Tentang
Penelitian Epidemiologi Analitik
Oleh :
Dekha
Yatmi
Nabila
Suci Apsari
1411212032
1411212060
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah mengenai
Penelitian Epidemiologi Analitik dalam rangka memenuhi salah satu tugas
perkuliahan Telaah Artikel.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun tentunya mendapat banyak
bimbingan ataupun saran dan koreksian. Untuk itu, terima kasih penyusun ucapakan
kepada Dosen Pembimbing dan teman-teman yang telah bekerja sama dalam
kelompok belajar. Semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi
penyusun dan juga pembaca.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan di dalam
makalah ini. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Padang, Agustus 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB 1 : PENDAHULUAN..........................................................................................4
1.1 Latar Belakang....................................................................................................4
1.2 Perumusan Masalah............................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................4
BAB 2 : PEMBAHASAN............................................................................................5
2.1 Metode-Metode Penelitian Epidemiologi Analitik.............................................5
2.1.1 Studi Observasional.....................................................................................5
2.1.2 Studi Eksperimental...................................................................................14
2.2 Perbedaan Metode-Metode Penelitian Epidemiologi Analitik.........................14
2.3 Hasil Ukur dalam Metode-Metode Penelitian Epidemiologi Analitik.............22
BAB 3 : PENUTUP....................................................................................................25
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................25
3.2 Saran.................................................................................................................25
ii
BAB 1 : PENDAHULUAN
mengetahui
metode-metode
yang
terdapat
dalam
penelitian
epidemiologi analitik
2. Untuk mengetahui perbedaan yang terdapat dalam metode-metode penelitian
epidemiologi analitik
1. Untuk mengetahui hasil ukur dari metode-metode penelitian epidemiologi
analitik
3
4
BAB 2 : PEMBAHASAN
5
Dalam arti kata luas, studi cross sectional mencakup semua jenis penelitian
yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali, pada suatu saat.
Studi cross sectional dibagi dua jenis, yakni studi cross sectional deskriptif dan
analitik,
ia
dapat
semata-mata
bersifat
deskriptif,
jika
studi
ini
hanya
menggambarkan tentang paparan, prevalensi penyakit pada suatu populasi, dan juga
penelitian analitik, misalnya studi perbandingan antara kadar asam urat pada manula
yang normal dan kegemukan. Dengan kata lain, semua penelitian yang
pengukurannya hanya sekali, dapat disebut penelitian cross sectional.
Pada umumnya penelitian cross sectional disebut studi prevalensi dengan
tujuan mengadakan deskripsi subjek studi seperti pada penelitian deskriptif murni,
studi cross sectional dikatakan studi prevalensi karena variabel bebas (faktor risiko)
dan tergantung (efek) dinilai secara simultan pada suatu saat dan tidak ada follow up.
Meskipun studi ini lebih dikenal sebagai studi prevalensi tetapi dalam hal tertentu,
penelitian dengan pendekatan cross sectional dapat digunakan untuk analitik.
Penelitian klinis yang dilakukan di rumah sakit banyak menggunakan
pendekatan cross sectional dengan tujuan untuk mencari adanya hubungan antara
pajanan terhadap faktor risiko dan timbulnya penyakit akibat pajanan tersebut. Hal
ini dilakukan karena penelitian dengan pendekatan cross sectional untuk tujuan
analitis akan lebih cepat, lebih praktis dan efisien serta data yang telah ada dapat
dimanfaatkan walaupun terdapat beberapa kelemahan karena pengamatan sebab dan
akibat dilakukan pada saat bersamaan, tanpa urutan waktu yang lazim, yaitu sebab
mendahului akibat, yang merupakan salah satu syarat penting dalam menentukan
hubungan sebab akibat.
Walaupun penelitian analitik yang dilakukan dengan pendekatan cross
sectional sangat praktis dengan waktu penelitian yang pendek dan biaya yang relatif
kecil, tetapi mengingat kelemahan-kelemahan yang terjadi dan kesimpulan yang
ditarik mempunyai potensi untuk menimbulkan bias.
