Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta Hidayah-
Nya, sehingga makalah Pelayanan KB mengenai KB hormonal implan, Vasektomi dan
Tubektomi dapat kami susun.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Reproduksi II. Selain itu, dalam penyusunan makalah ini kami harapkan dapat memberikan
wawasan serta pengetahuan kepada rekan-rekan mahasiswa khususnya mahasiswa S1
Keperawatan Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto.
Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam
memberikan bimbingan, ilmu, dorongan, serta saran-saran kepada kami.
Kami menyadari bahwa isi maupun penyajian makalah ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami harapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin

Mojokerto, Maret 2016

Penyusun
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri,
memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Program keluarga berencana mempunyai misi yang
sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak – hak reproduksi dan sebagai upaya
untuk meningkatkan kualitas keluarga. Sedangkan visi dari program keluarga berencana
adalah memberdayakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas,
menggalang kemitraaandalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian, dan ketahanan
keluarga, dan meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi.

Susuk disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit pada lengan
atas, alat kontrasepsi ini disusupkan di bawah kulit lengan atas sebelahdalam.

Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus plastik berongga dan


ukurannya sebesar batang korek api. Susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul
atau tergantung jenis susuk yang akan dipakai. Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon.
Susuk tersebut akan mengeluarkan hormon sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya
menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi migrasi sperma.

Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun, 3 tahun, dan ada juga yang diganti setiap
tahun. Penggunaan kontrasepsi ini biayanya ringan. Pencabutan bisa dilakukan sebelum
waktunya jika memang ingin hamil lagi.

Pada makalah ini yang akan dibahas lebih lanjut tentang KB implan adalah jenis, cara
kerja, efektitas, keuntungan, kerugian, yang tidak boleh menggunakan KB implant, jadwal
kunjungan.
1.2 Rumusan Masalah

1.

1.3 Tujuan

Adapun Tujuan yang dapat kita ambil dari penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa
mampu:
BAB II

PEMBAHASAN

1. Kontrasepsi Implant

Definisi Kontrasepsi Implant

Implan adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat dari
sejenis karet silestik yang berisi hormon, dipasang pada lengan atas. (Sri handayani, 2010)
Implan adalah metode kontasepsi hormonalyang efektif, tidakpermanen dan dapat
mencegah terjadinya kehamilan antara 3-5 tahun. (Biran Afandi, 2011)
Kontrasepsi implan ( subdermal ) atau alat kontrasepsi bawah kulit (AKBP) adalah
kontrasepsi yang di insersikan tepat di bawah kulit, di lakukan pada bagian lengan atas
atau di bawah siku melalui insisi tunggal dalam bentuk kipas. (Pinem, 2009:282)

Macam-macam Kontrasepsi Implant

1. Norplan,terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, diameter
2,4 mm, yang di isi dengan 36 mg levonolgestrel dengan lama kerja 5 tahun.

Gb. Norplan
2. Implanon, terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm.
Diameter 2 mm, di isi dengan 68 mg 3 keto desogestrel dengan lama kerja 3 tahun.
Gb. Implanon
3. Jadena dan Indoplant, terdiri dari 2 batang yang di isi dengan 75 mg, lenovorgestrel
dengan lama kerja 3 tahun. (pinem, sahora.2009.hal 282)

Gb. Jadena atau Indoplant

Cara Kerja Kontrasepsi Implant


1. Mengentalkan lendir selviks sehingga menghambat pergerakan spermatozoa
2. Mencegah ovulasi
3. Menghambat perkembangan siklis dari endometrium
(pinem, sahora.2009.hal 282)

Keuntungan Kontrasepsi Implant


1. Daya guna tinggi ( kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan ).
2. Memberi perlindungan jangka panjang ( 5tahun)
3. Tingkat kesuburan cepat kembali setelah implant di cabut.
4. Tidak perlu di lakukan periksa dalam
5. Tidak mengganggu kegiatan senggama dan juga tidak mengganggu produksi ASI
6. Bebas dari pengaruh estrogen. Klien hanya perlu kembali keklinik bila ada keluhan
7. Dapat di cabut setiap saat jika menurut kebutuhan
(pinem, sahora.2009.hal 282)

Kerugian Kontrasepsi Implant

Konje dkk. (1992) melaporkan bahwa setelah pemakaian 6 bulan, kadar


glukosa dan insulin mengalami perubahan bahkan pada wanita nondiabetik.
Mereka bmenyatkan bahwa perubahan ini tidak bermakna pada wanita normal,
tetapi mungkin mengkhawatirkan pada orang yang berpotensi untuk diabetes.
Karena memerlukan tindakan bedah ringan, terdapat juga masalah
yang berkaitan dengan infeksi lokal.apabila kapsul tidak dimasukkan sesuai
petunjuk , pengeluaran akan menjadi lebih sulit. Akhirnya, perlu di ingat
bahwa barbiturat, karbamazepin, femitoin, rifampin mengurangi efektifitas
kontraseptif norplan. (cuningham, f, gary.dkk.2005)
Menurut Sri Handayani 2010, kekurangan dari implant antara lain :
a. Susuk KB atau implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas
kesehatan yang terlatih.
b. Lebih mahal
c. Sering timbul perubahan pola haid
d. Akseptor tidak dapat meghentikan implant sekehendaknya sendiri.
e. Beberapa orang wanita mungkin segang untuk menggunakanya karena
kurang mengenalnya.

Indikasi Kontrasepsi Implant

Norplan merupakan pilihan kontrasepsi yang tepat bagi wanita dengan


kondisi di bawah ini :

1. Wanita yang sedang dalam masa menyusui (setelah 6 minggu setelah


masa nifas).
2. Wanita yang mengalami efek samping yang tidak di inginkan akibat
penggunaan pil kontrasepsi oral kombinasi yang mengandung esterogen.
3. Wanita yang mengalami kesulitan mengingat jadwal meminum pil atau
enggan melakukan manipulasi yang diperlukan pada metode sawar.
4. Wanita yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang (misalnya wanita
yang masa suburnya telah berakhir, tetapi tidak menginginkan sterilisasi
).
5. Wanita yang ingin mengatur jarak kehamilanya. (Helen Varney, 2003)
Kontraindikasi Kontrasepsi Implant

Kontraindikasi Mutlak meurut Helen 2003 adalah :

1. Kehamilan ( diketahui atau dicurigai)


2. Perdarahan genetalia abnormal yang tidak diketahui penyebabnya
3. Tromboflebitis aktif atau gangguan tromboembolisme
4. Penyakit hati akut, tumor hati benigna atau maligna
5. Kanker payudara yang diketahui atau dicurigai

Sedangkan kontraindikasi menurut Everret 2007, dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Kontraindikasi Mutlak :
1. Kehamilan
2. Perdarahan saluran genital yang tidak terdiagnosis
3. Alergi terhadap komponen implan
4. Adanya penyalit hati yang berat
5. Tumor yang bergantung pada progesteron
6. Porfiria akut
7. Riwayat penyakit tromboembolik masa lalu atau saat ini.
b. Kontraindikasi Relatif :
1. Penyakit sistemik kronis,misalnya diabetes
2. Faktor resiko penyakit arteri
3. Peningkatan profillipid
4. Kanker yang bergantung pada steroid seks
5. Penyakit hati aktif dan hasil fungsi hati abnormal dengan tingkat
keparahan sedang, penyakit batu ginjal.
6. Obesitas
7. Depresi
Efek Samping Kontrasepsi Implan
1. Amenorrhea
2. Pendarahan bercak (spotting) ringan
Sering ditemukan terutama pada tahun pertama penggunaan,
bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan
apapun. Namun bila klien mengeluhdapat diberikan :
a. Kontrasepsi oral kombinasi (30-50 µg EE) selama 1 siklus atau,
b. Ibu profen ( hingga 800 mg 3 kali sehari x 5 hari)
Beri penjelasan bahwa setelah pil kombinasi habis akan terjadi
pendarahan.
Bila terjadi pendarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet
pil kombinasi selama 3-7 hari dan dilanjutkan dengan 1 siklus pil
kombinasi.
3. Ekspulsi
Cabut capsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain
masih ditempat, dan apakah terjadi tanda-tanda infeksi di daerah
insesrsi. Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain berada pada tempatnya,
pasang kapsul baru 1 buah pada tempat insersiyang berbeda. Namun,
bila ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru
pada lengan yang lain atau ganti cara.
4. Infeksi pada daerah insersi
Bila infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun dan air atau
antiseptic, berikan antibiotik yang sesuai untuk7 hari. Implant jangan
di lepas dan minta klien untuk kontrol 1 minggu lagi. Bila tidak
membaik, cabut implant dan pasang yang baru di lengan yang lain atau
ganti cara.
Bila ada abses bersihkan dengan antiseptic, insisi dan alirkan
pus keluar, cabut implant, lakukan perawatan luka dan berikan
antibiotik oral selama 7 hari. (Sri Handayani, 2010)

