Anda di halaman 1dari 11

makalah keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Keseimbangan cairan dan elektrolit pada manusia adalah salah satu materi penting yang harus
kita pelajari dalam ilmu dasar keperawatan, yang mana cairan tubuh memiliki arti satu kesatuan
cairan dalam tubuh, dengan adanya regulasi dalam hal volume dan unsur-unsur yang
dikandungnya melalui pertukaran antar kompartemen (hubungan osmotic). Dengan dibuatnya
makalah ini untuk memenuhi persyaratan tugas yang wajib diselesaikan, dan tentunya menjadi
suatu bahan pembelajaran yang sangat bermanfaat bagi kami.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimanakah pergerakan cairan tubuh manusia?
2. Bagaimanakah pengaturan pertukaran cairan (difusi, osmosis, filtrasi) pada tubuh manusia?
3. Bagaimanakah sistem koloid pada tubuh manusia?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pergerakan cairan tubuh manusia
2. Untuk mengetahui pengaturan pertukaran cairan (difusi, osmosis, filtrasi) pada tubuh manusia
3. Untuk mengetahui sistem koloid pada manusia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENDAHULUAN
Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung konsentrasi
nutrient, gas, dan elektrolit yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi normal sel.
Kelangsungan hidup sel memerlukan lingkungan internal yang konstan
(homeostatis).Mekanisme regulator penting untung mengendalikan keseimbangan volume,
komposisi, dan keseimbangan asam-basa cairan tubuh selama fluktuasi metabolik normal atau
saat terjadi abnormalitas, seperti penyakit atau trauma.

Mekanisme Homeostatis

Homeostasis adalah proses untuk mempertahankan lingkungan internal dalam keadaan stabil
yang melibatkan semua sistem organ yang dimiliki manusia.

2.2. KESEIMBANGAN CAIRAN (cairan tubuh )


A. Pengertian
Cairan tubuh adalah satu kesatuan cairan dalam tubuh, dengan adanya regulasi dalam hal
volume dan unsur-unsur yang dikandungnya melalui pertukaran antar kompartemen (hubungan
osmotik).
B. Jumlah dan Distribusi
Jumlah cairan tubuh hampir 57 %
Pada berat 70 kg jumlah cairan 40 liter
Pada Neonatus ~ 75 %, gemuk 45 %
Sumber : air diminum dan metabolisme
Total per hari 2400 ml
Kehilangan cairan :
Sensible : urine, keringat, feces ~ 1700 ml
Insensible : pernafasan, kulit ~ 700 ml
Kehilangan cairan meningkat pada suhu panas (3400 ml) dan pd gerak (6700 ml)
Jumlah total air seseorang dg BB rata-rata 70 kg adalah sekitar 40 liter ( 57% BB total)
Sejumlah kecil air disintesis di dlm tubuh sbg akibat oksidasi hidrogen dlm makanan, yaitu sekitar
150 250 ml/hari tergantung pd kecepatan metabolisme
Masukan cairan normal termsk disintesis di dlm tubuh, rata-rata sekitar 2400 ml
Kira-kira seperenam jaringan tubuh merupakan ruang antara sel-sel, yg bersama-sama dinamakan
interstisial. Cairan di dalam ruangan ini dinamai cairan intertisial.
C. Kompartemen Cairan Tubuh
1. Kompertemen Cairan Intraselular (CIS) mengacu pada cairan dalam miliaran sel tubuh. Kurang
lebih dua pertiga cairan tubuh adalah cairan intraselular.
2. Kompertemen Cairan Ekstraselular (CES) yang terdiri dari seluruh cairan tubuh di luar sel,
mengandung sepertiga air tubuh.
Terdiri dari :

1) Cairan interstisial adalah Cairan di sekitar sel tubuh dan limfe adalah cairan dalam pembuluh
limfatik. Gabungan kedua cairan ini mencapai tiga perempatan CES.
2) Plasma darah adalah bagian cairan dari darah dan mencapai seperempat CES.
3) Serebrospinal adalah cairan yang terdapat di otak sampai sumsum tulang belakang.
4) Intraokuler adalah sifat khusus, sekresi &difusi
5) GITadalah cairan yang terdapat pada pencernaan.
6) Potensial space adalah cairan interpleura, peritoneal space, perikardial, ruang sendi. Bertambah
pada beberapa penyakit.
3. Komposisi Kompartemen Cairan
CES. Plasma darah dan cairan interstisial memiliki isi yang sama yaitu ion natrium dan klorida
serta ion bikarbonat dalam jumlah besar, tetapi sedikit ion kalium, kalsium, magnesium, fosfat,
sulfat, dan asam organik.Perbedaannya adalah dalam hal protein ; plasma mengandung lebih
banyak protein dan cairan interstisial mengandung sangat sedikit protein.
CIS. Akibat pompa natrium-kalium dependen ATP, konsentrasi ion natrium dan kalium
interaselular berlawanan dengan yang ada dalam CES. Ion kalium intraselular berkonsentrasi
tinggi dan ion natrium intraselular berkonsentrasi rendah.Konsentrasi protein dalam sel tinggi,
yaitu sekitar empat kali konsentrasi dalam plasma.
4. Pergerakan Cairan AntarKompartemen
a. Antara Sel dan CES
Distribusi air di dalam dan di luar sel bergabtung pada tekanan osmotic
Tekanan osmotik berkaitan dengan konsentrasi zat terlarut total (osmolalitas) di dalam dan
diluar sel. Air akan bergerak dari regia berosmolalitas rendah ke regia berosmolalitas tinggi.
Normalnya, osmolalitas di dalam dan luar sel adalah sama dan tidak ada penarikan atau
pengeluaran air menuju dan keluar sel.
Jika zat terlarut atau air tidak bertambah atau hilang,ekuilibrium osmotic sementara akan
tergantung. Air kemudian akan bergerak masuk atau keluar sel sampai ekuilibrium baru tercapai.
b. Antara plasma dan cairan interstisial
Pergerakan air menembus membrane sel kapiler di atur oleh tekanan hidrostatik dan osmotic
sesuai tekanan yang di jelskan dalam hopetesis starling-landis.
Peningkatan tekanan hidrostatik kapilar atau penuran tekanan osmotic koloid plasma
mengakibatkan semakin banyak cairan inters tisial. Sebaliknya, penurunan tekanan hidrostatik
kapilar atau peningkatan tekanan osmotic koloid plasma menyebabkan pergerakan cairan
interstisial kedalam kapilar.
D. Keadaan Keadaan Khusus
1) Asupan dan Output air harian dari seseorang dengan aktivitas sedang dan suhu tubuh adalah
seimbang, yaitu sekitar 2.500 ml. dalam tubuh yang sehat, penyesuaian terhadap keseimbangan
air terjadi melalui peningkatan asupan air dalam mekanisme haus atau melalui penurunan
keluaran air oleh ginjal.
a. Asupan air dalam 24 jam da dapat terutama dari diet.
1) Makanan yang ditelan mengandung sekitar 700 ml air. Daging mengandung 50% sampai 75%
dan beberapa jenis buah dan sayuran mengandung 95% air.
2) Air atau minuman lain yang konsumsi mencapai sekitar 1.600 ml.
3) Air metabolic yang dihasilkan melalui katabolisme mencapai sekitar 300ml. Katabolisme 1 g
lemak menghasilkan 1,07 ml air; 1g karbohidrat, 0,55 ml air; dan 1 g protein , 0,41 ml air.
b. Keluaran air (kehilangan air) terjadi melalui beberapa rute.
1) Ginjal bertanggung jawab untuk kehilangan air terbesar (sekitar 1.500 ml).
2) Air juga hilang melalui kulit, yaitu saat berkeringatan dan melalui perspirasi tak kasat mata
(sekitar 500 ml), melalui evaporasi paru (300 ml), dan melalui saluran gastrointestinal (200
ml).
2) Haus atau keinginan secara sadar untuk mendapatkan air adalah pengatur utama asupan air.
a. Pengaturan haus. Mekanisme haus di kendalikan oleh pusat haus dalam hipotalamus. Pusat ini
mengandung saraf spesifik yang disebut osmoreseptor yang letaknya dekat dengan neuron yang
mensekresi hormon antidiuretik (ADH).
b. Stimulus utama untuk pusat haus adalah peningkatan osmolatitas plasma dan penurunan volume
darah.
1) Peningkatan osmolatitas CES, seperti yang di akibatkan oleh ingesti natrium klorida
menyebabkan osmoreseptor kehilangan air, mengecil dan berdepolarisasi. Implus member sinyal
korteks serebral untuk memulai sensasi haus yang dapat dihilangkan dengan meminium air.
2) Penurunan volume darah (tekanan darah), seperti yang terjadi akibat hemoragi, dirasakan oleh
baroreseptor kardiovaskular, dan mengaktifkan mekanisme haus. Juga, pelepasan renin oleh
ginjal mengakibatkan produksi angiotensin yang berlangsung bekerja pada otak intuk
menstimulasi sensasi haus.
3) Mulut dan kerongkongan kering menyebabkan sensasi haus.
3) Pengaturan hormonal untuk keluaran air.
a. ADH diproduksi untuk merespon stimulus osmotik dan nonosmotik yang sama yang
menyebabkan sensasi haus. ADH mengakibatkan retensi air oleh ginjal dan penurunankeluaran
urine.
1) Peningkatan osmolatitas plasma menstimulasi osmoreseptor hipotalamus dan menyebabkan
refleks sekresi ADH. Peningkatan konsentrasi ion natrium (hipernatremia) dan glukosa
(hiperglikemia) plasma merupakan stimulus utama untuk pelepasan ADH.
2) Penurunan volume darah sekitar 10% sampai 15% dirasakan oleh osmoreseptor hipotalamus
dan mengakibatkan peningkatan produksi ADH.
b. Mekanisme renin-angiotensin-aldosteron mengendalikan reabsorpsi ginjal terhadap ion
natrium dan ekskresi ion kalium. Angiontensin menstimulasi aldosteron yang di sekresi oleh
korteks adrenal untuk bekerja pada tubulus kontortus distal agar reabsorpsi natrium meningkat.
Karena air secara osmotik mengikuti natrium, maka terjadi retensi air. Peningkatan volume CES
akibat retensi air akan menghambat produksi rennin.
E. Gangguan keseimbangan air
1) Dehidrasi adalah kekurangan air dalam satu periode waktu yang tidak dapat diganti melalui
mekanisme regulator normal. Dengan demikian tubuh berada dalam keseimbangan air yang
negative. Kehilangan air akibat kondisi abnormal atau stress terjadi melalui hemoragi, demam,
luka bakar, hiperventilasi, muntah, diare, atau keringat yang berlebiah.

