Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena

berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya

untuk menunjang kehidupan.

Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi

mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh. Perkembangan sel darah

dan sistem limfatik yang berkaitan dengan fungsi tubuh dengan fisiologi

diperlukan dalam  pembelajaran untuk mengetahui fungsi sel darah dan sistem

limfatik lebih lanjut.

B. Rumusan Masalah

Beberapa masalah yang dibahas dalam makalah ini, diantaranya:

1. Apa definisi dan fungsi darah ?

2. Bagaimana perkembangan sel darah ?

3. Bagaimana pembentukan sel darah ?

4. Apakah  sitem limfatik?

5. Bagaimana Mekanisme aliran limfe?

C. Tujuan

1. Memahami definisi darah dan fungsinya.

2. Memahami perkembangan sel darah..

1
3. Mengetahui pembentukan sel darah.

4. Memahami perkembangan sel darah.

5. Memahami mekanisme aliran limfe.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Sel darah

1. Pengertian dan Funsi Darah

Darah merupakan sejenis jaringan ikat yang sel-selnya tertahan dan

dibawa dalam matriks cairan (plasma),terdapat didalam pembuluh darah yang

warna merah. Warna merah pada darah tergantung banyak tidaknya oksigen

yang dibawa oleh sel darah . darah memiliki pH sekitar 7,73-7,45,temperaturnya

sekitar 38oC. Volume darah total sekitar 5 liter pada laki-laki dewasa berukuran

rata-rata,dan kurang sedikit pada pada perempuan dewasa. Volume ini bervariasi

sesuai ukuran tubuh dan berbanding terbalik dengan jumlah jaringan adiposa.

Volume ini juga bervariasi sesuai perubahan cairan darah dan konsentrasi

elektrolitnya.

1. Sebagai alat transport yaitu  mengambil oksigen atau zat oksidasi untuk

diedarkan ke seluruh tubuh,mengangkat karbondioksidadari jaringan

untukdikeluarkan melalui paru-paru, mengangkut zat-zat makanan,

mengangkut zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui

ginjal dan kulit.

2. Sebagai sistem imun (pertahanan)

3. Mengatur suhu tubuh

4. Mengatur keseimbangan pH

5. Mengedarkan hormon

3
6. Menutup luka dibantu oleh keping-keping darah.

2. Parkembangan Sel Darah Merah

Eritrosit bentuknya bulat dengan lekukan pada sentralnya, terbungkus

dalam membran sel dengan permeabelitas tinggi. Membran ini elastis dan

fleksibel, sehinnga memungkinkan eritrosit menembus kapiler (pembuluh

darah terkecil). Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul

hemoglobin, sejenis pigmen pernapasan yang mengikat oksigen. Hemoglobin

merupakan protein yang kaya akan zat besi,memiliki daya gabung terhadap

oksigen itu membeentuk oksihemoglobin didalam sel darah merah. Dengan

fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru  ke jaringan. Volume

hemoglobin mencapai 1/3 volume sel.  

Sel darah merah biasanya bersirkulasi selama 120 hari sebelum

menjadi rapuh dan mudah pecah . Fragmen sel darah merah yang rusak akan

mengalami fagositosis oleh makrofag dalam limfa, hati, sumsum tulang, dan

jaringan tubuh lain. Globin terdegradasi menjadi amas amino, yang kemudian

akan diperbaharui untuk sistesin selular. Hem (bagian yang mengandung zat

besi ) diubah menjadi biliverdin (pigmen hijau) dan menjadi bilirubin

(pigmen kuning), yang dilepas kedalam plasma. Bilirubin diserap hati dan

disekresi dalam empedu. Sebagian  besar zat besi yang di lepas oleh hem akan

di ambil untuk di perbaharui dalam proses sintesis HgA selanjutnya.

4
a. Pengaturan produksi sel darah merah

Produksi eritrosit diatur oleh eritroprotein, suatu hormon glikoprotein

yang diproduksi terutama oleh ginjal. Kecepatan produksi eritroprotein

berbangding terbalik dengan persediaan oksigen dalam jaringan. Faktor

apapun yang menyebabkan jaringan menerima volume oksigen yang

kurang (anoksia) akan mengakibatkan peningkatan produksi

eritroprotein, sehingga makin menstimulasi produksi sel darah merah.

Sebagai contoh:

 Kehilangan darah akibat hemoragi mengakibatkan produksi sel darah

merah meningkat.