Waktu Pemasangan Kontrasepsi Implan

1. Yang terbaik pada saat silus haid hari ke-2 sampai hari ke-7 atau jangan
melewati 5-7 hari setelah haid mulai. Tidak diperlukan kontasepsi
tambahan
2. Setiap saat (diluar siklus haid) asal dapat di pastikan ibu tidak hamil .
bila implan diinsersikan setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan
melakukan senggama atau menggunakan metode kontasepsi lain selama 7
hari saja
3. Pasca persalinan antara 6 minggu sampai 6 bulan, menyusui, tidak
dibuthkan penggunaan kontrasepsi lain
4. Bila setelah 6 minggu persalinan trjadi haid kembali,insersi dapat
dilakukan setiap saat tetapi ibu jangan melkukan senggama selama 7 hari
atau menggunakan metode kontrasepsi lain selama 7 hari saja.
5. Bila ibu menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya
dengan implan, asal saja kontrasepsi terdahulu digunakan dangan benar
dan ibu dapat tidak hamil,maka insersi dapat dilakukan setiap saat.
6. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah suntikan, implan dapat diberikan
setiap saat sesuai jadwal kontrasepsi suntikan tersebut. Tidak di perlukan
kontrasepsi lain
7. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal kecuali
alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), implan dapat diinsersikan pada
saat siklus haid hari ke-7, atau menggunakan metode kontrasepsi lain
selama 7 hari saja.AKDR segera di cabut.
8. Pasca keguguran dapat segera diinsersikan.
(pinem, sahora.2009.hal 284-285)

Prosedur Pemasangan Kontrasepsi Implan


1. Persiapan klien
Terhadap calon akseptor dilakukan konseling dan KIE yang
selengkap mungkin mengenal norplant, sehingga calon akseptor mengerti
dan menerimanya sebagai cara kontrasepsi yang akan dipakainya dan
berikan informed consent untuk ditandatangani oleh suami dan istri. (Sri
Handayani, 2010)
2. Persiapan alat :
a. Sabun antiseptic
b. Kasa Steril dan plester
c. Cairan antiseptic (betadin)
d. Duk steril
e. Obat anastesi lokal
f. Spuit dan jarum suntik
g. Trokar no. 10 Trokar dan Kapsul
h. Sarung tangan steril Impaln

i. Satu set kapsul norplant


j. Scalpel/ Bisturi yang tajam
(Sri Handayani, 2010)
3. Teknik pemasangan :
a. Tenaga kesehatan mencuci tangan dengan sabun
b. Daerah tempat pemasangan lengan kiri bagian atas (bagian tubuh
yang jarang bergerak) dicuci dengan sabun sterril antiseptic.
c. Klien dibaringkan terlentang di tempat tidur dan lengan kiri diletakan
pada meja kecil disamping tempat tidur klien.
d. Gunakan han scoon steril
e. Berikan betadin pada lengan kiri klien
f. Pasang duk steril pada tempat pemasangan norplant
g. Berikan anastesi kira-kira 6-10cm diatas lipatan siku
h. Buat inisisi ± 0,5 cm
i. Trocard dimasukan melalui lubang insisi sehingga sampai pada
jaringan bawah kulit.
j. Masukan kapsul ke dalam trokard dan letakan sedemikian rupa
sehingga susunannya seperti kipas. Lalu tarik tokard pelan-pelan.
k. Kontrol luka apakah ada perdarahan atau tidak.
l. Dekatkan luka dan beri plester kemudian dibalut dengan perban
untuk mencegah perdarahan dan agar tidak terjadi hematoma.
m. Berikan HE pada klien agar luka jangan basah, selama ±3 hari dan
datang kembali jika terjadi keluhan yang menganggu. (Sri
Handayani, 2010)
4. Informasi yang diberikan
a. Efek kontrasepsi timbul dalam beberapa jam setelah insersi dan
berlangsung sampai 5 tahun bagi norplant dan 3 tahun bagi implanon
dan akan berakhir sesaat setelah pengangkatan
b. Sering ditemukan efek samping berupa gangguan pola haid
utamanya pada norplant, terutama 6-12 bulan pertama, beberapa
perempuan mungkin haidnya berhenti sama sekali. Perubahan pola
haid tersebut tidak membahayakan klien, efek lain berupa sakit
kepala, penambahan berat badan, nyeri payudara. Efek samping ini
tidak berbahaya dan akan hilang dengan sendirinya.
c. Norplant di cabut setelah 5 tahun dan susuk implanon di cabut
setelah 3 tahun, tetapi dapat dicabut lebih awal bila dikehendaki.
Tetapi bila norplant dicabut sebelum 5 tahun dan susuk implanon
dicabut sebelum 3 tahun, maka kemungkinan hamil sangat besar dan
meningkatkan resikao kehamilan ektopik.
d. Implan tidak melindungi klien dari penyakit menlar seksual,
termasuk HIV/AIDS. Bila pasangan memiliki resiko, perlu
menggunakan kondom bila melakukan seggema.
e. Berikan kartu kepada klien yang ditulis nam, tanggal insersi, tempat
insersi dan nama kliinik.
(pinem, sahora.2009.hal 285-286)
5. Instuksi kepada klien
a. Daerah insersi harus tetap kering dan bersih selama 48 jam pertama
pasca insersi. Tujuannya untuk mencegah infeksi pada luka insersi.
b. Perlu disampaikan bahwa kemungkinan ada rasa nyeri,
pembengkakan, atau lebam di daerah insisi. Keadaan ini tidak
berbahaya dan tidak perlu dikhawatirkan
c. Pekerjaan rutin harian tetap dilakuakan, tetapi hindari benturan,
gesekan atau penekanan pada daerah insersi.
d. Selama 48 jam balutan penekanan jangan dibuka dan plaster
dipertahankan sampai luka sembuh ( biasanya5 hari )
e. Setelah luka sembuh, daerah insersi dapat disentuh dan divuci
dengan tekanan yang wajar.
f. Segera ke klinik atau hubungi dokter bila ada masalah sebagai
berikut : ada tanda tanda infeksi misalnya demam, peradangan atau
rasa sakit yang menetap selama beberapa hari, perdarahan pervagina
yang banyak, aminorea disertai nyeri pada perut bagian bawah, rasa
nyeri pada lengan, luka bekas insisi mengeluarkan darah atau nanah,
espilsi batang implan, sakit kepala hebat atau penglihatan menjadi
kabur, nyeri dada hebat, diduga hamil sebelum menggunakan
implan harus digali informasi dari klien dan berbagai sumber untuk
mendapatkan data mengenai riwayat kesehatan, aspek sosial budaya
dan agama yang dapat mempengaruhi respon klien, serta dilakukan
pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan untuk memastikan klien
boleh/tidak boleh menggunakan implan.
(Pinem, sahora.2009.hal 286)

Prosedur Pelepasan Kontrasepsi Implan


1. Indikasi :
a. Atas permintaan klien ( apabila menginginkan hamil lagi)
b. Timbulnya efeksamping yang sangat mengganggu dan tidakfapat di
atasidengan pengobatan biasa.
c. Sudah habis masa pakainya
d. Terjadi kehamilan
2. Teknik pencabutan implan :
Mengeluarkan implant umumnya lebih sulit daripada insersi persoalan
dapat timbulnya implan dipasang terlalu dalam atau bila timbul jaringan
fibraos disekeliling implant.
Adapun cara untuk mengeluarkan implan yang sudah terpasang pada
kulit adalah :
a. Informed concent
b. Bidan dan akseptor melakukan cuci tangan dengan memperhatikan
aseptik dan antiseptik.
c. Tentukan lokasi dari implant dengan jari-jari tangan dan dapat
diberita tanda.
d. Oleskan tempat yang akan dilakukan pencabutan dengan cairan
antiseptik dan pasang duk steril.
e. Suntikan anastesi lokal dibawah implan, jangan menyuntikan anastesi
di atas implan karena pembengkakan kulit dapat menghalangi
pandangan dari letak implanya.
f. Buat satu insisi 4 mm sedekat mungkin pada ujung implant, pada
daerah alas kipas.
g. Keluarkan implan pertama yang terletak paling depan ke insisi atau
terletak paling dekat ke permukaan.
h. Sampai saat ini dikenal 4 cara pencabutan implan :
1) Cara POP-OUT (Darney, Klaise dan Walker), merupakan teknik
pilihan bila memungkinkan karena tidak traumatis, sekalipun
tidak selalu mudah untuk mengerjakanya. Dorong ujung
proksimal kapsul (arah bahu) ke arah distal dengan ibu jari
sehingga mendekati lubang insisi, sementara jari telunjuk
menahan bagian tengah kapsul, sehingga ujung distal kapsul
menekan kulit.
2) Cara Satndard, jepit ujung distal kapsul dengan klem musquito
sampai kira-kira 0,5-1cm dari ujung klemnya, masuk di bawah
kulit melalui lubang inisisi. Putar pegangan klem pada posisi 180
derajat disekitar sumbu utamanya mengarah ke bahu akseptor.
Bersihkan jaringan yang menempel di sekeliling kapsul dengan
skalpel atau kasa steril sampai kapsul terlihat dengan jelas.
Tangkap ujung kapsul yang sudah terlihat dengan klem orile,
lepaskan klem mosquito dan keluarkan kapsul dengan klem crile.
3) Cara “U”, teknik ini dikembangkan oleh dr.Untung Prawiroharjo
dari Semarang dibuat insisi memanjang selebar 4 mm kira-kira 5
mm proksimal dari ujung distal kapsul di antara kapsul ke 3 dan
ke 4. Kapsul yang akan dicabut difiksasi dengan meletakan jari
telunjuk tangan kiri sejajar disamping kapsul. Kapsul dipegang
dengan klem (norplant holding forceps) kurang lebih 5mm dari
ujung distalnya. Kemudian klem diputar ke arah pangkal lengan
atas / bahu akseptor sehingga kapsul terlihat di bawah lubang
insisi dan dapat dibersihkan dari jaringan-jaringan yang
menyelubunginya dengan memakai skalpel untuk seterusnya
untuk dicabut keluar.
4) Cara Tusuk “Ma” dikembangkan oleh dr. IBG Manuaba dari
Denpasar memakai alat bantu kawat atau jari roda sepedah, satu
ujung dilengkungan sepanjang 0,5-0,75cm dengn sudutnya 90
derajat dan diperkecil serta diruncingkan , sedangkan ujung yang
lain dilengkungkan dalam satu bidang dengan lengkungan runcing
tadi dan dipkai untuk pegangan operator setelah kapsul dijepit
dengan pinset atau klem arteri, jaringan ikat dengan pisau sampai
kapsul tampak putih. Kemudian alat tusuk Ma ditusukan pada
kapsul serta terus diikat keluar. Berikan anastesi lagi
biladiperlukan, untuk mengeluarkan implan yang lain.
i. Tutup dan bungkus luka insisi seperti pada saat insersi bila akseptor
ingin dipasang implan yang lain. Upaya pencabutan ke 6 kapsul
norplant dibatasi sampai waktu 45 menit. Bila waktu tersebut tidak
semua kapsul berhasil dikeluarkan, maka prosedur pencabutan
dihentikan dan upaya pencabutan kembali sisa kapsul yang masih
tertinggl diulangi kra-kira 3-4 miggu kemudian. Hal ini untuk
mengurangi terjadinya infeksi dan rasa nyeri. Disamping itu
mencabut sisa kapsul norplant akan lebih mudah bila lengan akseptor
telah sembuh dari trauma jaringan upaya pencabutan yang lalu.
Setelah selesai dengan pencabutak ke 6 kapsul norplant rendam
setelah alat-alat yang sudah dipakai kedalam cairan 0,5% untuk
dekontaminasi alat-alat. (Sri Handayani, 2010)

Penapisan KB Hormonal

Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian metode suntik dan pil adalah untu
menentukan :

1. Adanya keadaa yang membutuhkan perhatian khusus


2. Adanya masalah yang membutuhkan perhatian khusus

Daftar Tilik Penapisan Kliaen Suntik dan Pil

No Keadaan Klien YA TIDAK


1 Hari pertama Haid terakhir 7 hari
yang lalu atau lebih ?
2 Menyusui dan kurang dari 6 minggu
pasca persalinan ?
3 Perdarahan/ perdarahan bercak antara
haid setelah senggama ?
4 Ikterus pada kulit atau mata ?
5 Nyeri kepala hebat/ gangguan visual ?
6 Nyeri hebat pada betis, paha, dada,
atau tungkak bengkak (edema) ?
7 Tekanan darah diatas 150
mmHg(sistolik) atau 90
mmHg(diastolik) ?
8 Massa atau benjolan pada payudara ?
9 Sedang minum (mengkonsumsi) obat-
obatan anti kejang(epilepsi) ?
Keterangan :

1) Apabila klien menyusui dari 6 minggu pasca persalinan maka pil kombinasi adalah
metode pilihan terakhir.
2) Tidak cocok untuk pil progestin (mini pil), suntikan (DMPA NET-ET)
3) Tidak cocok untuk suntikan progestin (DMPA atau NET-ET)

Jika semua jawaban diatas adalah “Tidak” dan tidak dicurigai adanya kehamilan dapat
diteruskan dengan konseling khusus. Bila respon banyak yang “Ya” berarti klien perlu
dievaluasi sebelum keputusan akhir dibuat.

Catatan : klien tidak selalu memberikan informasi yang benar tentang kondisi diatas.
Namun, petugas harus mengetahui bagaimana keadaan klien sebenarnya. Bila diperlukan
petugas dapat mengulang pertanyaan dengan cara yang berbeda. Juga perlu diperhitungkan
masalah social, budaya, atau agama yang mungkin berpengaruh terhadap espon klien tersebut
( dan pasangannya).
2.

BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Kontrasepsi Mantap adalah salah satu cara kontrasepsi dengan tindakan pembedahan
atau dengan kata lain setiap tindakan pembedahan pada saluran telur wanita atau saluran
mani yang mengakibatkan orang atau pasangan yang bersangkutan tidak akan
memperoleh keturunan lagi.

1.2 Saran
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok
mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman-teman sesama
mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA

- Handayani Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka
Rihama.
- Sulistyawati Ari. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medika.
- Suratun, et.al. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta
: Trans Info Medis.
- Hidayati Rahma. 2009. Metode dan Teknik Penggunaan Alat Kontrasepsi : Petunjuk
Praktis Pemasangan Alat Kontrasepsi. Jakarta : Salemba Medika.
- Ayu Ida C. M, et.al. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Edisi 2.
Jakarta : EGC.

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Biran. 2011. “ Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi ”. Jakarta : PT BINA
PUSTAKA Sarwono Prawihardjo

Cuningham, F. Gary,dkk. 2005. “ Obstetri Wiliams Volume 2 Edisi 21 “. Jakarta : EGC

Everet, Suzanne. 2007. “ Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif “.
Jakarta : EGC

Handayani, Sri. 2010. “ Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana “. Jogjakarta : Pustaka
Rihama

Hidayati, Ratna. 2009. “ Metode dan Teknik Penggunaan Alat Kontrasepsi, Petunjuk Praktis
Pemasangan Alat Kontrasepsi “. Jakarta : Salemba Medika

Pinem, Sahara. 2009. “ Kesehatan Reproduksi dan Kobtrasepsi ”. Jakarta : Pnerbit Buku
Keperawatan dan Kebidanan

Varney, Helen,dkk. 2003. “ Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1 Edisi 4 “. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai