Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATA KULIAH

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN


PERUBAHAN ANATOMI DAN FISIOLOGIS SISTEM PERKEMIHAN
PADA IBU HAMIL

Disusun Oleh :
Aurina Dwi Febrianti (P27824419007)
Istiqomatul Laila (P27824419024)
Rizki Wulansari (P27824419039)
Rosa Permata Sari (P27824419041)

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

Makalah ini merupakan tugas kelompok bagi mahasiswa Prodi Profesi Bidan
Kampus Sutomo Poltekkes Kemenkes Surabaya untuk memenuhi tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan Kehamilan. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Astuti Setiyani, SST., M.Kes., selaku ketua jurusan kebidanan Kampus


Poltekkes Kemenkes Surabaya

2. Dwi Purwanti, S.Kp., SST., M.Kes selaku ketua prodi pendidikan profesi
bidan Kampus Poltekkes Kemenkes Surabaya

3. Evi Pratami, SST., M.Keb selaku dosen mata kuliah Kampus Poltekkes
Kemenkes Surabaya

4. Seluruh pihak yang turut membantu dan kerja sama dalam menyelesaikan
makalah yang berjudul perubahan anatomi dan fisiologis sistem perkemihan
pada ibu hamil
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampe akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita, Amin.

Surabaya, 22 Maret 2021

Penulis

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................................ii
BAB 1......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................3
2.1 Definisi.........................................................................................................................3
2.2 Fungsi Sistem Perkemihan..........................................................................................3
2.3 Anatomi dan Fisiologi Organ Sistem Perkemihan.....................................................4
2.4 Perubahan Fisiologis Saluran Kemih pada Kehamilan............................................7
2.5 Perubahan anatomi dan Adaptasi Fisiologis pada Ibu Hamil Trimester I,II,III....9
2.6 Kelainan-Kelainan Sistem Perkemihan pada Ibu Hamil........................................11
2.7 Cara Penanggulangan Perubahan Sistem Perkemihan pada Ibu Hamil...............13
BAB III.................................................................................................................................14
PENUTUP............................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................14
3.2 Saran...........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................i
Bibliography.............................................................................................................................i

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah pentingnya
dalam tubuh manusia. Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria,
dan uretra yang menyelenggarakan serangkaian proses untuk tujuan mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit, mempertahan kan keseimbangan asam basa
tubuh, mengekuarkan sisa-sisa metabolisme zat seperti urea, kreatinin ,asam urat dan
urin. Apabila terjadi gangguan pada sistem perkemihan maka dapat menyimpulkan
gangguan kesehatan yang sangat serius dan komplek. Gangguan yang terjadi pada
system perkemihan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang salah satunya
disebabkan oleh pembesaran pada prostat atau biasa disebut dengan benigna prostat
hipertropi. Lebih dari setengahnya orang yang usianya di atas 50 tahun dan 75% pria
yang usianya 70 tahun menderita gejala-gejala semacam pembesaran prostat (Long
2002).

Benigna prostat hipertropi berdampak pada kelancaran pengeluaran urin dari


kandung kemih sehingga menyebabkan retensi urin, aliran yang tidak lancar ini
mengakibatkan urin menjadi statis sehingga mempermudah terjadinya infeksi. Pada
keadaan infeksi, bakteri yang memecah ureum dan membentuk ammonium yang akan
mengendapkan garam-garam prostatsehingga akan mempercepat terbentuknya batu
saluran kemih. Dampak yang sering terjadi akibat retensi urin adalah pembentukan
batu. Komplikasi kelainan seperti hematuri, retensi urin, nyeri pada saat berkemih
sampai pada ginjal kronik (Smeltzer & Bare 2002).

Indonesia kini semakin hari semakin maju dan dengan berkembangnya


sesebuah negara, maka usia harapan hidup pasti bertambah dengan sarana yang
makin maju, maka kadar penderita BPH secara pastinya turut meningkat. (Furqan,
2003) Secara pasti, bilangan penderita pembesaran prostat jinak belum di dapat, tetapi

1
secara prevalensi di RS, sebagai contoh jika kita lihat di Jakarta, di RS Cipto
Mangunkusumo ditemukan 423 kasus pembesaran prostat jinak yang dirawat selama
tiga tahun (1994-1997) dan di RS Sumber Waras sebanyak 617 kasus dalam periode
yang sama (Ponco Birowo, 2002). Ini dapat menunjukkan bahawa kasus BPH adalah
antara kasus yang paling mudah dan banyak ditemukan. Kanker prostat, juga
merupakan salah satu penyakit prostat yang lazim berlaku dan lebih ganas berbanding
BPH yang hanya melibatkan pembesaran jinak daripada prostat. Kenyataan ini adalah
berdasarkan bilangan dan presentase terjadinya kanker prostat di dunia secara umum
dan Indonesia secara khususnya.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui definisi sistemperkemihan

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi hamil
b. Untuk mengetahui fungsi sistem perkemihan
c. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi organ sistem perkemihan
d. Untuk mengetahui fisiolosis saluran kemih pada kehamilan
e. Untuk mengetahui perubahan anatomi dan adaptasi fisiologis pada ibu
hamil Trimester I, II, III

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hamil didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan


ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Rusmita, 2011). Kehamilan
ialah proses bergabungnya sperma dan ovum (gamet pria dan wanita) untuk
menciptakan suatu sel tunggal yang disebut dengan zigot, yang kemudian
menggandakan diri berkali-kali melalui pembelahan sel untuk menjadi lahir (Papalia,
et al. 2008).

Kehamilan terbagi menjadi 3 periode yang disebut trimester I pada minggu 1-


12, dimana pada masa ini merupakan masa perkembangan dan pembentukan organ.
Trimester II pada minggu 13-27 yang merupakan tahap perkembangan dan
pertumbuhan lanjutan dan trimester III pada minggu 28 sampai dengan persalinan
(28- 40 minggu) yang merupakan masa tumbuh kembang dan persiapan kelahiran
karena pada awal masa ini janin telah dapat hidup di dunia luar dengan atau tanpa
bantuan medis (Rusmita, 2011).

Sistem perkemihan merupakan organ vital yang berperan penting dalam


melakukan ekskresi dan melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme tubuh, dan
dalam keseimbangan cairan dan elektrolit. Sistem ini secara kontinu membuang dan
mereabsorbsi air dan substansi terlarut dalam darah, serta mengeliminasi setiap
substansi yang tidak dibutuhkan dalam tubuh (Wylie,2011). Zat-zat yang tidak
dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air
kemih).Susunan sitem perkemihan terdiri dari: Dua ginjal yang menghasilkan urun,
Dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria, Satu vesika urinaria,
tempat urin dikumpulkan dan satu uretra, untuk mengeluarkan urin dari vesika.

3
2.2 Fungsi Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan mempunyai fungsi, yaitu sebagai berikut:

a. Meregulasi volume darah dan tekanan darah dengan mengeluarkan sejumlah


cairan ke dalam urin dan melepaskan eritropoietin, serta melepas rennin.
b. Melakukan kontribusi stabilisasi pH darah dengan mengontrol jumlah
keluarnya ion hidrogen dan ion bikarbonat ke dalam urin.
c. Menghemat pengeluaran nutrisi dengan memelihara ekskresi pengeluaran
nutrisi tersebut pada saat proses eliminasi produk sisa, terutama pada saat
pembuangan nitrogen seperti urea dan asam urat.
d. Membantu organ hati dalam mendetoksikasi racun selama kelaparan,
deaminasi asam amino yang dapat merusak jaringan (Muttaqin & Sari, 2014)

2.3 Anatomi dan Fisiologi Organ Sistem Perkemihan

Saluran kemih secara fisiologis berfungsi untuk menyaring darah dari zat-zat
yang tidak diperlukan tubuh dan sekaligus menyerap zat-zat yang masih dibutuhkan.
Sistem perkemihan terdiri dari ginjal yang menyaring darah dan menghasilkan urin,
ureter yang menyalurkan urin dari ginjal ke kandung kemih, kandung kemih yang
bekerja sebagai penampung, uretra yang mengeluarkan urin dari kandung kemih
(Pearce, 2017)

Sistem perkemihan mempunyai dua ginjal untuk menjaga fungsi ekskresi.


Organ ini memproduksi urin yang berisikan air, ion-ion, dan senyawa-senyawa solute
yang kecil. Urin meninggalkan kedua ginjal dan melewati sepasang ureter menuju
dan ditampung sementara pada kandung kemih, selanjutnya terjadi proses ekskresi
urin yang dinamakan miksi, terjadi ketika adanya kontraksi dari otot-otot kandung
kemih menekan urin untuk keluar melewati uretra dan keluar dari tubuh (Muttaqin &
Sari, 2014).

4
. Gambar 1. Sistem Urinaria Manusia(Nuari & Widayati, 2017)

Ginjal adalah organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperiotoneal


bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke
medial. Cekungan ini disebut sebagai hilus renalis, yang didalamnya terdapat apeks
pelvis renalis dan struktur lain yang merawat ginjal, yakni pembuluh darah, sistem
limfatik, dan sistem saraf. Besar dan berat ginjal sangat bervariasi; hal ini tergantung
pada jenis kelamin, umur, serta ada tidaknya pada sisi yang lain.Ginjal lelaki relatif
lebih besar ukurannya daripada perempuan. Ukuran rata-rata ginjal orang dewasa
adalah 11,5 cm (Panjang) x 6 cm (lebar) x 3,5 cm (tebal), dengan beratnya bervariasi
antara 120-170 gram,atau kurang lebih 0,4 % dari berat badan. Ginjal dibungkus oleh
jaringan fibrus tipis dan mengkilat yang disebut kapsula fibrosa (true capsule) ginjal,
yang melekat pada parenkim ginjal (Purnomo, 2014).

Ginjal berperan dalam mempertahankan homeostasis dengan fungsi


mempertahankan stabilitas volume, komposisi elektrolit, dan osmolaritas (konsentrasi
zat terlarut ) CES. Ginjal dapat mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit,
dengan menyesuaikan jumlah air dan berbagai konstituen plasma yang dipertahankan
di tubuh atau dikeluarkan di urin dalam kisaran yang sangat sempit yang
memungkinkan kehidupan, meskipun pemasukan dan penge luaran konstituen-

5
konstituen ini melalui saluran lain sangat bervariasi. Organ ginjal melakukan
tugasnya mempertahankan homeostasis sehingga komposisi urin dapat bervariasi.
Ginjal mempunyai fungsi yang sebagian besar membantu mempertahankan stabilitas
lingkungan cairan internal antara lain: pengaturan keseimbangan air dan elektrolit di
tubuh, pengaturan keseimbangan asam basatubuh, pengaturan volume plasma,
mengeluarkan ( mengekskresikan ) produkproduk akhir (sisa) metabolism tubuh,
mengeluarkan banyak senyawa asing, meghasilkan eritropoietin dan rennin
(Sherwood,2009).

Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan
urin dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih. Ureter merupakan saluran yang
bersambung dengan ginjal dan dari ginjal berjalan ke kandung kemih. Panjangnya
yaitu 35 sampai 40 sentimeter. Ureter mulai sebagai pelebaran hilum ginjal dan
berjalan ke bawah melalui rongga abdomen masuk ke dalam pelvis dan dengan arah
oblik bermuara ke dalam sebelah posterior kandung kemih (Pearce, 2017).

Kandung kemih adalah satu kantung berotot yang dapat mengempis, terletak
di belakang simfisis pubis. (Luklukaningsih, 2014).Dinding kandung kemih terdapat
dua bagian besar yakni ruangan yang berdinding otot polos yang terdiri dari badan
(korpus) yang merupakan bagian utama dimana urin berkumpul dan leher (kolum)
yang merupakan lanjutan dari badan yang berbentuk corong. Kandung kemih bekerja
sebagai penampung urin. Kandung kemih berfungsi menampung urin dari ureter dan
kemudian mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih).
Kandung kemih mempunyai kapasitas maksimal dalam menampung urin, dimana
pada orang dewasa besarnya adalah ± 300-450 ml. Letaknya di dalam panggul besar,
di depan isi lainnya, dan dibelakang simfisis pubis. Pada wanita kandung kemih
terletak di antara simfisis pubis, uterus, dan vagina. Urin yang ditampung pada
kandung kemih akan dialirkan keluar tubuh melalui uretra (Pearce, 2017).

