Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

“IPE/IPC dalam Program Kesehatan Masyarakat” Ditujukan untuk


Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh:

Kelompok 18 – Kelas D4 3A TLM

Farha Salsabila Widigdo P17334120423 Kusumaning Ayu Dewi A


P17334120443

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI


LABORATORIUM MEDIS
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “IPE/IPC dalam
Program Kesehatan Masyarakat”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat di program studi Sarjana Terapan jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Bandung. Selain itu, penulis berharap makalah ini
dapat menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis sendiri.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen pengampu mata kuliah
Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari penyusunan makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar
kedepannya kesalahan tersebut dapat menjadi sebuah pembelajaran dan tidak terulang
kembali.

Cimahi, 25 April 2023


Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii


I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................................................... 1 B.
Rumusan Masalah ......................................................................................... 2 C.
Tujuan ........................................................................................................... 3 II.
PEMBAHASAN
A. Pengertian IPE dan IPC................................................................................. 4 B.
Tujuan IPE dan IPC ...................................................................................... 5 C. Manfaat
IPE dan IPC .................................................................................... 5 D. Bentuk-Bentuk
IPE ....................................................................................... 7 E. Konsep IPE dan IPC dalam
Program Kesehatan Masyarakat....................... 8 F. Hambatan dalam Proses IPE dan
IPC........................................................... 9 G. Contoh Penerapan IPE dan IPC di Institusi
Pendidikan ............................... 10 III. PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini telah dikembangkan suatu proses atau metode pembelajaran yang bersifat
kolaborasi. Metode itu disebut Interprofessional Collaboration (IPC), yaitu kerja sama
dengan satu atau lebih anggota tim kesehatan untuk mencapai tujuan umum dimana
masing-masing anggota memberikan kontribusi yang unik sesuai dengan batasannya
masing-masing. Untuk dapat melakukan praktek kolaborasi interprofesi dalam tim
kesehatan diperlukan kompetensi kolaborasi interprofesi yang harus disiapkan dan
diberikan dalam tahap pendidikan yang disebut dengan Pendidikan interprofesi atau
Interprofessional Education (IPE).
IPE mengarah pada suatu proses dimana sekelompok mahasiswa atau profesi
kesehatan yang memiliki perbedaan latar belakang profesi berusaha berkolaborasi untuk
kesembuhan pasien. Harapan dari kegiatan Interprofessional Education adalah penyatuan
atau pengintegrasian pengetahuan, ketrampilan dan nilai/sikap dalam bekerjasama pada
seluruh profesi, dengan pekerja kesehatan lain, pasien, keluarga dan masyarakat untuk
meningkatkan hasil kesehatan dalam konteks pelayanan kesehatan kepada masyarakat
yang spesifik. Hasil dari kolaborasi yang dibentuk adalah kegiatan positif dan kepuasan
yang maksimal pada pelayan kesehatan maupun masyarakat.
Dalam IPE, mahasiswa juga berkolaborasi dalam upaya promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif, dan jenis pelayanan kesehatan yang lainnya. Kolaborasi antar profesi
kesehatan tersebut adalah satu usaha untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
Interprofessional education (IPE) adalah suatu pelaksanaan pembelajaran yang diikuti
oleh dua atau lebih profesi yang berbeda untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas
pelayanan dan pelaksanaanya dapat dilakukan dalam semua pembelajaran, baik itu tahap
sarjana maupun tahap pendidikan klinik untuk menciptakan tenaga kesehatan yang
professional.
Pengaplikasian IPE dapat berupa kuliah pakar dari beberapa latar belakang pendidikan
seperti dokter, perawat, ahli gizi, analis kesehatan serta diskusi dalam pemecahan kasus
dengan pendekatan dari beberapa aspek kesehatan. Selain itu, Mahasiswa kesehatan
umumnya dibekali kolaborasi pada tingkat akademik atau di tingkat sarjana, pada
semester-

1
semester akhir, yaitu melalui KKN Profesi atau reguler. Semua mahasiswa KKN yang
tergabung merupakan gabungan dari berbagai latar belakang keilmuan yang berbeda-beda.
Sejalan dengan telah mempelajari IPE, IPC (Interprofessional Collaboration) dapat
dipahami dan diaplikasikan dimana melalui IPC diharapkan berbagai profesi kesehatan
dapat menumbuhkan kemampuan kolaborasi antarprofesi, dapat merancang hasil dalam
pembelajaran yang memberikan kemampuan berkolaborasi, meningkatkan praktik pada
masing-masing profesi. Diharapkan dengan IPC setiap profesi berperan aktif untuk
meningkatkan praktik agar dapat saling melengkapi, membentuk suatu aksi secara
bersama. Tujuannya untuk meningkatkan pelayanan dan memicu perubahan; menerapkan
analisis kritis untuk berlatih kolaboratif; meningkatkan hasil untuk individu, keluarga dan
masyarakat; menanggapi sepenuhnya untuk kebutuhan mereka, mahasiswa dapat berbagi
pengalaman dan berkontribusi untuk kemajuan dan saling pengertian dalam belajar
antarprofesi dalam menanggapi pertanyaan, di konferensi dan melalui literatur profesional
dan antarprofesi.
Beberapa kendala dalam menerapan IPE dan IPC di Indonesia ialah masih banyak
praktisi kesehatan yang tidak mengutamakan keselamatan pasien karena beberapa faktor
salah satunya adalah lemahnya pengetahuan dan komunikasi diantara praktisi kesehatan.
Oleh karena itu, penting dibahas lebih lanjut dalam mata kuliah Ilmu Kesehatan
Masyarakat ini mengenai Interprofessional Education (IPE) dan Interprofessional
Collaboration (IPC)
agar setiap profesi dalam lingkup kesehatan dapat memahami tupoksi dan
mengaplikasikan kolaborasi interprofessional dengan baik.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini, yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan Interprofessional Education (IPE) dan Interprofessional
Collaboration (IPC)?
2. Apakah tujuan dari Interprofessional Education (IPE) dan Interprofessional
Collaboration (IPC)?
3. Apa sajakah manfaat penerapan Interprofessional Education (IPE) dan
Interprofessional Collaboration (IPC)?
4. Apa sajakah bentuk IPE yang umumnya diterapkan di Institusi Pendidikan maupun
Fasilitas Pelayanan Kesehatan?
5. Bagaimanakah konsep Interprofessional Education (IPE) dan Interprofessional
Collaboration (IPC) dalam program Kesehatan masyarakat?

2
6. Apa sajakan hambatan yang terjadi dalam proses IPE dan IPC ini?
7. Bagaimanakah contoh penerapan IPE dan IPC di Institusi Pendidikan?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu :
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi dan tujuan Interprofessional
Education (IPE) dan Interprofessional Collaboration (IPC).
2. Mahasiswa dapat memahami manfaat penerapan Interprofessional Education (IPE)
dan Interprofessional Collaboration (IPC) sehingga kelak dapat mengaplikasikan
dengan baik.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bentuk IPE yang umumnya diterapkan
di Institusi Pendidikan.
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep IPE dan IPC baik dalam
penerapan yang terjadi di institusi Pendidikan maupun dalam program Kesehatan
masyarakat.
5. Mahasiswa dapat mengetahui beberapa hambatan dalam proses IPE dan IPC.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian IPE dan IPC

➢ IPE (Interprofessional Education)


IPE (Interprofessional Education) merupakan praktik kolaborasi antara dua
atau lebih profesi kesehatan yang saling mempelajari profesi kesehatan lain dan
peran masing-masing profesi kesehatan dan bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan kolaborasi dan kualitas pelayanan kesehatan. Implementasi IPE di
bidang kesehatan dilaksanakan kepada mahasiswa dengan tujuan untuk
menanamkan kompetensi-kompetensi IPE sejak dini dengan retensi bertahap,
sehingga ketika mahasiswa berada di lapangan diharapkan dapat mengutamakan
keselamatan pasien dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bersama profesi
kesehatan yang lain.
Penilaian hasil dari pengalaman pembelajaran IPE dapat dilihat melalui
pemahaman tentang sikap berkolaborasi dan peran masing-masing tenaga
kesehatan, sehingga dapat dilakukan penilaian persepsi pasien dan masyarakat
terhadapt kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan tim pelayanan kesehatan
IPE dengan mengacu pada skala attitudes toward health care teams. Keberhasilan
pembelajaran IPE dapat dinilai melalui respon masyarakat yang menilai
bagaimana persepsi mereka terhadap kolaborasi pelayanan kesehatan tersebut.

➢ IPC (Interprofessional Collaboration)

IPC (Interprofessional Collaboration) merupakan kondisi dimana berbagai


profesi kesehatan bekerjasama dengan pasien, keluarga pasien, masyarakat, dan
profesi kesehatan lain untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan kualitas
yang terbaik (Hinde et al, 2016). Menurut Hardin et al (2018), IPC dalam
pelayanan perawatan kesehatan adalah ketika terjadinya interaksi dari tenaga
kesehatan dengan latar belakang professional yang berbeda dengan tujuan
memberikan layanan komprehensif dengan bekerjasama memberikan pelayanan
efektif yang berpusat pada pasien.
Interprofessional Collaboration (IPC) adalah proses dalam mengembangkan
dan mempertahankan hubungan kerja yang efektif antara pelajar, praktisi, pasien/
klien/ keluarga serta masyarakat untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan.
Menurut Way, Jones & Busing (2000) IPC adalah proses komunikasi dan

4
pengambilan keputusan antar profesional yang memungkinkan pengetahuan dan
keterampilan yang terpisah dan dibagi secara sinergis mempengaruhi perawatan
yang diberikan Interprofessional collaboration (IPC) sebagai wadah dalam upaya
mewujudkan praktik kolaborasi yang efektif antar profesi. Terkait hal itu maka
perlu diadakannya praktik kolaborasi sejak dini dengan melalui proses
pembelajaran yaitu dengan melatih mahasiswa pendidikan kesehatan. Selain itu,
IPC merupakan wadah kolaborasi efektif untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan kepada pasien yang didalamnya terdapat profesi tenaga kesehatan
meliputi dokter, perawat, farmasi, ahli gizi, dan fisioterapi.

B. Tujuan IPE dan IPC


Tujuan dari IPE dan IPC adalah membentuk praktik kolaborasi antar profesi,
dimana melibatkan berbagai profesi dalam pembelajaran tentang bagaimana
bekerjasama dengan memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
diperlukan untuk berkolaborasi secara efektif.
Interprofessional Education (IPE) bertujuan menghasilkan tenaga kesehatan
yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang mendukung praktik
kolaborasi antarprofesi kesehatan. Selain itu, tujuan pelaksanaan IPE antara lain
meningkatkan pemahaman interdisipliner dan meningkatkan kerjasama, membina
kerjasama yang kompeten, membuat penggunaan sumberdaya yang efektif dan
efisien, meningkatkan kualitas perawatan pasien yang komprehensif. Hasil yang
diharapkan dari sebuah pembelajaran IPE antara lain, reaksi, modifikasi sikap dan
persepsi, tambahan pengetahuan dan keterampilan, perubahan sikap, perubahan dalam
sebuah praktek berorganisasi, serta manfaat untuk pasien.
IPC dapat dilaksanakan kepada mahasiswa dengan tujuan untuk menanamkan
kompetensi-kompetensi IPE sejak dini secara bertahap, sehingga ketika mahasiswa
berada di lapangan diharapkan dapat mengutamakan keselamatan pasien dan
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bersama profesi kesehatan yang lain.

C. Manfaat IPE dan IPC


Menurut hasil penelitian WHO pada tahun 2010 terhadap 42 negara tentang
dampak dari penerapan praktek kolaborasi dalam dunia kesehatan menunjukkan hasil
bahwa praktek kolaborasi dapat meningkatkan keterjangkauan serta koordinasi
layanan kesehatan, penggunaan sumber daya klinis spesifik yang sesuai, outcome
kesehatan

5
bagi penyakit kronis, dan pelayanan serta keselamatan pasien. WHO (2010) juga
menjelaskan praktek kolaborasi dapat menurunkan komplikasi yang dialami pasien,
jangka waktu rawat inap, ketegangan dan konflik di antara pemberi layanan
(caregivers), biaya rumah sakit, rata-rata clinical error, dan rata-rata jumlah kematian
pasien.
WHO juga menjelaskan IPE dan IPC berpotensi menghasilkan berbagai manfaat
dalam beberapa aspek yaitu:
1. Kerjasama tim meliputi mampu untuk menjadi pemimpin tim dan anggota tim,
mengetahui hambatan untuk kerja sama tim.
2. Peran dan tanggung jawab meliputi pemahaman peran sendiri, tanggung jawab dan
keahlian, dan orang-orang dari jenis petugas kesehatan lain.
3. Komunikasi meliputi pengekspresikan pendapat seseorang kompeten untuk rekan,
mendengarkan anggota tim.
4. Belajar dan refleksi kritis meliputi cermin kritis pada hubungan sendiri dalam tim.
5. Hubungan dengan pasien, dan mengakui kebutuhan pasien meliputi bekerja sama
dalam kepentingan terbaik dari pasien, terlibat dengan pasien, keluarga mereka,
penjaga dan masyarakat sebagai mitra dalam manajemen perawatan. 6. Praktek etis
meliputi pemahaman pandangan stereotip dari petugas kesehatan lain yang dimiliki
oleh diri dan orang lain, mengakui bahwa setiap tenaga kesehatan memiliki
pandangan yang sama-sama sah dan penting.

Selain itu, terdapat manfaat dari IPE itu sendiri yaitu memberikan manfaat bagi
profesi kesehatan untuk dapat bertukar pikiran dan mengubah cara berinteraksi dalam
berkomunikasi antar tenaga kesehatan. IPE membuat mahasiswa dari berbagai bidang
kesehatan untuk belajar bersama dengan, dari, dan tentang satu sama lain. IPE juga
membuat mahasiswa belajar mengenai hal-hal yang baru dan mengembangkan
keahlian, mengembangkan kemampuan interpersonal yang dibutuhkan, mendapatkan
pengalaman baru dengan tim yang mempunyai tujuan yang sama dan belajar
bagaimana bekerja dengan orang lain dan memberikan hasil kerja yang maksimal.
Selain itu, ketika sudah menjadi tenaga kesehatan, praktik yang berkolaborasi antar
bidang juga memberikan banyak manfaat. Menurut CIHC (2009), manfaat dari IPE
antara lain :

a. Meningkatkan pemahaman tentang peran setiap profesi kesehatan


b. Meningkatkan eterampilan komunikasi dengan profesi lain
c. Membangun rasa hormat dan penerimaan atas peran profesi lain

6
d. Membangun kerja tim dan kualitas pelayanan kesehatan

Sedangkan manfaat dari IPC yaitu bisa meningkatkan ilmu pengetahuan serta
keterampilan baru, meningkatkan kemampuan bekerja sama, kemampuan
berkomunikasi kepada pasien maupun teman sejawat yang berbeda antar profesi, serta
mampu meningkatkan hubungan saling percaya antar profesi.

D. Bentuk-Bentuk Interprofessional Education (IPE)


1. Exchange Based
Excange based terdiri dari debat, games, diskusi kasus, pemecahan masalah
(problem solving), seminar atau lokakarya. Penggunaan permainan, debat, dan
penyelesaian masalah jarang dilakukan dan terpisah dari pembelajaran berbasis
masalah formal.
2. Observation Based/ Berdasarkan Pengamatan
Metode ini terdiri dari kunjungan gabungan dan pengamatan oleh mahasiswa
program kesehatan untuk menyelesaikan tugas IPE dengan melibatkan mereka
melakukan observasi pada profesi kesehatan lain. Hasil yang diharapkan yaitu
laporan tentang peran, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dari disiplin
profesional kesehatan lainnya dan membandingkannya dengan profesi mereka
sendiri.
3. Received or didactic learning/ Pembelajaran yang diterima atau diktatik Salah
satu metode ini yaitu kuliah klasikal. Metode kuliah ini melibatkan beberapa
mahasiswa profesi kesehatan dengan menggunakan kurikulum terintegrasi. Kuliah
ini dapat berupa berbagi keilmuan terhadap materi yang dibahas (Dunston et al.,
2014).
4. Action-based learning/ Pembelajaran Berbasis Tindakan
Menurut Dunston et al., (2014) metode ini terdiri dari penyelidikan kolaboratif
(Collaborative inquiry), pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning/
PBL), pembelajaran berbasis kasus (CaseBased Learning), proyek bersama
(JointProject) dan penelitian bersama (Joint Research). Meskipun diusulkan
sebagai pendekatan IPE tapi masih sedikit pembelajaran yang diterbitkan saat ini.
a) Kuliah Tutorial/ Problem Basic Learning (PBL)
Metode ini dilakukan dengan menggunakan kelompok kecil yang melibatkan
mahasiswa profesi kesehatan dengan memabahas masalah dan
mengidentifikasi serta mencari penyelesaian dari masalah yang dihadapi.

7
b) Joint Research and Project (Penelitian dan Projek Bersama)
Riset dan proyek bersama juga dapat memberikan pembelajaran yang efektif
dalam pengalaman IPE karena mendeskripsikan kekuatan, tantangan dan
strategi untuk memfasilitasi interprofessional proyek penelitian bersama
dengan deskripsi studi kasus (Dunston et al., 2014).
5. Simulation Based Learning/ Pembelajaran Berbasis Simulasi
Metode ini terdiri dari kelompok eksperiensial, role play, kuliah skill
laboratorium (Dunston et al, 2014). Metode ini baik bagi IPE yang bertujuan untuk
mensimulasikan penerapan IPE lebih nyata dengan mempraktekkan cara
berkolaborasi dengan mahasiwa profesi lainnya dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada pasien (CFHC-IPE, 2014).
6. Practic Based/ Berbasis praktik
Metode ini yaitu memberikan lokasi seluruh profesi kesehatan untuk
ditempatkan di luar dan ruang pelatihan interprofessional. menurut CFHC-IPE
(2014), pembelajaran berbasis praktik yaitu kuliah profesi/ klinis lapangan yang
dilakukan di rumah sakit dan di komunitas yang dihapkan pada situasi yang nyata
dilapangan dalam memberikan pelayanan ke pasien. Mahasiswa dapat
berkolaborasi dengan profesi lain dalam kurikulum IPE.
E. Konsep IPE dan IPC dalam Program Kesehatan Masyarakat Implementasi dari
konsep IPE dan IPC dalam masyarakat dilaksanakan sebagai proses pembelajaran di
lapangan bagi mahasiswa dalam mengkolaborasikan berbagai disiplin ilmu dan
sekaligus sebagai wahana pemberdayaan kesehatan keluarga dalam komunitas
masyarakat. Dari kegiatan ini diharapkan dapat memacu kemampuan keluarga dalam
mengenali masalah, pengembangan diri dan lingkungannya sehingga kualitas hidup,
kesehatan dan kesejahteraannya meningkat. Melalui Program ini diharapkan dapat
meningkatkan empati, kepedulian, kerjasama mahasiswa dari berbagai latarbelakang
keilmuan dengan pendekatan kolaboratif untuk peningkatan kualitas hidup keluarga
dan masyarakat serta mendorong terciptanya learning community.
Kegiatan IPC diharapkan dapat menjadi kegiatan civitas akademika dalam
membantu memberikan solusi terhadap permasalahan kesehatan masyarakat pedesaan
dan dapat menjadi suatu kegiatan yang berkesinambungan dan berkelanjutan dalam
pemberdayaan kesehatan masyarakat desa. Oleh karena itu perlu ada suatu mekanisme
pengaturan dan koordinasi kegiatan pengabdian masyarakat yang terstruktur dan

8
berkesinambungan oleh institusi sehingga luaran dan dampak yang dihasilkan dapat
lebih baik dan lebih dirasakan oleh masyarakat luas. Kegiatan yang dapat dilakukan
selama program IPC adalah pendataan masalah kesehatan, perumusan masalah
kesehatan dalam format Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) sekaligus mencari
alternatif solusi masalah, implementasi kegiatan-kegiatan yang disepakati dengan
warga dan kegiatan-kegiatan lain yang disesuaikan dengan agenda kegiatan di daerah
binaan.
Konsep Interprofesional education atau disingkat dengan IPE diharapkan
berbagai profesi kesehatan dapat menumbuhkan kemampuan antarprofesi, dapat
merancang hasil dalam pembelajaran yang memberikan kemampuan berkolaborasi,
meningkatkan praktik pada masing-masing profesi dengan mengaktifkan setiap profesi
untuk meningkatkan praktik agar dapat saling melengkapi, membentuk suatu aksi
secara bersama untuk meningkatkan pelayanan dan memicu perubahan; menerapkan
analisis kritis untuk berlatih kolaboratif, meningkatkan hasil untuk individu, keluarga,
dan masyarakat; menanggapi sepenuhnya untuk kebutuhan mereka, mahasiswa dapat
berbagi pengalaman dan berkontribusi untuk kemajuan dan saling pengertian dalam
belajar antarprofesi dalam menanggapi pertanyaan, di konferensi dan melalui literatur
profesional dan antarprofesi.

F. Hambatan dalam penerapan IPE dan IPC


Ada beberapa hambatan yang mungkin terjadi dalam proses IPE, hambatan
tersebut meliputi hambatan penanggalan akademik, peraturan akademik, tempat
kegiatan, evaluasi, kebutuhan SDM (sumber daya manusia), dana, jarak geografis,
waktu, dan kesiapan mahasiswa. Hambatan lain yang dapat terjadi dalam proses IPE
juga terdapat dari ego masing-masing tenaga kesehatan, fasilitas fisik dan konsep
pembelajaran, serta paradigma terhadap profesi kesehatan dan peran masing-masing
profesi. Sangat penting untuk mengatasi hambatan-hambatan yang mungkin terjadi
sebagai persiapan mahasiswa kesehatan dan praktisi profesi kesehatan demi terjalinnya
praktik kolaborasi yang baik dalam pelayanan kesehatan.
Sedangkan hambatan dalam proses IPC yaitu:
a. Perspektif yang berbeda pada setiap profesi terhadap IPC
b. Sosialisasi IPC yang kurang
c. SDM yang tidak merata
d. Kurikulum yang belum terintegrasi

9
e. Adanya kesenjangan tingkat pendidikan dan kompetensi
f. Inferioritas/superioritas dan kompetensi dalam kolaborasi
g. Belum adanya regulasi/kebijakan/SOP organisasi terkait kolaborasi
interprofessional

G. Contoh Penerapan IPE dan IPC di Institusi Pendidikan

➢ Contoh Penerapan IPE dan IPC di Institusi Pendidikan


1. Implementasi IPE dan IPC di FIKES UPN Veteran Jakarta

Pr

aktik tersebut melibatkan program studi Sarjana Keperawatan dan


Diploma Tiga Fisioterapi. Bentuk implementasi IPE dan IPC yang dilakukan
berupa Simulation Based Learning/ Pembelajaran Berbasis Simulasi dimana
metode ini terdiri dari kelompok eksperiensial, role play, kuliah skill
laboratorium. Penerapan metode ini bertujuan untuk mensimulasikan
penerapan IPE lebih nyata dengan mempraktekkan cara berkolaborasi dengan
mahasiwa profesi lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien. Serangkaian kegiatan kolaborasi ini dimulai dari webinar nasional,
pembekalan, pre dan post test, simulasi bencana serta praktik kesehatan.

2. Implementasi IPE Jurusan Farmasi Universitas Islam Indonesia

10
Implementasi dilakukan menggunakan metode Received or Didactic
learning/ Pembelajaran yang diterima atau diktatik dimana metode kuliah ini
melibatkan beberapa mahasiswa profesi kesehatan dengan menggunakan
kurikulum terintegrasi. Kuliah ini dapat berupa berbagi keilmuan terhadap
materi yang dibahas.
Implementasi ini berupa Webminar secara virtual dengan tema
“Interprofessional Education (IPE) in Mental Health Care“ yang
dilaksanakan melalui aplikasi zoom dan disiarkan secara langsung melalui
aplikasi YouTube pada hari Ahad, 14 November 2021. Adapun peserta yang
hadir sekitar 600 peserta dengan spesifikasi peserta Mahasiswa Program Studi
S1 Farmasi UII, Mahasiswa Prodi Kedokteran dan Psikologi UII, Mahasiswa
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Acara webinar ini terdiri dari dua sesi. Sesi pertama diisi oleh dua
pembicara, dr. Wikan Ardiningrum, M. Sc. Sp. KJ. dari Rumah Sakit Jiwa
Grhasia Yogyakarta dan Ns. Sutedjo, M. Kep., S.Kep.J dari Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta. dr. Wikan membawakan materi dengan tema “Peran
Psikiater dan Praktek Interprofessional Collaboration (IPC) dalam Layanan
Kesehatan Jiwa di Indonesia,” sedangkan Ns. Sutedjo membawakan materi
mengenai “Layanan Kesehatan Jiwa dalam Lingkup Keperawatan Serta
Keutamaan Praktek Kolaboratif dari Perspektif Keperawatan.”
Pada sesi ke dua dilanjutkan dengan penyampaian materi dari tiga
pembicara, yaitu Ibu Libbie Annatagia, M.Psi. Psikolog dari Universitas Islam
Indonesia, apt. Okky Puspitasari Sugiyarto, M.Sc. dari Rumah Sakit Jiwa Prof.
Dr. Soerojo Magelang, dan Dr. Hanna Morrisey bersama Professor Patrick
Ball dari University of Wolverhampton. Ibu Libbie membawakan materi
mengenai “Peran Psikolog Klinis dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa dan
Praktek Baik (Best Practice) Kolaboratif di Indonesia”, selanjutnya apt. Okky
membawakan materi dengan tema “Peran Apoteker dalam Layanan
Kesehatan Jiwa dan Praktek Baik (Best Practice) Kolaboratif di Indonesia”,
dan terakhir Dr. Hanna memaparkan materi tentang “Peran Apoteker dan
Praktik Kolaborasi Tenaga Kesehatan dalam Penyediaan Layanan Kesehatan
Jiwa di Negara Maju.”

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
IPE (Interprofessional Education) dan IPC (Interprofessional Collaboration)
merupakan dua hal tak terpisahkan yang harus mampu diaplikasikan oleh seluruh
elemen profesi kesehatan dimana kegiatan tersebut melibatkan berbagai profesi dalam
pembelajaran dan pengaplikasian tentang bekerjasama dengan memberikan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk berkolaborasi secara
efektif. Hasil dari kolaborasi yang dibentuk adalah kegiatan positif dan kepuasan yang
maksimal pada pelayan kesehatan maupun masyarakat.
IPE merupakan praktik kolaborasi antara dua atau lebih profesi kesehatan yang
saling mempelajari profesi kesehatan lain dan peran masing-masing profesi kesehatan
dan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kolaborasi dan kualitas pelayanan
kesehatan. Sementara itu, IPC (Interprofessional Collaboration) merupakan kondisi
dimana berbagai profesi kesehatan bekerjasama dengan pasien, keluarga pasien,
masyarakat, dan profesi kesehatan lain untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan
kualitas yang terbaik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Aliza Norisca & Saragih Yulina. (2020). Pendidikan Interprofessional dan Kolaborasi
Interprofesional. Majalah Farmasetika, 5 (1) 2020, 18-22. Universitas Padjajaran.
Jatinangor.

Asriyani, Ayu. (2019). Evaluasi Pelaksanaan Interprofessional Education (IPE) pada Kuliah
Kerja Nyata Profesi Kesehatan (KKN-PK) Universitas Hasanuddin. Makassar:
Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin Makassar.

Banudi, L., & Nurmiaty. (2020). Modul Interprofessional Education (IPE) Pada Penelitian
Pengaruh Interverensi PMT Lokal yang Diperkaya Gonad Landak Laut melalui
penerapan Model IPE-CL pada Ibu Hamil Suku Bajo TM2 Terhadap Status Gizi dan
Outcome Kelahiran. Kendari: Poltekkes Kemenkes Kendari.

Dunston, R., Forman, D., Rogers, G. D., Thistlethwaite, J. E., Yassine, T., Hager, J., Manidis,
M., Rossiter, C., Alliex, S., Brewer, M. L., Buys, N., Carr, S., Gray, J., Jones, S.,
Kumar, K., Matthews, L., Moran, M., Nicol, P., Nicol, P., White, J. (2014).
Curriculum renewal for interprofessional education in health: Final report 2014.
Commonwealth of Australia, Office for Learning and Teaching.

Eunike Eirene. (2021). Peran Fungsi Interprofesional Education (IPE) dan pelaksanaan
Interprofesional Collaboration (IPC) Dalam Pendidikan Kesehatan melalui perspektif
Keperawatan Kritis. Journal of Nursing Invention Vol 2 No 1. Program Studi Sarjana
Keperawatan. Universitas Sari Mulia Banjarmasin.

Farmasi UII. (2021). Bekali Mahasiswa dari Berbagai Profesi Kesehatan, Jurusan Farmasi
Gelar Webminar IPE in Mental Health Care. Diakses pada 26/04/2023 pukul 23.40
WIB pada laman https://pharmacy.uii.ac.id/bekali-mahasiswa-dari-berbagai-profesi
kesehatan-jurusan-farmasi-gelar-webinar-ipe-in-mental-health-care/

Pieter Kevin, dkk. (2016). Interprofessional Education (IPE): Luaran Masyarakat terhadap
Pelayanan Kesehatan dalam Praktik Kolaborasi di Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret. Nexux Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan Vol 5 No 2. Universitas
Sebelas Maret.

iv
Siokal Brajakson. (2021). Potensi Penerapan Interprofessional Collaboration Practice (IPC)
Di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin. Journal of Muslim Community Health
(JMCH) Vol 2 No 1. Keperawatan FKM Universitas Muslim Indonesia

Taufiqurrahman, dkk. (2020). Modul Implementasi IPC dalam Penanganan Stunting. Jurusan
Gizi. Poltekkes Kemenkes Surabaya.

Tim CFHC-IPE Fakultas Kedokteran UGM. (2014). Buku Acuan Umum CFHC-IPE.
Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada.
v

Anda mungkin juga menyukai