Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA TIM KESEHATAN

Dosen Pengampu

Ns. Gusti Barlia, M.Pd

Disusun oleh

Kelompok 1

Aditya Riza Saputra 221101003


Hadi Nopriadi 221101041
Intan Aurani 221101044
Katarina Eli 221101048
Nurlaila Hasanah 221101066
Putri Nabilah 221101070
Siti Rahmah 221101085
Sutriani 221101088

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

PRODI D-III KEPERAWATAN SINGKAWANG

TAHUN 2022/2023
HALAMAN PENGESAHAN

Makalah ini diajukan oleh Kelompok 1

Program Studi : D-III Keperawatan

Jenis Karya : Makalah NonSeminar

Mata Kuliah : Manajemen Pasien Safety

Judul Karya Ilmiah : Makalah Komunikasi Antar Anggota Tim Kesehatan

Telah disetujui oleh dosen pengajar mata kuliah untuk bahan pembelajaran di
kelas.

Singkawang, 20 Maret 2023

Dosen Pengampu

Dosen Pengampu I Dosen Pengampu II

2
Ns. Egidius Umbu Ndeta, M. Kes Ns. Gusti Barlia, M. Pd

VISI DAN MISI

PRODI D-III KEPERAWATAN SINGKAWANG


VISI

Menjadi Institusi Pendidikan Tinggi Keperawatan Vokasi dan Profesi sebagai


Rujukan Nasional Berkualitas Global

MISI

1. Menyelenggarakan Kegiatan Tridaharma perguruan Tinggi di Bidang


Keperawatan Vokasi dan Profesi Keperawatan yang berkualitas Global.
2. Menghasilkan lulusan keperawatan yang beintelektualiatas tinggi, berbudi
luhur dan mampu besaing secara Global.
3. Mengembangkan tata klola Perguruan Tinggi dibidang Keperawatan
Vokasi dan Profesi Kepwrawatan yang Mandiri, Transparan dan
Akuntabel.
4. Berperan Aktif dalam Kerjasama, Pengembangan dan Peningkatan Sistem
Pendidikan Tinggi Keperawatan ditingkat Global.

3
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat rahmat dan anugerah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah Manajemen Patient Safety “Komunikasi Antar Anggota Tim Kesehatan”.

Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak selaku dosen pengampu Ns.
Gusti Barlia, M.Pd mata kuliah Manajemen Patient Safety atas bimbingan yang
telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.

Singkawang, 20 Maret 2023

Kelompok 1

4
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................2
VISI DAN MISI................................................................................................................3
PRODI D-III KEPERAWATAN SINGKAWANG.......................................................3
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................3
A. KONSEP KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA TIM KESEHATAN.............3
B. KOMUNIKASI SBAR.........................................................................................7
BAB III...........................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
A. KESIMPULAN...................................................................................................11
B. SARAN................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................12

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi dalam keperawatan adalah pertukaran informasi antara dua
atau lebih manusia atau dengan kata lain pertukaran ide dan pikiran. Pada
dasarnya manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi antara satu
orang dengan yang lainnya. Dalam interaksi tersebut akan terjalin komunkasi baik
dalam konsep formal maupun informal. Adanya komunikasi akan dapat
menumbuhkan rasa kebersamaan, kepedulian, dan kerja sama yang baik dalam
mencapai tujuan bersama ataupun tujuan masing masing individu.
Selain itu, sebagai sifat alamiah manusia untuk senantiasa saling
membutuhkan satu dengan yang lainnya, komunikasi akan membangun
harmonisasi serta suasana yang kondusif. Sebagai manusia, kita perlu melakukan
sinergi satu dengan yang lainnya baik dalam kehidupan sehari-hari, lingkungan
organisasi, agama ataupun bernegara.
Dalam dunia pendidikan, baik pendidikan anak dirumah, ataupun
disekolah, kita mengenal bentuk komunikasi yang sering kali digunakan yaitu
komunikasi antar pribadi. Adapun karakteristik yang menjadi ciri khas
komunikasi tersebut adalah komunikasi terjadi secara langsung (face to face)
sehingga setiap respon dapat dikaji dan ditanggapi dengan baik, selain itu
komunikasi antar pribadi hanya berlangsung dalam lingkup kecil berkisar antara
2-3 orang saja, sehingga interaksi yang berlangsung menjadi lebih dekat dan
intimate. Ciri lainnya adalah komunikasi berlangsung setelah direncanakan
sebelumnya ataupun dapat juga secara spontan, selain itu, karena dalam lingkup
kecil kecil seringkali komunikasi bentuk tidak selalu membutuhkan media dalam
berkomunikasi. Komunikasi jenis ini seringkali dibutuhkan dalam komunikasi
intim antara orang tua dengan anak, guru dengan muridnya pada saat konseling
atau antara 2 orang sahabat.

