Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

PRATIKUM ILMU KEPERAWATAN DASAR


PEMBERIAN OBAT INJEKSI INTRAVENA(IV)

NAMA : FIKRATUL AFDILA


NIM : 2011311009
KELAS : 3A
KELOMPOK : PRATIKUM A

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
PEMBERIAN OBAT INJEKSI INTRAVENA(IV)
Pengertian pemberian obat injeksi intravena
Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena dengan
menggunakan spuit. Sedangkan pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang
menghantarkan darah ke jantung. ( Joyce, K & Everlyn, R.H. 1996 )
Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena sehingga obat
langsung masuk ke dalam sistem sirkulasi darah. Injeksi dalam pembuluh darah menghasilkan
efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke
seluruh jaringan. Tetapi, lama kerja obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunakan untuk
mencapai penakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek yang sangat cepat dan kuat. Tidak
untuk obat yang tak larut dalam air atau menimbulkan endapan dengan protein atau butiran
darah. ( Smeltzer, Suzanne C. 2001 )
Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat koloid darah
dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini “benda asing” langsung dimasukkan ke dalam
sirkulasi, misalnya tekanan darah mendadak turun dan timbulnya shock. Bahaya ini lebih besar
bila injeksi dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu
pesat. Oleh karena itu, setiap injeksi intravena sebaiknya dilakukan amat perlahan, antara 50-70
detik lamanya. ( Potter, Perry. 2006 )

Tujuan pemberian obat dengan injeksi intravena


Pemberian obat dengan cara intravena bertujuan untuk :
-  Mendapat reaksi yang lebih cepat, sehingga sering digunakan pada pasien yang sedang gawat
darurat.
-  Menghindari kerusakan jaringan.
-  Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar. 

Lokasi yang bisa dilakukan injeksi intravena


1.    Pada lengan
-Vena mediana cubiti/ vena sefalika
- Vena basilica
2.    Pada tungkai
      - Vena saphenous
3.    Pada leher
      - Vena jugularis
4.    Pada kepala
      - Vena frontalis
      - Vena temporalis
5.  Pada mata kaki
      - Vena dorsal pedis

Macam-macam pemberian obat melalui injeksi intravena


1.    Pemberian Obat melalui intravena (Secara Langsung)
Cara Pemberian obat melalui vena secara langsung, diantaranya vena mediana cubiti /
cephalika ( lengan ), vena saphenosus ( tungkai ), vena jugularis ( leher ), vena frontalis /
temporalis ( kepala ), yang bertujuan agar reaksi cepat dan langsung masuk pada pembuluh
darah.
2.    Pemberian Obat melalui intravena (Secara Tidak Langsung)
Merupakan cara pemberian obat dengan menambahkan atau memasukkan obat kedalam
media (wadah atau selang), yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan
mempertahankan kadar terapetik dalam darah.

Efek samping dari pemberian injeksi intravena


1.   Pasien alergi terhadap obat (misalnya mengigil, urticaria, shock, collaps dll)
2.    Pada bekas suntikan dapat terjadi apses, nekroseatau hematoma
3.    Dapatmenimbulkankelumpuhan

Indikasi dan kontraindikasi pemberian obat melalui intravena - Indikasi


1.      Pada seseorang dengan penyakit berat
Pemberian obat melalui intravena langsung masuk kedalam jalur peredaran darah.
Misalnya pada kasus infeksi bakteri dalam peredaran darah (sepsis). Sehingga memberikan
keuntungan lebih dibandingkan memberikan obat oral. Namun sering terjadi, meskipun
pemberian antibiotic aintravena hanya diindikasikan pada infeksi serius, rumah sakit
memberikan antibiotika jenis initanpa melihat derajat infeksi.
Antibiotika oral (dimakan biasa melalui mulut) pada kebanyakkan pasien dirawat di RS
dengan infeksi bakteri, sama efektifnya dengan antibiotika intravena, dan lebih menguntungkan
dari segi kemudahan administrasi RS, biaya perawatan, dan lamanya perawatan.

2.      Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral yang terbatas (efektivitas dalam darah jika
dimasukkan melalui mulut) atau hanya tersedia dalam sediaan intravena (sebagai obat suntik).
Misalnya antibiotica golongan aminoglikosida yang susunan kimiawinya “polications” dan
sangat polar, sehingga tidak dapat diserap melalui jalur gastrointestinal  (di usus hingga sampai
masuk ke dalam darah). Maka harus dimasukkan kedalam pembuluh darah langsung.