Hasil pengamatan studi cross sectional untuk mengidentifikasi faktor risiko
ini kemudian disusun dalam tabel 2x2. Untuk desain seperti ini biasanya yang
dihitung adalah rasio prevalensi, yakni perbandingan antara prevalens kejadian
penyakit atau efek pada subjek dari kelompok risiko, dengan prevalens penyakit atau
efek pada suatu subjek pada kelompok tanpa risiko.
Studi cross sectional hanyalah merupakan salah satu jenis studi observasional
untuk menentukan hubungan antara faktor risiko dan penyakit. Study cross sectional
untuk mempelajari etiologi suatu penyakit digunakan terutama untuk mempelajari
6
faktor risiko penyakit yang mempunyai onset lama (slow onset) dan lama sakit
(duration) yang panjang, sehingga biasanya pasien tidak mencari perawatan
kesehatan sampai penyakitnya relative cukup lanjut. Contoh penyakit di atas adalah
bronchitis kronik, TB paru, studi kohort kurang tepat digunakan untuk penyakit
tersebut karena diperlukan sampel besar, waktu untuk follow up yang sangat lama,
dan juga sulit untuk mengetahui saat mulainya penyakit (sulit untuk menentukan
insidennya). Sebaliknya peyakit yang memiliki lama sakit yang pendek tidak tepat
diteliti dengan pendekatan cross sectional oleh karena hanya sedikit jumlah kasus
yang akan diperoleh dalam kurun waktu pendek.
2. Studi Kasus Kontrol
Rancangan penelitian kasus kontrol merupakan suatu rancangan yang banyak
digunakan oleh ahli epidemiologi dalam penelitian epidemiologis, tetapi sebagian
klinisi kurang berminat melakukan penelitian ini karena bersifat retrospektif yaitu
peelitian yang mengikuti proses perjalanan penyakit kearah belakang berdasarkan
urutan waktu. Atau studi ini menganalisis hubungan kausal dengan menggunakan
logika terbalik, yaitu menentukan dulu penyakit, kemudian mengidentifikasi
penyebab.
Dalam urutan kekuatan hubungan sebab-akibat, desain kasus kontrol berada
dibawah desain eksperimental dan studi kohort, akan tetapi lebih kuat daripada studi
cross sectional, oleh karena pada studi kasus kontrol terdapat unsur waktu,
sedangkan pada studi cross sectional analitik tidak.
Studi kasus kontrol adalah studi yang dimulai dengan mengidentifikasi
kelompok dengan penyakit atau efek tertentu (kasus) dan kelompok tanpa efek
(kontrol), kemudian secara retrospektif diteliti faktor risiko yang mungkin dapat
menerangkan mengapa kasus terkena efek, sedangkan kontrol tidak. Pleh Feinstein,
desain kasus kontrol disebut juga studi trohoc, kebalikan dari cohort.
Pada studi kasus kontrol sekelompok kasus (pasien yang menderita penyakit
atau efek yang sedang diteliti) dibandingkan dengan kelompok kontrol (mereka yang
tidak menderita penyakit atau efek). Dalam penelitian ini ingin diketahui apakah
faktor risiko tertentu benar berpengaruh terhadap terjadinya efek yang diteliti.
Cara melakukan studi kasus kontrol
1. Menetapkan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai
2. Mendeskripsikan variabel penelitian: faktor risiko dan efek
3. Menentukan populasi terjangkau dan sampel (kasus kontrol)
4. Melakukan pengukuran variabel efek dan faktor risiko
5. Menganalisis data
penggunaan
pil
KB
8
2. Tentukan sumber kasus
a) Semua orang dengan penyakit tertentu pada suatu sarana
kesehatan tertentu dalam periode tertentu
b) Semua orang dengan kondisi tertentu pada suatu populasi yang
lebih umum seperti kota, kecamatan pada suatu waktu tertentu
c) Kasus baru, lebih disukai hanya menggunakan kasus-kasus yang
baru didiagnosa didalam periode tertentu untuk memudahkan
interpretasi data.
b. Penentuan kontrol
1. Tujuan mengadakan grup kontrol adalah untuk mengetahui angka
eksposure yang diharapkan terjadi pada grup kasus. Oleh karena itu,
kontrol harus sebanding dengan kasus dalam semua sifat variabel,
kecuali penyakit yang dipelajari. Perbedaan dalam angka exposure
yang terjadi akan menggambarkan hubungan yang benar antara
exposure dengan penyakit.
Syarat pemilihan kontrol:
a) Kontrol adalah subjek penelitian yang tidak mempunyai masalah
kesehatan atau kesudahan yang diteliti.
b) Kontrl harus mirip dengan kasus dalam hal potensi untuk terpapar
c) Kriteria yang dipakai untuk memilih kontrol harus sebanding
dalam semua hal dengan kriteria untuk memilih kasus, kecuali
bahwa kontrol tidak mempunyai masalah kesehatan yang diteliti
d) Oengambilan sampel atau populasi keseluruhan (kecuali kasus)
e) Dimatch dengan kasus dalam variabel tertentu agar pengendalian
perancu dalam analisis lebih efisien.
Asal kontrol: rumah skait, klink tempat praktek dokter,
masyarakat, dan populasi umum.
c. Matching
Adalah prosedur untuk memilih kelompok penelitian dan kelompok
pembanding sedemikian rupa sehingga mereka sebanding dalam hal
faktor-faktor luar: matching individual dan matching frekuensi.
Hal yang perlu diperhatikan dengan matching:
1. Matching pada variabel tertentu tidak memmungkinkan meneliti
hubungan antara variabel tersebut dengan kesudahan
2. Dapat memperberat pekerjaan yang harus dilakukan untuk
mendapatkan individu yang tidak mempunyai masalah kesehatan/
penyakit lainnnya
3. Dapat menimbulkan masalah pada waktu menginterpretasi data
4. Memerlukan matched analisis
9
3. Studi Kohort
Studi kohort atau studi prospektif merupakan penelitian epidemiologik
analitik yang mengkaji hubungan antara faktor risiko dengan efek atau penyakit.
Perkataan KOHORT berasal dari istilah Romawi kuno Cohort yang berarti
sekelompok tentara yang maju berbaris ke medan perang. Model pendekatan yang
digunakan pada rancangan penelitian cohort adalah pendekatan waktu secara
longitudinal atau time period approach, causa atau faktor risiko diidentifikasi
terlebih dahulu, kemudian subjek diikuti sampai periode waktu tertentu untuk
melihat terjadinya efek atau penyakit yang diteliti.
Pada studi kohort, sekelompok subjek penelitian yang belum mengalami
pajanan terhadap faktor risiko dan belum mengalami penyakit atau efek tertentu
diikuti secara prospektif. Secara alamiah terbagi ke dalam:
1. Kelompok dengan faktor risiko, dan
2. Kelompok tanpa faktor risiko.
Kemudian kedua kelompok tersebut diikuti sampai waktu tertentu untuk menentukan
terjadi atau tidaknya efek yang diteliti.
Jenis-jenis studi kohort
1. Studi kohort prospektif dengan kelompk pembanding internal
Adalah studi kohort dimana kohort yang dipilih sama sekali belum terpajan
faktor risiko serta belum mengalami efek.
2. Studi kohort prospektif dengan kelompk pembanding eksternal
Adalah studi kohort dimana subjek yang sudah terkena faktor risiko tetapi belum
mengalami efek, dan kelompok pembandingnya dipilih dari subjek yang lain
yang tanpa pajanan faktor risiko dan tanpa efek.
3. Studi kohort retrospektif
Adalah studi kohort dimana peneliti melakukan penelusuran terhadap
sekelompok kohort yang sudah mengalami efek.
4. Nested case control study
Adalah bentuk studi kohort dimana terdapat bentik studi kasus kontrol yang
bersarang (Nested). Data yang dipakai adalah data yang dioeroleh dari studi
kohort. Pada waktu merancang studi kohort
tertentu sebagai faktor risiko timbulnya penyakit atau efek, tetapi karena biaya
pemeriksaan mahal, maka variabel yang terdapat dalam bahan laboratorik yang
dapat disimpan yang layak yang dijadikan sebagai data faktor risiko yang
diselidiki. Kemudian diakhir penelitian, subjek yang dengan efek positif
10
dijadikan kasus dalam penelitian nested case control, kemudian kelompok
kontrol dicari dari antara subjek yang tidak terkena efek. Terhadap kelompok
kasus dan kontrol yang baru inilah dilakukan pemeriksaan serum yang
mengandung variabel yang diselidiki, sedangkan lainnya tidak diperiksa.
Langkah berikutnya adalah analisis hasil penelitian dilakukan pada studi kasus
kontrol.
Langkah-langkah pelaksanaan studi kohort
1. Merumuskan pertanyaan penelitian
Misalnya ingin menentukan apakah kebiasaan merokok pada ibu hamil
berhubungan dengan kejadian BBLR. Maka pertanyaan penelitiannya adalah
apakah kebiasaan merokok pada ibu hamil berhubungan dengan kejadian BBLR.
2. Menetapkan kohort
Pertimbangan yang digunakan adalah tersedianya kelompok subjek tanpa efek
tertentu sejak awal penelitian, subjek yang dipilih dari populasi yang memenuhi
kriteria pemilihan (eligibility criteria) yang terdiri dari kriteria inklusi dan
ekslusi.
Cara pemilihan kolompok terpapar (pembanding internal):
a. Uraian yang objektif dan tidak membingungkan mengenai apa yang
merupakan paparan
b. Deefinisi meliputi: tingkat paparan minimum yang dapat diterima
c. Kriteria eligibilitas lain untuk ikut penelitian
d. Individu tidak boleh mempunyai riwayat pernah mengalami kesudahan
e. Pertimbangkan untuk memakai lebih daari satu kelompok paparan
3. Memilih kontrol
Pada studi kohort prospektif dengan kohort internal, kelompok kontrol terbentuk
secara alamiah, yaitu bagian yang tidak terpajan dengan faktor risiko. Studi
kohort dengan kelompok pembanding internal mempunyai keuntungan yaitu:
a) Kedua kelompok berasal dari populasi yang sama
b) Terhadap kedua kelompok dilakukan follow up dengan prosedur yang sama.
Pada studi kohort pemilihan kontrol pada umumnya tidak diperlukan teknik
matching dengan kelompok terpajan terutama apabila subjek yang diteliti cukup
besar atau bila proporsi subjek dengan faktor risiko positif lebih besar. Namun
dalam beberapa hal tertentu teknik matching perlu dilakukan, misalnya peneliti
ingin mengetahui besarnya pengaruh paparan secara lebih akurat.
Cara pemilihan kontrol:
a. Mirip dengan kelompok terpapar kecuali dalam hal paparan yang diteliti
b. Kriteria umum yang sama untuk ikut dalam penelitian
c. Juga berisiko potensial untuk mengalami kesudahan yang diteliti
11
d. Mempunyai peluan yang sama dengan kelompok terpapar untuk
didiagnosis dengan kesudahan
e. Dalam populasi yang sama: maka sebaiknya ambil pop seluruhnya atau
sampel jenuh, tentukan status paparan tiap individu, klasifikasikan tiap
individu ke dalam kategori paparan sesuai
f. Kelompok yang lain mirip komposisinya tetapi tidak terpapar
g. Bandingkan kesudahan diantara subjek penelitian yang terpapar dengan
angka di populasi
4. Mengidentifikasi variabel penelitian
Variabel penelitian dalam studi kohort harus didefinisikan dengan jelas. Pada
penelitian kohort, faktor risiko dapat bersifat internal, yang menyebabkan
predisposisi atau sebagai predileksi timbulnya penyakit ataupun efek tertentu,
namun juga dapat berupa faktor risiko eksternal, yaitu faktor lingkungan yang
memudahkan individu terjangkit penyakit tertentu. Penyakit yang terjadi selalu
merupakan variabel dependent. Variable yang tidak diteliti juga harus
diidentifikasi, yang mungkin merupakan variabel perancu sehingga harus
diperhatikan, untuk disingkirkan dalam desain atau analisis.
1. Mengamati dan mengukur efek
Pengukuran paparan dapat dilakukan pada waktu mulai ikut penelitian
melalui metode wawancara, kuisioner, dan catatan yang ada. Pengukuran
paparan dapat mengkur frekuensi paparan lama, dosis an waktu apakh
paparannya sekali atau mengalami perubahan.
Pengamatan timbulnya efek dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
pengamatan tunggal dan pengamatan berkala. Pada pengamatan tunggal
pengamatan hanya dilakukan sekali saja yaitu pada akhir masa penelitian
sedangkan pengamatan berkala, tiap subjek diamati secara periodik menurut
interval waktu tertentu, termasuk pengamatan pada akhir penelitian. Penilaian
terhadap timbulnya efek harus dilakukan berdasarkan kriteria baku yang telah
disusun pada awal penelitian. Untuk mengurangi bias, idealnya peneliti tidak
boleh mengetahui apakah subjek yang dinilai termasuk kelompok kasus atau
kontrol, namun hal itu tidak mudah dilaksanakan.
2. Menganalisis hasil
Studi kohort, besarnya efek yang diperoleh menggambarkan insiden kejadian
pada tiap kelompok. Perbandingan insiden penyakit antara kelompok dengan
faktor risiko dengan kelompok tanpa risiko disebut risiko relatif atau rasio
risiko.
12
Seperti halnya studi cross sectional dan case control, maka interval
kepercayaan risiko relatif perlu disertakan, agar dapat dilakukan interpretasi
yang memadai. Interpretasi nilai RR, dengan interval kepercayaannya sama
dengan pada studi prevalens dan studi kasus kontrol.
2.1.2 Studi Eksperimental
Studi eksperimental merupakan penelitian di mana peneliti melakukan
kegiatan intervensi atau perlakuan khusus pada objek atau sasaran yang diteliti.
Dengan demikian, pada penelitian eksperimental peneliti dapat mengatur perlakuan
sesuai dengan keinginannya dan dapat mengamati proses kejadian secara langsung,
baik pada individu maupun pada kelompok. Secara garis besar, dikenal dua macam
penelitian
eksperimental,
yaitu:
penelitian
eksperimental
murni
(dengan
semu
meerupakan
penelitian
eksperimental
tanpa
13
perkiraan
besarnya
sampel
tanpa
memperhatikan
14
3. Studi kohort
Ciri-ciri penelitian kasus kontrol adalah sebagai berikut:
1) Merupakan penelitian prospektif
2) Bersifat observasi
3) Pengamatan dilakukan dari sebab akibat
4) Disebut juga studi insiden
5) Intervensi dilakukan oleh alam atau yang bersangkutan
6) Terdapat kelompok control
7) Terdapat hipotesis spesifik
b. Berdasarkan skema rancangan
1. Skema studi cross sectional
Pengukuran variabel bebas dan tergantung
dilakukan pada satu saat
Efek (+) A
Faktor risiko (+)
Faktor risiko (-)
Efek (-) B
Efek (+) C
Efek (-) D
Faktor risiko
Ya
Tidak
Efek
Ya
A
C
Tidak
B
D
Jumlah
A+B
C+D
Keterangan :
A : Subjek dengan faktor risiko yang mengalami efek
B : Subjek dengan faktor risiko yang tidak mengalami efek
C : Subjek tanpa faktor risiko yang mengalami efek
D : Subjek tanpa faktor risiko yang tidak mengalami efek
2. Skema studi kasus kontrol
A= Ya
Paparan
B= Tidak
Kasus
Subjek
diidentifikais
status penyakit
penelitian
menurut
15
C= Ya
D= Tidak
Masa Lalu
Faktor risiko
Ya
Tidak
Kontrol
Saat ini
Masa akan datang
Efek
Ya
A
C
A+C
Tidak
B
D
B+D
Jumlah
A+B
C+D
A+B+C+D
Subjek penelitian
Efek + (A)
Efek (B)
Diikuti prospektif
(diidentifikasi menurut
status paparan)
Tidak
terpapar
Efek + (C)
Efek - (D)
16
Faktor risiko
Efek
Ya
A
C
A+C
Ya
Tidak
Tidak
B
D
B+D
Jumlah
A+B
C+D
A+B+C+D
Keterangan :
A: subjek dengan faktor risiko yang mengalami efek
B: subjek dengan faktor risiko yang tidak mengalami efek
C: subjek tanpa faktor risiko yang mengalami efek
D: subjek tanpa faktor risiko yang tidak mengalami efek
RR = A/(A+B) :
C/C+D
Interpretasi
OR>1 : Faktor risiko
OR=1 : Netral
17
1) Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko
dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan (temporal relationship)
tidak jelas. Akibatnya sering tidak mungkin dilakukan mana yang sebab
dan mana yang akibat. Misalnya hubungan kausal antara diare dan
malnutrisi menyebabkan sindrom malabsorbsi dengan gejala diare
kronik.
2) Studi prevalens lebih banyak menjaring subyek yang mempunyai masa
sakit yang panjang daripada mereka yang mempnyai masa sakit yang
pendek. Hal ini disebabkan karena individu yang cepat sembuh atau
cepat meninggal akan mempunyai kesempatan yang relatif kecil untuk
terjaring dalam studi ini. Bola karakteristik pasien yang cepat sembuh
atau cepat mennggal itu berbeda dengan mereka yang mempunyai masa
sakit yang panjang, maka akan dapat terjadi salah interpretasi dari hasil
temuan studi tersebut.
3) Dibutuhkan subjek yang cukup besar, terutama bila variabel yang
dipelajari banyak
4) Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidens, maupun prognosis
5) Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang, misalnya kanker
lambung
6) Mungkin terjadi bias prevalensi atau bias insidens karena efek suatu
faktor risiko selama selang waktu tertentu disalah tafsirkan sebagai efek
penyakit.
2. Kelebihan dan kekurangan kasus kontrol
Keuntungan
1) Menguntungkan untuk mempelajari masalah kesehatan yang jarang
2)
3)
4)
5)
6)
terjadi
Menguntungkan untuk mempelajari penyakit yang masa latennya lama
Lebih murah dibandingkan kohort karena masa studi yang relatif pendek
Memerlukan subjek yang lebih sedikit
Hasil dapat diperoleh dengan cepat
Memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko sekaligus.
Kerugian
1) Sulit memastikan apakah kasus dan kontrol sebanding dalam hal faktor
risiko
2) Bias mungkin terjadi karena data paparan diperoleh dari catatan atau
ingatan dari sampel diteliti
18
3) Tidak dapat digunakan untuk menentukan inciden rate penyakit secara
langsung pada kelompok terpapar, kecuali jika studi berbasis populasi
4) Tidak dapat digunakan untuk menentukan kemungkinan efek paparan
yang lain (lebih dari satu variabel dependent) tetapi hanya memperhatikan
satu kesudahan
5) Validasi mengenai informasi kadang-kadang sukar diperoleh.
3. Kelebihan dan kekurangan kohort
Kelebihan :
1) Desain yang terbaik dalam menentukan insiden dan perjalanan penyakit
atau efek yang diteliti
2) Memungkinkan uraian secara lengkap mengenai pengalaman seseorang
setelah terkena paparan termasuk perjalanan alamiah penyakit
3) Memberikan urutan waktu yang jelas antara paparan dan penyakit
4) Memberikan peluang bagus untuk mempelajari paparan yang jarang
5) Memungkinkan penilaian kesudahan yang majemuk (risiko dan manfaat)
yang mungkin terkait dengan paparan tertentu
6) Memungkinkan estimasi angka kejadian masalah kesehatan secara
langsung dan risiko relatif yang ada hubungannya dengan paparan yang
teliti
7) Menyajikan informasi yang umumnya lebih mudah dimengerti oleh
mereka yang bukan ahli epidemiologi
8) Tidak perlu menahan perlakuan seperti pada randomized clinical trrial
Kekurangan
1) Dibutuhkan subjek yang besar untuk penyakit yang jarang
2) Relatif lebih mahal
3) Tindak lanjut mungkin sulit dan kehilangan pada tindak lanjut dapat
mempengaruhi hasil penelitian
4) Status paparan mungkin berubah selama pelaksanaan penelitian
5) Terancam adanya drop out atau terjadinya perubahan intensitas pajanan
atau faktor risiko dapat mengganggu analisis hasil.
Studi Eksperimental
1. Ciri-ciri studi eksperimenral murni
1) Ada
perlakuan,
yaitu
memperlakukan
variabel
yang
diteliti
19
3) Semua variabel terkontrol, eksperimen murni mampu mengontrol hampir
semua pengaruh faktor penelitian terhadap variabel hasil yang diteliti
2. Ciri-ciri studi eksperimental semu
1) Tidak ada randominasi, yaitu penunjukkan sujek penelitian secara tidak
acak untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor penelitian.
Hal ini disebabkan karena ketika pengalokasian faktor penelitian kepada
subjek penelitian tidak mungkin, tidak etis, atau tidak praktis
menggunakan randominasi.
2) Tidak semua variabel terkontrol karena terkait dengan pengalokasian
faktor penelitian kepada subjek penelitian tidak mungkin, tidak etis, atau
tidak praktis menggunakan randominasi sehinggasulit mengontrol
variabel secara ketat
20
21
menunjukkan bahwa KB suntik merupakan faktor risiko untuk terjadinya
defisiensi gizi pada bayi.
3) Apabila nilai Rp< 1, berarti faktor risiko yang diteliti tersebut justru mengurangi
kejadian penyakit, dengan perkataan lain variabel yang diteliti tersebut
merupakan faktor protektif. Misalnya RP pemberian ASI untuk tejadinya diare
pada bayi adalah 0.5 berarti ASI justru menjadi faktor pencegah terjadinya diare.
2. Hasil ukur Studi Kasus Kontrol
1) Bila nilai OR=1 berarti variabel yang diduga merupakan faktor risiko tersebut
tidak ada pengaruhnya untuk terjadi efek, dengan kata lain bersifat netral.
Misalnya semula diduga bahwa pemakaian kotrasepsi oral merupakan risiko
untuk terjadinya penyakit jantung bawaan. Bila dalam perhitungan ternyata
OR=1, maka dari data yang ada berarti kontrasepsi oral bukan merupakan faktor
risiko terjadinya penyakit jantung bawaan.
2) Bila nilai OR > 1 berarti variabel tersebut merupakan faktor risiko untuk
timbulnya penyakit tertentu. Misalnya OR pemakaian KB suntik pada ibu
menyusui terhadap kurang gizi pada anak=2, hal ini menunjukkan bahwa KB
suntik merupakan faktor risiko untuk terjadinya defisiensi gizi pada bayi.
3) Bila nilai OR < 1 berarti faktor yang diteliti tersebut justru mengurangi kejadian
penyakit, dengan perkataan lain variabel yang diteliti tersebut merupakan faktor
protektif. Misalnya OR pemberian ASI untuk terjadinya diare pada bayi adalah
0,5 berarti ASI justru merupakan faktor pencegh terjadinya diare.
3. Hasil Ukur Studi Kohort
1) Bila nilai RR=1 berarti variabel yang diduga merupakan faktor risiko tersebut
tidak ada pengaruhnya untuk terjadi efek, dengan kata lain bersifat netral.
Misalnya semula diduga bahwa pemakaian kotrasepsi oral merupakan risiko
untuk terjadinya penyakit jantung bawaan. Bila dalam perhitungan ternyata
RR=1, maka dari data yang ada berarti kontrasepsi oral bukan merupakan faktor
risiko terjadinya penyakit jantung bawaan.
2) Bila nilai RR > 1 berarti variabel tersebut merupakan faktor risiko untuk
timbulnya penyakit tertentu. Misalnya RR pemakaian KB suntik pada ibu
menyusui terhadap kurang gizi pada anak=2, hal ini menunjukkan bahwa KB
suntik merupakan faktor risiko untuk terjadinya defisiensi gizi pada bayi.
3) Bila nilai RR < 1 berarti faktor yang diteliti tersebut justru mengurangi kejadian
penyakit, dengan perkataan lain variabel yang diteliti tersebut merupakan faktor
22
protektif. Misalnya RR pemberian ASI untuk terjadinya diare pada bayi adalah
0,5 berarti ASI justru merupakan faktor pencegah terjadinya diare.
23
BAB 3 : PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Survei analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana
dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis
dinamika korelasi antara fenomena atau antara fator risiko dengan faktor efek.
Berdasarkan perannya epidemiologi analitik dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Studi Observasional : Studi Kasus Control (case control), studi potong
lintang (cross sectional) dan studi Kohort.
b. Studi
Eksperimental
Eksperimen
dengan
kontrol
random
DAFTAR PUSTAKA