6
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Komunikasi antar Anggota Tim Kesehatan?
2. Bagaimana teknik Komunikasi antar Anggota Tim Kesehatan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Konsep Komunikasi antar Anggota Tim Kesehatan.
2. Untuk mengetahui teknik Komunikasi antar Anggota Tim Kesehatan.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA TIM KESEHATAN


Komunikasi antar tim anggota kesehatan merupakan hubungan antara tim
anggota kesehatan yang satu dengan yang lainnya yang terintegrasi dan bertujuan
untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien. Komunikasi ini meliputi
komunikasi antara perawat dengan dokter, komunikasi antara perawat dengan
perawat, komunikais antara perawat dengan tenaga ahli respiratorik, kmunikais
antara perawat dengan farmasi dan komunikais antara perawat dengan ahli gizi,
sehingga akan menimbulkan tindakan kolaborasi antar anggota tim kesehatan.

Berikut akan dibahas mengenai komunikasi antar anggota tim kesehatan


yang memfokuskan pada hubungan perawat dengan angggota tim kesehatan
lainnya.

a. Komunikasi antara Perawat dengan Dokter


Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang
telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat
bekerja sama dangan dokter dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di
lingkungan di mana kebanyakan asuhan keperawatan bergantung pada instruksi
medis. Perawat diruang perawatan intensif dapat mengikuti standar prosedur yang
telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri. Perawat
dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter.
Contoh dari hubungan perawatan dengan dokter. Ketika perawat
menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes pulang kerumah, perawat
dan dokter bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga begaimana perawatan
diabetes di rumah. Selain itu komunikasi antara perawat dengan dokter dapat
terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disitu peran perawat adalah
memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta keluhan-keluhan dari
pasien, dan data penunjang seperti hasil laboraturium sehingga dokter dapat

8
mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien. Pada saat perawat
berkomunikasi dengan dokter pastilah menggunakan istilah-istilah medis,
disinilah perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi
kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan dengan baik serta
mencapai tujuan yang diinginkan.
Selain contoh di atas masih banyak interaksi yang memungkinkan
terjadinya komunikasi antara perawat dan dokter. Contoh lainnya ketika visite
dokter spesialis anak terhadap salah seorang pasien anak, maka perawat wajib
mendampingi dan perawat akan melaporkan segala bentuk kondisi, tindakan dan
perkembangan keaadaan pasien kepada dokter tersebut. Bila dokter belum jelas
mengenai laporan tersebut seperti kondisi tanda vital pasien tersebut maka dokter
akan berkomunikasi dan bertanya dengan perawat mengenai kondisi pasien
tersebut.
Komuniaksi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik
apabila dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan
tugas secara individu, perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis
yang tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan perawat dalam
memberikan data-data asuhan keperawatan, dan perawat sendiri membutuhkan
bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta memberikan
penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan baik
berawal dari komunikasi yang baik pula antara perawat dengan dokter.
b. Komunikasi antara Perawat dengan Perawat
Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar
tenaga kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan
informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan
dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar
perawat berjalan dengan baik.

Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan


keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan
struktural dan hubungan intrapersonal.

9
Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan
hubungan yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang
sama dalam memberikan pelayanan keperawatan. Contohnya komunikasi yang
terjadi pada saat koordinasi antara perawat A dengan perawat B pada saat
menerima pasien baru dari IGD untuk di berikan perawatan lebih lanjut di ruang
rawat inap. Maka antara perawat A dan perawat B akan menjalin komunikasi.

Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan


jabatan atau struktur masing - masing perawat dalam menjalankan tugas
berdasarkan wewenang dan tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat
primer, laporan perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang
perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang kepada
perawat pelaksana merupakan contoh hubungan struktural.

Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan


yang lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan
ini adalah hal- hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa
pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya. Contohnya perawat di
suatu ruangan membicarakan mengenai kondisi keluarganya di rumah. Mereka
saling mencurahkan isi hati dan bertukar pikiran, secara otomatis hal ini
memerlukan yang namanya proses komunikasi.

c. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Terapi Respiratorik


Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang
dirancang untuk peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien. Perawat
bekerja dengan pemberi terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan
dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis) lalu dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh
perawat. Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien secara bersama-sama
dan mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan klien dan
keluarga. Selain itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk perawatan lebih
jauh.
Contoh komunikasi antar perawat dengan ahli terapi respiratorik misalnya

10
Perawat merawat seseorang yang mengalamai PPOK dan merujuk klien tersebut
pada ahli terapis respiratorik untuk belajar latihan untuk menguatkaan otot-otot
lengan atas, untuk belajar bagaimana menghemat energi dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, dan belajar teknik untuk mempertahankan bersihan jalan
nafas.
d. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi
Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk
merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya
di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau
dalam pengembangan sistem pemberian obat.
Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan
mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan
pengobatan. Dengan demikian, perawat membantu klien membangun pengertian
yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang
dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang
pengobatan bersama tenaga kesehatan lainnya.
Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis yang tepat
dan efek smaping dari semua obat-obatan yang diberikan. Bila informasi ini tidak
tersedia dalam buku referensi standar seperti buku-teks atau formula rumah sakit,
maka perawat harus berkonsultasi pada ahli farmasi.
Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi tentang
obat-obatan mana yang sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat diberikan
secara bersamaan. Kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari bila baik
perawat dan apoteker sama-sama mengetahui dosis yang diberikan. Perawat dapat
melakukan pengecekkan ulang dengan tim medis bila terdapat keraguan dengan
kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat menyampaikan pada perawat
tentang obat yang dijual bebas yang bila dicampur dengan obat-obatan yang
diresepkan dapat berinteraksi merugikan, sehingga informasi ini dapat
dimasukkan dalam rencana persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang
profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-
obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi atau mungkin juga

11
terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam pengembangan sistem
pemberian obat.
Contoh, ketika perawat mengamprah obat di apotek maka antara perawat
dengan apoteker akan menjalin komunikasi. Perawat akan meminta obat sesuai
dengan kebutuhan pasien. Sedangkan apoteker akan memberikan obat beserta
penjelasan terkait obat tersebut. Perawat mendengarkan dengan baik lalu memilah
dan mengeceknya.

e. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi


Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS
merupakan hak setiap orang dan memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan
yang bermutu.

Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka
perawat harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang – obatan yang
digunakan pasien, jika perawat tidak mengkonunikasikannya maka dapat terjadi
pemilihan makanan oleh ahli gizi yang bisa saja menghambat absorbsi dari obat
tersebut. Jadi diperlukanlah komunikasi dua arah yang baik antara perawat dengan
ahli gizi.

B. KOMUNIKASI SBAR
Komunikasi SBAR (Situation, Background, Assassement, Recomendation)
adalah metode komunikasi yang digunakan untuk anggota tim medis kesehatan
dalam melaporkan kondisi pasien. SBAR digunakan sebagai acuan dalam
pelaporan kondisi pasien saat transfer pasien. Teknik SBAR menyediakan
kerangka kerja untuk komunikasi antara anggota kesehatan tentang kondisi
pasien. SBAR merupakan mekanisme komunikasi yang mudah diingat dan
merupakan cara yang mudah untuk berkomunikasi dengan anggota tim, serta
mengembangkan kerja anggota tim dan meningkatkan keselamatan pasien.

Komunikasi SBAR memiliki beberapa komponen. Komponen tersebut


meliputi:

12
a. Situation: Komponen situation ini secara spesifik perawat harus menyebut usia
pasien, jenis kelamin, diagnosis pre operasi, prosedur, status mental, kondisi
pasien apakah stabil atau tidak.
b. Background: Komponen background menampilkan pokok masalah atau apa
saja yang terjadi pada diri pasien, keluhan yang mendorong untuk dilaporkan
seperti sesak nafas, nyeri dada, dan sebagainya. Menyebutkan latar belakang
apa yang menyebabkan munculnya keluhan pasien tersebut, diagnosis pasien,
dan data klinik yang mendukung masalah pasien.
c. Assesment: Komponen assessment ini berisi hasil pemikiran yang timbul dari
temuan serta difokuskan pada problem yang terjadi pada pasien yang apabila
tidak diantisipasi akan menyebabkan kondisi yang lebih buruk.
d. Recommendation: Komponen recommendation menyebutkan hal-hal yang
dibutuhkan untuk ditindak lanjuti. Apa intervensi yang harus
direkomendasikan oleh perawat.

Berikut adalah contoh komponen komunikasi SBAR meliputi:

S: Identifikasi unit, pasien, status penyebab dari status klinik, status diagnosa,
status secara singkat seperti kapan dimulai. tujuan dari transfer dan indikasi
klinik atau tujuan dari tes diagnosis.