2.3. Keseimbangan Elektrolit


A. Gambaran Singkat
1. Pemeliharaan keseimbangan air dalam tubuh diatur melalui volume CES dan osmolatitas yang
pada gilirannya bergantung pada keseimbangan elektrolit CES karena osmolalitas menentukan
daya penarikan air suatu larutan.
2. Ion Natrium merupakan ion paling banyak (90%) dari kation yang ada dalam CES. Dengan
demikian Natrium dan Anion pasangannya bertanggung jawab untuk osmolatitas CES.
3. Gangguan pada CES menyebabkan perubahan volume plasma dan tekanan darah. Dengan
demikian mekanisme pengaturan volume dan tekanana darah melibatkan pengendalian
kandungan Natrium dalam tubuh.
4. Konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh dinyatakan dalam milliequivalen per liter (mEQ/L)
yaitu ukuran sejumlah ion dalam larutan dikali jumlah muatan listrik yang dibawa oleh ion dalam
setiap liternya.
B. Natrium
1. Keseimbangan sumber utama Natrium adalah makanan. Asupannya berfariasi mulai dari 4G
sampai 20G NaCl. Natrium dikeluarkan melalui kulit, ginjal, dan saluran gastrointestinal.
a. Keseimbangan Natrium positif terjadi jika asupan melebihi keluaran. Karena air terikat
dengan Natrium maka volume CES dan Plasma akan mengikat. Retensi air dan Natrium dapat
mengakibatkan penambahan berat badan dan terjadinya edema. Gagal jantung kongestif atau
penyakit ginjal adalah kondisi klinis yang dapat menyebabkan keseimbangan natrium positif.
b. Keseimbangan natrium negative terjadi jika keluaran melebihi asupan peningkatan kehilangan
Natrium menyebabkan penurunan volume CES dan plasma dengan disertai tekanan darah rendah
dan sirkulasi yang tidak memadai.
2. Pengaturan Natrium dalam tubuh terjadi terutama melalui ekskresi Natrium oleh ginjal
bukannya melalui asupan Nutrisi. Factor-faktor yang mempengaruhi mekanisme ginjal meliputi
gangguan pada volume darah, tekanan darah, atau natrium plasm.
a. Laju filtrasi glomelular (GFR) mengatur jumlah Natrium yang difiltrasi.
1) Contoh : penurunan tekanan darah mengakibatkan refleks vasokontriksi arteriol averen yang
mengurangi aliran darah kedalam glomerulus. Akibatnya, GFR menurun jumlah natrium yang
difiltrasi berkurang, jumlah natrium dan air yang diekskresi berkurang sehingga simpanan garam
dan air akan menaikkan tekanan darah.
2) Sebaliknya, Peningkatan kadar natrium darah yang disertai peningkatan tekanan darah pada
akhirnya akan meningkatkan GFR dan ekskresi natrium serta air.
b. Aldosteron menstimulasi reabsorbsi ion natrium dari tubulus pengumpul dan saluran distal
ginjal serta dari kelenjar keringat, kelenjar saliva, dan saluran gastrointestinal. Ini meningkatkan
ekskresi ion kalium dan hydrogen pada tubulus kontortus distal dan duktus pengumpul kendali
pada sekresi aldosteron memiliki beberapa komponen.
1) System renin/angiostensin/aldosteron
a. Renin dilepaskan dari apparatus jukstaglomelularginjal untuk merespon tekanan darah yang
rendah, konsentrasi natrium yang rendah, penurunan tekanan arteri, dan kehilangan
air(hipopolemia).
b. Renin bergabung dengan angiotensinogen substrat dalam plasma dan merubahnya menjadi
angiotensin 1 dan angiotensin 1 diubah dalam paru-paru menjadi angiotensin 2.
c. Angiotensin 2 yang secara tidak teraktivitasi dalam beberapa menit memiliki beberapa aksi
fisiologios langsung.
I. Angiotensin 2 menstimulasi pelepasan aldosteron dari zoma
glomerulosa korteks adrenal.
II. Angiotensin 2 menstimulasi haus.
III. Angiotensin menstimulasi sekresi ADH dan ACTH. ACTH
mempertahankan pertumbuhan zona glomerulosa.
IV. Angiotensin 2 adalah fase vasokonstriktor peningkatan kuat
yang menyebabkan pengingkatan tekanan darah.
2) Kalium. Peningkatan konsentrasi ion kalium plasma sebesar 10% (hiperkalemia) secara
langsung menstimulasi pelepasan aldosteron. Pelepasan aldosteron akan meningkatkan sekresi
K+ dalam tubulus kontortus distal saat natrium diabsorpsi.
C. Kalium
1. Keseimbangan. Kalium adalah kation intraselular utama (95%). Ion ini secara normal
dikonsumsi dan di ekskresi dalam dalam jumlah yang seimbang, yaitu 10% dari asupan harian
diekskresi dalam feses dan 90% dalam urine.
2. Fungsi. Kalium penting dalam aktivitas listrik saraf dan jaringan otot. Ion ini mempertahankan
osmolalitas dalam sel dan penting dalam metabolism selular. Kalium dalam CES memengaruhi
keseimbangan asam basa cairan ini.
3. Pengaturan kadar kalium darah dikendalikan oleh aldosteron. Hormon lain yang menstimulasi
asupan selular terhadap kalium adalah insulin dan epimifrin.
4. Ketidakseimbangan kalium.
a) Kekurangan kalium (hipokalemia) dapat terjadi akibat muntah dan diare, asupan natrium
berlebih, penyakit ginjal, atau akibat penggunaan obat diuretic untuk hipertensi dan edema.
Hipokalemia dapat menyebabkan aritmia jantung.
b) Kalium berlebih (hiperkalemia) terjadi akibat ekskresi ginjal yang inadekuat. Hiperkalimia
