PENDAHULUAN
ANALISIS
1
pendapat lain mengatakan bahwa, penelitian analitik yakni penelitian yang
mencari hubungan kausal, termasuk uji klinis dan studi etiologi.
Penelitian merupakan suatu hal yang erat hubungannya di bidang
kedokteran. Adapun cara seperti untuk mengetahui penyebab penyakit, faktor-
faktor yang berhubungan dengan suatu kondisi, ataupun ingin mengetahui
insidens atau prevalensi dari suatu penyakit memerlukan suatu penelitian. Salah
satunya yang banyak digunakan adalah penelitian analitik baik dalam jenis
observasional maupun interverensional. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui
apa yang dimaksud, manfaat, ciri-ciri, langkah-langkah dalam melaksanakannya,
serta keuntungan dan kerugian dari penelitian analitik, sehingga nantinya dapat
berguna dalam kehidupan mendatang baik bermanfaat secara umum, IPTEK,
maupun teoritis dalam perkembangan ilmu di dunia kedokteran.
1.2 Tujuan
1. Case-control/kasus-kontrol
2. Cohort/kohor
3. Cross sectional
1.3 Manfaat
Dengan mempelajari penelitian analitik yang terdapat pada modul ini, maka
dapat menjadi bekal bagi mahasiswa serta pembaca sebagai tambahan
pengetahuan serta berguna sebagai dasar dari teori dalam menghadapi kehidupan
klinik dan masa setelah menjadi dokter.
ANALISIS
2
BAB II
ISI
2.1 Skenario
Authors: Alisjahbana, B.; van Crevel, R.; Sahiratmadja, E.; den Heijer, M.; Maya, A.;
Istriana, E.; Danusantoso, H.; Ottenhoff, T. H. M.; Nelwan, R. H. H.; van der Meer, J.
W. M.
Source: The International Journal of Tuberculosis and Lung Disease, Volume 10,
Number 6, June 2006 , pp. 696-700(5)
Publisher: International Union Against Tuberculosis and Lung Disease
Abstract: SETTING: Diabetes mellitus is a known risk factor for tuberculosis (TB),
but no studies have been reported from South-East Asia, which has a high burden of
TB and a rapidly growing prevalence of diabetes.
RESULTS: Patients and control subjects had a similar age (median 30 years) and sex
distribution (52% male), but malnutrition was more common among TB patients
(median body mass index 17.7 vs. 21.5 kg/m2). HIV infection was uncommon (1.5%
of patients). Diabetes mellitus was present in 60 of 454 TB patients (13.2%) and 18
of 556 (3.2%) control subjects (OR 4.7; 95% CI 2.7–8.1). Adjustment for possible
ANALISIS
3
confounding factors did not reduce the risk estimates. Following anti-tuberculosis
treatment, hyperglycaemia reverted in a minority (3.7%) of TB patients.
CONCLUSION: Diabetes mellitus is strongly associated with TB in young and non-
obese subjects in an urban setting in Indonesia. This may have implications for TB
control and patient care in this region.
Abstrak : SETTING : Diabetes melitus merupakan faktor risiko yang telah diketahui
untuk tuberkulosis (TB) , tetapi belum ada penelitian telah dilaporkan dari Asia
Tenggara, di mana memiliki beban TB tinggi dan prevalensi diabetes yang
berkembang pesat.
TUJUAN : Untuk menguji apakah dan sejauh apa diabetes berhubungan dengan
peningkatan risiko TB di perkotaan di Indonesia .
HASIL : Pasien dan subyek kontrol memiliki usia (median 30 tahun) dan distribusi
seks (52% laki-laki) yang sama, tapi malnutrisi lebih umum pada pasien TB (indeks
massa tubuh rata-rata 17,7 vs 21,5 kg/m2 ). Infeksi HIV tidak umum (1,5% dari
pasien). Diabetes melitus ditemukan pada 60 dari 454 pasien TB (13,2%) dan 18 dari
ANALISIS
4
556 (3,2%) pada subyek kontrol (OR 4,7, 95% CI 2,7-8,1). Penyesuaian terhadap
variabel pengganggu tidak mengurangi estimasi risiko. Setelah pengobatan anti-TB,
jumlah penderita hiperglikemia menurun pada sebagian kecil (3,7%) pasien TB.