Uretra ialah sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung kemih ke lubang
luar, dilapisi membran mukosa yang bersambung dengan membran yang melapisi

6
kandung kemih. Meatus urinarius terdiri atas serabut otot lingkar, yang membentuk
sfingter uretra. Pada wanita panjang uretra adalah 2,5 sampai 3,5 sentimeter, pada
pria 17 sampai 22,5 sentimeter (Pearce, 2017).

Produksi urin melibatkan proses filtrasi oleh glomerulus di ginjal dan


reabsorbsi oleh tubulus ginjal. Kedua hal ini diatur oleh level hidrasi sistemik dan
keseimbangan elektrolit; urin yang telah difiltrasi akan keluar dari gnjal menuju
ureter, yang kemudian akan mengalir ke vesika urinaria untuk di ulai proses
pengosongan kandung kemih(Luklukaningsih, 2014).

Proses pengosongan kandung kemih (mikturisi). Urin mengalir melalui ureter


ke dalam kandung kemih. Keinginan membuang air kecil disebabkan penambahan
tekanan di dalam kandung kemih, dan tekanan ini disebabkan isi urin di dalamnya.
Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170 sampai 230 ml. Mikturisi adalah gerak refleks
yang dapat dikendalikan dan ditahan oleh pusat-pusat persarafan yang lebih tinggi
pada manusia. Gerakannya ditimbulkan kontraksi otot abdominal yang menambah
tekanan di dalam rongga abdomen, dan berbagai organ yang menekan kandung kemih
membantu mengosongkannya. Kandung kemih dikendalikan saraf pelvis dan serabut
sarafsimpatis dari pleksus hipogastrik (Pearce, 2017)

2.4 Perubahan Fisiologis Saluran Kemih pada Kehamilan

Pada masa kehamilan terjadi perubahan pada tubuh yang dapat menimbulkan
ketidaknyamanan pada ibu hamil. Kebanyakan dari perasaan ketidaknyamanan
tersebut berhubungan dengan perubahan anatomi dan fisiologi yang berhubungan
dengan aspek emosi dalam masa kehamilan (Walsh, 2007).

Kehamilan merupakan masa transisi bagi wanita, karena terdapat banyak


perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikologis (Bobak, et al., 2005).

Perubahan terjadi secara signifikan pada system perkemihan selama kehamilan, selain
mengelola zat- zat sisa dan kelebihan yang dihasilkan akibat peningkatan volume

7
darah dan curah jantung organ perkemihan juga mengelola produk sisa metabolism
dan menjadi organ utama yang mengekresi produk sisa dari janin (Irianti,Bayu,dkk.
2015:45)

Kehamilan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis pada saluran


kemih.Perubahan tersebut diantaranya terjadi pada:

1. Ginjal

Ukuran ginjal akan membesar lebih kurang 1,5 cm dibandingkan saat tidak
hamil. Laju filtrasi glomerulus (GFR/ Glomerular Filtration Rate) dan aliran plasma
ginjal (renal plasma flow) juga akan meningkat. Peningkatan GFR sebesar 25%
terjadi 2 minggu setelah konsepsi dan sebesar 50% pada awal trisemester II
Peningkatan GFR ini akan menyebabkan frekuensi berkemih yang lebih sering
(Dielubanza & Schaeffer, 2011).

2. Ureter

Ukuran uterus yang semakin membesar dan keluar dari rongga pelvis akan
menyebabkan tekanan di dalam ureter semakin meningkat sehingga ureter akan
berdilatasi. Dilatasi ureter ini dapat terjadi sebelum usia kehamilan 14 minggu, dan
lebih sering terjadi pada bagian kanan(86%) dibandingkan bagian kiri. Hormon
progesteron yang meningkat selama kehamilan akan menyebabkan relaksasi otot
polos ureter sehingga peristaltik ureter akan berkurang (Dielubanza & Schaeffer,
2011)

3. Kandung Kemih

8
Perubahan yang terjadi pada kandung kemih lebih sering terjadi setelah
kehamilan 12 minggu. Tekanan oleh kepala janin yang semakin membesar akan
menghambat aliran darah dan limfe dari kandung kemih, sehingga menjadi edem dan
rentan terhadap trauma. Penekanan ini juga dapat menyebabkan terjadinya refleks
vesikoureteral. Hormon progesteron menyebabkan relaksasi otot polos kandung
kemih sehingga kontraksi melemah. Melemahnya kontraksi kantung kemih ini akan
menyebabkan retensi urin yang memudahkan pertumbuhan bakteri. Perubahan
fisiologis pada saluran kemih selama kehamilan ini membawa konsekuensi yang
cukup serius. Peningkatan GFR dan aliran plasma ginjal, dilatasi ureter dan pelvis
ginjal, kelemahan otot polos ureter dan kandung kemih akibat hormon progesteron,
adanya refluks vesikoureteral, dan terjadinya retensi urin menciptakan lingkungan
yang memudahkan terjadinya pertumbuhan bakteri sepanjang saluran kemih.
(Dielubanza & Schaeffer, 2011).

2.5 Perubahan anatomi dan Adaptasi Fisiologis pada Ibu Hamil Trimester
I,II,III

a. Trimester 1

Pada bulan pertama kehamilan, kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang
mulai membesar sehingga menimbulkan sering kencing. Pada saat kehamilan, fungsi
ginjal berubah karena adanya hormon kehamilan, peningkatan volume darah,
postur,wanita, aktivitas fisik dan asupan makanan. Bila satu organ membesar ,maka
organ lain akan mengalami tekanan dan sering mengalami gangguan berkemih pada
saat kehamilan. Ibu hamil sering merasa ingin buang air kecil Pada awal kehamilan,
kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada kehamilan
normal, fungsi ginjal cukup berubah banyak. Laju filtrasi glomerulus dan aliran
plasma ginjal meningkat pada saat awal kehamilan. Keadaan ini akan hilang dengan
makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul dan naik ke
abdomen sehingga ginjal wanita harus mengakomodasi tuntutan metabolisme dan

9
sirkulasi tubuh ibu yang meningkat dan juga mengekresi produk sampah janin. Sejak
minggu ke-20 gestasi pelvik ginjal dan ureter berdilatasi.

Ginjal pada kehamilan sedikit bertambah berat dan ukuran bertambah 1-1,5 cm,
kecepatan filtrasi dari glomerolus dan aliran darah renal meningkat sampai 50%
volume sekitar 60 ml dari 10 ml pada wanita yang tidak hamil sebagai akibat dari
kenaikan cardiac output. Kecepatan filtrasi glomerulus (GFR) biasanya akan mulai
meningkat pada minggu ke-6 kehamilan dan mencapai puncak pada akhir trimester
pertama. Terjadi pula peningkatan pada volume cairan serta aliran plasma ginjal
(RPF) menjadi meningkat sekitar 60-80 % pada pertengahan trimester kedua dan
akan menetap pada trimester ketiga, selanjutnya 50 % selama kehamilan. Terjadi pula
sedikit hidronefrosis atau hidroureter, hal bisa dikarenakan menurunnya tonus otot
atau adanya tekanan dari uterus yang membesar pada kandung kemih.

Pada ekskresi akan dijumpai kadar asam amino dan viitamin yang larut air dalam
jumlah yang lebih banyak. Protein urin secara normal disekresikan 200-300 mg/hari
bila melebihi 300mg/hari maka harus diwaspadai terjadi komplikasi. Wanita hamil
juga akan mengalami akumulasi natrium 500-900 mEq dan 6-8 L air.

Ginjal berfungsi paling efisien saat wanita berbaring pada posisi rekumbeng
lateral dan paling tidak efisien pada posisi terlentang. Saat wanita hamil berbaring
terlentang berat uterus akan menekan vena ekava dan aorta, sehingga curah jantung
menurun, begitu juga dengan volume darah ginjal .

b. Trimester 2

Uterus yang membesar mulai keluar dari rongga pelvis sehingga penekanan pada
vesica urinaria pun berkurang. Pada trimester kedua, kandung kemih tertarik ke atas
dan keluar dari panggul sejarti kearah abdomen. Uretra memanjang sampai 7,5 cm

10
karena kandung kemih bergeser kearah ke atas. Kongesti panggul pada masa hamil
ditujukkan oleh hiperemia kandung kemih dan uretra.

Peningkatan vaskularisasi dari vesica urinaria membuat mukosa kandung kemih


menjadi mudah luka dan berdarah. Tonus kandung kemih dapat menurun. Hal ini
memungkinkan distensi kandung kemih sampai sekitar 1500 ml. Pada saat yang
sama, pembesaran uterus menekan kandung kemih menimbulkan rasa ingin
berkemih walaupun kandung kemih hanya berisi sedikit urin.

Memasuki usia kehamilan trimester kedua, perubahan sistem urinaria yang terjadi
adalah ukuran dan pembuluh kandung kemih meningkat, edema fisiologis terjadi
pada jaringan kandung kemih. Menurunnya frekuensi kencing serta meningkatnya
ukuran ginjal dan ureter, terutama pada sisi kanan ginjal membesar. Laju filtrasi
glomelurus meningkat sekitar 50% untuk memproses limbah dari ibu dan janin.

c. Trimester 3

Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul atau PAP
sehingga keluhan sering kencing akan timbul kembali karena kandung kemih tertekan
kembali. Selain itu, terjadi hemodilusi yang menyebabkan metabolisme air menjadi
lancar. Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter lebih berdelatasi
daripada pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang berat ke kanan akibat terdapat
kolon rektosigmoid di sebelah kiri. Perubahan- perubahan ini membuat pelvis dan
ureter mampu menampung urin dalam volume yang lebih besar dan juga
memperlambat laju aliran urin. Selain itu, terjadi peningkatan sirkulasi darah di ginjal
yang kemudian berpengaruh pada peningkatan laju filtrasi glomerulus dan renal
plasma flow sehingga timbul gejala poliuria. Pada ekskresi akan dijumpai kadar asam
amino dan vitamin yang larut air lebih banyak.

11
2.6 Kelainan-Kelainan Sistem Perkemihan pada Ibu Hamil

1. Traktus urinarius

Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke PAP, keluhan sering kencing
dan timbul lagi karena kandung kencing mulai tertekan kembali. Disamping itu,
terdapat pula poliuri. Poliuri disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah
diginjal pada kehamilan sehingga laju filtrasi glomerulus juga meningkat sampai 69
%. Rearbsorpsi tubulus tidak berubah, sehingga produk-produk ekresi seperti urea,
uric acid, glukosa, asam amino, asam folik lebih banyak yang dikeluarkan.

Ureter membesar, tonus otot-otot saluran kemih menurun akibat pengaruh


estrogen dan progesterone. Kencing lebih sering (poliuria), laju filtrasi meningkat
sampai 60 %-150 %. Dinding saluran kemih dapat tertekan oleh perbesaran uterus,
menyebabkan hidroureter dan mungkin hidronefrosis sementara. Kadar kreatinin,
urea dan asam urat dalam darah mungkin menurun namun hal ini dianggap normal.

Keluhan sering buang air kecil merupakan keluhan yang sering terjadi pada awal
kehamilan dan berulang lagi pada akhir kehamilan. Hal ini disebabkan oleh
perubahan anatomi dan merupakan hal yang wajar selama kehamilan. Keluhan sering
buang air kecil merupakan keluhan yang sering terjadi pada awal kehamilan dan
berulang lagi pada akhir kehamilan. Hal ini disebabkan oleh perubahan anatomi dan
merupakan hal yang wajar selama kehamilan. Pada kehamilan dini uterus membesar
meski masih dalam panggul  sehingga menimbulkan tekanan pada kandung kemih
dan akibatnya adalah pasien sering buang air kecil. Pada pertengahan kehamilan
uterus sudah keluar dari panggul sehingga proses miksi berlangsung normal. Pada
akhir kehamilan terjadi desensus kepala kedalam panggul sehingga keluh sering
buang Air kecil terulang kembali.

2. Retensi akut

12
Retensi akut merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada kehamilan.
Kadang-kadang timbul pada kira-kira minggu ke 12 kehamilan apabila uterus dalam
posisi retroversi. Retensi akut terjadi akibat dari uterus yang tidak dapat muncul ke
atas melampaui lengkung sacrum pada saat vesica urinaria penuh uterus tergencet dan
terdapat circulus visiosus (lingkaran setan) yaitu kondisi dimana uterus hanya dapat
muncul keatas kalau vesica urinaria kosong, tetapi vesica urinaria terjepit antara
symphisis pubis dan uterus yang membesar. Pengobatan yang dapat dilakukan yaitu
dengan pemasangan kateter urine dan pengosongan vesica urinaria perlahan, setelah
itu jarang terjadi komplikasi kembali karena uterus kemudian dapat berdiri tegak dan
menonojol keatas keluar dari cavitas pelvis.

3. Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih diakibatkan adanya tekanan rahim pada ureter yang
dapat menyebabkan Infeksi pielonefritis ginjal kanan. Terjadi juga Poliuria
dikarenakan adanya penaikan sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan, sehingga
filtrasi di glomerulus menjadi naik  sampai 69%. Reabsorpsi di tubulus tidak berubah
sehingga lebih banyak dikeluarkan urea, asamurik, glukosa, asam amino, asam folik
dalam kehamilan. Mendekati akhir kehamilan, khususnya nullipara, dimana bagian
presentasinya sering engage sebelum terjadi persalinan, seluruh basis VU terdorong
ke depan dan  ke atas sehingga mengubah permukaan yang cembung menjadi cekung.
Tekanan bagian Paresentasi tersebut mengganggu drainase darah dalam limfe dari
basis VU, sering membentuk area edematus, mudah cedera dan lebih peka terhadap
infeksi. Baik tekanan maupun panjang uretra telah diperlihatkan berkurang pada
bumil atau ibu terebut setelah kelahiran vaginal tetapi tidak pada kehamilan
abdominal.

2.7 Cara Penanggulangan Perubahan Sistem Perkemihan pada Ibu Hamil

13
Kebutuhan cairan tubuh selama masa kehamilan juga dapat mempengaruhi urin
yang dikeluarkan. Sirkulasi janin, cairan ketuban, dan volume darah yang lebih tinggi
harus didukung dengan banyaknya cairan yang dikonsumsi. Banyaknya cairan yang
dikonsumsi oleh ibu akan menyebabkan konsentrasi protein darah menurun. Darah
menjadi terlalu encer, sehingga sekresi ADH terhalang. Maka penyerapan air oleh
dinding tubulus kurang efektif, sehingga, terbentuk urin yang banyak (Sherwen,
1999).Cara mengatasi sering berkencing dengan batasi minum sebelum tidur,
perbanyak minum di siang hari tanpa mengurangi kebutuhan minum minimal 8 gelas
per hari, dan anjurkan ibu untuk melakukan senam kegel (Bobak, dkk., 2005)

Peran Tenaga kesehatan dapat membantu para ibu hamil yang mengalami
kesulitan dalam mengatasi perubahan yang biasa muncul selama masa kehamilan.
Mengatasi hal tersebut dengan menganjurkan kepada para ibu hamil untuk lebih
banyak mengkonsumsi air putih, sehingga kebutuhan yang diperlukan oleh ibu akan
terpenuhi secara maksimal. Selain itu, juga dapat menganjurkan pada ibu yang
mengalami perasaan mual atau muntah saat mengkonsumsi air putih, dengan
mengganti asupan cairannya pada makanan yang mengandung banyak cairan seperti
buah ataupun sayur yang berkuah. Hal tersebut juga dapat diterapkan oleh ibu yang
kurang suka mengkonsumsi air putih.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada setiap kehamilan akan terjadi perubahan-perubahan anatomi sesuai tingkat
usia kehamilan ibu hamil tersebut. Perubahan tersebut dimulai pada trimester awal
sampai trimester terakhir kehamilan yaitu trimester III. Pada sistem perkemihan pada
awal trimester sudah menunjukkan gejala sering buang air kecil akibat didesak oleh
fetus dan berlangsung sampai trimester III. Perubahan struktur ginjal merupakan
aktifitas hormonal (estrogen dan progesterone), tekanan yang timbul
akibat pembesaran uterus, dan peningkatan volume darah.

3.2 Saran
Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu Kami sangat mengharap kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca, agar Kami dapat memperbaiki pembuatan makalah saya di waktu yang
akan datang. Terimakasih kepada dosen/guru selama pembuatan makalah ini,
dosen/guru dapatmenyempatkan waktu untuk bersosialisasi tentang makalah Kami.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bibliography
Prawirohardjo, Sarwono.2018. Ilmu Kebidanan. Jakarta. PT.Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Ningrum, Rahayu Budi Setya. 2019. HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PADA
WANITA HAMIL DENGAN KEJADIAN ISK PADA MASA KEHAMILAN DI
RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG TAHUN 2019.

Anda mungkin juga menyukai