Anda di halaman 1dari 12

Metodologi Penelitian Epidemiologi Gizi

MAKALAH EPIDEMIOLOGI GIZI

UNIVERSITAS ANDALAS

METODE PENELITIAN EPIDEMIOLOGI GIZI

Oleh :
Kelompok 5
Fadhilatul Hasnah 1210332003
Zikra Hanim 121033

Diajukan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah EpidemiologiGizi

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas menyusun makalah, sebagai salah satu
tugas dalam mengikuti mata kuliah Epidemiologi Gizi.
Perkenankan bersama ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen, dan pihak-pihak yang turut membantu kami. Semoga Allah memberikan balasan yang sepadan
atas budi baik yang selama ini diberikan.
Tidak lupa kami mohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kesalahan yang kamiperbuat
selama menyelesaikan makalah ini.
Dengan selesainya tugas penyusunan makalah ini kami berharap sekiranya makalah ini dapat
memberikan manfaat pada pembelajaran kita pada mata kuliah Epidemiologi Gizi. Kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan makalah ini akan kami terima dengan senang hati.

Padang, Agustus 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Studi Cross Sectional
2.1.1 Pengertian Studi Cross Sectional
2.1.2 Rancangan Penelitian Cross Sectional
2.1.3 Kelebihan Studi Cross Sectional
2.1.4 Kekurangan Studi Cross Sectional
2.1.5 Jenis Penelitian Cross Sectional
2.1.5.1 Cross Sectional Deskriptif
2.1.5.2 Cross Sectional Analitik
2.1.6 Contoh Cross Sectional Terkait Gizi
2.2 Studi Kasus Kontrol
2.2.1 Pengertian Kasus Kontrol
2.2.2 Rancangan Penelitian Kasus-Kontrol
2.2.3 Ciri- ciri penelitian case-control
2.2.4 Tujuan penelitian case-control
2.2.5 Keuntungan Kasus Kontrol
2.2.6 Kerugian Kasus Kontrol
2.2.7 Contoh Case Control Terkait Gizi
2.3 Studi Kohort
2.3.1 Pengertian Studi Kohort
2.3.2 Rancangan Penelitian Kohort
2.3.3 Ciri-ciri Penelitian Kohort
2.3.4 Kelebihan Studi Kohort
2.3.5 Kelemahan Studi Kohort
2.3.6 Contoh Kohort Terkait Gizi
BAB 3 : KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan utama dari pembangunan kesehatan adalah untuk memungkinkan masyarakatnya
meraih level kesehatan yang memungkingkan mereka untuk membuat partisipasi yang berarti dalam
lingkungan sosial dan lingkungan ekonomi dimana mereka tinggal. Untuk mencapai tujuan ini, negara
harus memutuskan mengambil pendekatan terbaik. Bagaimanapun, hal ini akan menggunakan
informasi yang rinci dan akurat pada sistem kesehatan yang ada dari negara tersebut. Sayangnya,
beberapa informasi ada yang kurang, tidak cukup, atau tidak bisa dipercaya. Sebagai hasilnya,
keputusan hanya berdasarkan pada asumsi dan kesimpulan tidak tepat dan sering menghasilkan
pilihan kebijakan yang tidak tepat. Pandangan ini, penelitian untuk pengetahuan ilmiah dan informasi
seharusnya lebih didukung.
Penelitian ilmiah memainkan peran yang sangat penting dalam usaha untuk mempertahankan
kesehatan dan melawan penyakit. Penelitian membantu kita membuat pengetahuan baru dan
mengembangkan alat untuk digunakan penemuan pengetahuan. Tidak hanya berguna dalam
pemberian penyedia layanan kesehatan untuk mendiagnosa dan mengobati penyakit, penelitian juga
menyediakan bukti-bukti untuk kebijakan dan pengambilan keputusan kesehatan dan pengembangan.
Penelitian dalam konteks kesehatan masyarakat bertujuan untuk menyediakan semua aspek
informasi yang dibutuhkan untuk perencanaan pelaksanaan sistem kesehatan.
Dalam penelitian, ada beberapa desain yang bisa digunakan, tergantung tujuan, waktu dan
pertimbangan lainnya. Beberapa diantaranya ada penelitian yang bersifat observasional dan
eksperiment. Desain lain yang bisa digunakan dalam meneliti masalah keehatan adalah desain
rancangan dasar yaitu desain cohort, case-control dan crossectional. Bersadarkan kombinasinya,
dalam penelitian kesehatan juga dikenal desain lain seperti desain hybrid. Semua desain ini memiliki
kelemahan dan kelebihan dalam menjelaskan masalah kesehatan.
Melihat pentingnya penelitian kesehatan pada saat sekarang ini, maka perlu rasanya kita
mengetahui tentang penelitian kesehatan itu sendiri. Dalam penyajian makalah ini, tim penulis akan
menguraikan beberapa hal terkait dengan penelitian dan desain penelitian diantaranya ; desain
penelitian case control, crossectional, desain kohor serta apa perbedaan masing-masing desain
tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan berbagai masalah, yaitu sebagai
berikut.
1. Apa pengertian dari desain penelitian cross sectional ?
2. Apa pengertian dari desain penelitian case control ?
3. Apa pengertian dari desain penelitian kohort ?

1.3 Tujuan Penelitian


Penulisan makalah ini bertujuan yaitu selain untuk memenuhi tugas mata kuliahEpidemiologi
Gizi, juga untuk mengetahui, memahami, dan mengetahui perbedaan diantara penelitian
eksperimental dan observasional

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Studi Cross Sectional


2.1.1 Pengertian
Rancangan cross sectional merupakan rancangan penelitian yang pengukuran dan
pengamatannya dilakukan secara simultan pada satu saat (sekali waktu). Rancangan penelitian ini juga
biasa disebut rancangan potong silang atau lintas bagian. Cross sectional adalah studi epidemiologi
yang mempelajari prevalensi, distribusi, maupun hubungan penyakit dengan paparan (factor penelitian)
dengan cara mengamati status paparan, penyakit, atau karakteristik terkait kesehatan lainnya, secara
serentak pada individu-individu dri suatu populasi pada satu saat.
Dalam rancangan studi potong lintang, peneliti mendapatkan data frekuensi dan karakter
penyakit, serta paparan faktor penelitian pada suatu populasi dan pada satu saat tertentu. Sehingga
data yang dihasilkan adalah prevalensi bukan insiden. Tujuan studi cross sectional adalah untuk
memperoleh gambaran pola penyakit dan determinan-determinannya pada populasi sasaran.
Penelitian lintas-bagian (cross sectional) relatif lebih mudah dan murah untuk dikerjakan oleh
peneliti dan amat berguna bagi penemuan pemapar yang terikat erat pada karakteristik masing-masing
individu. Data yang berasal dari penelitian ini bermanfaat untuk: menaksir besarnya kebutuhan di
bidang pelayanan kesehatan dan populasi tersebut. instrumen yang sering digunakan untuk
memperoleh data dilakukan melalui: survei, wawancara, dan isian kuesioner.

2.1.2 Rancangan Penelitian


Variabel bebas dalam penelitian observasional sering disebut factor resiko sedangkan variable
tergantung disebut efek. Yang dimaksud factor resiko dalam penelitian ini adalah factor-faktor atau
keadaan yang memdahkan individu terkena penyakit (efek). Kita kenal ada factor resiko yang bersifat
internal, merupakan factor kepekaan individu terhadap penyakit. Factor resiko eksternal merupakan
factor lingkungan yang mempermudah seseorang atau individu terkena penyakit. Untuk lebih jelasnya
lihat skema berikut (Arief, 2003) :
Gambar 2-1 Skema Rancangan CrossSectional
Dari skema diatas dapat disimpulkan bahwa (1) efek selalu merupakan variable tergantung, (2)
factor resiko dapat sebagai varabel bebas. Variable perantara, variable pendahulu atau variable
prakondisi.

Gambar 2-2 Rancangan Penelitian Cross Sectional

2.1.3 Kelebihan Dan Kekurangan


2.1.3.1 Kelebihan
- Keutungan utama dari desai cross sectional adalah memungkinkan penggunaa populasi dari
masyarakat umum, tidak hanya yang mencari pengobatan, hingga generalisasinya cukup memadai
- Desain ini relative mudah, murah, dan hasilnya cepat dapat diperoleh
- Dapat digunakan untuk meneliti sekaligus banyak variable
- Tidak terancam loss follow-up
- Dapat dimasukan kedalam tahapan pertama suatu penelitian kohort atau eksperimen, tanpa atau
dengan sedikit sekali menambah biaya
- Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian berikutnya yang lebih konklusif
2.1.3.2 Kekurangan Studi Cross Sectional
- Sulit untuk menentukan sebab akibat karena pengambilan data resiko dan efek dilakuakn pada sat
yang bersamaan. Akibatnya sering tidak mungkin ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.
- Studi prevalen lebih banyak menjaring subjek yang mampu mempunyai masa sakit yang panjang dari
pada merka yang mempunyai masa sakit yang pendek
- Dibutuhkan subjek yang cukup besar, terutama bila variable yang dipelajari banyak.
- Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidns, maupun prognosis
- Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang
- Mungkin terjadi bias prevaleni atau bias insiden karena efek suatu factor risiko selama selang waktu
tertentu disalah tafsirkan sebagai penyakit
2.1.4 Jenis Penelitian Cross Sectional
Dilihat dari kedalaman analisis data, penelitian cross-sectional, terdiri dari : cross sectional
deskriptif dan cross sectional analitik.
2.1.4.1 Cross Sectional Deskriptif
Cross sectional deskriptif adalah penelitian yang bertujan mendeskripsikan secara mendalam
satu atau lebih variable penelitian, dan tidak dimaksudkan untuk mengetahui hubungan atau perbedaan
nilai/data antar variable.
Contoh permasalahan penelitian deskriptif :
- Berapa kadar gula darah pada ibu-ibu usia diatas 40 tahun di RT/RW : 01/5 Desa “A” ?
- Bagaimana peran bidan desa dalam meninggalkan kesehatan balita di Posyandu di “A” ?
2.1.4.2 Cross Sectional Analitik
Cross sectional analitik, terbagi menjadi :
- Komparatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara dua atau lebih
variable.
- Korelasional, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh antara dua
atau lebih variable
Contoh :
- Studi perbandingan antara kadar asam urat pada manula yang normal dan yang gemuk.
- Korelasi antara tingkat kecemasan dengan perilaku merokok
2.1.5 Contoh Cross Sectional Terkait Gizi
Identitas Umum jurnal:
 judul : Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Asi (MP-
ASI) dengan Status Gizi Anak Usia 1-3 Tahun di Kota
Padang Tahun 2012
 penulis : Mahaputri Ulva Lestari, Gustina Lubis, Dian Pertiwi
 aliansi penulis : Fakultas Kedokteran Universitas Andalas,
 korespondensi : Mahaputri Ulva
Lestari, email: mahaputri_vla@yahoo.com, Telp: 08126652393
Pembahasan Penelitian
1. Pendahuluan
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2009 dari 103.876 bayi yang ada, 40,08%
sudah diberi Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)dini. Sedangkan di kota Padang, dari 17.065
bayi, sebanyak 63,6% bayi telah mendapatkan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dini. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-
ASI) dengan status gizi anak usia 1-3 tahun di kota Padang.
2. Metode
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir, Kuranji, Air Tawar, dan Lubuk
Begalung pada Bulan Mei-November 2012. Sampel adalah anak usia 1-3 tahun (yang memenuhi
kriteria) yang berada di wilayah kerja puskesmas di Kota Padang dengan menggunakan metode two
stage cluster sampling. Untuk menggambarkan kota Padang, dipilih 4 kecamatan dengan random
sampling dan selanjutnya dipilih 4 kelurahan yaitu Kecamatan Padang Barat, Kuranji, Padang Utara,
dan Lubuk Begalung. Variabel dependen penelitian adalah status gizi. Variabel independen adalah usia
pemberian MP-ASI, dan Jenis MP-ASI. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan tabel status
gizi anak Z-score. Pengolahan data menggunakan SPSS. Analisis bivariat dilakukan dengan uji
statistik chi square dengan derajat kemaknaan p< 0,05.
3. Hasil dan Pembahasan
 hasil analisa univariat
 99 anak (49%) sudah mendapatkan MP-ASI sejak usia ≤ 6 bulan dan 101 anak (51%) mendapatkan
MP-ASI sesuai jadwal (≥ 6 bulan).
 30% alasan ibu memberikan MP-ASI dini adalah karena ibu bekerja
 64 anak mendapatkan MP-ASI buatan pabrik (82%) dan 36 anak mendapatkan MP-ASI lokal (18%)
 104 anak (52%) memiliki status gizi baik dan 96 anak (48%) memiliki status gizi kurang
 hasil analisa bivariat
 presentase gizi baik lebih banyak pada bayi yang diberi MP-ASI sesuai jadwal (≥6 bulan)(36%) dibanding
bayi yang diberi MP-ASI dini (≤ 6 bulan) (17%). Terdapat hubungan yang bermakna antara usia
pemberian MP-ASI dengan status gizi anak usia 1-3 tahun di Kota Padang tahun 2012 (p < 0,05).
 status gizi baik lebih banyak terdapat pada anak yang diberi MP-ASI buatan pabrik (42%) dibandingkan
dengan anak yang diberi MP-ASI home made (10%). Tidak terdapat hubungan antara jenis makanan
pendamping ASI dengan status gizi anak usia 1-3 tahun di Kota Padang tahun 2012 (p>0,05)
4. Kesimpulan
Terdapat hubungan yang bermakna antara usia pemberian MP-ASI dengan status gizi (indeks BB/TB)
anak usia 1-3 tahun di kota padang tahun 2012 (p=0,001). Hubungan tersebut menunjukkan jika anak
diberi MP-ASI sesuai jadwal akan menghasilkan tumbuh kemang anak yang lebih baik daripada anak
yang diberi MP-ASI dini. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis MP-ASI dengan status
gizi (indeks BB/TB) anak usia 1-3 tahun di kota padang tahun 2012 (p=0,456). Hubungan tersebut
menunjukkan status gizi anak tidak hanya dipengaruhi dari jenis MP-ASI, tetapi juga oleh frekuensi dan
cara pemberian makanan yang baik.

2.2 Studi Kasus Kontrol


2.2.1 Pengertian
Penelitian Case Control adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana

faktor resiko dipelajari dengan menggunakan pandekatan retrospective. Dengan kata lain, efek
(penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor resiko diidentifikasi
adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu.
Study Case Control ini didasarkan pada kejadian penyakit yang sudah ada sehingga
memungkinkan untuk menganalisa dua kelompok tertentu yakni kelompok kasus yang
menderita penyakit atau terkena akibat yang diteliti, dibandingkan dengan kelompok yang tidak
menderita atau tidak terkena akibat. Intinya penelitian case control ini adalah diketahui penyakitnya
kemudian ditelusuri penyebabnya.
Penelitian epidemiologi kasus-kontrol ini hasil korelasinya lebih tajam dan mendalam bila
dibandingkan dengan rancangan penelitian potong-lintang, sebab menggunakan subyek control atau
subyek dengan dampak positif dicarikan kontrolnya dan subyek dengan dampak negative juga dicari
kontrolnya. Kemudian variable penyebab atau yang berpengaruh ditelusuri lebih dulu, baru kemudian
facto risiko atau variable yang berpengaruh diamati secara retrospektif.

2.2.2 Rancangan Penelitian


Seperti halnya penelitian cross sectional, rancangan kasus control juga observasional analitik
untuk mempelajari hubungan antara factor resiko dan efek, hanya disini factor resiko dipelajari melalui
pendekatan retrospektif. Maksudnya efek diidentifikasi saat ini kemudian factor resiko diidentifikasi
pada masa lalu. Berbeda dengan rancangan kasus control sebaiknya menggunakan data insidn bukan
prevalens.
Gambar 2-3 Skema Rancangan Kasus Kontrol

2.2.3 Ciri- ciri penelitian case-control


1. Pemilihan subjek berdasarkan status penyakitnya, untuk kemudian dilakukan amatan apakah subjek
mempunyai riwayat terpapar atau tidak.
2. Subjek yang didiagnosis menderita penyakit disebut: kasus berupa insidensi yang muncul dan
populasi
3. Subjek yang tidak menderita disebut kontrol.
4. Jenis penelitian ini dapat saja berupa penelitian retrospektif dan prosfektif.
5. Penelitian kasus kontrol itu menggunakan kasus (insiden) baru untuk mencegah adanya kesulitan
dalam menguraikan faktor yang berhubungan dengan penyebab dan kelangsungan hidup.

2.2.4 Tujuan penelitian case-control


1. Menentukan perbedaan kelompok menurut riwayat paparan atau karakteristik individu untuk
menetapkan status faktor resiko.
2. Dibandingkan apakah ada perbedaan proporsi mengenai terpapar terhadap faktor resiko.

2.2.5 Kelebihan Dan Kekurangan


2.2.5.1 Kelebihan
- Menguntungkan untuk mempelajari masalah kesehatan yang jarang terjadi
- Menguntungkan untuk mempelajari penyakt yang masa latennya lama
- Lebih murah dibandingkan kohort karena masa studi yang relative pendek
- Memerlukan subjek yang lebih sedikit
- Hasil dapat diperoleh dengan cepat
- Memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai factor resiko sekaligus
2.2.5.2 Kekurangan
- Sulit memastikan apakah kasus dan control sebanding dengan hal factor resiko
- Bias mungkin terjadi karena data paparan diperoleh dari catatan atau ingatan dari sampel diteliti
- Tidak dapat digunakan untuk menentukan incident rate penyakit secara langsung pada kelompok
terpapar, kecuali jika studi berbasis populasi
- Tidak dapat digunakan untuk menenttukan kemungkinan efek paparannya yang lain
- Validasi mengenai informasi kadang-kadang sukar diperoleh
2.2.6 Contoh Case Control Terkait Gizi
Identitas Umum jurnal:
 judul : Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Dan Kebiasaan
Jajan Dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di
Kecamatan Pedurungan Kota Semarang
 penulis : Yuni Yanti Mariza, Aryu Candra Kusumastuti
 aliansi penulis : Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
 alamat korespondensi : Jl.Dr.Sutomo No.14, Semarang, Telp (024) 8453708, Email
: gizifk@undip.ac.id
 nama journal : Journal of Nutrition College,
 Vol & tanggal : Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013,
 hal : Halaman 207-213
Pembahasan Penelitian
1. Pendahuluan
Pada screening awal di kecamatan Pedurungan ditemukan prevalensi status gizi lebih yang tergolong
tinggi yaitu 19,7%. Belum terdapat data dan penelitian mengenai kebiasaan sarapan dan kebiasaan
jajan kaitannya dengan status gizi di kecamatan Pedurungan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan kebiasaan sarapan dan kebiasaan jajan dengan status gizi pada anak sekolah
dasar di kecamatan Pedurungan kota Semarang.
2. Metode
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dalam bidang gizi masyarakat dengan
rancangan case control study yang dilakukan pada bulan Oktober 2012. Populasi target dalam
penelitian ini adalah anak-anak yang mengikuti pendidikan formal Sekolah Dasar di Kecamatan
Pedurungan, dan populasi terjangkaunya adalah semua siswa dan siswi sekolah dasar di SDN
Pedurungan Kidul 01 dan SDN Palebon 03. Besar sampel minimal masing-masing kelompok
kasus status gizi lebih dan kontrol status gizi normal berjumlah 32 sampel dihitung dengan
menggunakan rumus case control berpasangan. Analisis data menggunakan univariat dan bivariat.
Status gizi dinyatakan berdasarkan nilai z-score menurut WHO 2007 yang dihitung menggunakan
software WHO Anthroplus. Data yang berskala kategorik seperti jenis kelamin, usia, kategori kebiasaan
sarapan dan kategori kebiasaan jajan dideskripsikan sebagai distribusi frekuensi dan persen. Analisis
bivariat menggunakan uji Mc Nemar dengan tingkat kemaknaan 5%.
3. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 28 subjek (43,76%) yang tidak biasa sarapan tetapi biasa
jajan, dan tidak terdapat subjek yang tidak biasa sarapan tetapi tidak biasa jajan (0%). Prevalensi
subjek tidak biasa sarapan tetapi biasa jajan ini tergolong tinggi dan sesuai dengan
penelitian Rampersaud dan Utter bahwa obesitas dapat terjadi karena ketika anak tersebut
melewatkan sarapan dan merasa lapar maka mereka akan mengkonsumsi makanan berkalori lebih
tinggi yang didapatkan dari makanan jajanan.Berdasarkan hasil uji bivariat, ditemukan bahwa
kebiasaan sarapan dengan kebiasaan jajan terdapat hubungan yang bermakna secara statistik yaitu
subjek yang tidak biasa sarapan akan berisiko menjadi biasa jajan sebesar 1,5 kali. (p=0,000;
OR=1.500; CI=0.361-0.693 ).
4. Kesimpulan
Prevalensi overweight dan obesitas yang cukup tinggi ditemukan di 2 SD di kecamatan Pedurungan
Semarang yaitu 50 anak (11,7%) dan 34 anak (8%) dari total populasi kelas III-VI dimana
usia terbanyak status gizi lebih adalah 11 tahun. Tidak terdapat hubungan antara kebiasaan
sarapan dengan status gizi lebih secara statistik, tetapi kebiasaan sarapan berhubungan dengan
kebiasaan jajan di sekolah dengan risiko sebesar 1,5 kali. Terdapat hubungan yang bermakna antara
kebiasaan jajan dengan status gizi lebih secara statistik dan biasa jajan memiliki risiko sebesar 7 kali
terhadap terjadinya status gizi lebih.

2.3 Studi Kohort


2.3.1 Pengertian Studi Kohort
Rancangan penelitian kohort adalah sebuah rancangan penelitian dimana peneliti
mengelompokkan atau mengklasifikasikan kelompok terpapar dan tidak terpapar, kemudian diamati
sampai waktu tertentu untuk melihat ada tidak efek atau penyakit yang timbul.
Penelitian kohort adalah sebuah penelitian yang bersifat longitudinal dengan mengikuti proses
perjalanan penyakit ke depan berdasarkan urutan waktu. Penelitian prosfektif ini dimaksudkan untuk
menemukan insiden penyakit pada kelompok yang tertpajan oleh faktor risiko maupun pada kelompok
yang tidak terpajan, kemudian insiden penyakit pada kedua kelompok tersebut secara statisitik
dibandingkan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan sebab akibata antara pajanan dan penyakit
yang diteliti. Penelitian kohort adalah kebalikan dari case control. faktor resiko (penyebab) telah
diketahui terus diamati secar terus menerus akibat yang akan ditimbulkannya.
Penelitian kohort bertujuan untuk mempelajari hubungan paparan dan penyakit/masalah
kesehatan, dengan membandingkan kelompok terpapar dan kelompok yang tidak terpapar. Kohort
adalah jenis penelitian yang terbaik untuk mencari tahu penyebab penyakit secara epidemiologis,
namun sering membutuhkan waktu yang lama sampai melihat timbulnya penyakit.
Pada studi kohort, sekelompok subjek penlitian yang belum mengalami pajanan terhadap factor
risiko dan belum mengalami penyakit atau efek tertentu diikuti secara prospektif. Secara alamiah
mereka terbagi dalam:
- Kelompom dengan factor resiko
- Kelompok tanpa factor resiko

2.3.2 Rancangan Penelitian Kohort


Rancangan kohort merupakan rancangan penelitian observasional analitik yang mempelajari
hubungan antara factor resiko dengan efek atau penyakit melalui pendekatan waktu secara longitudinal
prospektif. Untuk lebih jelasnya ikutulah skema beriku :
Gambar 2-4 Skema Rancangan Kohort

2.3.3 Ciri-ciri Penelitian Kohort


- Merupakan penelitian prospektif
- Bersifat observasi
- Pengamatan dilakukan dari sebab akibat
- Disebut juga studi insiden
- Intervensi dilakuakan oleh alam atau yang bersangkutan
- Terdapat kelompok control
- Terdapat hipotesis sepsifik

2.3.4 Kelebihan Studi Kohort


- Merupakan desani yang terbaik dalam menentukan insiden dan perjalanan penyakit atau efek yang
diteliti
- Memungkinkan uraian secara lengkap mengenai pengalaman seseorang setelah terkena paparan
termasuk perjalanan alamiah penyakit
- Memberikan urutan-urutan waktu yang jelas antara paparan dan penyakit
- Memberikan peluang bagus untuk mempelajari paparan yang jarang
- Memungkinkan penilaian kesudahan yang majemuk yang mungkin terkait dengan paparan tertentu
- Memungkinkan estimasi angka kejadian masalah kesehatan secara langsung dan resiko relative yang
ada hubungannya dengan paparan yang diteliti
- Menyajikan informasi yang umumnya lebih umumunya lebih mudah dimengerti oleh meraka yang
bukan ahli epidemiologi
- Tidak perlu menahan perlakuan seperti pada randomizes clinical trial

2.3.5 Kelemahan Studi Kohort


- Dibutuhkan subjek yang besar untuk penyakit yang jarang
- Relative lebih mahal
- Tindak lanjut mungkin sulit dan kehilangan pada tindak lanjut dapat mempengaruhi hasil penelitian
- Terancam adanya drop uot atau terjadinya perubahan intensitas pajanan atau factor resiko dapat
mengganggu analisis hasil
2.3.6 Contoh Kohort Terkait Gizi
Identitas Umum jurnal:
 judul : Pengaruh Pemberian Suplemen Zink Intrauterin
Terhadap Berat Badan Anak Di Kabupaten Takalar
 penulis : Meita A Kuncoro1, , Burhanuddin Bahar2, Abdul Salam2
 aliansi penulis : 1 Alumni Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
2 Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin
 Alamat Respondensi : amirah.kuncoro@gmail.com/08996773657
Pembahasan Penelitian
1. Pendahuluan
Namun padatahun 2002 terjadi peningkatan kembaliprevalensi gizi buruk dari 8,0% menjadi 8,3%pada
tahun 2003 dan kembali meningkatmenjadi 8,8% pada tahun 2005. Berdasarkanlaporan dari Dinas
Kesehatan seluruh Indonesiaterjadi penurunan kasus gizi buruk yaitu padatahun 2005 terdata 76.178
kasus kemudian turunmenjadi 50.106 kasus pada tahun 2006 dan 39.080 kasus pada tahun 2007
(Krisnasari, 2010).Kabupaten Takalar adalah daerah dengan prevalensi gizi kurang tertinggi yaitu
29.78% dibanding daerah lainnya, yaitu Enrekang 17.78% dan Maros 11.32%. Di Sulawesi Selatan
sekitar 44% mengalami kekurangan gizi, 14% gizi buruk, dan 17.6% dengan gizi kurang (Marhaeni,
2010).
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh riwayat
pemberian suplemen zink kepada ibu hamil terhadap pertambahan berat badan anak dengan
tinjauan usia 9 – 10 tahun.
2. Metode
 Penelitian dilakukan di beberapa kecamatan di Kabupaten Takalar, yaitu di KecamatanGalesong
Utara, Galesong, Pattopakang,Mangarabombang dan Patallassang
 Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian observasional dengan menggunakan
rancangan penelitian kohort retrospektif
 Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak usia 9 – 10 tahun yang ibunya sebelumnya telah
diintervensi dengan suplemen zink dan PMT, hanya diberikan PMT, dan tidak di intervensi (kelompok
kontrol) yang ada di KabupatenTakalarProvinsi Sulawesi Selatan pada (PenelitianTaslim NA tahun
2002).
 .Jumlah sampel terbaru dari hasil penelitian di lapangan tahun 2013 adalah sebesar 107 orang.
 Analisis yang digunakan antara lain; univariat, bivariat dan uji T sampel independen dan uji Chi square
3. Hasil Penelitian
tidak ada perbedaan petambahan berat badan anak antara yang diberikan intervensi suplemen zink
dan PMT, hanya diberikan PMT, dan tidak diberikan intervensi suplemen zink dan PMT.
Berdasarkan gambaran status gizi anak, status gizi tertinggi yang dimiliki adalah anak dengan status
gizi normal.Kelompok dengan riwayat suplementasi zink dan PMT (kelompok 1) memiliki paling banyak
anak dengan status gizi baik atau normal dengan jumlah anak sebanyak 34 orang (45.9%). Status gizi
kurang paling banyak dimiliki oleh kelompok kontrol (kelompok 3) sebanyak 11 orang (55%)
4. Pembahasan
Rerata Laju Pertambahan Berat Badan Berdasar Kelompok Kohor
Dari hasil uji statistic (Chi Square), didapatkan nilai signifikasi (p value) sebesar 0.10 yang berarti tidak
terdapat perbedaan yang nyata antara pertambahan berat badan anak yang diberikan intervensi
suplemen zink dan PMT, hanya diberikan PMT, dan tidak diberikan intervensi suplemen zink dan
PMT. Laju pertambahan berat badan yang tertinggi dimiliki oleh kelompok dengan riwayat
suplementasi zink+PMT dengan kenaikan berat badan rata-rata 0.19 kg per bulan.
Status Gizi Anak Berdasar Kelompok Kohor
.Hasil dari penelitian ini menunjukkan anak yang mendapatkan suplementasi zink dan PMT
intrauterin memiliki paling banyak anak dengan status gizi baik atau normal sebesar 45.9% dari 50
anak yang memiliki riwayat suplementasi zink dan PMT. Anak yang tidak diberikan suplementasi zink
dan PMT memiliki rata status gizi kurang (IMT/U -3 SD sampai dengan <-2 SD) dibandingkan dengan
dua kelompok lainnya.
5. Kesimpulan
Pertambahan berat badan anak yang mendapatkan riwayat suplementasi zink + PMT dan PMT
intrauterin sebagian besar termasuk status pertambahan berat badan yang normal sebesar 64% dan
61.1% dibandingkan dengan anak yang tidak mendapatkan riwayat suplementasi zink + PMT
intrauterin sebagian besar termasuk status pertambahan berat badan yang tidak normal sebesar
64.1%. Laju pertambahan berat badan anak yang memiliki riwayat suplementasi zink+PMT dan riwayat
pemberian PMT lebih baik dari pertumbuhan anak yang tidak memiliki riwayat keduanya (kelompok
kontrol). Status gizi anak yang memiliki riwayat suplementasi zink + PMT dan riwayat pemberian PMT
berdasarkan indeks IMT/U pada umumnya dalam kategori gizi baik dan normal dibandingkan dengan
anak yang tidak memiliki riwayat pemberian suplementasi zink dan PMT, namun masih ditemukan juga
anak dengan kategori sangat kurus dan kurus.
BAB 3 : KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Studi Cross Sectional merupakan penelitian yang dilakukan tanpa mengikuti perjalanan
penyakit tetapi hanya dilakukan pengamatan sesaat atau dalam suatu periode tertentu dan setiap
subjek subjek studi hanya dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian.
Studi kasus control adalah studi yang dimulai dengan mengidntifikasi kelompok dengan
penyeakit atau efek tertentu (kontrol), kemudian secararetrospektif diteliti factor resiko yang mungkin
sdapat menerangkan mengapa kasus terkena efek, sedangkan control tidak.
Studi kohort atau studi prospektif merupakan penelitian epidemiologi analitik yang mengkaji
hubungan antara factor resiko dengan efek atau penyakit.

3.2 Saran
Untuk lebih memahami mengenai desain penelitian dalam epidemiologi gizi, pembaca juga
dapat membaca dari referensi lain yang tidak penyusun cantumkan

Anda mungkin juga menyukai