dapat menyebabkan fibrilasi jantung dan membahayakan kehidupan.
D. Kalsium dan Fosfat
1. Distribusi
a) Kalsium pada dasarnya adalah elektrolit ekstraselular. Sebagian besar kalsium (99%) berada
dalam rangka, tempat nya berikatan dengan fosfat dalam bentuk Kristal hidroksiapatit matriks.
Sisanya berada di CES dan sejumlah jaringan.
b) Konsentrasi fosfat dalam CIS tinggi dan dalam CES rendah. Produk konsentrasi kalsium dan
fosfat dalam plasma akan tetap konstan walaupun ada peningkatan atau penuruna salah satu ion.
Umumnya, perubahan konsentrasi fosfat dalam CES hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak
memili efek fisiologis.
2. Keseimbangan. Faktor yang memengaruhi jumlah kalsium dalam plasma adalah jumlah
kalsium yang dikonsumsi, jumlah yang di absorpsi dari saluarn pencernaan, dan jumlah yang
diekskresi dalam urine feses.
3. Fungsi. Selain peran stukturalnya dalam tulang dan gigi, kalsium CES diatur secara seksama
karena penting dalam motilitas sel, pembekuan darah, kontraksi otot, konduksi saraf, respons
hormonal, dan proses sekretorik. Kebalikan dari fosfat, perubahan konsentrasi ion kalsium
memiliki efek yang signifikan.
4. Pengaturan konsentrasi kalsium dalam CES dan plasma darah terutama dilakukan melalui
mekanisme hormonal.
a) Hormon paratiroid (dari kelenjar paratiroid) menstimulasi osteoklas dalam tulang untuk
melepas kalsium dan fosfat ke dalam CES. Hormon ini meningkatkan absorpsi kalsium dari
saluran pencernaan dan reabsorpsi dari tubulus ginjal. Juga menurunkan ekskresi kalsium .
Konsentrasi kalsium darah yang rendah akan menstimulkasi pelepasan hormone paratiroid.
b) Kalsitonin (dari kelenjar tiroid) dilepas unutuk merespon konsentrasi kalsium darah yang tinggi.
Kalsitonin menghambat osteoklas dan menstimulasi osteoblas untuk membentuk tulang.
c) Vitamin D. Esensial untuk pembentukan tulang baru, diaktifasi oleh hormone tiroid. Vitamin ini
meningkatkan absorpsi kalsium dari saluran pencernaan dan reabsorpsi dari tubulus ginjal.
d) Motulator lain untuk kadar kalsium darah antara lain stress mekanis pada tulang, aktivitas
muscular yang berat dan lama, perubahan ph darah, dan hormon kelamin.
E. Anionlain, seperti klorida dan bikarbonat, diatur bersamaan dengan pengaturan ion natrium dan
keseimbangan asam basa tubuh. Sulfat, nitrat dan laktat memiliki maksimum transpor (transport
maximum). Jika maksimum transpornya terlewati ion yang berlebihan akan di ekskresi
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung konsentrasi
nutrient, gas, dan elektrolit yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi normal sel.
Kelangsungan hidup sel memerlukan lingkungan internal yang konstan (homeostatis).
1. Keseimbangan Cairan
Pengertian
Cairan tubuh adalah satu kesatuan cairan dalam tubuh, dengan adanya regulasi dalam hal volume
dan unsur-unsur yang dikandungnya melalui pertukaran antar kompartemen (hubungan osmotik).
Jumlah dan Distribusi
Jumlah cairan tubuh hampir 57 %
Sumber : air diminum dan metabolisme
Kehilangan cairan :
Kehilangan cairan meningkat pada suhu panas (3400 ml) dan pd gerak (6700 ml)
Kompartemen Cairan Tubuh
Kompertemen Cairan Intraselular (CIS)
Kompertemen Cairan Ekstraselular (CES)
Komposisi Kompartemen Cairan
Pergerakan Cairan AntarKompartemen
Antara Sel dan CES
Antara plasma dan cairan interstisial
Keadaan Keadaan Khusus
Asupan dan Output air harian
Asupan air dalam 24 jam da dapat terutama dari diet.
Keluaran air (kehilangan air) terjadi melalui beberapa rute.
Haus atau keinginan secara sadar untuk mendapatkan air adalah pengatur utama asupan air.
Pengaturan hormonal untuk keluaran air.
Gangguan keseimbangan air
Dehidrasi adalah kekurangan air dalam satu periode waktu yang tidak dapat diganti melalui
mekanisme regulator normal.
2. Keseimbangan Elektrolit
Gambaran Singkat
a. Pemeliharaan keseimbangan air dalam tubuh diatur melalui volume CES dan osmolatitas yang
pada gilirannya bergantung pada keseimbangan elektrolit CES karena osmolalitas menentukan
daya penarikan air suatu larutan.
b. Ion Natrium merupakan ion paling banyak (90%) dari kation yang ada dalam CES. Dengan
demikian Natrium dan Anion pasangannya bertanggung jawab untuk osmolatitas CES.
c. Gangguan pada CES menyebabkan perubahan volume plasma dan tekanan darah. Dengan
demikian mekanisme pengaturan volume dan tekanana darah melibatkan pengendalian
kandungan Natrium dalam tubuh.
d. Konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh dinyatakan dalam milliequivalen per liter (mEQ/L)
yaitu ukuran sejumlah ion dalam larutan dikali jumlah muatan listrik yang dibawa oleh ion dalam
setiap liternya.
Natrium
Kalium
Kalsium dan Fosfat
Anion lain

Daftar Pustaka
Sloane, Ethel. 2003.Anatomi dan Fisiologi.Buku Kedokteran EGC;Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai