Anda di halaman 1dari 12

TUGAS EPIDEMIOLOGI PELAYANAN KESEATAN

PRIORITAS MASALAH UTAMA DINAS KESEHATAN KOTA PADANG


MENGGUNAKAN METODE MCUA

Oleh :

Faradila Aninda Raesa 1611212043

Thomi Anwar 1611212052

Pricillia Septiana 1711216034

Dina Hanifah 1611211014

Riza Kurnia Lestari 1611212025

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

2018
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,kemauan dan


kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Terkait dengan hal tersebut yang tertuang dalam UU
No.36 tahun 2009.

Salah satu bukti dari data mengenai pembangunan kesehatan dari Dinas Kesehatan Kota
Padang yaitu laporan tahunan,yang mencakup segala aspek kegiatan seperti pencapaian
program maupun masalah yang timbul.

Masalah dapat terjadi ketika ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan. Seperti
halnya dibidang program kesehatan,ketika target yang ditetapkan dengan realisasi nya tidak
sejalan. Hal itu yang menyebabkan terjadinya suatu masalah. Dari berbagai masalah yang ada
kita perlu menetapkan prioritas nya terlebih dahulu yang mana yang harus diselesaikan.

Dalam hal ini,kami akan membahas tentang penetapan prioritas masalah dengan
menggunakan metode MCUA.

b. Rumusan Masalah

1. Apa saja program dari dinas kesehatan yang menjadi masalah kesehatan?

2.Bagaimana cara memprioritaskan masalah dengan menggunakan metode MCUA?

c.Tujuan Penelitian

1. untuk mengetahui program dari dinas kesehatan yang menjadi masalah kesehatan.

2.Untuk mengetahui cara memprioritaskan masalah dengan menggunakan metode MCUA.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

PRIORITAS MASALAH KESEHATAN BERDASARKAN LAPTAH


DINAS KESEHATAN KOTA PADANG

1. Capaian Program
A. Bidang Kesehatan Masyarakat
a. Seksi kesehatan keluarga dan gizi
̵ Penimbangan balita (D/5) 47,6% (Hc. Anak air)
̵ Pemberian ASI ekslusif 74,8% (DKK)
̵ Distribusi kapsul vitamin A (Biru = 57,7 dan merah = 60,1) air
tawar HC
̵ Distrbusi TTD (Hc. Lubuk buaya = 85,5% Fe 1 dan Fe 3 = 83,8%
̵ Ibu hamil KEK yang mendapatkan PMT (hc. Ulak Karang = 12
orang)
̵ Ibu nifas yang mendapatkan kapsul vitamin A 95,5%
̵ BGM (Air Dingin = 4,55%)
̵ Program kesehatan lansia 50%
̵ Pelaksanaan program UKS (lanes, anemia, tajam penglihatan)
̵ Kunjungan I4 dan K4 (KI = 91,8% dan K4 = 102%)
̵ Deteksi ibu hamil yang berisiko tinggi 99,3%
̵ Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 96,7% dari target 100%
̵ Kunjungan tenaga kesehatan ibu nifas dan neonatus (KF 3 =
93,28% dan KN = 95, 03%)
̵ Cakupan peserta KB aktif (capaian 64,24% dari target 75%)
̵ Capaian KNI dan neonatus komplikasi yang tertangani (KNI =
>90%, neonatus = 15%, riset 80%) x tiap tahun
̵ Kunjungan bayi ke yankes 88,9% dari target 95%
̵ Kunjugan balita ke yankes 92,95% dari target 90%
̵ Cakupan SDIDTK bayi dan balita 100% dari target 90%
̵ MTBS 100%

3
̵ Pemantauan kasus kesehatan ibu anak (Ibu 16 kasus, menurun dari
tahun 2016, dan anak 89 kasus menurun dai tahun 2016 sebanyak
111 kasus)
b. Seksi promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
̵ Kelurahan siaga
̵ Poskesnen
̵ SBH
̵ Toga (26,847)
̵ Psyandu
̵ PHBS
̵ Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
c. Seksi kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga
̵ Pengawasan sanitasi TTU dan TPM (TTU = 67,84% dan TPM =
75,4%)
̵ Pengawasan kualitas air (88% DAM) dari 100%, akses berkualitas
70,54%
̵ Penyelenggaraan STEM (<80%, 29 kelurahan)
̵ Pengawasan KLP
 Rumah sehat (71,15%)
 Pembuangan air limbah (74,24%)
 Pembuangan sampah (73,34%)
 Pembuangan sampah medis (5594 kg – PT bioteknika Bina
Prima)
̵ Kegiatan tambahan kesehatan lingkungan
 Pembinaan adipura oleh kementrian lingkungan hidup
̵ Pembinaan kesehatan kerja (Pos UKK = 7 pos)
̵ Pembinaan keluarga

B. Bidang pencegahan dan pengendalian penyakit


a. Seksi surveilan dan imunisasi
̵ Surveilans
 Ketepatan dan kelengkapan (ketepatan = 88% dan
kelengkapan = 98%)

4
 Surveilans aktif RS (surei setiap minggu dari DKK)
 Penanggulangan KLB
a. Keracunan 2 kasus
b. Difteri 16 kasus
 PD3I = difteri, AFP, Campak
̵ Imunisasi
 Imunisasi dasar (Hbo, BCG, DPT, HB, Polio, Campak)
a. BCG 94,5% dari target 95%
b. HB 99,87% dai target 95%
c. DPT HB1 95,3% dari target 95%
d. DPT HB3 93% dari target 93%
e. Polio 1 94,4% dari target 95%
f. Polio 4 92% dari target 93%
g. Campak 93% dari target 94,5%
h. Capaian UCL 95%
 Imunisasi batita
a. Imunisasi boster DPT + bHib 28,7%
b. Imunisasi batita campak 2,2%
 Bukan imunisasi anak sekolah (BIAS)
a. Bias campak 87,8%
b. Bias DT dan Td 86,83%
 Imunisasi TT bumil dan wanita usia subur 75,6%

b. Seksi pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular


̵ TB Paru (BTA + 47,4% dari target temuan kasus 46%)
̵ HIV AIDS /IMS (300 kasus HIV, 56 kasus AIDS, dan 5
orang meninggal)
̵ DBD (608 kasus)
̵ Rabies (Tahun 2016 sebanyak 556 kasus, dan cakupan VAR
304)
̵ ISPA 75% dari target 90%
̵ Diare (7800 kasus, 100% diberi oralit)

5
̵ Malaria (60 kasus)
̵ Filiriasis kecaingan
̵ Kusta (2 kasus)
̵ ILI (-)
c. Seksi pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular,
kesehatan jiwa, narkotika, psikosomatik dan zat aditif
̵ Program PTM
 Pelayanan kesehatan usia produktif (128 pos yang terdiri
dari posbindu umum dan khusus)
 Hipertensi (50.808)
 DM (3514 kasus)
 Obesitas (6673 kasus)
 Deteksi ini kanker serviks dan mamae (166 kasus)
̵ Program kesehatan jiwa (masih tinggi yakni sekitar 296 kasus
dengan keterangan 156 orang laki-laki dan 140 orang perempuan)
̵ Program Narkotika, Psikosomatik, dan Zat Adiktif
C. Bidang pelayanan kesehatan
a. Seksi pelayanan kesehatan primer dan tradisional
̵ Kunjungan puskesmas (1.877.780 dari total 927.011 penduduk)
̵ Data jenis penyakit terbanyak
 ISPA tidak spesifik (87,413)%
 Farngitis akut tidak spesifik (10.401)
̵ Program kesehatan lansia (13.935 kunjungan)
̵ Program kesehatan simal (7,14% dari target 5%)
̵ Perkesmas (100%)
̵ Laboratorium
̵ Laporan kematian (1258, lansia 217 orang)
̵ Pemberian rekomendasi izin sarana/fasilitas kesehatan meliputi
klinik, optik dan laboratorium (40 berkas perizinan)
̵ Pembinaan ke pustu
̵ Program penyehatan tradisional
b. Seksi pelayanan kesehatan rujukan

6
̵ Pertemuan pengelola RS
̵ Pembinaan langsung ke Rumah Sakit
̵ Pembinaan rekomendasi RS
̵ Credensialing RS
̵ Pelaporan RS
c. Seksi fasilitas pelayanan kesehatan dan peningkatan mutu
̵ Kegiatan akeditas HC
̵ Sosialisasi dan pembinaan perizinan sarana kesehatan
̵ Pembinaan sarana fasilitas kesehatan
D. Bidang Sumber Daya Kesehatan
a. Seksi kefarmasian
̵ POR (penangangan penulisan obat rasional/generik)
̵ Pemanfaatan dan penyuluhan peredaran obat keras dan narkoba
̵ Pemantauan obat narkotika dan psikotropika HC
̵ Penyuluhan, investigasi keracunan pangan
̵ Pembinaan dan pengawasan pancan pasar pabukoan
̵ Pembinaan dan pengawasa kosmetika
̵ Pembinaan dan pengawasan obat tradisional
̵ Memmberikan penyuluhan PIRT
̵ Melakukan KIE
̵ Melakukan pembinaan pasar
̵ Melakukan pembinaan dan pengawasan sarana pelayanan
kefarmasian
̵ Pengurusa rekomendasi izin operasional
b. Seksi alat kesehatan dan sarana prasarana kesehatan
̵ Program APBD
̵ Program APBN
c. Seksi sumber daya manusia kesehatan dan jaminan kesehatan
̵ SDMK
 SRT rekomendasi tubel dan ibel
 Pemberian izin praktek (kuliah lapangan, pengambilan data
dan penelitian bagi mahasiswa)

7
 Pendidikan dan penelitian PNS di lingkup DKK
 Recovery Pendidikan Lampau (RPL)
 Registrasi tenaga kesehatan
 Kualitas SDMK
̵ Jaminan kesehatan
 Kepesertaan

2. Prioritas Masalah Berdasarkan Metode MCUA

METODE MCUA (MULTI CRITERIA UTILITY ASSESMENT)

Metode MCUA merupakan suatu teknik atau suatu cara yang digunakan

untuk membantu tim dalam mengambil keputusan atas beberapa pilihan atau

alternatif. Alternatif dapat berupa masalah pada langkah penetuan prioritas

masalah, atau pemecahan masalah pada langkah penetapan prioritas pemecahan

masalah.

Untuk menyaring alternatif masalah yang sesuai dengan kebutuhan

dibutuhkan suatu batasan atau kriteria. Penggunaan metode MCUA dalam

penentuan prioriotas masalah dilaksanakan apabila pihak perencana belum terlalu

siap dalam penyediaan sumber daya, serta pelaksana program atau kegiatan

menginginkan masalah yang diselesaikan adalah masalah yang ada dimasyarakat.

Tata cara penggunaan Matriks MCUA dalam penentuan prioritas masalah,

dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut:

a. Menetapkan kriteria

Yang dimaksud dengan kriteria adalah sesuatu hal yang

dianggap sebagai akibat atau pengaruh yang sangat signifikan dan

8
spesifik dari suatu masalah terhadap subjek (masyarakat) sehingga

dapat membedakan masalah. Kriteria yang digunakan antara lain

kegawatan masalah, Besarnya masalah, Trend (kecenderungan).

b. Melakukan pembobotan kriteria

Merupakan pemberian kisaran bobot (nilai) terhadap masing –

masing yang ada. Kriteria ditentukan berdasarkan kesepakatan tim.

Nilai (bobot) yang disepakati adalah untuk kegawatan masalah diberi

bobot 4, gawat diberi skor 3, cukup gawat diberi skor 2, kurang atau

tidak gawat 1.

Kita berikan empat range atau rentang nilai dengan tujuan agar

tidak terjadi kecenderungan pemilihan angka yang berada di tengah,

misalnya kalau rangenya 1 sampai 3, orang cenderung memlih angka 2

dibanding angka 1 atau angka 3.

c. Memberikan skor masing–masing kriteria terhadap masing–masing

masalah

Artinya estimasi berapa besarnya pengaruh masalah terhadap

masing – masing kriteria. Dalam pemberian skor setiap anggota tim

memberikan skor secara subjektif dan selanjutnya jumlah semua skor

dibagi banyaknya jumlah anggota dalam kelompok.

Jika pengaruh kriteria besar maka skornya juga diberikan besar,

dan jika kriteria kecil maka diberi skor kecil. Hasil skor yang telah

dibagi dengan jumlah anggota tiap bagian.

9
d. Mengalikan nilai skor dengan bobot

Masing–masing masalah yang dikalikan dengan bobot untuk tiap–tiap

kriteria kemudian dijumlahkan dengan hasil perkalian tersebut.

Penggunaan metode Multiple Criteria Utility Assessment (MCUA) adalah

berupa sebuah tabel yang berisi (pada baris atau horizontal) bersisi kriteria dan

jumlah total untuk memprioritaskan masalah. Sedangkan kolom atau vertikal berisi

nilai, bobot, jenis penyakit serta kolom dikalikan bobot. Keputusan mendapatkan

prioritas utama permasalahan.

Kriteria yang digunakan dalam memilih prioritas masalah kesehatan yang

ada meliputi:

1. Kegawatan (semakin gawat suatu masalah kesehatan maka nilai

bobotnya semakin tinggi).

2. Besar/ jumlah (semakin banyak yang menderita akibat karena suatu masalah

kesehatan maka nilai bobotnya semakin tinggi).

3. Tren (semakin sering suatu masalah kesehatan muncul, nilai bobotnya

semakin tinggi).

Penentuan bobot masing-masing kriteria ditentukan oleh peneliti

10
11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Metode MCUA merupakan suatu teknik atau suatu cara yang digunakan
untuk membantu tim dalam mengambil keputusan atas beberapa pilihan atau
alternatif. Penggunaan metode MCUA dalam penentuan prioriotas masalah
dilaksanakan apabila pihak perencana belum terlalu siap dalam penyediaan sumber
daya, serta pelaksana program atau kegiatan menginginkan masalah yang
diselesaikan adalah masalah yang ada di masyarakat.
Tata cara penggunaan Matriks MCUA dalam penentuan prioritas masalah,
dilakukan dengan langkah – langkah :
1. Menetapkan kriteria
2. Melakukan pembobotan kriteria
3. Memberikan skor masing–masing kriteria terhadap masing–masing
masalah
4. Mengalikan nilai skor dengan bobot
Berdasarkan metode MCUA tersebut, untuk mencari prioritas masalah yang
terjadi pada Dinas Kesehatan Kota Padang, maka dapat disimpulkan bahwa
permasalahan kesehatan yang menjadi prioritas utama dan perlu mendapatkan
tindak lanjut segera adalah Pengawasan Kualitas Air.

12

Anda mungkin juga menyukai