B: Tanggal penerimaan, vital sign, alergi, situasi nyeri, medikasi (dosis obat),
antibiotik, IV infus, hasil laboratorium, diit klinik informasi lainnya meliputi
jenis monitoring yang dibutuhkan.

A: Prioritas dari fokus masalah, karakteristik nyeri, pencegahan keamanan petugas


kesehatan, kemampuan koping dar penyakitnya, pencegahan kulit, monitoring
gastroentestinal perdarahan.

R: Pasien harus segera diperiksa, perintah terbaru, perintah diubah, pencegahan


keselamatan dari petugas dan pasien, transfer pasien, medikasi infus,
monitoring dan intervensi nyeri.

1. Manfaat Komunikasi SBAR


Komunikasi SBAR memiliki manfaat untuk:

13
a. Meningkatkan patient safety
b. Menurunkan angka malpraktik akibat komunikasi yang kurang
c. Meningkatkan kerja tim untuk menggunakan komunikasi yang efektif.
d. Memberikan informasi terkait kondisi pasien secara lengkap.

4. Penerapan Komunikasi SBAR

a. Operan

Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suati laporan
yang berkaitan dengan kondisi pasien. Tujuan dilakukan operan adalah untuk
menyampaikan kondisi pasien, menvampaikan asuhan Keperawatan vang
belum dilaksanakan, menyampaikan hal yang harus ditindaklanjuti, menyusun
rencana kerja. Untuk mencapai tujuan harus diterapkan komunikasi efektif
seperti SBAR.

b. Pelaporan Kondisi Pasien


Pelaporan kondisi pasien dilakukan oleh perawat kepada tenaga medis lain
termasuk dokter. Hal ini bertujuan untuk melaporkan setiap kondisi pasien
kepada dokter sehingga dokter dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan
kondisi pasien. Pelaporan kondisi pasien yang efektif dapat meningkatkan
keselamatan pasien. Faktor yang dapat mempengaruhi pelaporan kondisi
pasien adalah komunikasi. Komunikasi yang tidak efektif antara perawat dan
dokter dapat mempengaruhi keselamatan pasien. Berbagai jurnal yang telah
diteliti dihasilkan komunikasi efektif seperti SBAR dapat meningkatkan
komunikasi antara perawat-dokter sehingga angka keselamatan pasien
meningkat.
c. Transfer Pasien
Transfer pasien adalah perpindahan pasien dari satu ruangan ke ruangan lain
dan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk mendapatkan perawatan
lebih lanjut. Transfer pasien dibagi menjadi transfer pasien internal dan
eksternal. Transfer pasien internal adalah transfer antar ruangan di dalam
rumah sakit dan transfer pasien eksternal adalah transfer antar rumah sakit.

14
Transfer pasien dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah memiliki
kemampuan dan pengetahuan terkait prosedur transfer. Kemampuan dan
pengetahuan tenaga kesehatan yang harus dimiliki adalah memahami proses
pra transfer, peralatan transfer, dan komunikasi saat transfer pasien.
Komunikasi yang efektif diperlukan untuk proses transfer pasien. Komunikasi
SBAR merupakan salah satu komunikasi efektif yang dapat meningkatkan
keselamatan pasien.

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja tanpa
berkolaborasi dengan profesi lain. Profesi lain tersebut diantaranya adalah
dokter, ahli gizi, apoteker dsb. Setiap tenaga profesi tersebut mempunyai
tanggung jawab terhadap kesehatan pasien. Bila setiap profesi telah dapat saling
menghargai, maka hubungan kerja sama akan dapat terjalin dengan baik.

B. SARAN
Dengan dibuatnya makalah ini, penulis berharap bahwa ini dapat menjadi
pengingat bagi perawat maupun profesi lainnya untuk senantiasa menjaga
komunikasi satu sama lain untuk menghindari adanya kesalahpahaman, untuk
meningkatkan kekompakan antar profesi, dan juga untuk memperjelas status
perkembangan kesehatan klien demi tercapainya keselamatan dan kesembuhan
klien.

16
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Wibowo. 2022. Komunikasi Dalam Keperawatan. PT. Global Eksekutif


Teknologi.

Junaedi, Fajar. 2018. Komunikasi Kesehatan. Jakarta: Prenadamedia Group.

Selviana, Mega.2023.komunikasi antar anggota tim Kesehatan. Diakses dari :


https://id.scribd.com/document/408509190/komunikasi-antar-anggota-tim-
kesehatan-docx

17

Anda mungkin juga menyukai