Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada hakekatnya sebuah penelitian adalah pencarian jawaban dari


pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya oleh peneliti. Selanjutnya hasil
penelitian akan berupa jawaban atas pertanyaan yang diajukan pada saat
dimulainya penelitian. Untuk menghasilkan jawaban tersebut dilakukan
pengumpulan, pengolahan dan analisis data dengan menggunakan metode
tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa satu ciri khas penelitian adalah
bahwa penelitian merupakan proses yang berjalan secara terus-menerus hal
tersebut sesuai dengan kata aslinya dalam bahasa inggris yaitu research, yang
berasal dari kata re dan search yang berarti pencarian kembali.
Biasanya, begitu seorang peneliti mendapatkan ide adanya masalah atau
pertanyaan tertentu, maka pada saat itu juga seorang peneliti mungkin sudah
mempunyai jawaban sementara atas masalah itu. Dengan demikian seorang
peneliti harus berfikir : Apakah masalah yang sedang terjadi, apakah pertanyaan
yang ingin dicari jawabnya, atau apakah hipotesis yang akan diuji. Dalam
melakukan penelitian, berbagai macam metode digunakan seiring dengan
rancangan penelitian yang digunakan. Beberapa pertanyaan yang perlu dijawab
dalam menyusun rancangan penelitian diantaranya adalah: Pendekatan apa yang
akan digunakan, metode penelitian dan cara pengumpulan data apa yang dapat
digunakan dan bagaimana cara menganalisis data yang diperoleh.
Yang perlu diperhatikan bahwa sifat masalah akan menentukan cara-
cara pendekatan yang sesuai, dan akhirnya akan menentukan rancangan
penelitiannya.Salah satunya adalah penelitian yang bersifat analitik. Penelitian
analitik merupakan penelitian yang mencari hubungan antar-variabel. Ada

ANALISIS
1
pendapat lain mengatakan bahwa, penelitian analitik yakni penelitian yang
mencari hubungan kausal, termasuk uji klinis dan studi etiologi.
Penelitian merupakan suatu hal yang erat hubungannya di bidang
kedokteran. Adapun cara seperti untuk mengetahui penyebab penyakit, faktor-
faktor yang berhubungan dengan suatu kondisi, ataupun ingin mengetahui
insidens atau prevalensi dari suatu penyakit memerlukan suatu penelitian. Salah
satunya yang banyak digunakan adalah penelitian analitik baik dalam jenis
observasional maupun interverensional. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui
apa yang dimaksud, manfaat, ciri-ciri, langkah-langkah dalam melaksanakannya,
serta keuntungan dan kerugian dari penelitian analitik, sehingga nantinya dapat
berguna dalam kehidupan mendatang baik bermanfaat secara umum, IPTEK,
maupun teoritis dalam perkembangan ilmu di dunia kedokteran.

1.2 Tujuan

Dalam pembelajaran modul 3 ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan


dan memahami mulai dari definisi, manfaat, ciri-ciri, langkah-langkah serta
keuntungan dan kerugian dari:

1. Case-control/kasus-kontrol

2. Cohort/kohor

3. Cross sectional

1.3 Manfaat

Dengan mempelajari penelitian analitik yang terdapat pada modul ini, maka
dapat menjadi bekal bagi mahasiswa serta pembaca sebagai tambahan
pengetahuan serta berguna sebagai dasar dari teori dalam menghadapi kehidupan
klinik dan masa setelah menjadi dokter.

ANALISIS
2
BAB II

ISI

2.1 Skenario

Diabetes mellitus is strongly associated with tuberculosis in Indonesia

Authors: Alisjahbana, B.; van Crevel, R.; Sahiratmadja, E.; den Heijer, M.; Maya, A.;
Istriana, E.; Danusantoso, H.; Ottenhoff, T. H. M.; Nelwan, R. H. H.; van der Meer, J.
W. M.
Source: The International Journal of Tuberculosis and Lung Disease, Volume 10,
Number 6, June 2006 , pp. 696-700(5)
Publisher: International Union Against Tuberculosis and Lung Disease

Abstract: SETTING: Diabetes mellitus is a known risk factor for tuberculosis (TB),
but no studies have been reported from South-East Asia, which has a high burden of
TB and a rapidly growing prevalence of diabetes.

OBJECTIVE: To examine if and to what extent diabetes is associated with an


increased risk of TB in an urban setting in Indonesia.

DESIGN: Case-control study comparing the prevalence of diabetes mellitus (fasting


blood glucose level >126 mg/dl) among newly diagnosed pulmonary TB patients and
matched neighbourhood controls.

RESULTS: Patients and control subjects had a similar age (median 30 years) and sex
distribution (52% male), but malnutrition was more common among TB patients
(median body mass index 17.7 vs. 21.5 kg/m2). HIV infection was uncommon (1.5%
of patients). Diabetes mellitus was present in 60 of 454 TB patients (13.2%) and 18
of 556 (3.2%) control subjects (OR 4.7; 95% CI 2.7–8.1). Adjustment for possible

ANALISIS
3
confounding factors did not reduce the risk estimates. Following anti-tuberculosis
treatment, hyperglycaemia reverted in a minority (3.7%) of TB patients.
CONCLUSION: Diabetes mellitus is strongly associated with TB in young and non-
obese subjects in an urban setting in Indonesia. This may have implications for TB
control and patient care in this region.

Keywords: Indonesia; case-control study; diabetes mellitus type 2; pulmonary;


relative odds; tuberkulosis

Diabetes melitus sangat berhubungan dengan tuberkulosis di Indonesia

Penulis : Alisjahbana , B. ; van Crevel , R. ; Sahiratmadja , E. ; den Heijer , M. ;


Maya, A. ; Istriana , E. ; Danusantoso , H. ; Ottenhoff , T. H. M. ; Nelwan , R. H. H. ;
van der Meer , J. W. M. Sumber : The International Journal of Tuberculosis and Lung
Disease , Volume 10 , Nomor 6 , Juni 2006, hlm 696-700 ( 5 ) Penerbit : International
Union Against Tuberculosis dan Lung Disease

Abstrak : SETTING : Diabetes melitus merupakan faktor risiko yang telah diketahui
untuk tuberkulosis (TB) , tetapi belum ada penelitian telah dilaporkan dari Asia
Tenggara, di mana memiliki beban TB tinggi dan prevalensi diabetes yang
berkembang pesat.

TUJUAN : Untuk menguji apakah dan sejauh apa diabetes berhubungan dengan
peningkatan risiko TB di perkotaan di Indonesia .

DESAIN : Studi kasus - kontrol membandingkan prevalensi diabetes melitus (kadar


glukosa darah puasa > 126 mg / dl ) di antara pasien yang baru didiagnosis TB paru
dan kontrol tetangganya yang dipasangkan.

HASIL : Pasien dan subyek kontrol memiliki usia (median 30 tahun) dan distribusi
seks (52% laki-laki) yang sama, tapi malnutrisi lebih umum pada pasien TB (indeks
massa tubuh rata-rata 17,7 vs 21,5 kg/m2 ). Infeksi HIV tidak umum (1,5% dari
pasien). Diabetes melitus ditemukan pada 60 dari 454 pasien TB (13,2%) dan 18 dari

ANALISIS
4
556 (3,2%) pada subyek kontrol (OR 4,7, 95% CI 2,7-8,1). Penyesuaian terhadap
variabel pengganggu tidak mengurangi estimasi risiko. Setelah pengobatan anti-TB,
jumlah penderita hiperglikemia menurun pada sebagian kecil (3,7%) pasien TB.

KESIMPULAN : Diabetes melitus sangat berhubungan dengan TB pada dewasa


muda dan non-obesitas di perkotaan di Indonesia. Hal ini mungkin memiliki
implikasi untuk pengendalian TB dan perawatan pasien di daerah ini .

Kata kunci: Indonesia ; studi kasus - kontrol; diabetes mellitus tipe 2 ; paru ; odds
ratio; tuberkulosis

Teks lengkap dapat diunduh di http://goo.gl/Vtev9q

2.2 Step 1 Identifikasi Istilah

1. Studi kasus kontrol: jenis metode penelitian yang melibatkan pengamatan dari
suatu populasi atau sampel dengan cara retrospektif.
2. Confidence interval: Interval estimate parameter populasi dan digunakan
untuk menunjuk keandalan berpikiran
3. Prevalensi: proporsi penduduk yang ditemukan memiliki penyakit atau
masalah kesehatan terhadap seluruh penduduk
4. Odds ratio: ukuran besar efek, yang menggambarkan kekuatan hubungan
(asosiasi) antara dua variabel dikotom
5. Faktor risiko: variabel yang terkait dengan peningkatan risiko penyakit
6. Implikasi: hubungan langsung atau konsekuensi dari sesuatu
7. Variabel penggangu: variable yang dapat mempengaruhi dalam kata lain dapat
memperkuat dan memperlemah hubungan antara variabel dependen dan
independen.

ANALISIS
5
2.3 Step 2 Identifikasi Masalah

1. Kapan digunakan Kasus Kontrol?


2. Apa ciri ciri Kasus Kontrol?
3. Apa manfaat Kasus Kontrol?
4. Apa keuntungan dan kerugian Kasus Kontrol?
5. Bagaimana melakukan Kasus Kontrol?
6. Apa metode penelitian analitik lainnya selain Kasus Kontrol?
7. Mengapa penyesuaian terhadap variabel pengganggu tidak mengurangi
estimasi risiko?

2.4 Step 3 Analisis Masalah

1. Digunakan saat efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada saat
ini, kemudian faktor risiko diidentifikasi adanya atau terjadinya pada waktu
yang lalu.
2. Ciri cirinya yaitu
a. Bersifat Retrospektif
b. Diawali dengan kelompok kasus dan bukan kelompok kontrol
c. Terdapat hipotesis spesifik yang harus diuji statistik
d. Resiko terpajan kasus dan kontrol sama
e. Yang dibandingkan adalah pengalaman terpajan faktor risiko dari kasus
dan kontrol
f. Memperkuat hubungan sebab akibat
g. Pengukuran besarnya risiko relatif hanya berdasarkan atas perkiraan
perhitungan odds ratio

3. Manfaatnya yaitu
a. Sangat efisien untuk penyakit yang jarang
b. Dapat mengetahui sebab akibat dari kasus yang baru dijumpai
ANALISIS
6
c. Bermanfaat untuk penyakit dengan fase laten yang panjang

4. Penelitian case control mempunyai kelebihan sebagai berikut


• Lebih murah dan lebih cepat, dibandingkan desain analitik lain.
• Bermanfaat untuk mempelajari penyakit dengan periode laten yang
panjang.
• Bermanfaat untuk mempelajari kasus yang jarang, karena subyek dipilih
berdasar status penyakitnya.
• Berguna untuk investigasi berbagai pajanan secara simultan.

Sedangkan kekurangannya adalah

• Tidak sesuai untuk mengevaluasi pajanan yang jarang, kecuali jumlah


subyek sangat banyak .
• Penghitungan insiden penyakit pada kelompok yang terpajan dan tidak
terpajan tidak dapat dilakukan, kecuali penelitian case-control yang
dilakukan population-based.
• Hubungan antara pajanan dan penyakit hanya sementara
• Rentan terhadap bias.
5. Protokol penelitiannya adalah :
a. Identifikasi variabel penelitian .
b. Menetapkan subjek penelitian populasi dan sampel .
c. Identifikasi kasus .
d. Pemilihan subjek sebagai kontrol .
e. Melakukan pengukuran retrospektif.
f. Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi antara variabel
objek penelitian dengan variabel kontrol.
6. Selain kasus kontrol terdapat penelitian analitik kohort dan cross sectional

ANALISIS
7
7. Karena risiko relatif tidak termasuk dalam perhitungan (rumus) estimasi
kasus.

2.5 Step 4 Strukturisasi Konsep

Tujua
Desai
Penel

Penel

Masal

Identi
fikasi
itian

itian

ah
n

n
Deskr

Kuali
Anali

titatif
Kuan

ekata
ekata

Pend
Pend
iptif/

tatif/
tik

n
n
Anali

Penel

Kuali

Penel
Deskr
itian

Penel

Penel

itian
titatif
Kuan

tatif
itian

itian
iptif
tik

2.6 Step 5 Sasaran Pembelajaran

Mempelajari Definisi, c iri cirri, manfaat, keuntungan dan kerugian, protokol


vasi
Obser

aratif
komp
Interv

sectiona

kasus

kasus

dari:
Studi
ensi

Seri
Cross

1. Case Control/ Kasus Kontrol


l

2. Cohort/kohort
3. Cross-sectional

2.7 Step 6 Belajar Mandiri

ANALISIS
8
Pada tahap belajar mandiri ini, kami akan mencari dan menelaah referensi
untuk mendapatkan penjelasan mengenai Learning Objective yang telah dicapai.
Proses belajar mandiri di wajibkan terhadap setiap individu kelmpok.

2.8 Step 7 Sintesis

1. CASE-CONTROL / KASUS KONTROL

DEFINISI

Penelitian kasus-kontrol merupakan penelitian epidemiologis analitik


observasional yang menelaah hubungan antara efek (Penyakit atau kondisi
kesehatan) dengan faktor risiko tertentu. Penelitian ini dapat dipergunakan
untuk menilai berapa besarkah peranan suatu faktor risiko dalam kejadian
penyakit.

Pada studi kasus-kontrol di mulai dengan identifikasi pasien dengan


penyakit tertentu ( yang disebut dengan kasus) dan kelompok tanpa efek
( disebut kontrol), kemudian secara retrospektif ditelusuri faktor risiko yang
dapat menerangkan mengapa kasus terkena efek, sedangkan kontrol tidak.

MANFAAT

Studi kasus-kontrol dapat memberikan sumbangan yang bermakna


dalam berbagai aspek kedokteran klinis, terutama bagi penyakit-penyakit atau
kondisi yang jarang atau amat jarang ditemukan, seperti kebanyakan kasus
keganasan. Secara umum, penelitian ini sangat bermanfaat dalam hal:

ANALISIS
9
1. Sangat efisien untuk penelitian pada penyakit yang jarang terjadi.
Dalam hal ini, penelitian kohor tidak efisien karena membutuhkan
waktu yang lama dengan jumlah pengamatan yang besar.

2. Bermanfaat untuk mengetahui sebab-akibat pada penyakit-penyakit


yang baru yang sebelumnya pernah ditemukan.

3. Bermanfaat pada penelitian penyakit dengan fase laten yang


panjang. Misalnya pada hubungan antara rokok dan karsinoma
paru.

CIRI-CIRI

1. Merupakan penelitian observasional yang bersifat retrospektif yang


berarti mengikuti perjalanan penyakit ke arah belakang berdasarkan
urutan waktu atau dari AKIBAT ke SEBAB.

2. Penelitian diawali dengan kelompok kasus yaitu penderita penyakit


yang akan diteliti dan kelompok bukan penderita sebagai kontrol.

3. Kelompok kontrol digunakan untuk memperkuat adanya hubungan


sebab akibat.

4. Pada penelitian kasus kontrol terdapat hipotesis spesifik yang akan diuji
secara statistik.

5. Kelompok kontrol mempunyai risiko terpajan yang sama dengan


kelompok kasus.

6. Pada penelitian kasus-kontrol, yang dibandingkan ialah pengalaman


terpajan oleh faktor risiko antara kelompok kasus debgan kelompok
kontrol.

ANALISIS
10
7. Pengukuran besarnya resiko relatif hanya didasarkan pada perkiraan
melalui perhitungan odds ratio.

Tahap-tahap penelitian case control ini adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor risiko dan efek)

b. Menetapkan objek penelitian (populasi dan sampel)

c. Identifikasi kasus

d. Pemilihan subjek sebagai control

e. Melakukan pengukuran “retrospekstif” (melihat ke belakang) untuk melihat


faktor risiko

f. Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi antara variabel-variabel


objek penelitian dengan variabel-variabel kontrol

Contoh sederhana: penelitian ingin membuktikan hubungan antara malnutrisi


(kekurangan gizi) pada anak balita dengan perilaku pemberian makanan oleh ibu.

Tahap pertama

Mengidentifikasi variabel dependen (efek) dan variabel-variabel independen


(faktor risiko)

- variabel dependen: malnutrisi

- variabel independen: perilaku ibu dalam memberikan makanan

ANALISIS
11
- variabel independen lain: pendidikan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak,
dan sebagainya

Tahap kedua

Menetapkan objek penelitian, yaitu populasi dan sampel penelitian. Objek


penelitian di sini adalah pasangan ibu dan anak balitanya. Namun demikian perlu
dibatasi pasangan ibu dan balita daerah mana yang menjadi populasi dan sampel
penelitian ini.

Tahap ketiga

Mengidentifikasi kasus, yaitu anak balita yang menderita malnutrisi. Yang


dimaksud kasus di sini adalah anak belita yang memenuhi kriteria malnutrisi yang
telah ditetapkan, misalnya berat per uurnya kurang dari 75% standar Harvard.
Kasus diambil dari populasi yang telah ditetapkan.

Tahap keempat

Pemilihan subjek sebagai kontrol, yaitu pasangan ibu-ibu dengan anak balita
mereka. Pemilihan kontrol hendaknya didasarkan kepada kesamaan karakteristik
subjek pada kasus. Misalnya ciri-ciri masyarakatnya, sosial ekonominya, letak
geografisnya, dan sebagainya. Pada kenyataannya memang sulit untuk memilih
kelompok kontrol yang mempunyai karakteristik yang sama dengan kelompok
kasus. Oleh sebab itu sebagian besar ciri-ciri tersebut kiranya dapat dianggap
mewakili.

Tahap kelima

Melakukan pengukuran secara retrospektif, yaitu dari kasus (anak balita yang
malnutrisi) itu diukur atau ditanyakan kepada ibunya dengan menggunakan
metode “recall” mengenai perilaku atau kebiasaan memberikan makanan kepada
anaknya. Recall di sini maksudnya menanyakan kepada ibu anak balita kasus
ANALISIS
12
tentang jenis-jenis makanan serta jumlahnya yang diberikan kepada anak balita
selama periode tertentu. Biasanya menggunakan metode 24 jam (24 hours recall).

Tahap keenam

Melakukan pengolahan dan analisis data. Analisis data dilakukan dengan


membandingkan proporsi perilaku ibu yang baik dan yang kurang baik dalam hal
memberikan makanan kepadaa anaknya pada kelompok kasus, dengan proporsi
perilaku ibu yang sama pada kelompok kontrol. Dari sini akan diperoleh bukti
atau tidak adaya hubungan antara perilaku pemberian makanan dengan malnutrisi
pada anak balita.

Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan

1. Metode penelitian kasus-kontrol sangat sesuai untuk penelitian penyakit


yang jarang terjadi atau penyakit dengan fase latenyang panjang, misalnya
hubungan antara rokok dan karsinoma paru atau hubungan kontrasepsi oral
dan karsinoma payudara.

2. Pelaksanaan penelitian kasus-kontrol relatif lebih cepat dibandingkan


penelitian kohor karena penelitian diawali dengan kelompok penderita tanpa
harus menunggu insidens seperti pada penelitian kohor.

3. Biaya yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian kasus-kontrol relatif


lebih kecil dibandingkan dengan mengadakan penelitian kohor.

4. Perkiraan besarnya sampel yan dibutuhkan pada penelitian kasus-kontrol


lebih kecil dibandingkan dengan penelitian kohor.

ANALISIS
13
5. Metode penelitian kasus-kontrol tidak dipengaruhi faktor etisseperti pada
penelitian eksperimental karena apa dan penelitian kasus-kontrol intervensi
tidak dilakukan oleh peneliti.

6. Data yang ada dapat dimanfaatkan, terutama bila penelitian dilakukan


dengan basis rumah sakit.

7. Dapat digunakan sebagai penelitian pendahuluan terhadap penyakit yang


belum diketahui penyebabnya.

Kerugian

Disamping beberapa keuntungan yang telah disebutkan, penelitian kasus


kontrol juga mempunyai kerugian.

1. Data tentang pengalaman terpajan oleh faktor risiko diperoleh dari hasil
wawancara dengan mengingat kejadian masa lalu yang lama hingga dapat
menimbulkan recall bias sedangkan data yang berasal dari rekam medis
sering tidak lengkap.

2. Validasi terhadap informasi yang diperoleh sulit bahkan tidak mungkin


dilakukan.

3. Pengendalian terhadap faktor perancu(confounding factors) sulit dilakukna


dengan lengkap.

4. Kadang-kadang sulit untuk mendapatkan kelompok kontrol yang sesuai


dengan tujuan penelitian.

Penelitian kasus-kontrol tidak dapat digunakan untuk mengukur insidens dan


tidak sesuai untuk mengadakan evalluasi hasil pengobatan.

ANALISIS
14
2. COHORT/KOHOR

DEFINISI
Penelitian Kohor adalah rancangan penelitian epidemiologi analitik
observasional yang mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit,
dengan cara membandingkan kelompok terpapar dan kelompok tidak
terpapar berdasarkan status penyakit. Penelitian kohor disebut juga
penelitian prospektif yang merupakan salah satu penelitian longitudinal
dengan mengikuti proses perjalanan penyakit ke depan berdasarkan urutan
waktu.
Penelitian Kohor bertujuan mencari adanya hubungan sebab akibat
dengan membandingkan insidens penyakit pada kelompok studi yg terpajan
oleh faktor risiko dgn insidens penyakit pada kelompok yang tidak terpajan
oleh fakto risiko sebagai kontrol.

MANFAAT
Berdasarkan tujuannya penelitian kohor bermanfaat sebagai berikut.
1. Penelitian kohor dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan
normal (ontogenik) yang terjadi dengan berjalannya waktu karena
intervensi yang dilakukan oleh alam berupa “waktu”. Misalnya,
mempelajari pertumbuhan dan perkembangan anak selama 5 tahun
sejak dilahirkan.
2. Penelitian ini dapat pula digunakan untuk mempelajari timbulnya
penyakit secara alamiah akibat pemajanan (patogenik) yang
dilakukan oleh orang yang bersangkutan secara sengaja, misalkan
merokok atau tidak sengaja memakan makanan atau minuman yang
tercemari bakteri patogen. Misalnya mempelajari hubungan antara

ANALISIS
15
rokok dan penyakit jantung koroner atau mempelajari terjadinya
kejadian luar biasa pada keracunan makanan.
3. Penelitian kohor dapat digunakan untuk mempelajari perjalanan klinis
suatu penyakit (patogresif), misalnya perkembangan penyakit
karsinoma payudara.
4. Rancangan penelitian ini dapat digunakan untuk mempelajari
hubungan sebab-akibat.

CIRI-CIRI
1. Bersifat observasional
2. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
3. Disebut sebagai studi insidens
4. Terdapat kelompok kontrol
5. Terdapat hipotesis spesifik
6. Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif
7. Untuk kohor retrospektif, sumber datanya menggunakan data sekunder

LANGKAH – LANGKAH

Secara garis besar, protokol penelitian kohor terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai
berikut.

1. Pertanyaan penelitian.

2. Tujuan penelitian.

3. Hipotesis penelitian.

4. Menentukan polulasi studi dan kriteria subjek studi.

5. Menentukan kelompok kohor dan kelompok kontrol.

6. Menentukan insidens.
ANALISIS
16
7. Perkiraan besar sampel.

8. Mengadakan pengamatan dan pencatatan insidens.

9. Analisis data.

KEUNTUNGAN

Penelitian kohor mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut.

1. Penelitian prospektif dapat digunakan untuk menguji hipotesis tentang


hubungan faktor risiko yang diperkirakan sebagai penyebab timbulnya suatu
penyakit dengan akibatnya.

2. Dapat digunakan untuk menghitung rate insidens secara langsung.

3. Dapat digunakan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dengan


berjalannya waktu atau perjalanan penyakit alamiah.

4. Dapat digunakan untuk menghitung besarnya risiko kelompok terpajan dan


kelompok tidak terpajan hingga dapat dihitung resiko atrubut dan risiko
relatif atau population atributable rate (PAR).

5. Dapat bersifat deskriptif, misalnya, pengalaman pengobatan dengan obat baru


yang dicacat kemudian dianalisis.

6. Penelitian kohor dapat digunakan untuk mempelajari berbagai efek terhadap


suatu pajanan hingga dapat diperoleh informasi yang lebih mendalam.

KERUGIAN

Di samping beberapa keuntungan di atas, penelitian kohor juga mempunyai beberapa


kerugian sebagai berikut.

ANALISIS
17
1. Pada umumnya, penelitian prospektif membutuhkan waktu yang sangat
lama, misalnya penelitian hubungan antara gaya hidup dengan timbulnya
berbagai macam karsinoma di Jepang membutuhkan waktu 16 tahun atau
penelitian tentang hubungan antara alkohol dengan hemorrage stroke yang
membutuhkan waktu 12 tahun.

2. Membutuhkan biaya dan tenaga yang besar. Sebagai akibat dari besarnya
sampel yang dibutuhkan dan lamanya penelitian, dibutuhkan biaya yang
besar dan untuk mengadakan pengamatan dibutuhkan lebih banyak tenaga.

3. Lamanya pengamatan dan kemajuan yang pesat dalam bidang kedokteran


mengakibatkan perubahan pada masalah yang dihadapi sehingga hasil
penelitian jadi tidak relevan.

4. Tidak efesien untuk penyakit yang jarang terjadi atau penyakit dengan fase
laten yang panjang.

5. Sering kali sering sulit untuk menpertahankan subjek studi agar tetap dalam
penelitian, terutama bila pengamatan dilakukan berulang-ulang dan
membutuhkan waktu yang lama karena penderita menjadi bosan.

3. CROSS SECTIONAL

DEFINISI

Survey cross-sectional ialah suatu penelitian utnuk mempelajari korelasi


antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Penelitian cross sectional ini sering
juga disebut penelitian transversal, dan sering digunakan dalam penelitian-
penelitian epidemiologi.

ANALISIS
18
TUJUAN DAN MANFAAT

1. Tujuan Utama untuk mencari prevalensi satu atau beberapa penyakit


tertentu yang terdapat di masyarakan seperti pada studi deskriptif,
tetapi pada keadaan tertentu, dan dapat juga digunakan untuk
memperkirakan insidensi.

2. Memperkirakan adanya hubungan sebab-akibat pada penyakit-


penyakit dengan perubahan yang jelas.

3. Dapat digunakan tuntuk menghitung besarnya risiko tiap kelompok,


risiko relatif dan risiko atribut.

CIRI-CIRI

Ciri-ciri penelitian cross sectional yaitu sebagai berikut :

a. Pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau satu periode tertentu
dan pengamatan subjek studi hanya dilakukan satu kali selama satu
penelitian.

b. Perhitungan perkiraan besarnya sampel tanpa memperhatikan kelompok


yang terpajan atau tidak.

c. Pengumpulan data dapat diarahkan sesuai dengan kriteria subjek studi.


Misalnya hubungan antara Cerebral Blood Flow pada perokok, bekas
perokok dan bukan perokok.

d. Tidak terdapat kelompok kontrol dan tidak terdapat hipotesis spesifik.


ANALISIS
19
e. Hubungan sebab akibat hanya berupa perkiraan yang dapat digunakan
sebagai hipotesis dalam penelitian analitik atau eksperimental.

Langkah-langkah pada studi cross-sectional :

Protokol penelitiannya adalah :

a. Mengidentifikasi variabel yang akan diteliti

b. Menetapkan subjek penelitian atau populasi dan sampelnya.

c. Melakukan pengumpulan data, observasi atau pengukuran terhadap


variabel dependen, independen dan variabel yang dikendalikan secara
bersamaan dalam satu waktu

d. Mengolah dan menganalisis data dengan cara membandingkan antara


variabel independen dan variabel dependen

1. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai


Dalam studi cross-sectional analitik, hendaklah dikemukakan
hubungan antar variabel yang diteliti. Misalnya, apakah terdapat
hubungan antara tingkat pendidikan orangtua dengan kejadian enuresis
pada anaknya.
2. Mengidentifikasi variabel bebas dan tergantung
Perlu ditetapkan definisi operasional yang jelas mana yang
termasuk dalam faktor risiko yang diteliti (variabel independen), faktor
risiko yang tidak diteliti, serta efek yang dipelajari (variabel dependen).
3. Menetapkan subjek penelitian
4. Melaksanakan pengukuran
5. Melakukan analisis
ANALISIS
20
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN

Kelebihan :
1. Desain ini relatif mudah, murah, dan hasilnya dapat cepat diperoleh.
2. Memungkinakan penggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak hanya pasien
yang mencari pengobatan, dengan demikian maka generalisasinya cukup
memadai.
3. Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus.
4. Jarang terancam loss to follow up (drop out).
5. Dapat dimasukkan kedalam tahapan pertama suatu penelitian kohor atau
eksperimen tanpa atau dengan sedikit menambah biaya.
6. Dapat dipakai sebagai dasar penelitian selanjutnya yang bersifat lebih
konklusif.

Kekurangan :
1. Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data resiko dan efek
dilakukan pada satu saat yang bersamaan.
2. Studi prevalens lebih banyak menjaring subjek dengan masa sakit yang panjang
daripada yang mempunyai masa sakit yang pendek, karena individu yang cepat
sembuh atau cepat meninggal mempunyai kesempatan yang lebih kecil untuk
terjaring.
3. Dibutuhkan jumlah subjek yang cukup banyak terutama bila variabel yang
dipelajari banyak.
4. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidens, maupun prognosis.
5. Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang, misalnya kanker lambung.
6. Mungkin terjadi bias prevalens atau bias insidens karena efek suatu faktor resiko
selama periode tertentu dapat disalahtafsirkan sebagai efek penyakit.

ANALISIS
21
Keunggulan dan kelemahan

Keunggulan

a. Mudah dilaksanankan

b. Sederhana

c. Efektif dalam hal waktu

d. Hasil dapat diperoleh dengan cepat

e. Tidak perlu ada kontrol yang spesifik

Kelemahan

a. Diperlukan subjek penelitian yang besar

b. Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara akurat

c. Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan

d. Kesimpulan korelasi antara faktor risiko dengan faktor efek paling


lemah dibandingkan design penelitian analitik yang lain.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

ANALISIS
22
Penelitian analitik merupakan suatu penelitian yang mencari
hubungan kausal, termasuk uji klinis dan studi etiologi.. Penelitian ini
sendiri digolongkan menjadi dua jenis yaitu penelitian intervensional
yang merupakan desain penelitian yang mengeksplorasi hubungan antara
intervensi dan outcome dan penelitian observasional yang merupakan
desain penelitian yang menghubungkan antara faktor risiko dan penyakit,
serta bersifat tidak melakukan intervensi atau manipulasi faktor-faktor
yang diteliti tapi hanya mengamati kejadian alamiah dan menjelaskan
hasil observasinya serta hubungan antar faktor.

Penelitian observasional sendiri terdiri dari tiga macam:

1. Penelitian case-control/kasus control: Penelitian epidemiologis


analitik observasional yang menelaah hubungan antara efek
(Penyakit atau kondisi kesehatan) dengan factor risiko tertentu.
Penelitian ini lebih bersifat retrospektif atau melihat dari kejadian
yang sudah ada (akibat-sebab)

2. Penelitian cohort/kohort: penelitian epidemiologi analitik


observasional yang mempelajari hubungan antara paparan dan
penyakit, dengan cara membandingkan kelompok terpapar dan
kelompok tidak terpapar berdasarkan status penyakit. Penelitian ini
lebih bersifat prospektif atau melihat kedepan (sebab-akibat)

3. Penelitian cross-sectional: penelitian utnuk mempelajari korelasi


antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. .
Penelitian cross sectional ini sering juga disebut penelitian
transversal.

3.2 Saran
ANALISIS
23
Dengan memahami LO yang didapat, penulis menyarankan pembaca
dapat termotivasi untuk mendalami materi yang kami ulas, sehingga nantinya
saat diklinik atau rotasi klinik para mahasiswa dapat menerapkannya.
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik dari segi
diskusi kelompok, penulisan tugas tertulis dan sebagainya, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan sarannya.

ANALISIS
24

Anda mungkin juga menyukai