurang. Kemudian kelengkapan
imunisasi dasar lengkap pada bayi diketahui sebagian besar tidak lengkap. Serta
terdapat hubunganpengetahuan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi
dengan nilai signifikan sebesar 0,002 (p< 0,05) dan ada hubungan sikap
dengankelengkapan imunisasi dasar pada bayi dengan nilai signifikan sebesar
0,028 (p < 0,05). Para ibu yang memiliki bayi harus rajin membawa bayi ketempat
pelayanan kesehatan agar bayi mendapat imunisasi dasar lengkap dan petugas
kesehatan setempat perlu melakukan kegiatan promosi kesehatan yang lebih
berkompeten.

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap, kelengkapan imunisasi

iv
Abstract

Immunization is an attempt to cause or increase a person's immunity actively


against a disease. The achievement of the basic immunization program for infants
in Pahaejulu District is still in the low category, in 2020 the achievement of the
complete basic immunization program, it is known that 39.50% received BCG
immunization, 39.46% HB, 38.34% Polio 1, Measles is 54.39%, DPT 1 is 38.32%,
Polio 2 is 42.425, DPT 2 is 40.39%, Polio 3 is 39.88%, DPT 3 is 44.17%, and
Polio 4 is 48. 84%. This study is a quantitative study, which is to describe the
knowledge and attitudes of mothers about the importance of providing basic
immunizations for infants and the design of this research is cross sectional, the
data obtained using a questionnaire instrument. The sample in this study were
mothers who had children aged 10 months-18 months. The method of collecting
data is through interviews with filling out questionnaires. Data analysis was
carried out univariately to present an overview of the distribution of all variables
and bivariate analysis to determine the relationship between two variables using
the chi square test.The results showed that the respondents' knowledge of
providing complete basic immunization to infants was in the poor category. The
attitude of the respondents towards the provision of complete basic immunization
to infants is also quite low. Then the completeness of complete basic immunization
in infants is known to be mostly incomplete. And there is a relationship between
knowledge and completeness of basic immunization in infants with a significant
value of 0.002 (p < 0.05) and there is a relationship between attitudes and
completeness of basic immunization in infants with a significant value of 0.028 (p
< 0.05). Mothers who have babies must be diligent in bringing their babies to
health services so that babies receive complete basic immunizations and local
health workers need to carry out more competent health promotion activities.

Keywords: Knowledge, attitude, completeness of immunization

v
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh

karena kasih karunia dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Pemberian

Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi di Kecamatan Pahaejulu,

Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021, guna memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Dalam penyusunan

skripsi ini, penulis menerima banyak bantuan dan dukungan dari beberapa pihak,

baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar besarnya kepada :

1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si., selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Lita Sri Andayani.S.K.M.,M.Kes., selaku Ketua Departemen

Pendidikan Kesehatan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

4. Drs. Eddy Syahrial, M.S., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi

ini.

vi
5. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes., selaku Dosen Penguji I Skripsi,

terimakasih untuk saran, bimbingan dan arahan kepada penulis dalam

penulisan skripsi ini.

6. Drs. Tukiman, M.K.M., selaku Dosen Penguji II Skripsi, terimakasih

untuk saran, bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi

ini.

7. Dra. Syarifah, M.S., selaku Dosen Penasehat Akademik Penulis di FKM

USU.

8. Seluruh Dosen FKM USU dan Staf FKM USU yang telah memberikan

ilmu, bimbingan serta dukungan moral kepada penulis selama mengikuti

perkuliahan di FKM USU.

9. dr.Henry Sitompul., selaku Kepala Puskesmas Onan hasang Kecamatan

Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara yang telah memberikan informasi

kepada penulis.

10. Orang tua penulis yaitu Bapak Asrul Mangunsong dan Ibu Ratna Nababan,

serta saudara-saudari kandungpenulis yang senantiasa memberikan doa

dan dukungan baik moril maupun materil bagi penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan perkuliahan ini.

11. Keluarga Penulis yaitu Paktua sekeluarga yang bertempat tinggal di

Tanjung Balai, Bou sekeluarga yang bertempat tinggal di Indramayu,

Nanguda, Kakak Winda Yolanda, dan Kakak Rama yang bertempat

tinggal di Medan yang selalu memberikan semangat dan senantiasa

menolong penulis.

vii
12. Teman-teman Peminatan PKIP 2017 dan Stambuk 2017 FKM USU yang

telah banyak mendukung dan memberi semangat serta doa.

13. Sahabat penulis di kampus FKM yaitu Arelia Purba, Iin Sundari, Edikin,

Destevi Yohana, Kalara Sianipar dan Irene Panjaitan yang selalu

menemani, membantu, serta menolong penulis selama 4 tahun berada di

FKM, dan senantiasa memberikan dukungan dan juga semangat kepada

penulis.

14. Sahabatpenulis diluar kampus FKM yaitu Fidia Hasibuan, Venesia sesilia,

Risky Auliah, Domintan Nainggolan serta semua pihak yang tidak bisa

disebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dan memberikan

dukungan demi penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna memperbaiki

dan meyempurnakannya

Medan, 10 Agustus 2021

Sintya Lestari Mangunsong

viii
Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xii
Daftar Gambar xiv
Daftar Lampiran xv
Daftar Istilah xvi
Riwayat Hidup xvii

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 6
Tujuan umum 6
Tujuan khusus 6
Manfaat Penelitian 7

Tinjauan Pustaka 8
Perilaku 8
Pengetahuan 9
Sikap 12
Imunisasi Dasar 13
Definisi 13
Tujuan imunisasi 13
Manfaat imunisasi 14
Strategi pelayanan imunisasi 14
Vaksin kombinsasi/kombo 15
Jadwal imunisasi pada bayi 16
Imunisasi yang diberikan pada bayi 17
Sasaran dan tempat pelayanan imunisasi 20
Penggunaan KMS pada bayi 21
Cakupan program imunisasi 21
Pelaksanaan imunisasi 22
Dampak imunisasi 23
Jenis-Jenis Imunisasi 24
Imunisasi aktif 24
Imunisasi pasif 24

Faktor-faktor yang berpengaruh pada ibu dalam


pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi 25
ix
Landasan Teori 27
Kerangka Konsep 29

Metodologi Penelitian 31
Jenis Penelitian 31
Lokasi dan Waktu Penelitian 31
Lokasi penelitian 31
Waktu penelitian 31
Populasi dan Sampel Penelitian 31
Populasi 31
Sampel 32
Variabel dan Definisi Operasional 33
Variabel 33
Definisi operasional 33
Metode Pengumpulan Data 34
Data primer 34
Data sekunder 34
Metode Pengukuran 34
Pengukuran pengetahuan ibu 34
Pengukuran sikap ibu 35
Metode Pengolahan dan Metode Analisis Data 37

Hasil Penelitian 39
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 39
Geografis 39
Demografis 40
Analisis Univariat 40
Gambaran umum karakteristik responden 40
Distribusi frekuensi uraian pernyataan jarak 42
Distribusi frekuensi uraian pernyataan dukungan keluarga 43
Gambaran pengetahuan responden 43
Kategori pengetahuan responden 46
Gambaran sikap responden 46
Kategori sikap responden 50
Gambaran pemberian imunisasi dasar lengkap 51
Analisis Bivariat 52
Hubungan karakteristikresponden dengan pemberian imunisasi 52
Hubungan jarak dengan pemberian imunisasi 54
Hubungan dukungan keluarga dengan pemberian imunisasi 55
Hubungan pengetahuan dengan pemberian imunisasi 56
Hubungan sikap dengan pemberian imunisasi 57

Pembahasan 58

Gambaran Pengetahuan Responden terhadap Pentingnya Pemberian

Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi 58

Gambaran Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi 64


Hubungan Karakteristik Responden Terhadap Kelengkapan Imunisasi 66
x
Hubungan Jarak terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi 68
Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar
pada Bayi 69
Hubungan Pengetahuan Responden terhadap Kelengkapan Imunisasi
Dasar pada Bayi 70
Hubungan Sikap Responden terhadap Kelengkapan Imunisasi
Dasar pada Bayi 71
Keterbatasan Penelitian 72

Kesimpulan dan Saran 73


Kesimpulan 73
Saran 74

Daftar Pustaka 75
Lampiran 77

xi
Daftar Tabel

No Judul Halaman

1. Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi 16

2. Jadwal Pemberian Imunisasi pada Bayi dengan 17


menggunakan Vaksin DPT/HB Kombo

3. Gambaran Umum Karakteristik Responden 41

4. Distribusi Frekuensi Uraian Pernyataan Jarak Pelayanan 42


Kesehatan dalam hal Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap
pada Bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli
Utara Tahun 2021

5. Distribusi Frekuensi Uraian Pernyataan Dukungan 43


Keluarga tentang Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap
pada Bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli
Utara Tahun 2021

6. Gambaran Pengetahuan Responden tentang Pentingnya 44


Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Kecamatan
Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021

7. Kategori Pengetahuan Responden tentang Pentingnya 46


Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Kecamatan
Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021

8. Gambaran Sikap Responden tentang Pentingnya Pemberian 476


Imunisasi Dasar pada Bayi di Kecamatan Pahaejulu,
Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021

9. Kategori Sikap Responden tentang Pentingnya Pemberian 51


Imunisasi Dasar pada Bayi di Kecamatan Pahaejulu,
Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021

10. Gambaran Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada 51


Bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara
Tahun 2021

11. Hubungan Karakteristik Responden dengan Kelengkapan 52


Imunisasi Dasar pada Bayi di Kecamatan Pahaejulu,
Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021

xii
12. Hubungan Jarak ke Pelayanan Responden dengan
Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi di Kecamatan 54
Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021

13. Hubungan Dukungan Keluarga Responden dengan


Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi di Kecamatan 55
Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021

14. Hubungan Pengetahuan Responden dengan Kelengkapan


Imunisasi Dasar pada Bayi di Kecamatan Pahaejulu, 56
Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021

15. Hubungan Sikap Responden dengan Kelengkapan


Imunisasi Dasar pada Bayi di Kecamatan Pahaejulu, 57
Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021

xiii
Daftar Gambar

No Judul Halaman

1. Landasan teori 29

2. Kerangka konsep 29

xiv
Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1. Kuesioner 77

2. Hasil Analisis Data 81

3. Surat Izin Penelitian 92

4. Balasan Surat Izi Penelitian 93

5. Surat Selesai Penelitian 94

xv
Daftar Istilah

BCG Bacillus Celmette-Geurin


DPT Difteri, Pertusis dan Tetanus
HB Hepatitis B
PD3I Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
POSYANDU Pos Pelayanan Terpadu
RB Rumah Bidan
RENSTRA Rencana Strategi
RS Rumah Sakit
UCI Universal Child Immunization

xvi
Riwayat Hidup

Penulis bernama Sintya Lestari Mangunsong berumur 22 tahun ,

dilahirkan di Aek Pamingke pada tanggal 27 Juli 1999. Penulis beragama Kristren

Proptestan, anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Asrul

Mangunsong dan Ibu Ratna Nababan.

Pendidikan formal di mulai di SDN 117504 Perk.Aek Pamingke Tahun

2005-2011. Sekolah menengah pertama di SMP N 1 Aek Natas Tahun 2011-2014,

sekolah menengah atas di SMAN 1 Aek Natas Tahun 2014-2017. Selanjutnya

penulis melanjutkan pendidikan Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, 10 Agustus 2021

Sintya Lestari Mangunsong

xvii
Pendahuluan

Latar Belakang

Imunisasi merupakan upaya untuk meningkatkan kekebalan seseorang

secara aktif terhadap beberapa penyakit tertentu, jika suatu ketika terpapar dengan

penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan, penyakit-

penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yaitu TBC, Difteri,

Tetanus, Hepatitis B, Pertusis, Campak, Radang selaput otak dan Radang paru-

paru. Anak yang mendapatkan imunisasi akan terlindungi dari penyakit-penyakit

tersebut, yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian yang diperkirakan 2

hingga 3 juta kematian tiap tahunnya. (Kementerian Kesehatan RI, 2016)

Data dari WHO tahun 2017 dan United Nations Childrens Fund

(UNICEF) menyatakan bahwa negara Indonesia berada di posisi peringkat no. 3

(tiga) didunia dengan bayi yang belum mendapatkan imunisasi dengan jumlah

bayi 1,7 juta bayi yang belum mendapatkan imunisasi. Pada tahun 2016 di dunia

sekitar 86% anak di bawah umur 1 tahun atau sekitar 116,5 juta anak menerima

vaksin difteri tetanus pertusis (DTPS). Tahun 2018, terdapat kurang lebih 20 juta

anak yang tidak 4 mendapatkan imunisasi dasar lengkap bahkan ada anak yang

tidak mendapatkan imunisasi sama sekali. Menurut WHO dari 194 negara,

capaian imunisasi dasar lengkap di Indonesia yaitu (86,8%) dalam arti Indonesia

merupakan negara yang capaian IDL yang masih rendah dan di bawah target

dimana cakupan target imunisasi global yaitu (90% ) (IDAI, 2018).

Di Indonesia setiap bayi berusia 0-11 bulan diwajibkan mendapatkan

imunisasi dasar lengkap, Namun Cakupam Imunisasi dasar lengkap di Indonseia

1
2

pada tahun 2017 menurun dan belum mencapai target Renstra Kementerian

Kesehatan yang telah ditentukan sebesar 91,12%. (Kementerian Kesehatan RI,

2017)Cakupan Imunisasi dasar lengkap di Indonesia pada tahun 2018 sebesar

90,61% angka tersebut dibawah target Renstra tahun 2018 sebesar 92,5% ,

Sedangkan menurut provinsi , terdapat 13 provinsi yang mencapai target Renstra

dan 22 provinsi belum mencapai target Renstra tahun 2018. (Kementerian

Kesehatan RI, 2018)

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Sumatera Utara tahun 2016

Persentasi cakupan hasil program imunisasi tahun 2016 untuk BCG, DPT/HB1,

DPT3/HB3, dan Campak mengalami peningkatan, namun cakupan imunisasi

polio 4 mengalami penurunan yang sangat besar dari 97,77% (2015) menjadi

90,30% (2016), oleh karena penurunan tersebut menyebabkan angka drop out

menjadi meningkat hingga mencapai 7%. Kondisi ini sangat jauh diatas angka DO

yang ditoleransi yaitu 3,55%.

Provinsi Sumatera Utara tahun 2017 belum mencapai Renstra sebesar

91,12%, capainya hanya sebesar 87,0% , masih jauh dari target yang ditetapkan

oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Dan pada Tahun 2017 cakupan

desa UCI indonesia sebesar 80,34% sedangkan di cakupan UCI di Provinsi

sumatera utara sebesar 75,41 belum mencapai target. (Kementerian Kesehatan RI,

2017)

Pencapaian program imunisasi di Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun

2019bahwa sebesar7.233 bayi yang menjadi sasaran, diketahui bahwa yang

mendapat imunisasi BCG sebesar 5.332 bayi (73,71%) , Imunisasi HB<7 hari
3

sebesar 4.974 bayi (68,76%) Imunisasi DPT-HB3 sebesar 5.237 bayi(72,40%),

Imunisasi Polio 4 sebesar 5.110 bayi(70,65%), Imunisasi Campak sebesar 5.115

bayi (70,72%), dan Imunisasi dasar lengkap sebesar 5.037 bayi (69,64%). Pada

tahun 2019, desa/kelurahan UCI di Kabupaten Tapanuli Utara belum mencapai

renstra 91,12% .(Dinas Kesehatan Sumatera Utara, 2019)

Kecamatan Pahaejulu merupakan salah satu dari 15 kecamatan yang

berada di Kabupaten tapanuli utara, dalam pencapaian program imunisasi dasar

pada bayi di Kecamatan Pahaejulu tergolong kategori paling rendah, pada tahun

2020 pencapaian program imunisasi dasar lengkap, diketahui bahwa yang

mendapat imunisasi BCG sebesar 39,50%, HB sebesar 39,46%, Polio 1 sebesar

38,34%, Campak sebesar 54,39%, DPT 1 sebesar 38,32%, Polio 2 sebesar 42,425,

DPT 2 sebesar 40,39%, Polio 3 sebesar 39,88%, DPT 3 sebesar 44,17%,dan Polio

4 sebesar 48,84%. (Puskesmas Kecamatan Pahaejulu, 2020)

Menurut hasil penelitian Sagala (2017) tentang gambaran pengetahuan dan

sikap suami tentang pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta wilayah kerja

Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Sedang Berdagai,diketahui bahwa sebagian

besar bayi tidak mendapat imunisasi dasar lengkap, padahal sudah seharusnya

imunisasi dasar lengkap penting untuk diberikan kepada bayi agar memiliki

antibodi terhadap infeksi penyakit-penyakit yang seharusnya dapat dicegah

dengan pemberiaan imunisasi, jika bayi tidak mendapatkan imunisasi maka anak

tidak akan memiliki antibodi untuk mencegah penyakit, sehingga bayi akan sangat

beresiko terkena infeksi penyakit seperti TBC, Polio, Campak, Difteri, Pertusis,

dan Tetanus yang seharusnya dapat dicegah dengan pemberian imunisasi dasar
4

lengkap pada bayi.serta imunisasi berguna untuk menekan angka kesakitan dan

kematian bayi.

Berdasarkan penelitian Harlan (2019) tentang analisis pelaksanaan

program imunisasi dasar lengkap di Pukesmas Kalangan Kecamatan Pandan

Kabupaten Tapanuli Tengah diketahui bahwa banyak ibu yang tidak membawa

bayi nya ke posyandu karena pengetahuan terhadap manfaat imunisasi dasar

lengkap masih kurang dan ada juga yang berfikir imunisasi haram diberikan pada

bayi.

Berdasarkan Hasil Penelitian Igiany (2019) tentang hubungan dukungan

keluarga dengan kelengkapan imunisasi dasar diketahui bahwa responden dengan

dukungan keluarga tinggi 54% dari jumlah keseluruhan responden, sisanya 46%

mempunyai dukungan keluarga rendah.

Menurut penelitian Harahap (2016) tentang pengaruh faktor predisposing,

enabling, dan reinforcing terhadap pemberian imunisasi hepatitis b pada bayi di

puskesmas Bagan Batu Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir

menyatakan bahwa beberapa ibu yang mempunyai bayi belum mengerti tentang

pentingnya imunisasi hepatitis b, selain itu banyak faktor yang berhubungan

dengan pemberian imunisasi hepatitis b antara lain tersedianya sarana, tenaga,

dana, jangkauan, pelayanan, penyuluhan, pengetahuan masyarakat, sosial budaya

dan sebagainya.

Menurut Sarry dan PH (2018) tentang gambaran pengetahuan dan sikap

ibu dalam pemberian imunisasi dasar menyatakan bahwa mayoritas responden

memiliki pengetahuan sedang lebih banyak dibandingkan pengetahuan baik


5

ataupun buruk, maka dari itu diharapkan dapat ditingkatkan dengan upaya

penyuluhan kesehatan yang berkesinambungan dan periodik tentang imunisasi

dasar guna menunjang status imunisasi anak.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan penulis di kecamatan

pahaejulu terhadap 8 orang ibu yang memiliki bayi, 5 dari 8 orang ibu memiliki

pengetahuan yang kurang mengenai manfaat imunisasi dan jenis-jenis imunisasi

yang diberikan pada bayi, sehingga masih banyak ibu yang beranggapan salah

tentang imunisasi, dan 4 dari 8 orang ibu tidak membawa bayi untuk imunisasi,

disebabkan ibu yang bekerja di pagi hari tidak dapat melakukan kunjungan ke

posyandu karena sibuk bekerja dan kurang memiliki waktu sehingga perhatian

terhadap kesehatan bayi pun berkurang, Selain itu, dukungan keluarga sangatlah

penting untuk ibu agar mempengaruhi sikap seorang ibu sehingga ibu termotivasi

untuk membawa bayinya imunisasi,serta jarak juga mempengaruhi ibu untuk

pergi ke puskesmas atau posyandu.

Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul :“Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Pemberian Kelengkapan

Imunisasi Dasar Pada Bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara

Tahun 2021.”

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah bagaimana hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian

kelengkapan imunisasi dasar pada bayi?


6

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan umum dalam Penelitian ini untuk mengetahui

hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadappemberian kelengkapan imunisasi

dasar pada bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021.

Tujuan khusus. Tujuan khusus dalam penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui gambaran umum karakteristik responden yang berupa umur,

pendidikan, pekerjaan, jarak dan dukungan keluarga di Kecamatan Pahaejulu,

Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021.

2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang pentingnya pemberian

kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten

Tapanuli Utara Tahun 2021.

3. Untuk mengetahui gambaran sikap ibu tentang pentingnya pemberian

kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten

Tapanuli Utara Tahun 2021.

4. Untuk mengetahui gambaran pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di

Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021.

5. Untuk mengetahui hubungan gambaran umum karakteristik responden yang

berupa umur, pendidikan, pekerjaan, jarak dan dukungan keluarga dengan

pemberian imunisasi dasar lengkap di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten

Tapanuli Utara Tahun 2021.

6. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu terhadappemberian imunisasi

dasar lengkap pada bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara

Tahun 2021.
7

7. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu terhadappemberian imunisasi dasar

lengkap pada bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun

2021.

Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis. Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini diharapkan

dapat bermanfaat sebagai pengembangan pemikiran serta referensi bagi ilmu di

bidang Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Khususnya Univeristas Sumatera

Utara dalam menambah pemahaman dan menambah literatur mengenasi imunisasi

dasar.

Manfaat praktis. Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat bagi masyarakat dalam mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap

ibu terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi.


Tinjauan Pustaka

Perilaku

Perilaku menurut Natoatmodjo (2014) adalah semua aktifitas atau kegiatan

manusia baik yang dapat dilihat (diamati) maupun tidak dapat dilihat atau diamati

oleh pihak lain.

Menurut Natoatmodjo (2014) Proses pembentukan perilaku dalam diri

seseorang terjadi ketika proses berikut:

1. Awarness (kesadaran) yaitu seseorang telah menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap suatu objek (stimulus)

2. Interest (merasa tertarik) yaitu individu mulai memberi perhatian serta

tertarik pada suatu objek (stimulus)

3. Evaluation (menimbang-nimbang) yaitu individu mulai mempertimbangkan

suatu tindakan yang dimana baik atau buruknya terhadap stimulus tersebut

bagi dirinya, maka sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial yaitu individu mulai melakukan perilaku yang baru

5. Adoption yaitu sikap terhadap stimulus.

Bentuk perilaku. Bentuk Perilaku dapat dibedakan menjadi dua

(Natoatmodjo, 2014) :

1. Perilaku tertutup (convert behavior)

Perilaku tertutup merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam

bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini

masih terbatas pada perhatian, presepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap

8
9

yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat

diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (over behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk.

Perilaku kesehatan. Perilaku Kesehatan menurut Natoatmodjo (2014)

adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang

berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makan dan

minuman, serta lingkungan. Lebih rinci perilaku kesehatan mencakup :

1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia

merespon, baik secara pasif maupun aktif (tindakan).

2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon seseorang

terhadap sistem pelayanan kesehatan, baik sistem pelayanan kesehatan

modern atau tradisional.

3. Perilaku terhadap makanan

4. Perilaku terhadap lingkungan adalah respon seseorang terhadap lingkungan

sebagai determinan kesehatan lingkungan.

Pengetahuan

Pengetahuan menurut Natoatmodjo (2014) adalah hal yang diketahui oleh

orang atau responden terait dengan sehat dan sakit atau kesehatan, seperti :

tentang penyakit ( penyebab, cara penularan, cara pencegahan ),gizi, sanitasi,

pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan, keluarga berencana, dan

sebagainya.(Notoatmodjo, 2014)
10

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (over behavior) enam tingkatan domain pengetahuan menurut

Natoatmodjo (2014).

1. Tahu (know)

Tahu merupakan mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Yang termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) yaitu sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari

dan rangsangan yang diterima, oleh karena itu, tahu adalah tingkatan

pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memehami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang suatu objek yang telah diketahui, serta mampu mengintrepretasikan

materi tersebut dengan benar dan tepat. Seseorang yang telah paham akan

mampu menejlaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagaiannya terhadap objek yang telah dipelajari.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang sudah

dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Serta diartikan sebagai

aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, metode, prinsip dan sebagainya

dalam konteks lain.

4. Analisis (analysis)
11

Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan atau memahami materi

atau suatu objek kedalam berbagai komponen, serta dala satu kesatuan

struktur organisasi dan saling berkaitan satu dengan yang lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan untuk meletakkan serta menghubungkan

beberapa bagian menjadi suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penelian terhadap suatu

materi atau objek. Penilaian yang didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri serta menggunakan kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan bisa dilakukan dengan menggunakan sesi

wawancara atau mengunakan angket yang pertanyaannya berisi tentang materi

yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Waryana (2017) menjelaskan bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu

yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu, dan tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk

mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang didapat.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu :

a) Faktor Internal adalah faktor dari dalam diri sendiri , seperti: intelegensia,

minat, dan kondisi fisik.

b) Faktor Eksternal adalah faktor dari lur diri, seperti: keluarga, masyarakat, dan

sarana.
12

c) Faktor pendekatan belajar yaitu faktor upaya untu belajar, seperti : strategi

dan metode dalam pembelajaran.

Enam tingkatan domain pengetahuan yakni:

1. Tahu (Know) adalah mengingat kembali atau recall terhadap suatu materi

yang telah didaptakan dan dipelajari sebelumnya.

2. Memahami (Comprehension) adalah kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui keudian dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar dan tepat.

3. Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam

komponen-komponen yang tetap satu struktur organisasi dan saling berkaitan

dengan yang lainnya.

5. Sintesa adalah kemampuan untuk meletakkan dan menghubungkan bagian-

bagian menjadi suatu bentuk keseluruhan baru.

6. Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi dan penilaian

terahap suatu objek.(Waryana, 2017)

Sikap

Sikap menurut Notoatmodjo (2014) adalah bagaimana pendapat atau

penilaian orang atau responden terhadap hal yang terkait dengan kesehatan, sehat-

sakit dan faktor yang terkait dengan faktor resiko kesehatan.

Waryana (2017) menjelaskan bahwa sikap adalah reaksi atau respon yang

masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.


13

Adapun tingkatan sikap antara lain :

a) Menerima (Receiving) yaitu seseorang atau subjek mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan objek

b) Merespon (Responding) yaitu memberi jawaban apabila ditanya,

mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan suatu

indikasi dari sikap

c) Menghargai (Valuing) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah

d) Bertanggung jawab (Responsible) yaitu bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang telah dipilih dan menerima segala resiko. (Waryana, 2017)

Imunisasi Dasar

Definisi. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau

meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Dan

sistem imunisasi dapat mencegah antigen menginfeksi tubuh sehingga terbentuk

sistem imunitas bersifat alami dan artificial. (Proverawati & Andhini, 2015)

Imunisasi dasar adalah upaya pertama membuat bayi yang belum kebal

dapat memiliki kekebalan aktif untuk menangkal suatu penyakit. Biasanya

imunisasi dasar diberikan dengan sekali suntikan atau juga boleh lebih dari satu

kali (multipel), dan kekebalan dari imuniasi tersebut akan didapatkan setelah 2

minggu kedepan.(S.Hadinegoro, 2015)

Tujuan imunisasi. Tujuan imunisasi terbagi tiga antara lain :

1. Kekebalan aktif setelah imunisasi akan membuat bayi tidak mudah terserang

penyakit
14

2. Imunisasi berguna dalam pencegahan penyakit menular

3. Melalui imunisasi juga dapat munurunkan angka kesakitan dan kematian

pada bayi. (S.Hadinegoro, 2015)

Manfaat imunisasi. Manfaat imunisasi menurut Penelitian Pritasari

(2016) menyatakan bahwa manfaat imunisasi tidak dirasakan oleh pemerintah saja

namun seluruh kalangan masyarakat karena mampu menurunkan angka kesakitan

dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Adapunmanfaat lain Imunisasi yaitu :

1. Untuk Anak, yaitu mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan

kemungkinan cacat atau kematian

2. Untuk Keluarga, yaitu menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan

bila anak sedang sakit, serta mendorong pembentukan keluarga apabila orang

tuayakin bahwa anaknya akan masa kanak-kanak yang nyaman dan baik.

3. Untuk Negara, yaitu memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa

yang kuat dan berakal dalam melanjutkan pembangunan negara.

(S.Hadinegoro, 2015)

Strategi pelayanan imunisasi. Strategi pelayanan imunisasi merupakan

upaya meningkatkan cakupan imunisasi yang maksimal dengan melakukan

strategi sebagai berikut :

1. Memberikan pelayanan serta akses kepada masyarakat dan swasta

2. Membangun kemitraan kepada pihak lain dan jejaring kerja

3. Menjamin ketersediaan serta kecukupan vaksin dan peralatan rantai vaksin

serta alat suntik


15

4. Menerapkan sistem pemantauan wilayah setempat (PWS) yang berguna untuk

menentukan prioritas kegiatan dan tindakan perbaikan

5. Pelayan imunisasi dilakukan oleh tenaga profesional dan terlatih

6. Pelaksanaan dilakukan sesuai standar

7. Memanfaatkan perkembangan metode serta teknologi yang lebih efektif

berkualitas serta efisien

8. Meningkatkan advokasi fasilitas dan pembinaan kepada masyarakat

(S.Hadinegoro, 2015)

Vaksin kombinasi/kombo. Vaksin kombinasi merupakan gabungan

beberapa antigen tunggal menjadi satu jenis produk antigen untuk mencegah

penyakit yang berbeda. Misalnya vaksin kombinasi DPT/HB merupakan

gabungan antigen-antigen D-P-T dengan antigen hb untuk mencegah penyakit

difteri, pertusis, tetanus, dan hepatitis b.

Berikut alasan utama pembuatan vaksin kombinasi adalah :

a. Kemasan vaksin kombinasi lebih praktis, dibandingkan dengan vaksin

tunggal, sehingga mempermudah pemberian sehingga dapat lebih

meningkatkan cakupan imunisasi

b. Mengurangi frekuensi kunjungan ke fasilitas kesehatan sehingga mengurangi

biaya pengobatan

c. Mempermudah penambahan vaksin baru ke dalam program imunisasi yang

telah ada

d. Untuk mengejar imunisasi yang terlambat

e. Biaya lebih murah


16

Jadwal imunisasi pada bayi. Jadwal imunisasi pada bayi harus dilakukan

tepat pada waktunya karena sangat berguna bagi kesehatan bayi. Suntikan

pertama dimulai dari lahir hingga awal masa kanak-kanak dan orang tua memiliki

tanggung jawab penuh dalam melakukan imunisasi pada anaknya, Imunisasi

diberikan bada bayi pada saat diadakannya kegiatan posyandu dan pekan

imunisasi. Jika bayi dalam keadaan kurang sehat atau sakit yang disertai demam,

kejang-kejang dan menderita penyakit sistem saraf maka perlu dipertimbangkan

untuk memberi imunisasi.

Peran penting imunisasi adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh

terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya pada bayi yang sering terjadi pada

tahun-tahun awal kehidupan seorang anak. Walaupun pengalaman sewaktu

disuntik tidak menyenangkan untuk bayi karena akan terasa sakit sementara

selanjutnya akan bertujuan untuk kesehatan anak dalam jangka waktu panjang.

Imunisasi dasar pada bayi dilakukan pada umur 0-11 bulan, meliputi :

BCG, DPT, Polio, Hepatitis B dan Campak. Bayi idealnya mendapat imunisasi

dasar yang lengkap terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, Hepatitis 3

kali, dan Campak 1 kali. (S.Hadinegoro, 2015)

Tabel 1

Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi

Jenis Umur pemberian imunisasi dasar


Vaksin Bulan
Lahir 1 2 3 4 5 6 9
BCG
POLIO 0 1 2 3
Hepatitis B 1 2 3
DPT 1 2 3
Campak 1
17

Dari tabel diatas, bahwa pemberian imunisasi pada bayi usia 0-11 bulan

antara lain BCG (usia 0-2 bulan), Polio -1 (usia 0 bulan), Polio-2 (usia 2 buan),

Polio-3 (usia 4 bulan), Polio-4 (usia 6 bulan), DPT-1 (usia 2 bulan), DPT-2 (usia 4

bulan), DPT-3 (usia 6 bulan), Hepatitis-1 (usia 0-7 hari), Hepatitis-2 (usia 1

bulan), Hepatitis-3 (usia 3 bulan-6 bulan), dan Campak (usia 9 bulan).

Tabel 2

Jadwal Pemberian Imunisasi pada Bayi dengan Menggunakan Vaksin DPT/HB


Kombo

UMUR VAKSIN TEMPAT


Bayi lahir di rumah
0 bulan HB 1 Rumah
1 bulan BCG, Polio 1 Posyandu *
2 bulan DPT/HB Kombo 1, Polio 2 Posyandu *
3 bulan DPT/HB Kombo 2, Polio 3 Posyandu *
4 bulan DPT/HB Kombo 3, Polio 4 Posyandu *
9 bulan Campak Posyandu *
Bayi lahir di
RS/RB/Bidan Praktek
0 bulan HB 1, Polio 1, BCG RS/RB/BIDAN
2 bulan DPT/HB Kombo 1, Polio 2 RS/RB/BIDAN #
3 bulan DPT/HB Kombo 2, Polio 3 RS/RB/BIDAN #
4 bulan DPT/HB Kombo 3, Polio 4 RS/RB/BIDAN #
9 bulan Campak RS/RB/BIDAN #

Keterangan:
* : atau tempat pelayanan lain
# : atau posyandu

Imunisasi yang diberikan pada bayi. Imunisasi yang diberikan pada bayi

terbagi lima macam yaitu BCG, DPT, Polio, Hepatitis B dan Campak.

1. Imunisasi BCG ( Bacillus Celmette-Geurin)


18

Fungsi imunisasi BCG yaitu untuk mencegah penularan TBC

(Tuberkulosis). Penyebab tubercolosis adalah sekelompok bakteri Mycobacterium

tuberculosis compleks. TBC pada umumnya menyerang sistem pernafasan atau

paru pada manusia dan juga bisa menyerang organ tubuh lainnya seperti kelenjar

getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati atau selaput otak . Penyakit ini biasanya

ditularkan melalui batuk seseorang,kondisi lingkungan yang gelap serta lembap

dan terhirupnya percikan udara yang mengandung bakteri tuberkolosis.

Seseorang yang terinfeksi biasanya menderita sakit paru-paru, batuk berdarah,dan

terdapat bakteri didahaknya.

2. Imunisasi DPT ( Difteri, Pertusis dan Tetanus)

Fungsi Imunisasi DPT yaitu untuk mencegah 3 penyakit sekaligus yakni

difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

Corynebacterium diphteria, penyakit ini bersifat ganas, mudah menular dan

terutama menyerang saluran napas bagian atas. Penyakit ini biasanya ditularkan

karena kontak langsung pada penderita melalui bersin atau batuk makananan

yang terkontaminasi bakteri difteri, seseorang yang terinfeksi akan mengalami

demam, mual,muntah, sakit menelan, leher bengkak, sakit menelan,

pembengkakan kelenjar leher, dan sesak nafas.

Kedua yaitu Pertusis penyakit yang disebabkan oleh kuman Bordettela

pertussi, Penderita biasanya mengalami batuk , batuk terjadi beruntun pada malam

hari serta menarik nafas malam hari terdengar suara hup (whoop), demam, pilek

dan muntah , penularan penyakit ini melalui droplet penderita,


19

Kemudian yang ketiga Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh

infeksi kuman Clostridium tetani. Penyakit ini biasanya menyerang bayi, anak-

anak, bahkan orang dewasa. Penularan pada bayi disebabkan pemotongan tali

pusar tanpa alat yang steril dan cara tradisional yang terkontaminasi spora kuman

tetanus, pada anak-anak dan orang dewasa terinfeksi karena luka yang kotor dan

terkontaminasi spora kuman tetanus yang terdapat di tanah. Biasanya penderita

akan mengalami kejang-kejang pada tubuh dan otot mulut sehingga mulut tidak

bisa dibuka, dan pada bayi tidak bisa menelan air susu ibu serta kaku pada leher

dan tubuh.

3. Imunisasi Campak

Fungsi imunisasi campak yaitu untuk memberikan kekebalan aktif

terhadap penyakit campak. Penyakit campak, measles atau rubbella adalah

penyakit virus akut yang disebabkanoleh virus campak. Penularan penyakit ini

melalui lewat droplet melalui udara. Gejala dari penyakit ini yaitu panas, batuk,

pilek yang lama makin berat sehingga timbul ruam makulopapuler warna

kemerahan.

4. Imunisasi Polio

Fungsi imunisasi polio yaitu untuk mencegah penyakit poliomyelitis.

Penyakit ini disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan, yakni virus

polio type 1,2, dan 3, penularan penyakit ini ditularkan orang ke orang melalui

fekal-oral-route. Serta sanitasi yang buruk akan meningkatkan kemungkinan

penyakit polimyelitis. Polio dapat menimbulkan gejala yang ringan dan gejala

yang sangat parah, seperti menyerang sistem pencernaan dan sistem saraf,
20

sehingga juga menyebabkan demam, muntah-muntah dan kekakuan pada otot

serta lumpuh permanen.

5. Imunisasi Hepatitis B

Fungsi imunisasi hepatitis B yaitu untuk memberi kekebalan tubuh

terhadap penyakit hepatitis B, penyakit ini disebabkan oleh virus yang telah

mempengaruhi organ liver (hati) , penularannya melalui kontak langsung dengan

cairan tubuh seperti darah, air liur, air mani, dan dari ibu ke anak pada saat

melahirkan, adapun gejala yang ditimbulkan yaitu hilangnya nafsu makan,

muntah,rasa lelah, mata kuning , dan urine menjadi kuning serta sakit perut.

(S.Hadinegoro, 2015)

Sasaran dan tempat pelayanan imunisasi. Sasaran dan tempat

pelayanan imunisasi dasar adalah bayi usia 0-11 bulan, yang tempat

pelaksanaannya telah disediakan oleh pemerintah di semua fasilitas kesehatan

seperti di puskesmas dan rumah sakit tanpa dipungut bayaran, sementara vaksin

yang belum disediakan oleh pemerintah bisa didapatkan dirumah bersalin,rumah

sakit, dan praktek dokter swasta namun tidak gratis. (Proverawati & Andhini,

2015)

Efek samping imunisasi pada bayi biasanya terjadi dalam waktu 1-2 hari,

dan kemudian akan segera sembuh tanpa harus mendapat obat. Efek samping

yang sering terjadi yaitu kemerahan, bengkak, dan nyeri di tempat bekas suntikan.

Dan dapat juga disertai demam ringan atau rewel, penanggulangannya dengan

memberikan minum ASI dan jangan memakai baju tebal. Efek samping berat

jarang didapatkan bayi dan walaupun demikian jika terjadi reaksi setelah disuntik
21

segera hubungi tempat anak mendapat imunisasi. Saat ini imunisasi sangat aman

dibandingkan jika anak harus menderita penyakit yang dapat dicegah.

(S.Hadinegoro, 2015)

Penggunaan KMS pada bayi. Kartu Menuju Sehat adalah kartu yang

memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat

badan menurut umur yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Setiap balita

harus mempunyai KMS sesuai jenis kelamin. KMS digunakan untuk mencatat

berat badan, memantau pertumbuhan balita setiap bulan dan sebagai media

penyuluhan gizi dan kesehatan. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib

menyediakan KMS Bagi Balita. Jumlah KMS Bagi Balita harus disesuaikan

dengan jumlah balita yang belum mempunyai KMS di wilayah tersebut

(Permenkes No 155 tahun 2010)

Cakupan program imunisasi. Salah satu target keberhasilan program

imunisasi adalah tercapainya Universal Child Immunization (UCI) yang

merupakan cakupan imunisasi dasar lengkap bayi secara merata pada bayi di

100% desa/kelurahan. Indonesia telah menetapkan target kelurahan minimal 95%

bayi telah mendapat imunisasi dasar lengkap. Pemerintah menetapkan kebijakan

upaya percepatan pencapaian UCI yang dikenal dengan GAIN UCI (Gerakan

Akselerasi Imunisasi Nasional untuk mencapai UCI) pada tahun 2010-2014.

Indikator keberhasilan GAIN UCI mengacu pada RPJMN tahun 2010-

2014 dengan target pencapaian UCI yaitu:

a. Pada tahun 2011 sudah mencapai UCI 85% desa/kelurahan, yang mencakup

82% bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap.


22

b. Pada tahun 2012 mencapai UCI 90% desa/kelurahan, yang mencakup 85%

bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap.

c. Pada tahun 2013 mencapai UCI 95% desa/kelurahan, yang mencakup 88%

bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap.

d. Pada tahun 2014 mencapai UCI 100% desa/kelurahan, yang mencakup 90%

bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap.

e. Pada tahun 2015 mencapai UCI 84% desa/kelurahan, yang mencakup 80%

bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap (Kepmenkes RI No. 1161 tahun

2005)

Pelaksanaan imunisasi. Pelaksanaan imunisasi meliputi kegiatan-

kegiatan :

1. Persiapan petugas

Mencatat daftar bayi yang dilakukan oleh kader, dukun terlatih dan bidan di

desa.

2. Persiapan vaksin dan peralatan rantai vaksin

Petugas kesehatan harus mempersiapkan vaksin yang akan dibawa, jumlah

vaksin yang dibawa dihitung berdasarkan jumlah sasaran yang akan

diimunisasi dibagi dengan dosis efektif vaksin per vial/ ampul. Mempersiapkan

peralatan rantai dingin yang akan dipergunakan dilapangan seperti termos dan

kotak dingin cair.

3. Persiapan ADS (Auto Disable Syring) dan Safety Box.

Jumlah ADS yang dipersiapkan sesuai dengan jumlah sasaran yang akan

diimunisasi. Jumlah Safety Box disesuaikan dengan jumlah ADS.


23

4. Persiapan Masyarakat

Untuk mensukseskan pelayanan imunisasi, persiapan dan penggerakan

masyarakat mutlak harus dilakukan.

5. Pemberian Pelayanan Imunisasi

vaksin yang diberikan pada bayi meliputi vaksin Hepatitis B, BCG, Polio, DPT

dan Campak.

Dampak imunisasi. Nilai (value) vaksin dibagi menjadi tiga kategori

antara lain:

1) Secara individu Ketika anak mendapatkan vaksinasi maka 80-95% maka anak

akan terhindar dari penyakit infeksi yang ganas, maka akan banyak bayi/anak

yang mendapat vaksinasi (dinilai dari cakupan imunisasi) maka terlihat

penurunan angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).

2) Secara keuntungan sosial Kekebalan individu yang telah mencapai cakupan

vaksin maka ini akan mengakibatkan pemutusan rantai penularan penyakit dari

anak ke anak lain.

3) Secara keuntungan dalam sistem kesehatan nasional

Program imunisasi sangat efektif dan efesien apabila diberikan dalam

cakupan yang luas secara nasional. Dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi

suatu negara tentunya akan lebih baik bila masyarakatnya sehat sehingga

anggaran untuk pengobatan (kuratif) dapat dialihkan untuk peningkatan

kualitas dan kesejahteraan masyarakat (Ranuh dkk, 2011)


24

Jenis-Jenis Imunisasi

Imunisasi aktif. Imunisasi Aktif merupakan pemberian suatu bibit

penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar sistem imun tubuh merespons

spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadapantigen yang diberikan sehingga

ketika terpapar kembali tubuh dapat mengenali danmeresponsnya. Contoh

imunisasi aktif adalah imunisasi polio dan campak.

Dalam imunisasi aktif terdapat beberapa unsur-unsur vaksin yaitu :

a. Adapun vaksin dapat berupa organisme yang secara keseluruhan dimatikan,

eksotoksin yang didetoksifikasi atau endotoksin yang terikat pada protein

pembawa seperti polisakarida, serta vaksin dapat berasal dari ekstrak

komponen organisme dari antigen.

b. Pengawet, stabilisator dan antibiotik adalah zat yang digunakan supaya vaksin

tetap dalam keadaan lemah serta menstabilkan antigen dan mencegah

tumbuhnya mikroba.

c. Cairan pelarut yang berupa air steril atau cairan kultur jaringan yang

digunakan sebagai media tumbuh antigen.

d. Adjuvan yang terdiri dari garam aluminium yang berguna untuk

meningkatkan sistem imun dari antigen. (S.Hadinegoro, 2015)

Imunisasi pasif. Imunisasi pasif merupakan suatu proses untuk

meningkatkan kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat imunoglobulin yang

merupakan hasil zat proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau

kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalu placenta. Contoh imunisasi pasif

adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum ) pada seseorang yang mengalami
25

luka saat kecelakaan, contoh yang kedua yaitu terdapat pada bayi baru lahir

dimana bayi tersebut menerima antibodi dari ibunya melalui darah placenta

selama masa kandungan, seperti antibodi terhadap campak. (S.Hadinegoro, 2015)

Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Ibu dalam Pemberian Imunisasi


Dasar Lengkap pada Bayi

Umur. Umur menurut Natoatmodjo (2014) , merupakan usia seseorang

yang terhitung mulai saat lahir sampai berulang tahun, semakin cukup umur maka

tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang berpikir dan

bekerja, dan dari segi kepercayaan seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari

orang yang belum tinggi kedewasaannya.

Pendidikan. Pendidikan menurut Natoatmodjo (2014), merupakan

bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju

ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan dibutuhkan

untuk mendapatkan informasi seperti hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga

dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan juga dapat mempengaruhi

seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam

memotivasi untuk berperan serta dalam pembangunan, makin tinggi pendidikan

seseorang maka makin mudah menerima informasi.

Pekerjaan. Pekerjaan menurut Natoatmodjo (2014), merupakan sesuatu

yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya serta kehidupan

keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, akan tetapi lebih banyak

merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak


26

tantangan, sedangkan bekerja merupakan kegiatan yang menyita waktu, dan

bekerja bagi ibu-ibu akan memiliki pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

Kebudayaan. Kebudayaan menurut Natoatmodjo (2014), merupakan

pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan sikap yang didalam kehidupan

masyarakat diwarnai dengan kebudayaan yang ada didaerahnya.

Jarak. Jarak menurt Azwar, Azrur (dalam Harahap, 2016) adalah salah

satu faktor yang menentukan terjadinya masalah kesehatan dimasyarakat. Masalah

status imunisasi dasar pada bayi dipengaruhi oleh karakteristik ibu dan juga faktor

tempat, dimana jarak rumah dengan puskesmas/ tempat pelayanan kesehatan

mempengaruhi perilaku ibu. (Harahap, 2016)

Pelayanan kesehatan. Pelayanan Kesehatan menurut devi (dalam

Harahap, 2016) merupakan faktor penunjang derajat kesehatan masyarakat.

Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan, Masyarakat

membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit, dan pelayanan kesehatan

lainnya untuk membantu mendapatkan pengobatan dan pelayanan kesehatan yang

terutama untuk pelayanan kesehatan dasar yang sangat dibutuhkan masyarakat.

Peran petugas kesehatan. Peran petugas kesehatan menurut Mubarak

(dalam Harahap, 2016) merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan

orang lain kepada seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran akan

dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam ataupun dari luar dan bersifat

stabil, Peran juga merupakan bentuk dari perilaku yang diharapkan seseorang

pada situasi sosial tertentu.


27

Dukungan keluarga. Dukungan Keluarga menurut Friedman (dalam

Igiany, 2019) adalah sikap atau tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota

keluarganya, sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan.

Dukungan keluarga juga merupakan sebuah proses yang terjadi di sepanjang masa

kehidupan. Sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahapan

siklus kehidupan, oleh karena itu dukungan keluarga membuat keluarga mampu

berfungsi dengan baik sehingga dapat meningkatkan kesehatan adaptasi keluarga.

(Igiany, 2019)

Landasan Teori

Landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan teori

Precede-Proceed (Green, 1980) Perilaku adalah apa yang akan dilakukan

seseorang baik yang bisa dilihat maupun tidak. Perilaku berdasarkan teori

Precede-Proceed lebih menekankan pada faktor pendorong, pemungkin dan

penguat.

Model Precede-Proceed dikemas dalam dua bagian. Bagian yang pertama

adalah PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, Enabling, Constructs in,

Educational/Ecological, Diagnosis, Evaluation) yang berfokus pada perencanaan

program. Bagian yang kedua adalah PROCEED (Policy, Regulatory,

Organizational, Constructs in, Educational, Enviromental, Development) yang

berfokus pada implementasi dan evaluasi. Konsep PrecedeProceed ini baik

digunakan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Program PIK-R.

Berdasarkan teori Precede-Proceed, perilaku seseorang ditentukan oleh tiga


28

faktor, yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pemungkin

(enabling factors) dan faktor penguat (reinforcing factors).

Faktor pendorong mencakup pengetahuan, pendidikan, umur, jenis

kelamin, sosial ekonomi (penghasilan) dan persepsi. Faktor pemungkin mencakup

jarak, sarana dan prasarana. Faktor penguat mencakup dukungan petugas

kesehatan, dukungan keluarga, dukungan teman sebaya dan keterpaparan media

informasi.

Model precede-proceed adalah suatu konsep yang dibuat oleh Lawrence

Green yang dapat membantu perencanaan suatu program kesehatan, pembuat

kebijakan dan evaluator yang digunakan untuk menganalisis situasi dan program

kesehatan yang efektif dan efesien. Model proceed memberikan struktur yang

komprehensif untuk menilai kesehatan dan kebutuhan hidup serta merancang,

melaksanakan ataupun mengevaluasi promosi kesehatan untuk memenuhi

kebutuhan.

Berikut merupakan gambar skema landasan teori Model precede-proceed

merutut Green:
29

Faktor predisposisi
1.
sayKerakteristik
2. Pengetahuan
3. Sikap
4. Kebudayaan

Faktor Pemungkin
1. Jarak
Behavior
2. Pelayanan
Kesehatan

Faktor Pendorong
1. Peran petugas
kesehatan
2. Dukungan
keluarga

Gambar 1.Landasan teori

Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan diatas maka

kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Karakteristik
Reponden
 Umur Pemberian Imunisasi
 Pendidikan Dasar Lengkap pada
 Pekerjaan Bayi di Kecamatan
 Jarak Pahaejulu, Kabupaten
 Dukungan Keluarga Tapanuli Utara Tahun
 Pengetahuan 2021
 Sikap
Gambar 2.Kerangka konsep penelitian
30

Berdasarkan gambar 2 diatas, diketahui bahwa karakteristik responden

yang akan digambarkan dalam hasil penelitian ini yaitu dilihat dari aspek umur,

pendidikan, pekerjaan, jarak, dukungan keluarga serta pengetahuan dan sikap

responden terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi dan pemberian

imunisasi dasar lengkap pada bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli

Utara Tahun 2021.


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, yakni untuk

mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap pentingnya pemberian

kengkapan imunisasi dasar pada bayi dan desain penilitian ini adalah cross

sectional, data diperoleh dengan menggunakan instrumen kuesioner, Analisis data

dilakukan secara univariat untuk mempresentasikan gambaran distribusi dari

semua variabel dan analisis bivariat untuk mengetehaui hubungan dua variabel

yang menggunakan uji chi square.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Lokasi penelitian ini bertujuan untuk mendapat

informasi yang lebih jelas, lengkap, serta memungkinkan dan mudah bagi peneliti.

Oleh karena itu, maka penulis menetapkan lokasi penelitian adalah tempat di

mana penelitian akan dilakukan. Dalam hal ini, lokasi penelitian dilaksankan di

Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara.

Waktu penelitian. Waktu penelitian ini direncanakan dilakukan pada

bulan Maret 2021-selesai.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yg mempunya

bayi usia 10 bulan – 18 bulanyang tinggal di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten

Tapanuli Utara dengan jumlah 102 ibu.

31
32

Sampel. Sampel dalam penelitian ini sebanyak ibu yang memiliki anak

usia 10 bulan-18 bulan yang berada di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli

Utara dengan kriteria yang bersedia diwawancarai langsung oleh penulis untuk

mengisi kuesioner yang telah disusun dalam penelitian, kemudian diambil dengan

menggunakan teknik simple random sampling.

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Taro Yamane yaitu

sebagai berikut:

N
n=
N.d2+1

Keterangan:

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

d : Presisi yang ditetapkan (10%= 0,1)

Dari rumus tersebut maka diambil sampel dengan jumlah :


N
n=
N.d2+1
102
=
102.0,12+1
102
n=
2,02

n = 50,49

n = 50 Responden
33

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu

pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi, yang dilihat berdasarkan catatan

perkembangan pada buku KMS. Adapun jenis-jenis imunisasi dasar adalah BCG,

DPT, Polio, Hepatitis B dan Campak.

Variabel independen. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu

karaketeristik ibu umur, pendidikan,pekerjaan,jarak,dukungan keluarga,

pengetahuan, dan sikap.

Definisi operasional. Definisi Operasional Variabel yang akan diteliti

adalah sebagai berikut:

1. Umur adalah usia yang terhitung mulai saat lahir sampai berulang tahun.

2. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang telah diselesaikan

dan mempunyai ijazah.

3. Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang kali atau setiap hari

untuk mendapatkan imbalan berupa uang dan barang

4. Jarak adalah jarak antara rumah dengan puskesmas/ tempat pelayanan

kesehatan

5. Dukungan keluarga adalah dukungan atau dorongan yang diberikan keluarga

dalam pemberian imunisasi dasar lengkap.

6. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui ibu berkaitan tentang

imunisasi dasar lengkap pada bayi seperti : pengertian, manfaat, waktu

pemberian, efek samping imunisasi, dll


34

7. Sikap adalah respon ibu tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi, yang

dilihat dari kecenderungan ibu untuk berespon atau bereaksi positif atau

negatif terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi

8. Pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi adalah kelengkapan imunisasi

yang diperolah bayi sesuai dengan umurnya yang meliputi BCG (usia 0-2

bulan), Polio -1 (usia 0 bulan), Polio-2 (usia 2 buan), Polio-3 (usia 4 bulan),

Polio-4 (usia 6 bulan), DPT-1 (usia 2 bulan), DPT-2 (usia 4 bulan), DPT-3

(usia 6 bulan), Hepatitis-1 (usia 0-7 hari), Hepatitis-2 (usia 1 bulan),

Hepatitis-3 (usia 3 bulan-6 bulan), dan Campak (usia 9 bulan)

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Data Primer diperoleh melalui kegiatan wawancara demgan

pengisian kuesioner, kuesioner adalah cara pengumpulan data dengan

memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden secara langsung dengan

harapan responden akan memberi respon jawaban yang sebenar-benarnya atas

pertanyaan yang trerdapat dalam kuesioner.

Data sekunder. Data sekunder diperoleh dari catatan perkembangan

imunisasi dalam buku KMS (Kartu menuju Sehat)

Metode Pengukuran

Pengukuran pengetahuan ibu. Pengukuran pengetahuan ibumenurut

Natoatmodjo (2014), adalah Pengukuran pengetahuan yang dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin

diukur dari subjek penelitian atau responden . (Natoatmodjo, 2014)


35

Cara mengukur pengetahuan menggunakan sakala Guttman dengan

memberikan pertanyaan-pertanyaan , pengetahuan diukur melalui 10 pertanyaan,

kemudian dilakukan penilaian 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban

salah, kemudian penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor

yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasil presentasi

selanjutnya digolongkan menjadi 3 kategori menurut Arikunto (2013) :

1. Tingkat pengetahuan baik, jika 75%-100% dijawab dengan benar dari nilai

tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai >7

2. Tingkat pengetahuan sedang atau cukup, jika 40-75% dijawab dengan benar

dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 4-7

3. Tingkat pengetahuan kurang, jika <40% dijawab dengan benar dari nilai

tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai <4

Pengukuran sikap ibu. Pengukuran sikap ibumenurut Natoatmodjo

(2014) yaitu dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung, Secara

langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden

terhadap suatu objek, secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-

pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.

Sikap diukur dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan yang dinyatakan

dalam kategori respons dengan metode Likert, untuk mengetahui sikap responden

digunakan lima alternatif jawaban yang kemudian diberikan skor untuk dapat

dihitung, Menurut Arikunto (2013) skor dihitung dan di kelompokkan ke dalam

dua kategori positif dan negatif.


36

Sikap diukur melalui 15 pertanyaan dengan memberikan skor terhadap

kuesioner dan memberikan bobot penilaian sebagai beriku:

1. Untuk pernyataan positif (pernyataan nomor 1,3,4,6,7,8,11,13,15)

1. SS : Sangat Setuju, skor 4

2. S : Setuju, skor 3

3. TS : Tidak Setuju, skor 2

4. STS : Sangat Tidak Setuju, skor 1

2. Untuk pernyataan negatif (pernyataan nomor 2,5,9,10,12,14)

1. SS : Sangat Setuju, skor 1

2. S : Setuju, skor 2

3. TS : Tidak Setuju, skor 3

4. STS : Sangat Tidak Setuju, skor 4

Sehingga skor tertinggi yang dapat dicapai oleh responden adalah 60 dan

skor terendah adalah 15. Berdasarkan kriteria diatas dapat dikategorikan tingkat

sikap responden menurut Arikunto (2013) dengan kriteria sebagai berikut:

1. Baik, jika 75-100% dijawab dengan benar dari nilai tertinggi seluruh

pertanyaan dengan total nilai >45

2. Sedang atau cukup, jika 40-75% dijawab dengan benar dari nilai tertinggi

seluruh pertanyaan dengan total nilai 24-45

3. Kurang, jika <40% dijawab dengan benar dari nilai tertinggi seluruh

pertanyaan dengan total nilai <24 (Arikunto, 2013)

Jarak. Jarak ke tempat pelayanan kesehatan diukur dengan mengunakan

skala Ordinal. Jarak ke tempat pelayanan kesehatan dikategorikan sebagai berikut:


37

1. Dekat, apabila jarak rumah ke pelayanan kesehatan < 1 km

2. Sedang, apabila jarak rumah ke pelayanan kesehatan 1 km

3. Jauh, apabila jarak rumah ke pelayanan kesehatan 2 km

Dukungan keluarga, Dukungan keluarga diukur dengan menggunakan

skala Guttman. Dukungan keluarga dikategorikan sebagai berikut :

1. Baik, Jika dijawab dengan benar (keluarga mendukung ibu untuk membawa

bayi imunisasi)

2. Kurang, Jika dijawab dengan salah (keluarga tidak mendukung ibu untuk

membawa bayi imunisasi).

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengolahan data. Metode Pengolahan data dalam Penelitian ini

menggunakan proses pengolahan data dengan komputer melalui beberapa tahap

Menurut Natoatmodjo (2012), yakni:

a. Editing yaitu kegiatan untuk pengecekkan dan perbaikan isi formulir atau

kuesioneratau kuesioner yang telah diisi, dalam penelitian ini yang dilakukan

oleh peneliti adalah memeriksa kembali data responden yang telah

dikumpulkan, kemudian dilakukan editing setelah setelah data seluruhnya

terkumpul.

b. Coding yaitu berguna untuk mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan. Yang mempermudah dalam melakukan

analisis data, pada saat penelitian ini dilakukan oleh peneliti setelah kuesioner

diedit atau disunting, kemudiaan dilaukan pengkodean atau coding, yaitu

memberikan kode pada masing-masing hasil jawaban responden.


38

c. Entry yaitu ketika seluruh kuesioner terisi penuh dan benar serta telah

melewati pngcodingan, maka langkah selanjutnya merupakan proses data

untuk dianalisi, proses data ini dilakukan dengan cara meng-entrydata dari

kuesioner keperangkat komputer.

d. Cleaning yaitu pengecekkan kembali data untuk melihat dan memastikan

adanya kesalahan-kesalahan dalam pengkodean, ketidak lengkapan dan

kemudian dilakukan koreksi, selesai semua data diolah peneliti akan

melakukan pengecekan kembali untuk memastikan tidak ada kesalahan kode.

e. Tabulating yaitu memasukkan data dalam tabel distribusi frekuensi yang

disajikan dalam presentasi sehingga diperolah data dari masing-masing

variabel, dalam penelitian ini peneliti akan melakukan tabulasi data

menggunakan SPSS.

Metode analisis data.

Analisis univariat. analisis univariat yang digunakan untuk

menggambarkan/ mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang

diteliti, analisis ini akan menghasilkan distribusi frekuensi dan presentasi dari

variabel-variabel penelitian yang meliputi gambaran pengetahuan dan sikap ibu

tentang pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di desa Simasom

Kecamatan Pahaejulu Tahun 2021.

Analisis bivariat. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan

antara variabel independent dan variabel dependent yang dilakukan dengan

menggunakan uji satistik chi-square.


Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Geografis. Kabupaten Tapanuli Utara dengan luas wilayah sekitar

3.793,71 Km², terletak di wilayah pengembangan dataran tinggi Sumatera Utara

berada pada ketinggian antara 300-1.500 meter di atas permukaan laut. Secara

astronomis berada padaposisi 1o 20’–2 o 41’ LU dan 98o 05’–99o 16’ BT,

sedangkan secara geografis di apit atau berbatasan langsung dengan lima

Kabupaten yaitu di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir, di

sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu, di sebelah Selatan

berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan dan sebelah Barat berbatasan

dengan Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Tapanuli Tengah. Letak

geografis ini sangat menguntungkan karena berada pada jalur lintas beberapa

kabupaten di Propinsi Sumatera Utara.

Kecamatan Pahaejulu merupakan salah satu satu kecamatan yang berada di

Kabupaten Tapanuli Utara, terdiri atas 18 desa dan 1 kelurahan. Kecamatan

pahaejulu memiliki luas wilayah sebesar 165,90 km²,terletak pada koordinat

01º46’- 01º57’ Lintang Utara (LU) dan 98º56’-99º17’ Bujur Timur (BT) dan

kepadatan 81/km2(210/sq mi).

Secara administratif Kecamatan Pahaejulu berbatasan dengan kecamatan-

kecamatan tetangga. Adapun batas-batasnya adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Adiankoting

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pangaribuan

3. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Siatas Barita

39
40

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Purbatua

Demografis. Kepadatan penduduk di Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara,

tersebar di 15 kecamatan dilihat dari jumlah keseluruhan 324.606 jiwa, jumlah

penduduk terbesar ada di kecamatan Siborong-borong sebanyak 51.611 jiwa

(15,90%) dan jumlah penduduk terendah ada di kecamatan Simangumban

sebanyak 8.584 jiwa (2,64%).Jumlah penduduk di Kecamatan Pahaejulu dalam

sensus penduduk indonesia 2020 sebesar13.494 jiwa dengan jumlah penduduk

laki-laki sebanyak 6.369 jiwa dan perempuan sebanyak 7.125 jiwa.

Penduduk kabupaten Tapanuli Utara, pada umumnya merupakan etnis

Batak Toba, dan ada juga sebagian berasal dari suku Batak Angkola, Batak

Simalungun, Batak Karo, dan beberapa pendatang seperti Jawa, Minangkabau dan

Nias.Berdasarkan data Badan Pusat Statistik kabupaten Tapanuli Utara mencatat

bahwa 94,80% penduduk kecamatan ini memeluk agama Kristen, dimana

Protestan 93,79% dan Katolik 1,01%. Kemudian sebagian lagi memeluk agama

Islam yakni 5,20%. Untuk sarana rumah ibadah, terdapat 10 gereja Protestan, 6

masjid, dan 2 gereja Katolik.

Analisis Univariat

Gambaran umum karakteristik responden. Responden dalam

penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia 10 bulan-18 bulan yang

berada di Kecamatan Pahaejulu Kabupaten Tapanuli Utara, yang memilki

karakteristik tertentu berupa umur, tingkat pendidikan, dan Jenis Pekerjaan

responden saat ini, dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang responden.

Gambaran umum karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut :


41

Tabel 3

Gambaran Umum Karakteristik Responden

Karakteristik Responden Jumlah (n) Persentase (%)


Umur
20-24 Tahun 7 14,0
25-29 Tahun 27 54,0
30-34 Tahun 7 14,0
35-39 Tahun 9 18,0
Total 50 100
Tingkat Pendidikan
SMP 12 24,0
SMA 29 58,0
S1 9 18,0
Total 50 100
Jenis Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 18 36,0
Petani 14 28,0
Wiraswatsa 9 18,0
PNS 4 8,0
Honorer 5 10,0
Total 50 100

Berdasarkan tabel 3 diatas diketahui bahwa karakteristik responden ibu

yang mempunyai bayi usia 10-18 bulan di Kecamatan Pahaejulu, Berdasarkan

karakteristik umur sebagian besar responden pada rentang usia 25-29 tahun yakni

sebanyak 27 orang (54,0%), responden yang berada pada rentang usia 35-39

tahun yakni sebanyak 9 orang (18,0%), kemudian responden yang berada pada

rentang usia 20-24 tahun yakni sebanyak 7 orang (14,0%), dan responden yang

berada pada rentang usia 30-34 tahun yakni sebanyak 7 orang (14,0%).

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar

responden telah menyelesaikan jenjang SMA yakni sebanyak 29 orang (58,0%),

kemudian responden yang telah menyelesaikan jenjang SMP yakni sebanyak 12


42

orang (24,0%), dan responden yang menyelesaikan jenjang pendidikan S1

sebayak 9 orang (18%)

Karakteristik reponden berdasarkan jenis pekerjaan sebagian besar

responden bekerja sebagain ibu rumah tangga yakni sebanyak 18 orang (36,0%),

responden yang bekerja sebagai petani yakni sebanyak 14 orang (28%), responden

yang bekerja sebagai wiraswasta yakni sebanyak 9 orang (18,0%), kemudian

responden yang bekerja sebagai honorer sebanyak 5 orang (10,0%) dan bekerja

sebagaipegawai negri sipil (PNS) yakni hanya sebanyak 4 orang (8,0%).

Distribusi frekuensi uraian pernyataan jarak pelayanan kesehatan

terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi. Dapat dilihat tabel 4:

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Uraian Pernyataan Jarak Pelayanan Kesehatan terhadap


Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Kecamatan Pahaejulu,
Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021

Kategori Jarak Jumlah (n) Persentase (%)


Dekat 9 18,0
Sedang 16 32,0
Jauh 25 50,0
Total 50 100

Berdasarkan tabel 4 di atas diketahui bahwa responden yang jarak

pelayanan kesehatan dengan tempat tinggal responden sebagian besar adalah jauh

yakni sebanyak 25 orang (50,0%), kemudian jarak pelayanan kesehatan yang

sedang yakni sebanyak 16 orang (32,0%), dan jarak pelayanan kesehatan yang

dekat yakni sebanyak 9 orang (18%).


43

Distribusi frekuensi uraian pernyataan dukungan keluarga terhadap

pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi. Dapat dilihat tabel 5:

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Uraian Pernyataan Dukungan Keluarga terhadap


Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayidi Kecamatan Pahaejulu,
Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021

Kategori Dukungan Jumlah (n) Persentase (%)


Keluarga
Mendukung 20 40,0
Tidak mendukung 30 60,0
Total 50 100

Berdasarkan tabel 5 diatas diketahui bahwa responden yangdukungan

keluarga tentang pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi sebagian besar

adalah mendukung yakni sebanyak 30 responden (60,0%), dan dukungan keluarga

tentang pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi yang tidak mendukung

yakni sebanyak 20 responden (40%).

Gambaran pengetahuan responden terhadap pentingnya pemberian

imunisasi dasar lengkap pada bayi. Pengetahuan responden terhadap

pentingnya pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di Kecamatan pahaejulu

Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat dari tabel 4 berikut ini :


44

Tabel 6

Gambaran Pengetahuan Responden terhadap Pentingnya Pemberian Imunisasi


Dasar pada Bayi

Pengetahuan Responden Jawaban Total


tentang
Pentingnya Pemberian Benar Salah
Imunisasi
Dasar Lengkap Pada Bayi N % n % n %
Imunisasi dasar yaitu 21 42,0 29 58,0 50 100
membuat bayi yang
belum kebal dapat
memiliki kekebalan
aktif, untuk menangkal
suatu penyakit
Manfaat imunisasi yaitu 24 48,0 26 52,0 50 100
untuk menurunkan
angka kesakitan dan
kematian akibat penyakit
yang dapat dicegah
dengan imunisasi
Jenis imunisasi yaitu 23 46,0 27 54,0 50 100
BCG, DPT, Polio,
Hepatitis B dan Campak
Bayi diimunisasi usia 0- 27 54,0 23 46,0 50 100
11 bulan
Bayi mendapat imunisasi 22 44,0 28 56,0 50 100
polio sebanyak 1 kali
Jadwal imunisasi DPT-1 20 40,0 30 60,0 50 100
(usia 2 bulan), DPT-2
B (usia 4 bulan), DPT-3
(usia 6 bulan)
Fungsi imunisasi BCG 22 44,0 28 56,0 50 100
yaitu untuk mencegah
penularan TBC
Imunisasi BCG 22 44,0 28 56,0 50 100
diberikan 1 kali
Imunisasi campak 19 38,0 31 62,0 50 100
diberikan pada bayi saat
usia 9 bulan
Imunisasi polio 20 40,0 30 60,0 50 100
diberikan sebanyak 4
kali
45

Berdasarkan tabel 6 diatas diketahui bahwa pengetahuan responden

terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi di Kecamatan Pahaejulu,

Kabupaten Tapanuli Utara yang paling dominan dan sudah dinilai baik yaitu 27

responden (54,0%) sudah mengetahui bahwa bayi di imunisasi usia 0-11 bulan,

Sedangkan pengetahuan responden yang masih dinilai sedang dan perlu

ditingkatkan yaitu bahwa hanya ada sebanyak 24 responden (48,0%) yang sudah

mengetahui manfaat imunisasi yaitu untuk menurunkan angka kesakitan dan

kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, kemudian hanya

ada sebanyak 23 responden (46,0%) yang sudah mengetahui jenis-jenis imunisasi

yaitu BCG, DPT, Polio, Hepatitis B dan Campak, kemudian hanya ada sebanyak

22 responden (44,0%) yang sudah mengetahui bahwa bayi mendapat imunisasi

polio sebanyak 1 kali ,fungsi imunisasi BCG yaitu untuk mencegah penularan

TBC dan imunisasi BCG diberikan sebanyak 1 kali, kemudian hanya ada

sebanyak 21 responden (42,0%) yang sudah mengetahui bahwa imunisasi dasar

yaitu membuat bayi yang belum kebal dapat memiliki kekebalan aktif, untuk

menangkal suatu penyakit,

Kemudian pengetahuan responden yang kurang baik hanya ada sebanyak

20 responden (40,0%) yang sudah mengetahui bahwa jadwal imunisasi DPT-1

(usia 2 bulan), DPT-2 (usia 4 bulan), DPT-3 (usia 6 bulan) dan imunisasi polio

diberikan sebanyak 4 kali, dan yang terendah yaitu hanya ada sebanyak 19

responden (38,0%) yang sudah mengetahui bahwa imunisasi campak diberikan

pada bayi saat usia 9 bulan.


46

Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap pengukuran pengetahuan

responden tentang pentingnya pemberian imunisasi dasar pada bayi di Kecamatan

Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara, maka pengetahuan responden dapat di

kategorikan menjadi 3 (tiga kategori) yaitu “Baik”, “Sedang”, dan “Kurang Baik”

yang dapat dilihat pada tabel 5 berikut :

Kategori pengetahuan responden terhadap pemberian kelengkapan

imunisasi dasar lengkap pada bayi. Dapat dilihat tabel 7:

Tabel 7

Kategori Pengetahuan Responden terhadap Pemberian Kelengkapan Imunisasi


Dasar Lengkap pada Bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara
Tahun 2021

Ketegori Pengetahuan Jumlah (n) Persentase (%)


Responden
Baik 9 18,0
Sedang 17 34,0
Kurang 24 48,0
Total 50 100

Berdasarkan Tabel 7 diatas diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan

responden tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi di Kecamatan Pahaejulu,

Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021 yakni sebanyak 24 responden (48,0%)

termasukdalam kategori yang kurang baik, kemudian sebanyak 17 responden

(34,0%) termasuk dalam kategori sedang, dan sebanyak 9 responden (18,0%)

termasuk dalam ketegori baik.

Gambaran sikap responden terhadap pemberian imunisasi dasar

lengkap pada bayi. Sikap responden terhadap pemberian kelengkapan imunisasi


47

dasar pada bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat

pada tabel 6 berikut ini :

Tabel 8

Gambaran Sikap tentang Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi

Sikap Responden tentang Jawaban


Pemberian Imunisasi Dasar SS S TS STS
Lengkap
Pada Bayi N % n % n % N %
Pemberian imunisasi dasar 11 22,0 5 10,0 16 32,0 18 36,0
pada bayi usia 0-11 bulan
Ibu yang memiliki banyak 20 40,0 13 26,0 10 20,0 7 14,0
anak sebaiknya tidak
mengimunisasi bayinya
Bayi mendapat Imunisasi 6 12,0 5 10,0 19 38,0 20 40,0
DPT sebanyak 3 kali
Pemberian imunisasi campak 6 12,0 8 16,0 16 32,0 20 40,0
pada bayi saat usia 9 bulan
Jika bayi demam setelah 22 44,0 13 26,0 10 20,0 5 10,0
diimunisasi polio sebaiknya
tidak perlu memberikan
imunisasi selanjutnya
Pemberian imunisasi campak 5 10,0 11 22,0 13 26,0 21 42,0
bertujuan untuk memberikan
kekebalan terhadap penyakit
campak
Setiap ibu harus membawa 3 6,0 7 14,0 20 40,0 20 40,0
anaknya kepelayanan
kesehatan untuk diberikan
imunisasi dasar lengkap
Imunisasi BCG diberikan 1 3 6,0 8 16,0 15 30,0 24 48,0
kali pada bayi usia 0-2 bulan
Anak yang minum ASI, 20 40,0 16 32,0 11 22,0 3 6,0
tidak perlu diimunisasi
Vaksin Imunisasi yang 8 16,0 18 36,0 22 40,0 2 4,0
diberikan pada bayi terbuat
dari zat haram
Pemberian imunisasi dapat 5 10,0 8 16,0 15 30,0 22 44,0
menunjang tumbuh kembang
anak lebih berkualitas
Tidak ada manfaat imunisasi 20 40,0 15 30,0 10 20,0 5 10,0
yang diberikan pada bayi
(Bersambung)
48

Tabel 8

Gambaran Sikap tentang Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi

Sikap Responden tentang Jawaban


Pemberian Imunisasi Dasar SS S TS STS
Lengkap
Pada Bayi N % n % n % N %
Pemberian Imunisasi pada bayi 7 14,0 7 14,0 17 34,0 19 38,0
sangat penting dilakukan
Bayi tidak perlu diberikan 6 12,0 9 18,0 13 26,0 22 44,0
imunisasi BCG setelah lahir
karena dilingkungan keluarga
tidak menderita TBC
Informasi tentang imunisasi 5 10,0 9 18,0 17 34,0 19 38,0
sangat penting bagi ibu

Dalam uraian pernyataan sikapresponden tentang pemberian imunisasi

dasar pada bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara pada tabel 8.

dapat dilihat dalam pernyataan pemberian imunisasi dasar pada bayi usia 0-11

bulan, mayoritas ibu menyatakan sangat tidak setuju yaitu 18 responden (36,0%),

dan minoritas ibu menyatakan sangat setuju sebanyak 5 orang (10,0).

Berdasarkan sikap responden pada pernyataan ibu yang memiliki banyak

anak sebaiknya tidak mengimunisasikan bayinya, mayoritas ibu menyatakan

sangat setuju 20 responden (40,0%) dan minoritas ibu menyatakan sangat tidak

setuju sebanyak 7 responden (14,0%).Mayoritas ibu menyatakan sangat tidak

setuju bayi mendapat Imunisasi DPT sebanyak 3 kali sebanyak 20 responden

(40,0%) dan minoritas ibu menyatakan setuju 5 responden (10,0%).

Sikap responden terhadap pernyataan pemberian imunisasi campak pada

bayi saat usia 9 bulan, mayoritas ibu menyatakan sangat tidak setuju 20 responden

(40,0%), kemudian minoritas ibu menyatakan sangat setuju 6 responden


49

(12,0%).Pada pernyataan jika bayi demam setelah diimunisasi polio sebaiknya

tidak perlu memberikan imunisasi selanjutnya, mayoritas ibu menyatakan sangat

setuju 22 responden (44,0%), dan minoritas ibu menyatakan tidak setuju 10

responden (20,0%).

Berdasarkan pernyataan pemberian imunisasi campak bertujuan untuk

memberikan kekebalan terhadap penyakit campak, mayoritas ibu menyatakan

sangat tidak setuju 21 responden (42,0%) dan minoritas menyatakan sangat setuju

5 responden (10,0%). Pada pernyataan selanjutnya mengenai setiap ibu harus

membawa anaknya kepelayanan kesehatan untuk diberikan imunisasi dasar

lengkap, mayoritas ibu menjawab sangat tidak setuju sebanyak 20 responden

(40,0%), dan minoritas menjawab sangat setuju sebanyak 3 responden (6,0%).

Sikap responden pada pernyataan imunisasi BCG diberikan 1 kali pada

bayi usia 0-2 bulan, mayoritas ibu menjawab sangat tidak setuju sebanyak 24

responden (48,0%) dan minoritas ibu menyatakan sangat setuju sebanyak 3

responden (6,0%).Pada pernyataan ke-9, mayoritas ibu menyatakan sangat setuju

bahwa Anak yang minum ASI tidak perlu diimunisasi 20 responden (40,0%) dan

minoritas ibu menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 3 responden (6,0%).

Peda pernyataan vaksin Imunisasi yang diberikan pada bayi terbuat dari

zat haram, mayoritas ibu menyatakan tidak setuju yaitu 22 responden (40,0%),

dan mayoritsa ibu menyatakan sangat tidak setuju yaitu 2 responden (4,0%).

Berdasarkan pernyataan pemberian imunisasi dapat menunjang tumbuh kembang

anak lebih berkualitas, mayoritas ibu menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 22

responden (44,0%), dan minoritas ibu menyatakan sangat setuju sebanyak 5


50

responden (10,0%). Sikap responden terhadap pernyataan bahwa tidak ada

manfaat imunisasi yang diberikan pada bayi, mayoritas ibu menyatakan sangat

setuju 20 responden (40,0%), dan minoritas menyatakan sangat tidak setuju 5

responden (10,0%).

Selanjutnya pada pernyataan bahwa pemberian Imunisasi pada bayi sangat

penting dilakukan, mayoritas ibu menyatakan sangat tidak setuju yaitu 19

responden (38,0%), dan minoritas ibu menyatakan sangat setuju yaitu 7 responden

(14,0%).Kemudian, pada pernyataan bayi tidak perlu diberikan imunisasi BCG

setelah lahir karena dilingkungan keluarga tidak ada yang menderita TBC,

mayoritas ibu menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 22 responden (44,0%),

dan minoritas ibu menyatakan sangat setuju sebanyak 6 responden (12,0%).

Pada pernyataan terakhir , mayoritas ibu menyatakan sangat tidak setuju

bahwa informasi tentang imunisasi sangat penting bagi ibu sebanyak 19

responden (38,0%), dan minoritas menyatakan sangat setuju sebanyak 5

responden (10,0%).

Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap pengukuran sikap responden

tentang pentingnya pemberian imunisasi dasar pada bayi di Kecamatan Pahaejulu,

Kabupaten Tapanuli Utara, maka pengetahuan responden dapat di kategorikan

menjadi 3 (tiga kategori) yaitu “Baik”, “Sedang”, dan “Kurang Baik” yang dapat

dilihat pada tabel 9 berikut :

Kategori sikap responden terhadap pemberian imunisasi dasar

lengkap pada bayi. Dapat dilihat tabel 9:


51

Tabel 9

Kategori Sikap Responden terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada


Bayidi Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021

Kategori Sikap Jumlah (n) Persentase (%)


Responden
Baik 11 22,0
Sedang 17 34,0
Kurang 22 44,0
Total 50 100

Berdasarkan Tabel 9 diatas diketahui bahwa sebagian besar sikap

responden tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi di Kecamatan Pahaejulu,

Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021 yakni sebanyak 22 responden (44,0%)

termasuk dalam kategori yang kurang baik, kemudian sebanyak 17 responden

(34,0%) termasuk dalam kategori sedang, dan sebanyak 11 responden (22,0%)

termasuk dalam ketegori baik.

Gambaran pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di

Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara. Pemberian imunisasi dasar

lengkap pada bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara dapat

dilihat pada tabel 8 berikut :

Tabel 10

Gambaran Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Kecamatan


Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021

Pemberian Imunisasi Jumlah (n) Persentase (%)


Dasar Lengkap
Ya 19 38,0
Tidak 31 62,0
Total
52

Berdasarkan Tabel 10 diatas diketahui bahwa gambaran pemberian

imunisasi dasar lengkap pada bayi di Kecamatan Pahaejulu Kabupaten Tapanuli

Utara bahwa sebagian besar responden yakni sebanyak 31 responden (62,0%)

menyatakan bahwa anak mereka tidak mendapatkan imunisasi dasar secara

lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis-B) sesuai dengan jadwal yang

tertera di Kartu Menuju Sehat (KMS), dan hanya sebanyak 19 responden (38,0%)

yang menyatakan bahwa anak mereka sudah mendapatkan imunisasi dasar secara

lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis-B) sesuai dengan jadwal yang

tertera di Kartu Menuju Sehat (KMS).