 Tinggal di dataraan tinggi dengan kandungan oksigen yang rendah

dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan peningkatan

produksi sel darah merah.

 Gagal jantung, mengurangi aliran darah ke jaringan, atau penyakit

paru yang mengurangi aliran darah, mengakibatkan peningkatan

produksi sel darah merah.

b. Kelainan pada sel darah merah :

 Anemia adalah definisi sel darah merah atau kekurangan hemoglobin

berikut ini adalah berapa jenis anemia

a. Anemia hemoragi terjadi akibat kehilangan darah akut. Sumsum

tulang akan memproduksi sel darah merah secara bertahap untuk

kembali ke kondisi normal.

5
b. Anemia defisiensi zat besi terjadi akibat penurunan asupan

makanan, penurunan gaya absorpsi, atau kehilangan zat besi secara

berlebihan.

c. Anemia aplastik ( sumsum tulang tidak aktif), di tandai dengan

penurunan sel darah merah secara besar besaran. Hal ini dapt

terjadi karena paparan radiasi yang berlebihan, keracunan zat

kimia,atau kanker.

d. Anemia pernicious karna tidak ada vitamin B 12 .

e. Anmeia sesabit (sisckle ceer anemia) adalah penyakit keturunan

dimana molekul hemoglobin yang berberda pada hemoglobin

normalnya karena penggantian salah satu asam amino pada rantai

polipeptida beta. Akibatnya sel darah merah terdistorsi (terhambat)

menjadi berbentuk sabit dalam kondisi konsentrasi oksigen yang

rendah sel-sel terdistorsi ini menutup kapiler dan mengganggu

aliran darah.

b. Polisitemia adalah peningkatan jumlah sel darah merah dalam

sirkulasi,yang mengakibatkan peningkatan viskositas (ketahanan aliran

cairan)  dan volume darah.

1.     Polisitemia kompensatori (sekunder) dapat terjadi akibat hipoksia

(kekurangan oksigen) karena hal berikut ini :

a.       Kediaman permanen di dataran tinggi

6
b.      Aktifitas fisik berkepanjangan

c.       Penyakit paru atau jantung

2.      Polisitemia vera adalah gangguan  pada sumsum tulang.

B. Pencegahan Infeksi Nosokomial

Pencegahan Infeksi nosokomial yaitu dengan:

1. Membatasi transmisi organisme dari atau antar pasien dengan cara mencuci

tangan dan penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan aseptik,

sterilisasi dan disinfektan.

2. Mengontrol resiko penularan dari lingkungan.

3. Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi

yang cukup, dan vaksinasi.

4. Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur invasi

5. Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya.

Selain itu Pencegahan Infeksi nosokomial juga dengan menggunakan Standar

kewaspadaan terhadap infeksi, antara lain :

1. Cuci Tangan

 Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan bahan

terkontaminasi.

 Segera setelah melepas sarung tangan.

 Di antara sentuhan dengan pasien.

7
2. Sarung Tangan

 Bila kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, dan bahan yang

terkontaminasi.

 Bila kontak dengan selaput lendir dan kulit terluka.

3. Masker, Kaca Mata, Masker Muka

Mengantisipasi bila terkena, melindungi selaput lendir mata, hidung, dan

mulut saat kontak dengan darah dan cairan tubuh.

4. Baju Pelindung

 Lindungi kulit dari kontak dengan darah dan cairan tubuh

 Cegah pakaian tercemar selama tindakan klinik yang dapat berkontak

langsung dengan darah atau cairan tubuh

5. Kain

 Tangani kain tercemar, cegah dari sentuhan kulit/selaput lendir

 Jangan melakukan prabilas kain yang tercemar di area perawatan pasien

 Peralatan Perawatan Pasien

a. Tangani peralatan yang tercemar dengan baik untuk mencegah kontak

langsung dengan kulit atau selaput lendir dan mencegah kontaminasi

pada pakaian dan lingkungan

b. Cuci peralatan bekas pakai sebelum digunakan kembali

6. Pembersihan Lingkungan

8
Perawatan rutin, pembersihan dan desinfeksi peralatan dan perlengkapan

dalam ruang perawatan pasien

7. Instrumen Tajam

 Hindari memasang kembali penutup jarum bekas

 Hindari melepas jarum bekas dari semprit habis pakai

 Hindari membengkokkan, mematahkan atau memanipulasi jarum bekas

dengan tangan

 Masukkan instrument tajam ke dalam tempat yang tidak tembus tusukan

8. Resusitasi Pasien

Usahakan gunakan kantong resusitasi atau alat ventilasi yang lain untuk

menghindari kontak langsung mulut dalam resusitasi mulut ke mulut

9. Penempatan Pasien

10. Tempatkan pasien yang mengontaminasi lingkungan dalam ruang pribadi /

isolasi

C. Peran bidan dalam penanggulangan infeksi nosokomial

Alat Pelindung Saat Menolong Persalinan dan Nifas Dengan menggunakan

Standar kewaspadaan terhadap infeksi. Antara lain :

a. Cuci Tangan

 Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan bahan

terkontaminasi

 Segera setelah melepas sarung tangan

 Di antara sentuhan dengan pasien

9
b. Sarung Tangan

• Bila kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, dan bahan yang

terkontaminasi

• Bila kontak dengan selaput lendir dan kulit terluka

c. Masker, Kaca Mata, Masker Muka

Mengantisipasi bila terkena, melindungi selaput lendir mata, hidung, dan

mulut saat kontak dengan darah dan cairan tubuh

d. Baju Pelindung

• Lindungi kulit dari kontak dengan darah dan cairan tubuh

• Cegah pakaian tercemar selama tindakan klinik yang dapat berkontak

langsung dengan darah atau cairan tubuh

e. Kain

• Tangani kain tercemar, cegah dari sentuhan kulit/selaput lendir

• Jangan melakukan prabilas kain yang tercemar di area perawatan pasien

f. Peralatan Perawatan Pasien

• Tangani peralatan yang tercemar dengan baik untuk mencegah kontak

langsung dengan kulit atau selaput lendir dan mencegah kontaminasi

pada pakaian dan lingkungan

• Cuci peralatan bekas pakai sebelum digunakan kembali

g. Pembersihan Lingkungan

10
Perawatan rutin, pembersihan dan desinfeksi peralatan dan perlengkapan

dalam ruang perawatan pasien

h. Instrumen Tajam

• Hindari memasang kembali penutup jarum bekas

• Hindari melepas jarum bekas dari semprit habis pakai

• Hindari membengkokkan, mematahkan atau memanipulasi jarum bekas

dengan tangan

• Masukkan instrument tajam ke dalam tempat yang tidak tembus tusukan

i. Resusitasi Pasien

Usahakan gunakan kantong resusitasi atau alat ventilasi yang lain untuk

menghindari kontak langsung mulut dalam resusitasi mulut ke mulut

j. Penempatan Pasien

Tempatkan pasien yang mengontaminasi lingkungan dalam ruang pribadi /

isolas

BAB III

11
PENUTUP

A. Kesimpulan

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang timbul ketika pasien di rawat di

rumah sakit infeksi ini dapat menular dari satu pasien ke pasien lainya serta

petugas medis,selain itu alat kesehatan yang di gunakan biasanya sebagai media

transmisi dalam segi penularan sebab biasanya kurang sterilnya alat kesehatan

tersebut.Infeksi ini disebabkan dari mikroorganisme yang ada dalam tubuh

manusia dan juga bakteri dari lingkungan rumah sakit.oleh karna itu dengan

pencegahan dan pengendalian terhadap infeksi ini dengan berbagai cara mulai

sterilisasi alat kesehatan,pemusnahan mikroorganisme yang menjadi

penyebabnya serta sanitasi lingkungan.

B. Saran

1. Sterilisasi alat kesehatan agar mengurangi dampak dari penularan infeksi

nosokomial.

2. Melakukan sanitasi lingkungan sekitar dengan baik dan benar,

3. Serta penanganan pasien infeksi sesuai dengan prosedur.

DAFTAR PUSTAKA

12
Committee on Identifying Priority Areas for Quality Improvement, Karen Adams,

Janet M. Corrigan (2003). Priority Areas for National Action: Transforming Health

Care Quality. National Academies Press.

Steven Jonas, Raymond L. Goldsteen, Karen Goldsteen (2007). Introduction to the

US health care system. Springer Publishing Company.

Riana Infeksi Nosokomial RumahSakit. Dimuat dalam http://riana-a-

hfkm10.web.unair.ac.id/artikel_detail-41324-ADMINISTRASI%20RUMAH

%20SAKIT%20DAN%20PUSKESMAS-Infeksi%20Nosokomial

%20RumahSakit.html

13

Anda mungkin juga menyukai