Kata kunci: Indonesia ; studi kasus - kontrol; diabetes mellitus tipe 2 ; paru ; odds
ratio; tuberkulosis
1. Studi kasus kontrol: jenis metode penelitian yang melibatkan pengamatan dari
suatu populasi atau sampel dengan cara retrospektif.
2. Confidence interval: Interval estimate parameter populasi dan digunakan
untuk menunjuk keandalan berpikiran
3. Prevalensi: proporsi penduduk yang ditemukan memiliki penyakit atau
masalah kesehatan terhadap seluruh penduduk
4. Odds ratio: ukuran besar efek, yang menggambarkan kekuatan hubungan
(asosiasi) antara dua variabel dikotom
5. Faktor risiko: variabel yang terkait dengan peningkatan risiko penyakit
6. Implikasi: hubungan langsung atau konsekuensi dari sesuatu
7. Variabel penggangu: variable yang dapat mempengaruhi dalam kata lain dapat
memperkuat dan memperlemah hubungan antara variabel dependen dan
independen.
ANALISIS
5
2.3 Step 2 Identifikasi Masalah
1. Digunakan saat efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada saat
ini, kemudian faktor risiko diidentifikasi adanya atau terjadinya pada waktu
yang lalu.
2. Ciri cirinya yaitu
a. Bersifat Retrospektif
b. Diawali dengan kelompok kasus dan bukan kelompok kontrol
c. Terdapat hipotesis spesifik yang harus diuji statistik
d. Resiko terpajan kasus dan kontrol sama
e. Yang dibandingkan adalah pengalaman terpajan faktor risiko dari kasus
dan kontrol
f. Memperkuat hubungan sebab akibat
g. Pengukuran besarnya risiko relatif hanya berdasarkan atas perkiraan
perhitungan odds ratio
3. Manfaatnya yaitu
a. Sangat efisien untuk penyakit yang jarang
b. Dapat mengetahui sebab akibat dari kasus yang baru dijumpai
ANALISIS
6
c. Bermanfaat untuk penyakit dengan fase laten yang panjang
ANALISIS
7
7. Karena risiko relatif tidak termasuk dalam perhitungan (rumus) estimasi
kasus.
Tujua
Desai
Penel
Penel
Masal
Identi
fikasi
itian
itian
ah
n
n
Deskr
Kuali
Anali
titatif
Kuan
ekata
ekata
Pend
Pend
iptif/
tatif/
tik
n
n
Anali
Penel
Kuali
Penel
Deskr
itian
Penel
Penel
itian
titatif
Kuan
tatif
itian
itian
iptif
tik
aratif
komp
Interv
sectiona
kasus
kasus
dari:
Studi
ensi
Seri
Cross
2. Cohort/kohort
3. Cross-sectional
ANALISIS
8
Pada tahap belajar mandiri ini, kami akan mencari dan menelaah referensi
untuk mendapatkan penjelasan mengenai Learning Objective yang telah dicapai.
Proses belajar mandiri di wajibkan terhadap setiap individu kelmpok.
DEFINISI
MANFAAT
ANALISIS
9
1. Sangat efisien untuk penelitian pada penyakit yang jarang terjadi.
Dalam hal ini, penelitian kohor tidak efisien karena membutuhkan
waktu yang lama dengan jumlah pengamatan yang besar.
CIRI-CIRI
4. Pada penelitian kasus kontrol terdapat hipotesis spesifik yang akan diuji
secara statistik.
ANALISIS
10
7. Pengukuran besarnya resiko relatif hanya didasarkan pada perkiraan
melalui perhitungan odds ratio.
c. Identifikasi kasus
Tahap pertama
ANALISIS
11
- variabel independen lain: pendidikan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak,
dan sebagainya
Tahap kedua
Tahap ketiga
Tahap keempat
Pemilihan subjek sebagai kontrol, yaitu pasangan ibu-ibu dengan anak balita
mereka. Pemilihan kontrol hendaknya didasarkan kepada kesamaan karakteristik
subjek pada kasus. Misalnya ciri-ciri masyarakatnya, sosial ekonominya, letak
geografisnya, dan sebagainya. Pada kenyataannya memang sulit untuk memilih
kelompok kontrol yang mempunyai karakteristik yang sama dengan kelompok
kasus. Oleh sebab itu sebagian besar ciri-ciri tersebut kiranya dapat dianggap
mewakili.
Tahap kelima
Melakukan pengukuran secara retrospektif, yaitu dari kasus (anak balita yang
malnutrisi) itu diukur atau ditanyakan kepada ibunya dengan menggunakan
metode “recall” mengenai perilaku atau kebiasaan memberikan makanan kepada
anaknya. Recall di sini maksudnya menanyakan kepada ibu anak balita kasus
ANALISIS
12
tentang jenis-jenis makanan serta jumlahnya yang diberikan kepada anak balita
selama periode tertentu. Biasanya menggunakan metode 24 jam (24 hours recall).
Tahap keenam
Keuntungan
ANALISIS
13
5. Metode penelitian kasus-kontrol tidak dipengaruhi faktor etisseperti pada
penelitian eksperimental karena apa dan penelitian kasus-kontrol intervensi
tidak dilakukan oleh peneliti.
Kerugian
1. Data tentang pengalaman terpajan oleh faktor risiko diperoleh dari hasil
wawancara dengan mengingat kejadian masa lalu yang lama hingga dapat
menimbulkan recall bias sedangkan data yang berasal dari rekam medis
sering tidak lengkap.
ANALISIS
14
2. COHORT/KOHOR
DEFINISI
Penelitian Kohor adalah rancangan penelitian epidemiologi analitik
observasional yang mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit,
dengan cara membandingkan kelompok terpapar dan kelompok tidak
terpapar berdasarkan status penyakit. Penelitian kohor disebut juga
penelitian prospektif yang merupakan salah satu penelitian longitudinal
dengan mengikuti proses perjalanan penyakit ke depan berdasarkan urutan
waktu.
Penelitian Kohor bertujuan mencari adanya hubungan sebab akibat
dengan membandingkan insidens penyakit pada kelompok studi yg terpajan
oleh faktor risiko dgn insidens penyakit pada kelompok yang tidak terpajan
oleh fakto risiko sebagai kontrol.
MANFAAT
Berdasarkan tujuannya penelitian kohor bermanfaat sebagai berikut.
1. Penelitian kohor dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan
normal (ontogenik) yang terjadi dengan berjalannya waktu karena
intervensi yang dilakukan oleh alam berupa “waktu”. Misalnya,
mempelajari pertumbuhan dan perkembangan anak selama 5 tahun
sejak dilahirkan.
2. Penelitian ini dapat pula digunakan untuk mempelajari timbulnya
penyakit secara alamiah akibat pemajanan (patogenik) yang
dilakukan oleh orang yang bersangkutan secara sengaja, misalkan
merokok atau tidak sengaja memakan makanan atau minuman yang
tercemari bakteri patogen. Misalnya mempelajari hubungan antara
ANALISIS
15
rokok dan penyakit jantung koroner atau mempelajari terjadinya
kejadian luar biasa pada keracunan makanan.
3. Penelitian kohor dapat digunakan untuk mempelajari perjalanan klinis
suatu penyakit (patogresif), misalnya perkembangan penyakit
karsinoma payudara.
4. Rancangan penelitian ini dapat digunakan untuk mempelajari
hubungan sebab-akibat.
CIRI-CIRI
1. Bersifat observasional
2. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
3. Disebut sebagai studi insidens
4. Terdapat kelompok kontrol
5. Terdapat hipotesis spesifik
6. Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif
7. Untuk kohor retrospektif, sumber datanya menggunakan data sekunder
LANGKAH – LANGKAH
Secara garis besar, protokol penelitian kohor terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai
berikut.
1. Pertanyaan penelitian.
2. Tujuan penelitian.
3. Hipotesis penelitian.
6. Menentukan insidens.
ANALISIS
16
7. Perkiraan besar sampel.
9. Analisis data.
KEUNTUNGAN
KERUGIAN
ANALISIS
17
1. Pada umumnya, penelitian prospektif membutuhkan waktu yang sangat
lama, misalnya penelitian hubungan antara gaya hidup dengan timbulnya
berbagai macam karsinoma di Jepang membutuhkan waktu 16 tahun atau
penelitian tentang hubungan antara alkohol dengan hemorrage stroke yang
membutuhkan waktu 12 tahun.
2. Membutuhkan biaya dan tenaga yang besar. Sebagai akibat dari besarnya
sampel yang dibutuhkan dan lamanya penelitian, dibutuhkan biaya yang
besar dan untuk mengadakan pengamatan dibutuhkan lebih banyak tenaga.
4. Tidak efesien untuk penyakit yang jarang terjadi atau penyakit dengan fase
laten yang panjang.
5. Sering kali sering sulit untuk menpertahankan subjek studi agar tetap dalam
penelitian, terutama bila pengamatan dilakukan berulang-ulang dan
membutuhkan waktu yang lama karena penderita menjadi bosan.
3. CROSS SECTIONAL
DEFINISI
ANALISIS
18
TUJUAN DAN MANFAAT
CIRI-CIRI
a. Pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau satu periode tertentu
dan pengamatan subjek studi hanya dilakukan satu kali selama satu
penelitian.
Kelebihan :
1. Desain ini relatif mudah, murah, dan hasilnya dapat cepat diperoleh.
2. Memungkinakan penggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak hanya pasien
yang mencari pengobatan, dengan demikian maka generalisasinya cukup
memadai.
3. Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus.
4. Jarang terancam loss to follow up (drop out).
5. Dapat dimasukkan kedalam tahapan pertama suatu penelitian kohor atau
eksperimen tanpa atau dengan sedikit menambah biaya.
6. Dapat dipakai sebagai dasar penelitian selanjutnya yang bersifat lebih
konklusif.
Kekurangan :
1. Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data resiko dan efek
dilakukan pada satu saat yang bersamaan.
2. Studi prevalens lebih banyak menjaring subjek dengan masa sakit yang panjang
daripada yang mempunyai masa sakit yang pendek, karena individu yang cepat
sembuh atau cepat meninggal mempunyai kesempatan yang lebih kecil untuk
terjaring.
3. Dibutuhkan jumlah subjek yang cukup banyak terutama bila variabel yang
dipelajari banyak.
4. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidens, maupun prognosis.
5. Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang, misalnya kanker lambung.
6. Mungkin terjadi bias prevalens atau bias insidens karena efek suatu faktor resiko
selama periode tertentu dapat disalahtafsirkan sebagai efek penyakit.
ANALISIS
21
Keunggulan dan kelemahan
Keunggulan
a. Mudah dilaksanankan
b. Sederhana
Kelemahan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
ANALISIS
22
Penelitian analitik merupakan suatu penelitian yang mencari
hubungan kausal, termasuk uji klinis dan studi etiologi.. Penelitian ini
sendiri digolongkan menjadi dua jenis yaitu penelitian intervensional
yang merupakan desain penelitian yang mengeksplorasi hubungan antara
intervensi dan outcome dan penelitian observasional yang merupakan
desain penelitian yang menghubungkan antara faktor risiko dan penyakit,
serta bersifat tidak melakukan intervensi atau manipulasi faktor-faktor
yang diteliti tapi hanya mengamati kejadian alamiah dan menjelaskan
hasil observasinya serta hubungan antar faktor.
3.2 Saran
ANALISIS
23
Dengan memahami LO yang didapat, penulis menyarankan pembaca
dapat termotivasi untuk mendalami materi yang kami ulas, sehingga nantinya
saat diklinik atau rotasi klinik para mahasiswa dapat menerapkannya.
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik dari segi
diskusi kelompok, penulisan tugas tertulis dan sebagainya, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan sarannya.
ANALISIS
24