Analisis Bivariat

Hubungan karakteristik responden terhadap pemberian kelengkapan

imunisasi dasar pada bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli

Utara Tahun 2021. Hasil uji statistik hubungan karakteristik responden terhadap

kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten

Tapanuli Utara dapat dilihat dari tabel 11 berikut ini :

Tabel 11

Hubungan Karakteristik Responden terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar pada


Bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021

Karakteristik Kelengkapan Imunisasi Dasar


Responden Total P
Lengkap Tidak lengkap
N % N % n %
Umur
20-24 Tahun 1 14,3% 6 85,7% 7 100,0
25-29 Tahun 14 51,9% 13 48,11% 27 100,0 0,040
30-34 Tahun 0 0% 7 100% 7 100,0
35-39 Tahun 4 38,0% 5 62,0% 9 100,0
(Bersambung)
53

Tabel 11

Hubungan Karakteristik Responden terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar pada


Bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021

Karakteristik Kelengkapan Imunisasi Dasar


Responden Total P
Lengkap Tidak lengkap
N % N % n %
Tingkat Pendidikan
SMP 4 33,3% 8 66,7 12 100,0
SMA 13 44,8% 16 55,2 29 100,0 0,041
S1 2 22,2 7 77,8 9 100,0
Jenis Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 8 44,4% 10 55,6% 18 100,0
Petani 5 35,7% 9 64,3% 14 100,0 0.035
Wiraswatsa 4 44,4% 5 55,6% 9 100,0
PNS 1 25,0% 3 75,0% 4 100,0
Honorer 1 20,0% 4 80,0% 5 100,0

Berdasarkan Tabel 11 diatas diketahui bahwa mayoritas ibu berumur 25-

29 tahun dengan bayi yang cakupan imunisasi dasar lengkap yaitu sebanyak 14

responden (51,9%) dan 13 responden tidak lengkap (48,11%).Hasil uji statistik

Chi-Square didapatkan nilai p = 0,040 hal ini berarti p < 0,05 keputusan uji Ho

ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan umur dengan

kelngkapan imunisasi dasar pada bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten

Tapanuli Utara Tahun 2021.

Responden berdasarkan tingkat pendidikan dengan cakupan imunisasi

dasar bayi lengkap mayoritas adalah SMA yakni sebanyak 13 Responden (44,8)

dan imunisasi dasar tidak lengkap yaitu sebanyak 16 responden ( 55,2%). Hasil uji

statistik Chi-Square didapatkan nilai p = 0,041 hal ini berarti p > 0,05 keputusan

uji Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pendidikan


54

dengan kelngkapan imunisasi dasar pada bayi di Kecamatan Pahaejulu,

Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021.

Responden berdasarkan jenis pekerjaan dengan cakupan imunisasi dasar

bayi lengkap mayoritas adalah Ibu rumah tangga yakni sebanyak 8 Responden

(44,4) dan imunisasi dasar tidak lengkap yaitu sebanyak 10 responden ( 55,6%).

Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,035 hal ini berarti p < 0,05 keputusan uji

Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwaada hubungan pekerjaan dengan

kelngkapan imunisasi dasar pada bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten

Tapanuli Utara Tahun 2021.

Hubungan jarak kepelayanan kesehatan responden terhadap

kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten

Tapanuli Utara Tahun 2021. Hasil uji statistik hubungan jarak kepelayanan

kesehatan responden terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di

Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat dari tabel 12

berikut ini :

Tabel 12

Hubungan Jarak Kepelayanan Kesehatan Responden terhadap Kelengkapan


Imunisasi Dasar pada Bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara
Tahun 2021

Jarak Kelengkapan Imunisasi Dasar Total


Lengkap Tidak Lengkap P
n % N % n %
Dekat 3 33,3 6 66,7 9 100
Sedang 7 43,8 9 56,3 16 100 0,018
Jauh 9 36,0 10 64,0 19 100
55

Berdasarkan Tabel 12 diatas diketahui bahwa mayoritas responden

menjawab jarak pelayanan kesehatan yaitu jauh, dengan bayi yang mendapat

nimunisasi dasar lengkap sebanyak 9 responden (36,0%) , dan bayi yang

imunisasinya tidak lengkap sebanyak 16 responden (64,0%). Hasil uji statistik

Chi-square didapatkan nilai p = 0,018 hal ini berarti p < 0,05 keputusan uji Ho

ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan jarak pelayanan

kesehatan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Kecamatan

Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021.

Hubungan dukungan keluarga responden terhadap kelengkapan

imunisasi dasar pada bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli

Utara Tahun 2021. Hasil uji statistikdukungan keluargaresponden dengan

kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten

Tapanuli Utara dapat dilihat dari tabel 13 berikut ini :

Tabel 13

Hubungan Dukungan Keluarga Responden terhadap Kelengkapan Imunisasi


Dasar pada Bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun
2021

Dukungan Kelengkapan Imunisasi Dasar Total


Keluarga Lengkap Tidak Lengkap P
n % N % n %
Mendukung 7 35,0% 13 65,0% 20 100 0,048
Tidak 12 40,0% 18 60,0% 30 100
mendukung

Berdasarkan Tabel 13 diatas diketahui mayoritas ibu yang menjawab

keluarga tidak mendukung , bahwa bayi yang imunisasi dasar lengkap sebanyak

12 responden (40,0%) , dan bayi yang imunisasinya tidak lengkap sebanyak 18


56

responden (60,0%). Hasil uji statistik Chi-square didapatkan nilai p = 0,048 hal

ini berarti p < 0,05 keputusan uji Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan dukungan keluarga dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi

di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021.

Hubungan pengetahuan responden terhadap kelengkapan imunisasi

dasar pada bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun

2021.Hasil uji statistikhubungan pengetahuanresponden terhadapkelengkapan

imunisasi dasar pada bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara

Tahun 2021 dapat dilihat dari tabel 14 berikut ini :

Tabel 14

Hubungan Pengetahuan Responden terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar pada


Bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021

Pengetahuan Kelengkapan Imunisasi Dasar Total


Lengkap Tidak Lengkap P
n % N % n %
Baik 5 55,6% 4 44,4% 9 100,0
Sedang 7 41,2% 10 58,8% 17 100,0 0,002
Kurang 7 29,2% 17 70,8% 24 100,0

Berdasarkan tabel 14 diatas diketahui bahwa mayoritas ibu yang memiliki

pengetahuan kurang dengan bayi yang cakupan imunisasinya lengkap sebanyak 7

orang responden (29,2%) dan bayi yang cakupan imunisasi tidak lengkap

sebanyak 17 orang responden (70,8%).

Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji statistik Chi-square

didapatkan nilai p = 0,002 hal ini berarti p < 0,05 maka keputusan uji Ho ditolak

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan


57

kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Kecamatan Pahaejulu Kabupaten

Tapanuli Utara Tahun 2021.

Hubungan sikap responden terhadap kelengkapan imunisasi dasar

pada bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021.

Hasil uji statistikhubungan sikapresponden terhadapkelengkapan imunisasi dasar

pada bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat dari

tabel 15 berikut ini :

Tabel 15

Hubungan Sikap Responden terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi


di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021

Sikap Kelengkapan Imunisasi Dasar Total


Lengkap Tidak Lengkap P
n % N % n %
Baik 5 45,5% 6 54,5% 11 100,0
Sedang 5 29,4% 12 70,6% 17 100,0 0,002
Kurang 9 40,9 13 59,1 22 100,0

Berdasarkan tabel 15 diatas diketahui bahwa mayoritas ibu yang memiliki

sikap kurang dengan bayi yang cakupan imunisasinya lengkap sebanyak 9 orang

responden (40,9%%) dan bayi yang cakupan imunisasi tidak lengkap sebanyak 13

orang responden (59,1%).

Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji statistik Chi-square

didapatkan nilai p = 0,028 hal ini berarti p < 0,05 maka keputusan uji Ho ditolak

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan sikap dengan kelengkapan

imunisasi dasar pada bayi di Kecamatan Pahaejulu Kabupaten Tapanuli Utara

Tahun 2021.
Pembahasan

Gambaran Pengetahuan Responden terhadap Pentingnya Pemberian


Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu melalui mata dan telinga , yang

dimana keberadaannya diawali dari kecenderungan psikis manusia sebagai

bawaan kodrat manusia, yaitu dorongan ingin tahu yang bersumber dari kehendak

atau kemauan. Dalam penelitian ini pengetahuan adalah segala sesuatu yang

diketahui oleh ibu yang memiliki bayi tentang pemberian kelengkapan imunisasi

dasar.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa pengtahuan

responden tentang pentingnya pemberian kelengkapan imunisasi dasar pada bayi

di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara yang paling dominan dan

sudah dinilai baik yaitu sebesar 27 responden (54,0%) sudah mengetahui bahwa

bayi diimunisasi usia 0-11 bulan,.

Sedangkan pengetahuan responden yang masih dinilai sedang dan perlu

ditingkatkan yaitu bahwa hanya ada sebanyak 24 responden (48,0%) yang sudah

mengetahui manfaat imunisasi yaitu untuk menurunkan angka kesakitan dan

kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, kemudian hanya

ada sebanyak 23 responden (46,0%) yang sudah mengetahui jenis-jenis imunisasi

yaitu BCG, DPT, Polio, Hepatitis B dan Campak, kemudian hanya ada sebanyak

22 responden (44,0%) yang sudah mengetahui bahwa bayi mendapat imunisasi

polio sebanyak 1 kali ,fungsi imunisasi BCG yaitu untuk mencegah penularan

58
59

TBC dan imunisasi BCG diberikan sebanyak 1 kali, kemudian hanya ada

sebanyak 21 responden (42,0%) yang sudah mengetahui bahwa imunisasi dasar

yaitu membuat bayi yang belum kebal dapat memiliki kekebalan aktif, untuk

menangkal suatu penyakit.

Kemudian pengetahuan responden yang kurang baik hanya ada sebanyak

20 responden (40,0%) yang sudah mengetahui bahwa jadwal imunisasi DPT-1

(usia 2 bulan), DPT-2 (usia 4 bulan), DPT-3 (usia 6 bulan) dan imunisasi polio

diberikan sebanyak 4 kali, dan yang terendah yaitu hanya ada sebanyak 19

responden (38,0%) yang sudah mengetahui bahwa imunisasi campak diberikan

pada bayi saat usia 9 bulan.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut juga diketahui bahwa sebagian besar

pengetahuan responden tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi di

Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021 yakni sebanyak 24

responden (48,0%) termasuk dalam kategori yang kurang baik, kemudian

sebanyak 17 responden (34,0%) termasuk dalam kategori sedang, dan sebanyak 9

responden (18,0%) termasuk dalam ketegori baik.

Menurut asumsi peneliti pada penelitian ini bahwa pengetahuan ibu

tentang fungsi imunisasi BCG, pemberian imunisasi campak, dan jadwal

imunisasi DPT adalah merupakan yang paling rendah dan tergolong kurang . Hal

ini kemungkinan dikarenakan kurangnya informasi yang didapatkan ibu tentang

ketiga hal tersebut , maka dari itu, perlunya peningkatan upaya promotif dari

petugas kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan ibu secara keseluruhan.


60

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Sagala (2016) yang menjelaskan bahwa 37 responden (43,0%) memiliki

pengetahuan terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di

Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Berdagai dalam kategori tidak baik,

kemudian 21 responden (24,4%) memiliki pengetahuan terhadap pemberian

imunisasi dasar lengkap pada baduta dalam kategori yang sedang, dan hanya 20

responden (23,3%) memiliki pengetahuan terhadap pemberian imunisasi dasar

lengkap pada baduta dalam kategori baik.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Wahyuni (2014) yang menjelaskan bahwa dari 51 orang responden

yang diteliti diketahui sebanyak 28 orang responden (54,9%) memiliki

pengetahuan kurang baik, kemudian sebanyak 13 orang responden (25,5%)

memiliki pengetahuan berkategori sedang, dan hanya 10 orang responden (19,6%)

yang memiliki pengetahuan mengenai imunisasi dasar lengkap dalam kategori

yang baik.

Pengetahuan akan menimbulkan kesadaran dan akhirnya menyebabkan

orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Keterbatasan

pengetahuan akan menyulitkan seseorang memahami pentingnya pemeliharaan

kesehatan dan perubahan sikap serta perilaku seseorang atau ke arah yang

menguntungkan kesehatan (Notoatmodjo, 2011).Umumnya orang yang

berpengetahuan tinggi cenderung memiliki pola pikir yang lebih baik sehingga

berusaha menerapkan pola perilaku hidup sehat. Dengan pengetahuan yang tinggi

diharapkan dapat menimbulkan sikap perilaku yang dapat menangkal timbulnya


61

perubahan perilaku yang negatif dari kesehatan, termasuk dalam hal pemberian

imunisasi lengkap pada bayi.

Gambaran Sikap Responden terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap


pada Bayi

Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan

merupakan pelaksana motif tertentu, sikap seseorang juga dapat berubah dengan

diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta

tekanan dari kelompok sosialnya.Sikapdalam penelitian ini adalah bagaimana

respon / penilaian tertutup ibu terhadap segala sesuatu tentang imunisasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa pernyataan

sikap responden tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi di Kecamatan

Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021 dapat dilihat dalam pernyataan

pemberian imunisasi dasar pada bayi usia 0-11 bulan, mayoritas ibu menyatakan

sangat tidak setuju yaitu 18 responden (36,0%), dan minoritas ibu menyatakan

sangat setuju sebanyak 5 orang (10,0).

Berdasarkan sikap responden pada pernyataan ibu yang memiliki banyak

anak sebaiknya tidak mengimunisasikan bayinya, mayoritas ibu menyatakan

sangat setuju 20 responden (40,0%) dan minoritas ibu menyatakan sangat tidak

setuju sebanyak 7 responden (14,0%). Mayoritas ibu menyatakan sangat tidak

setuju bayi mendapat Imunisasi DPT sebanyak 3 kali sebanyak 20 responden

(40,0%) dan minoritas ibu menyatakan setuju 5 responden (10,0%).

Sikap responden terhadap pernyataan pemberian imunisasi campak pada

bayi saat usia 9 bulan, mayoritas ibu menyatakan sangat tidak setuju 20 responden

(40,0%), kemudian minoritas ibu menyatakan sangat setuju 6 responden (12,0%).


62

Pada pernyataan jika bayi demam setelah diimunisasi polio sebaiknya tidak perlu

memberikan imunisasi selanjutnya, mayoritas ibu menyatakan sangat setuju 22

responden (44,0%), dan minoritas ibu menyatakan tidak setuju 10 responden

(20,0%).

Berdasarkan pernyataan pemberian imunisasi campak bertujuan untuk

memberikan kekebalan terhadap penyakit campak, mayoritas ibu menyatakan

sangat tidak setuju 21 responden (42,0%) dan minoritas menyatakan sangat setuju

5 responden (10,0%). Pada pernyataan selanjutnya mengenai setiap ibu harus

membawa anaknya kepelayanan kesehatan untuk diberikan imunisasi dasar

lengkap, mayoritas ibu menjawab sangat tidak setuju sebanyak 20 responden

(40,0%), dan minoritas menjawab sangat setuju sebanyak 3 responden (6,0%).

Sikap responden pada pernyataan imunisasi BCG diberikan 1 kali pada

bayi usia 0-2 bulan, mayoritas ibu menjawab sangat tidak setuju sebanyak 24

responden (48,0%) dan minoritas ibu menyatakan sangat setuju sebanyak 3

responden (6,0%). Pada pernyataan ke-9, mayoritas ibu menyatakan sangat setuju

bahwa Anak yang minum ASI tidak perlu diimunisasi 20 responden (40,0%) dan

minoritas ibu menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 3 responden (6,0%). Pada

pernyataan vaksin Imunisasi yang diberikan pada bayi terbuat dari zat haram,

mayoritas ibu menyatakan tidak setuju yaitu 22 responden (40,0%), dan mayoritsa

ibu menyatakan sangat tidak setuju yaitu 2 responden (4,0%).

Berdasarkan pernyataan pemberian imunisasi dapat menunjang tumbuh

kembang anak lebih berkualitas, mayoritas ibu menyatakan sangat tidak setuju

sebanyak 22 responden (44,0%), dan minoritas ibu menyatakan sangat setuju


63

sebanyak 5 responden (10,0%). Sikap responden terhadap pernyataan bahwa tidak

ada manfaat imunisasi yang diberikan pada bayi, mayoritas ibu menyatakan

sangat setuju 20 responden (40,0%), dan minoritas menyatakan sangat tidak setuju

5 responden (10,0%).

Selanjutnya pada pernyataan bahwa pemberian Imunisasi pada bayi sangat

penting dilakukan, mayoritas ibu menyatakan sangat tidak setuju yaitu 19

responden (38,0%), dan minoritas ibu menyatakan sangat setuju yaitu 7 responden

(14,0%). Kemudian, pada pernyataan bayi tidak perlu diberikan imunisasi BCG

setelah lahir karena dilingkungan keluarga tidak ada yang menderita TBC,

mayoritas ibu menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 22 responden (44,0%),

dan minoritas ibu menyatakan sangat setuju sebanyak 6 responden (12,0%). Pada

pernyataan terakhir , mayoritas ibu menyatakan sangat tidak setuju bahwa

informasi tentang imunisasi sangat penting bagi ibu sebanyak 19 responden

(38,0%), dan minoritas menyatakan sangat setuju sebanyak 5 responden (10,0%).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut juga diketahui bahwa sebagian besar

sikap responden tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi di Kecamatan

Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021 yakni sebanyak 22 responden

(44,0%) termasuk dalam kategori yang kurang baik, kemudian sebanyak 17

responden (34,0%) termasuk dalam kategori sedang, dan sebanyak 11 responden

(22,0%) termasuk dalam ketegori baik.

Menurut asumsi peneliti pada penelitian ini bahwa diketahui sikap ibu

dalam pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi dinilai kurang baik, banyak

hal yang menyebabkan sikap ibu menjadi kurang baik terhadap pemberian
64

imunisasi dasar lengkap pada bayi, seperti adanya presepsi bahwa ibu yang

memiliki banyak anak tidak perlu mengimunisasikan bayinya dan presepsi bahwa

anak yang minum ASI tidak perlu diimunisasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilaksanakan

oleh Sagala (2016) yang menjelaskan bahwa dari 86 orang responden sebanyak 39

orang responden (45,3%) memiliki sikap terhadap pemberian imunisasi dasar

lengkap pada baduta di wilayah Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang

Bedagai dalam kategori tidak baik, kemudian 27 orang responden (31,4%)

memiliki sikap terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta dalam

kategori sedang, dan hanya 20 orang responden (23,3%) memiliki sikap terhadap

pemberian imunisasi dasar legkap pada baduta dalam kategori baik.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Wahyuni (2014)

yang menjelaskan bahwa dari 51 orang responden yang diteliti diketahui sebanyak

26 orang responden (51%) memiliki sikap terhadap pemberian imunisasi dasar

lengkap dalam kategori yang kurang baik, kemudian sebanyak 14 orang

responden (27,5%) memiliki sikap kategori sedang, dan hanya 11 orang

responden (21,6%) yang memiliki sikap mengenai imunisasi dasar lengkap dalam

kategori yang baik.

Gambaran Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi

Imunisasi dasar merupakan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi

usia 0-11 bulan dan sebagai salah satu cara pencegahan dari beberapa penyakit

antara lain Difteri, Tetanus, Pertusis, Campak, Polio dan Tuberculosis. Pemerintah

Indonesia sangat mendorong pelaksanaan program imunisasi sebagai cara untuk


65

menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi, balita/ anak-anak

prasekolah.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa gambaran pemberian

imunisasi dasar lengkap pada bayi di Kecamatan Pahaejulu Kabupaten Tapanuli

Utara bahwa sebagian besar responden yakni sebanyak 31 responden (62,0%)

menyatakan bahwa anak mereka tidak mendapatkan imunisasi dasar secara

lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis-B) sesuai dengan jadwal yang

tertera di Kartu Menuju Sehat (KMS), dan hanya sebanyak 19 responden (38,0%)

yang menyatakan bahwa anak mereka sudah mendapatkan imunisasi dasar secara

lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis-B) sesuai dengan jadwal yang

tertera di Kartu Menuju Sehat (KMS).Untuk menekan angka kesakitan dan

kematian bayi dan balita adalah dengan imunisasi, sedangkan upaya imunisasi

efektif bila cakupan dan kualitasnya sudah optimal, Berdasarkan hasil penelitian

diketahui bahwa sebagian besar bayi tidak diimunisasi dasar secara lengkap,

padahal imunisasi dasar lengkap sangat penting diberikan kepada bayi agar

memiliki antibodi terhadap infeksi dai beberapa penyakit yang seharusnya dapat

dicegah dengan pemberian imunisasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Mampuni (2014) yang

menjelaskan bahwa dari 76 responden yang diteliti diketahui hanya sebanyak 34

orang responden (44,7%) yang menyatakan bahwa anak mereka telah

mendapatkan cakupan imunisasi dasar lengkap yang dibutuhkan, sedangka

sebanyak 42 orang responden (55,3%) menyatakan bahwa anak mereka tidak

mendapatkan cakupan imunisasi dasar lengkap yang dibutuhkan.


66

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Wahyuni (2014)

yang menjelaskan dari 51 orang responden yang diteliti diketahui hanya sebanyak

12 orang responden (23,5%) yang menyatakan bahwa anak mereka telah

mendapatkan cakupan imunisasi dasar lengkap yang dibutuhkan, sedangkan

sebanyak 39 orang responden (76,5%) menyatakan bahwa anak mereka tidak

mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang dibutuhkan.

Hubungan Karakteristik Responden terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar

Umur.Hasil uji statistik Chi-Square umur dengan kelengkapan imunisasi

dasar didapatkan nilai p = 0,040 hal ini berarti p < 0,05 keputusan uji Ho ditolak

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan umur dengan kelngkapan

imunisasi dasar pada bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara

Tahun 2021. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nainggolan (2016)

menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan

kelengkapan imunisasi dasar pada batita di desa Hutaimbaru Kecamatan

Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara.

Pendidikan. Hasil uji statistik Chi-Square tingkat pendidikan dengan

kelengkapan imunisasi dasar didapatkan nilai p = 0,041 hal ini berarti p > 0,05

keputusan uji Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

pendidikan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Kecamatan

Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nainggolan (2016) variabel

pendidikan ibu memiliki pengaruh terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap

dengan (P value =0,0001).dan sejalan dengan penelitian Barus (2014) hasil uji
67

statistik Chi Square diperoleh p-value sebesar 0,000 (p<0,005)sehingga dapat

disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan

tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar.

Pendidikan merupakan proses belajar yang bisa didapatkan secara mandiri

maupun berkelompok, dimana hasil akhir dari pendidikan ini berupa aktivitas,

perilaku, dan pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan sesorang maka

semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pengetahuan yang

dimiliki. (Notoadmojo, 2007). Abuya et al. (2010) dalam penelitiannya

menyatakan bahwa pendidikan yang tinggi memberikan kesempatan bagi sampel

untuk memiliki jangkauan pengetahuan yang lebih luas dalam hal ini ialah

pengetahuan tentang imunisasi dasar.

Pekerjaan. Hasil uji statistik Chi-square Pearsonp ekerjaan dengan

kelengkapan imunisasi dasar didapatkan nilai p = 0,035 hal ini berarti p < 0,05

keputusan uji Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

pekerjaan dengan kelngkapan imunisasi dasar pada bayi di Kecamatan Pahaejulu,

Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021.Penelitian ini sejalan dengan penelitian

Nugroho (2012) di Puskesmas Paliyan terdapat hubungan yang signifikan antara

pekerjaan ibu dengan ketepatan waktu imunisasi pentavalen dan campak lanjutan

pada batita.

Penelitian ini juga sejalan dengan peneliti Barus (2014) berdasarkan dari

hasil uji statistik Chi Square diperoleh p-value sebesar 0,035 (p<0,005) sehingga

dapat disimpulkan ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan tingkat pengetahuan

ibu tentang imunisasi dasar. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang


68

memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun secara

tidak langsung. Ditinjau dari jenis pekerjaan, yang sering berinteraksi dengan

orang lain lebih banyak pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang tanpa

ada interaksi dengan orang lain (Notoadmojo, 2010).

Hubungan Jarak terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden

menjawab jarak pelayanan kesehatan yaitu jauh, dengan bayi yang mendapat

nimunisasi dasar lengkap sebanyak 9 responden (36,0%) , dan bayi yang

imunisasinya tidak lengkap sebanyak 16 responden (64,0%). Hasil uji statistik

Chi-square didapatkan nilai p = 0,018 hal ini berarti p < 0,05 keputusan uji Ho

ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan jarak pelayanan

kesehatan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Kecamatan

Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Libunelo, dkk (2018) bahwa hasil

analisi statistik dengan menggunakan uji chi-square terdapat hubungan antara

jarak dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di wilayah kerja Puskesmas

Dulukapa (pValue < 0,05). Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Mulyanti

(2013) dengan judul analisis hubungan antara jarak rumah ke pelayanan imunisasi

dengan kelengkapan imunisasi dasar pada balita 1-5 tahun di wilayah kerja

Puskesmas Situgintung Ciputat bahwa berdasarkan analisis dengan uji statistik

diperoleh p = 0,000 < 0,05.

Variabel jarak dikatakan ada hubungan dengan kelengkapan imunisasi

dasar pada bayi dikarenakan berdasarkan penelitian ini ibu yang memiliki jarak
69

ketempat pelayanan dekat lebih banyak diimunisasi lengkap dibandingkan dengan

ibu yang memiliki jarak yag jauh, dimana semakin jauh jarak yang ditempuh

untuk melakukan imunisasi maka semakin tidak lengkap imunisasi pada bayi

sebab ibu yang jarak rumahnya yang terlalu jauh dengan tempat pelayanan

imunisasi akan berfikir kesekian kali untuk datang ketempat pelayanan.

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada


Bayi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui mayoritas ibu yang menjawab

keluarga tidak mendukung , bahwa bayi yang imunisasi dasar lengkap sebanyak

12 responden (40,0%) , dan bayi yang imunisasinya tidak lengkap sebanyak 18

responden (60,0%). Hasil uji statistik Chi-square dengan alternatif Exact Fisher

didapatkan nilai p = 0,048 hal ini berarti p < 0,05 keputusan uji Ho ditolak

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan

kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten

Tapanuli Utara Tahun 2021.

Menurut asumsi peneliti dukungan keluarga terhadap responden sangat

mempengaruhi pengambilan keputusan untuk meberikan imunisasi dasar lengkap

pada bayi seperti dukungan dari keluarga ataupun suami dalam memberikan

informasi penting yang berkaitan dengan imunisasi misalnya tentang jadwal

imunisasi, informasi, izin dari suami harus diberikan juga pada istri.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Safira (2018) bahwa dukungan

keluarga berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan imunisasi dengan nilai

sebesar 0,016 (p < 0,05). Juga sejalan dengan penelitian Rahmawati (2014)

mengatakan bahwa keluarga yang memilik bayi atau balita dengan status
70

imunisasi lengkap terbanyak mendapat dukungan keluarga unutuk memberikan

imunisasi bagi bayi atau balita mereka, dan paling sedikit yang status imunisasi

tidak lengkap tidak didukung keluarga, dengan hasil uji statistik diperolah nilai p

0,000 (p < 0,05), artinya ada hubungan dukungan keluarga dengan kelengkapan

imunisasi dasar lengkap pada bayi.

Hubungan Pengetahuan Responden dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar


pada Bayi

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara

pengetahuan responden dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. Dapat

dibuktikan dari hasil uji statistik dengan nilai signifikansi sebesar 0,002( p <

0,05). Hal ini juga bersamaan dengan data hasil penelitian diatas yang

menunjukkan bahwa responden yang memliki pengetahuan tentang imunisasi

kurang baik menjadi jumlah responden terbanyak dalam hubungan antara

pengetahuan dengan kelengakapn imunisasi dasar sebanyak 24 orang

reponden(48,0%) . Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai p sebesar

0,002menunjukkan bahwa hipotesis alternatif (ha) dapat diterima dan hipotesis

nihil (ho) ditolak yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara tingkat

pengetahuan ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.

Menurut asumsi peneliti pada penelitian ini mayoritas pengetahuan ibu

kurang sehingga tidak mengimunisasi dasar bayinya secara lengkap karena

informasi yang diterima ibu tentang imunisasi dasar pada bayi masih tergolong

jarang. Ini juga disebabkan dari pengalaman ibu karena mayoritas pekerjaan ibu

adalah sebagai ibu rumah tangga saja sehingga kesempatan ibu untuk memperoleh

pengetahuan dan pengalaman sangat terbatas akibatnya pengetahuan ibu tentang


71

imunisasi dasar pada bayi kurang. Kurangnya pengetahuan ibu tentang imunisasi

dasar ini mengakibatkan ketakutan ibu terhadap efek samping imunisasi menjadi

lebih dominan dibandingkan dengan ketakutan terhadap penyakitnya,

ketidaktahuan inilah yang membuat ibu tidak membawa bayinya untyuk

diimunisasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitia Mumpuni (2014) yang

menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan

responden mengenai imunisasi dasar dengan status pemberian imunisasi pada

anak dengan nilai uji statistik sebesar (p=0,024), dalam artian bahwa semakin baik

pengetahuan responden maka semakin lengkap status pemberian imunisasi pada

anak.

Hubungan Sikap Responden dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada


Bayi

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara

sikap responden dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. Dapat dibuktikan

dari hasil uji statistik dengan nilai signifikansi sebesar 0,028( p < 0,05). Hal ini

juga bersamaan dengan data hasil penelitian diatas yang menunjukkan bahwa

responden yang memliki sikap tentang imunisasi kurang baik menjadi jumlah

responden terbanyak dalam hubungan antara sikap dengan kelengakapn imunisasi

dasar sebanyak 22 orang reponden(44,0%) . Berdasarkan hasil analisis data

diperoleh nilai p sebesar 0,028menunjukkan bahwa hipotesis alternatif (ha) dapat

diterima dan hipotesis nihil (ho) ditolak yang menyatakan ada hubungan yang

bermakna antara skap ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
72

Menurut asumsi peneliti pada penelitian ini mayoritas sikap ibu kurang

sehingga mengimunisasikan bayinya tidak secara lengkap. Sikap ibu dengan

kategori kurang dipengaruhi oleh pengetahuan ibu yang mayoritas juga

berpengetahuan kurang. Sikap dengan kategori kurang akan mempengaruhi

tindakan responden untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tersebut

yaitu untuk mengimunisasikan bayinya secara lengkap. Sikap juga belum tentu

terwujud menjadi suatu tindakan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Mumpuni (2014) yang

menjelaskan bahwa dari 76 responden yang diteliti diketahui hanya sebanyak 34

orang responden (44,7%) yang menyatakan bahwa anak mereka telah

mendapatkan cakupan imunisasi dasar lengkap yang dibutuhkan, sedangkan

sebanyak 42 orang responden (55,3%) menyatakan bahwa anak mereka tidak

mendapatkan cakupan imunisasi dasar lengkap yang dibutuhkan.

Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan yang dialami dalam proses penelitian ini adalah:

1. Penelitian dilakukan ditengah masa pandemi covid-19, jadi untuk proses

wawancara tidak bisa dilakukan dengan maksimal.

2. Pada saat melakukan wawancara dengan para responden, dimana sebagian

responden kurang terbuka dan kendala yang dialami juga jauhnya jarak

antar rumah responden.


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai “Hubungan

Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Pemberian Kelengkapan Imunisasi Dasar

Pada Bayi di Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2021”,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Gambaran pengetahuan ibu tentang fungsi imunisasi BCG, pemberian

imunisasi campak, dan jadwal imunisasi DPT adalah merupakan yang

paling rendah dan tergolong kurang . Hal ini kemungkinan dikarenakan

kurangnya informasi yang didapatkan ibu tentang ketiga hal tersebut.

2. Gambaran Sikap ibu dalam pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi

dinilai kurang baik, banyak hal yang menyebabkan sikap ibu menjadi

kurang baik terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi, seperti

adanya presepsi bahwa ibu yang memiliki banyak anak tidak perlu

mengimunisasikan bayinya dan presepsi bahwa anak yang minum ASI

tidak perlu diimunisasi.

3. Terdapat hubungan pengetahuan dengan pemberian imunisasi dasar pada

bayi, disebabkan pengetahuan ibu kurang sehingga tidak mengimunisasi

dasar bayinya secara lengkap karena informasi yang diterima ibu tentang

imunisasi dasar pada bayi masih tergolong jarang. dan pengalaman ibu

karena mayoritas pekerjaan ibu adalah sebagai ibu rumah tangga saja

sehingga kesempatan ibu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman

sangat terbatas.

73
74

4. Terdapat hubungan sikap dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi,

Sikap Ibu dengan kategori kurang dipengaruhi oleh pengetahuan ibu yang

mayoritas juga berpengetahuan kurang. Sikap dengan kategori kurang

akan mempengaruhi tindakan responden untuk melakukan atau tidak

melakukan tindakan tersebut yaitu untuk mengimunisasikan bayinya

secara lengkap.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat

diberikan ialah sebagai berikut:

1. Disarankan kepada petugas kesehatan yang ada di Kecamatan Pahaejulu

untuk melakukan kegiatan promosi kesehatan tentang imunisasi dasar pada

bayi secara intensif kepada masyarakat terkhusus dikalangan ibu-ibu yang

memiliki bayi.

2. Disarankan kepada para ibu yang memiliki bayi untuk rajin mebawa

bayinya ketempat pelayanan kesehatan agar mendapakan pelayanan

imunisasi dasar yang lengkap serta menghadiri penyuluhan kesehatan

mengenai pentingnya pemberian imunisasi yang dilakukan tenaga

kesehatan.
Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2013). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.
Dinas Kesehatan Sumatera Utara. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara 2016. Medan: Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
Dinas Kesehatan Sumatera Utara. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara 2016. Medan: Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
Harahap, R. A. (2016).Pengaruh faktor predisposing, enabling dan reinforcing
terhadap pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi di Puskesmas Bagan
Batu Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir,Jurnal
JUMANTIK 79-103.
Igiany, P. D. (2019).. Hubungan dukungan keluarga dengan kelengkapan
imunisasi dasar. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Berkala 67-75.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonseia. (2018). Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Keputusan Menteri Kesehatan, RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 1161/MENKES/SK/XI/2005 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta.

Natoatmodjo, S. (2014). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Notoatmodjo, S. (2014). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S (2010) . Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.

Mampuni S. (2014). Faktor – faktor Ibu yang berhubungan dengan Status


imunisasi bayi di Kecamatan Kendal Kota Kabupaten Kendal.
(Skripsi). Semarang : FKM UNDIP.

Proverawati, A., & Andhini, C. S. (2015). Imunisasi dan vaksinasi. Yogyakarta:


Nuha Offset.
Puskesmas Onan-Hasang. (2020). Profil Kesehatan Puskesmas Onan Hasang

75
76

2020. Tapanuli Utara


Peraturan Mentri Kesehatan RI (2010).Menteri kesehatan Republik Indonesia
Nomor 155 Tahun 2010 Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) bagi
Balita
Sagala, F.(2017). Gambaran pengetahuan dan sikap suami tentang pemberian
imunisasi dasar lengkap pada baduta wilayah kerja Puskesmas Pantai
Cermin Kabupaten Serdang Berdagai
S.Hadinegoro, S. R. (2015). Imunisasi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Inonesia.
Waryana. (2017). Promosi kesehatan, penyuluhan, dan pemberdayaan
masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wahyuni, Putri. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pencapaian
target cakupan imunisasi dasar di Wilayah Kerja Puskesmas
Helvetia Medan Tahun 2014 (Skripsi). Medan : FKep USU.
Lampiran
Lampiran 1. kuesioner

KUESIONER PENELITIAN
PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PENTINGNYA
PEMBERIAN
IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIKECAMATAN PAHAEJULU,
KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN 2021

No Responden :

Kelurahan :

I. Karakteristik Responden

1. Nama Responden :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Pekerjaan :
5. Jarak rumah ketempat pelayanan
kesehatan : a. < 1 km
b. 1 km
c. 2 km
6. Apakah keluarga mendukung ibu
untuk membawa bayi imunisasi : a. Mendukung
b. Tidak Mendukung

II. Pengetahuan Responden


1. Apakah yang dimaksud dengan imunisasi dasar?

a. Membuat bayi tetap sehat dan terhindar dari penyakit (0)

77
78

b. Membuat bayi yang belum kebal dapat memiliki kekebalan aktif untuk
menangkal suatu penyakit (1)
c. Membuat bayi merasakan sakit akibat suntikan yang diterima (0)
2. Apakah manfaat imunisasi bagi bayi?
a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (1)
b. Meningkatkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular
yang dapat dicegah dengan imunisasi (0)
c. Menangkal penyakit-penyakit tidak menular (0)
3. Jenis-jenis Imunisasi dasar lengkap?
a. Polio, Hepatitis B, Hepatitis A, dan BCG (0)
b. DPT, Campak dan Polio (0)
c. BCG, DPT, Polio, Hepatitis B dan Campak (1)
4. Usia berapakah bayi menerima imunisasi dasar?
a. 0-11 bulan (1)
b. 0-2 tahun (0)
c. 1-2 tahun (0)
5. Berapa kali bayi dapat imunisasi polio?
a. 2 (0)
b. 3 (0)
c. 4 (1)
6. Kapan jadwal imunisai DPT diberikan?
a. DPT-1 (usia 2 bulan), DPT-2 (usia 4 bulan), DPT-3 (usia 6 bulan) (1)
b. DPT-1 (usia 2 bulan), DPT-2 (usia 3 bulan), DPT-3 (usia 4 bulan) (0)
c. DPT-1 (usia 2 bulan), DPT-2 (usia 5 bulan), DPT-3 (usia 8 bulan) (0)
7. Apakah fungsi imunisasi BCG pada Bayi?
a. Mencegah penularan DBD (0)
b. Mencegah penularan TBC (1)
c. Mencegah penularan Hepatitis (0)
8. Imunisasi BCG diberikan pada bayi sebanyak?

a. 1 kali (1)
b. 2 kali (0)
c. 3 kali (0)
9. Imunisasi Campak diberikan pada bayi saat usia?
79

a. 7 bulan (0)
b. 8 bulan (0)
c. 9 bulan (1)
10. Sebaiknya imunisasi polio diberikan pada bayi sebanyak?

a. 2 kali (0)
b. 3 kali (0)
c. 4 kali (1)

III. Sikap Responden

No Jawaban
Pernyataan
SS S TS STS

1. Pemberian imunisasi dasar diberikan pada bayi


4 3 2 1
usia 0-11 bulan
2. Ibu yang memiliki banyak anak, sebaiknya tidak
1 2 3 4
mengimunisasikan bayinya
3. Bayi mendapat imunisasi DPT sebanyak 3 kali 4 3 2 1
4. Pemberian imunisasi campak pada bayi saat usia
4 3 2 1
9 bulan
5. Jika bayi demam setelah diimunisasi polio
sebaiknya tidak perlu memberikan imunisasi 1 2 3 4
selanjutnya
6. Pemberian imunisasi campak bertujuan untuk
memberikan kekebalan terhadapa penyakit 4 3 2 1
campak
7. Setiap ibu harus membawa anaknya
kepelayannan kesehatan untuk diberikan 4 3 2 1
imunisasi dasar lengkap
8. Imunisasi BCG diberikan 1 kali pada bayi usia
4 3 2 1
0-2 bulan
9. Anak yang minum ASI, tidak perlu di imunisasi 1 2 3 4
80

10. Vaksin imunisasi yang diberikan pada bayi


1 2 3 4
terbuat dari zat haram
11. Pemberian imunisasi dapat menunjang tumbuh
4 3 2 1
kembang anak lebih berkualitas
12. Tidak ada manfaat imunisasi yang diberikan
1 2 3 4
pada bayi
13. Pemberian imunisasi pada bayi sangat penting
4 3 2 1
dilakukan
14. Bayi tidak perlu diberikan imunisasi BCG
setelah lahir karena dilingkungan keluarga tidak 1 2 3 4
ada yang menderita TBC
15. Informasi tentang imunisasi sangat penting bagi
4 3 2 1
ibu

IV. Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi

Apakah anak Ibu mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap (BCG, DPT, Polio,

Campak dan Hepatitis B) sesuai dengan jadwal yang tertera di KMS ?

a. Ya

b. Tidak
81

Lampiran 2 Hasil Analisis Data

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 20-24 7 14.0 14.0 14.0

25-29 27 54.0 54.0 68.0

30-34 7 14.0 14.0 82.0

35-39 9 18.0 18.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SMP 12 24.0 24.0 24.0

SMA 29 58.0 58.0 82.0

S1 9 18.0 18.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ibu rumah tangga 18 36.0 36.0 36.0

Petani 14 28.0 28.0 64.0

wiraswata 9 18.0 18.0 82.0

Pns 4 8.0 8.0 90.0

honorer 5 10.0 10.0 100.0

Total 50 100.0 100.0


82

jarak rumah ke tempat pelayanan kesehatan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <1 km 9 18.0 18.0 18.0

1 km 16 32.0 32.0 50.0

2 km 25 50.0 50.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

apakah keluarga mendukung ibu untuk membawa bayi imunisasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid mendukung 20 40.0 40.0 40.0

tidak mendukung 30 60.0 60.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pengetahuan tentang pengertian imunisasi dasar

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 29 58.0 58.0 58.0

Benar 21 42.0 42.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pengetahuan tentang manfaat imunisasi bagi bayi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 24 48.0 48.0 48.0

Benar 26 52.0 52.0 100.0

Total 50 100.0 100.0


83

Pengetahuan tentang jenis-jenis imunisasi dasar lengkap

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 27 54.0 54.0 54.0

Benar 23 46.0 46.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pengetahuan tentang usia bayi menerima imunisasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 23 46.0 46.0 46.0

Benar 27 54.0 54.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pengetahuan tentang berapa kali bayi dapat imunisasi polio

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 28 56.0 56.0 56.0

Benar 22 44.0 44.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pengetahuan tentang jadwal imunisasi DPT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 30 60.0 60.0 60.0

Benar 20 40.0 40.0 100.0

Total 50 100.0 100.0


84

Pengetahuan tentang fungsi imunisasi BCG pada bayi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 28 56.0 56.0 56.0

Benar 22 44.0 44.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pengetahuan tentang berapakali imunisai BCG diberikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 28 56.0 56.0 56.0

Benar 22 44.0 44.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pengetahuan tentang usia pemberian imunisasi Campak

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 31 62.0 62.0 62.0

Benar 19 38.0 38.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pengetahuan tentang berapa kali imunisasi polio diberikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 30 60.0 60.0 60.0

Benar 20 40.0 40.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

pemberian imunisasi dasar diberikan pada bayi usia 0-11 bulan


85

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sangat tidak setuju 18 36.0 36.0 36.0

tidak setuju 16 32.0 32.0 68.0

Setuju 5 10.0 10.0 78.0

sangat setuju 11 22.0 22.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

ibu yang memiliki banyak anak, sebaiknya tidak mengimuniasikan bayinya

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sangat setuju 20 40.0 40.0 40.0

Setuju 13 26.0 26.0 66.0

tidak setuju 10 20.0 20.0 86.0

sangat tidak setuju 7 14.0 14.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

bayi mendapat imunisasi DPT sebanyak 3 kali

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sangat tidak setuju 20 40.0 40.0 40.0

tidak setuju 19 38.0 38.0 78.0

Setuju 5 10.0 10.0 88.0

sangat setuju 6 12.0 12.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

pemberian imunisasi Campak pada bayi saat usia 9 bulan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
86

Valid sangat tidak setuju 20 40.0 40.0 40.0

tidak setuju 16 32.0 32.0 72.0

Setuju 8 16.0 16.0 88.0

sangat setuju 6 12.0 12.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

jika bayi demam setelah diimunisasi polio sebaiknya tidak perlu memberikan imunisasi
selanjutnya

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sangat setuju 22 44.0 44.0 44.0

Setuju 13 26.0 26.0 70.0

tidak setuju 10 20.0 20.0 90.0

sangat tidak setuju 5 10.0 10.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

pemberian imunisasi campak bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit


campak

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sangat tidak setuju 21 42.0 42.0 42.0

tidak setuju 13 26.0 26.0 68.0

Setuju 11 22.0 22.0 90.0

sangat setuju 5 10.0 10.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

setiap ibu harus membawa anaknya kepelayanan kesehatan untuk diberikan imunisasi
dasar lengkap

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
87

Valid sangat tidak setuju 20 40.0 40.0 40.0

tidak setuju 20 40.0 40.0 80.0

Setuju 7 14.0 14.0 94.0

sangat setuju 3 6.0 6.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Imunisasi BCG diberikan 1 kali pada bayi usia 0-2 bulan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sangat tidak setuju 24 48.0 48.0 48.0

tidak setuju 15 30.0 30.0 78.0

Setuju 8 16.0 16.0 94.0

sangat setuju 3 6.0 6.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

anak yang minum Asi, tidak perlu diimunisasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sangat setuju 20 40.0 40.0 40.0

Setuju 16 32.0 32.0 72.0

tidak setuju 11 22.0 22.0 94.0

sangat tidak setuju 3 6.0 6.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

vaksin imunisasi yang diberikan pada bayi terbuat dari zat haram

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sangat setuju 22 44.0 44.0 44.0

Setuju 18 36.0 36.0 80.0


88

tidak setuju 8 16.0 16.0 96.0

sangat tidak setuju 2 4.0 4.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

pemberian imunisasi dapat menunjang tumbuh kembang anak lebih berkualitas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sangat tidak setuju 22 44.0 44.0 44.0

tidak setuju 15 30.0 30.0 74.0

Setuju 8 16.0 16.0 90.0

sangat setuju 5 10.0 10.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

tidak ada manfaat imunisasi yang diberikan pada bayi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sangat setuju 20 40.0 40.0 40.0

Setuju 15 30.0 30.0 70.0

tidak setuju 10 20.0 20.0 90.0

sangat tidak setuju 5 10.0 10.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

pemberian imunisasi dasar pada bayi sangat penting dilakukan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sangat tidak setuju 19 38.0 38.0 38.0

tidak setuju 17 34.0 34.0 72.0

Setuju 7 14.0 14.0 86.0

sangat setuju 7 14.0 14.0 100.0


89

pemberian imunisasi dasar pada bayi sangat penting dilakukan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sangat tidak setuju 19 38.0 38.0 38.0

tidak setuju 17 34.0 34.0 72.0

Setuju 7 14.0 14.0 86.0

sangat setuju 7 14.0 14.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

bayi tidak perlu diberikan imunisasi BCG setelah lahir karena dilingkungan keluarga
tidak ada yang menderita TBC

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sangat setuju 22 44.0 44.0 44.0

Setuju 13 26.0 26.0 70.0

tidak setuju 9 18.0 18.0 88.0

sangat tidak setuju 6 12.0 12.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

informasi tentang imunisasi sangat penting bagi ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sangat tidak setuju 19 38.0 38.0 38.0

tidak setuju 17 34.0 34.0 72.0

Setuju 9 18.0 18.0 90.0

sangat setuju 5 10.0 10.0 100.0

Total 50 100.0 100.0


90

apakah anak ibu mendapat imunisasi dasar secara


lengkap(BCG,DPT,Polio,Campak,dan Hepatitis B) sesuai jadwal yang
tertera di KMS

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid lengkap 19 38.0 38.0 38.0

Tidak 31 62.0 62.0 100.0


lengkap

Total 50 100.0 100.0

pengetahuan * kelengkapan imunisasi Crosstabulation


Count
Kelengkapan Imunisasi

lengkap tidak lengkap Total

Pengetahuan baik 5 4 9
sedang 7 10 17
kurang 7 17 24
Total 19 31 50

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 6.791 1 .002
Continuity Correctionb 7.411 1 .003
Likelihood Ratio 8.122 1 .002
Fisher's Exact Test .003 .002
Linear-by-Linear Association 6.783 1 .002
N of Valid Cases 50
91

sikap* kelengkapan imunisasi Crosstabulation


Count
Kelengkapan Imunisasi

Lengkap tidak lengkap Total

Sikap Baik 5 6 11
sedang 5 12 17
kurang 9 13 22
Total 19 31 50

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 4.982a 1 .028


Continuity Correctionb 3.644 1 .003
Likelihood Ratio 4.022 1 .028
Fisher's Exact Test .003 .028
Linear-by-Linear Association 4.564 1 .028
N of Valid Cases 50
92

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian


93

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian


94

Lampiran 5 Surat Selesai Penelitian

Anda mungkin juga menyukai