3.      Pasien tidak dapat minum karena muntah atau memang tidak dapat menelan obat (ada
sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini, perlu dipertimbangan pemberian
melalui jalur lain seperti rectal (usus), sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit),
dan intramuscular (disuntikkan di otot).

4.      Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak – obat masuk ke pernapasan),
sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.
5.      Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi
bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam
darah tercapai. Misalnya pada orang yang mengalami hipoglikemia berat dan mengancam
nyawa, pada penderita diabetes mellitus. Alasan ini juga sering digunakan untuk pemberian
antibiotika melalui infus/suntikan, namun perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki
bioavailabilitas oral yang baik, dan mampu mencapai kadar adekuat dalam darah untuk
membunuh bakteri.

- Kontraindikasi
·         Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi injeksi intravena.
·         Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, kerana lokasi ini akan  digunakan untuk
pemasangan  fistula arteri – vena (A – V shunt) pada tindakan hemodaliasis (cuci darah).
·         Obat – obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh darah vena kecil yang aliran
darahnya lambat (misalnya pembulah vena di tungkai dan kaki).

- Contoh obat :
1.      Ranitidin :Mengurangi keasaman lambung pada persalinan beresiko tinggi.

2.      Petidin Hidroklorida : Untuk nyeri sedang sampai berat, analgesia obstetri.


3.      Eritromisin : Digunakan pada klien yang sensitif terhadap penisilin,
organismeyang resistan terhadap penisilin, sifilis, klamidia, gonorea,
infeksi pernapasan, pengobatan infeksi yang  sensitif terhadap
eritromisin, profilaksis dalam penatalaksanaan pecah ketuban saat
kurang bulan. Juga untuk pasien yang sensitif terhadap penisilin yang
membutuhkan antibiotik guna mengobati penyakit jantung dan katup
jantung.
4.      ProtaminSulfat : Untuk melawan kerja heparin.
5.      Fitomenadion( Vit K ): Mencegah dan mengobati hemoragi.

Prosedur kerja injeksi intravena

1.      Pemberian Obat Melalui Intravena ( Secara Langsung )


- Persiapan alat :
1.   Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
2.   Kapas alkohol
3.   Sarung tangan  
4.   Obat yang sesuai
5.   Spuit 2ml – 5 ml
6.   Bak spuit
7.   Baki obat
8.   Plester
9.   Perlak pengalas
10. Karet pembendung ( tourniquet )
11. Kasa steril ( bila perlu )

- Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Siapkan obat dengan prinsip enam benar
3. Indentifikasi klien
4. Beri tahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
5. Atur klien pada posisi yang nyaman
6. Pasang perlak pengalas
7. Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
8. Letakkan karet pembendung ( torniquet )
9. Pilih área penususkan yang bebas dari tangdakekakuan, peradangan atau rasa gatal.
Menghindari gangguan absorpsi obata taucidera dan nyeri yang berlebihan
10. Pakaisarung tangan
11. Bersihkan área penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan sirkuler
dari arah dalah keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering. Metode roni
dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme
12. Pegang kapas alkohol dengan jari – jari tengah pada tangan non dominan
13. Buka tutup jarum
14. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah área penususkan dengan tangan
non dominan. Membuat kulit lebih kencang dan vena tidak bergeser, memudahkan
penusukan.
15. Pegang jarum pada posisi 300sejajar vena yang akan ditusuk perlahan pasti
16. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum kedalam vena
17. Lakukan aspirasi dengan tangan nono dominan menahan barel dari spuit dan tangan
dominan menarik plunger.
18. Observasi adanya darah dalam spuit
19. Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan – lahan
20. Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkkan (300), sambil
melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada área penusukan
21. Tutup área penusukkan dengan menggunakan kassa steril yang diberibetadin
22. Kembalikan posisi klien
23. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan
24. Buka sarung tangan  
25. Cuci tangan
26. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

2.      Pemberian Obat Melalui Infus ( Secara Tidak Langsung )

          Dengan pelantaraan Infus Intravena, maka cairan atau darah dapat dimasukaan kedalam
pembulu vena. Cairan yang di masukkandengan cara demikian ini harus di alirkan perlahan –
lahan masuk kedalam pembuluh vena bersangkutan.
          Pasien yang terpasang infus mendapat order obat yang dimasukkan secara intravena. Maka
perawat tidakperlu membuat tusukan baru tetapi memasukan obat melaui karet pada pipa infus
yang di ranacang untuk memasukan obat atau melalui botol infus. Dalam tindakan ini, perawat
harus memperhatikan teknik aseptik yaitu dengan mengusap tempat yang akan di tusuk dengan
kapasantiseptik. Kleminfus di matikan selama obat di masukan dan apabila sudah selesai,
kecepatan tetesan di atur kembali.

Pemberian Obat  Melalui infus( secara tidak langsung ) ada dua cara, yaitu :

1. Pemberian obat melalui wadah intravena


Memberikan obat intravena melalui wadah merupakan pemberian obat dengan
menambahkan atau memasukkan obat kedalam wadah cairan intravena. Tujuannya :untuk
meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapeutik dalam darah.
- PersiapanAlat dan Bahan :
1.        Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran
2.        Obat dalam tempatnya
3.        Wadah cairan( kantong atau botol )
4.        Kapas alkohol.

- Prosedur Kerja :
1.        Cuci tangan
2.        Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3.       Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat dan masukkan kedalam spuit.
4.        Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong.
5.        Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran.
6.       Lakukan penyuntikan dengan memasukan jarum spuit hingga menembus bagian tengah
dan masukkan obat berlahan – lahan kedalam kantong atau wadah cairan.
7.        Setelah selesai, Tarik spuit dan campur larutan dengan membalikan kantong cairan secara
perlahan – lahan dari satu ujung ke ujung lain.
8.        Periksa kecepatan infus
9.        Cuci tangan
10.       Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.

B.     Pemberian obat melalui selang intravena


- Persiapan Alat dan Bahan :
1.         Spuit dan jarum yang sesui dengan ukuran
2.        Obat dalam tempatnya
3.        Selang intra vena
4.        Kapas alkohol

- Prosedur Kerja :
1.        Cuci tangan
2.        Jelaskan pada pasien mengenai yang akan dilakukan.
3.        Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat dan masukan kedalam spuit.
4.        Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena.
5.        Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan setopaliran.
6.       Lakukan penyuntikan denagn memasukan jarum spuit hingga menembus bagian tengah
dan masukan obat secara perlahan – lahan kedalam selang intravena.
7.        Setelah selesai, Tarik spuit.
8.        Periksa kecepatan infus dan observasi reaksi obat
9.        Cuci tangan
10.     Catat obat yang telah di berikan dan dosisnya.

Kelebihan dan kekurangan pemberian injeksi intravena

1. Kekurangan Injeksi Intravena


-        Dapat terjadi emboli
-        Dapat terjadi infeksi karena jarum yang tidak steril
-        Pembuluh darah dapat pecah
-        Terjadi ematoma
-        Dapat terjadi alergi
-        Obat tidak dapat di tarik kembali
-        Membutuhkan keahlian khusus

2. Kelebihan Injeksi Intravena


-         Dapat digunakan untuk pasien yang tidak sadar
-         Obat dapat terabsorbsi dengan sempurna
-         Obat dapat bekerja cepat
-         Tidak dapat mengiritasi lambung

Hal – hal yang perlu diperhatikan selama pemberian obat

-       Obat-obat suntikan yang diberikan harus sesuai dengan program pengobatan.


-       Sebelum menyiapkan obat suntikan bacalah dengan teliti petunjuk pengobatan yang ada
dalam catatan medik atau status pasien, yaitu nama obat, dosis, waktu dan cara pemberiannya.
-     Pada waktu menyiapkan obat, bacalah dengan teliti label dari tiap-tiap obat.
-       Perhatikan teknik septic dan antiseptiknya.
-      Spuit dan jarum suntik tidak boleh digunakan untuk menyuntik pasien yang lain sebelum
disterilkan.
-      Spuit yang retak atau bocor dan jarum suntik yang sudah tumpul, berkarat, atau ujungnya
bengkok tidak boleh dipakai lagi.
-      Memotong ampul-ampul harus dilakukan secara hati-hati, agar tidak melikai tangan dan
pecahannya tidak masuk ke dalam obat.
-      Pasien yang telah mendapat suntikan harus diawasi untuk beberapa waktu sebab ada
kemungkinan timbul reaksi alergi.

http://azizahfifi1.blogspot.com/2015/12/pemberian-obat-intravena-iv.html

Anda mungkin juga menyukai