Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TENTANG
COITUS INTERUPTUS
Dosen Pengampu;Putri yayu¸M.keb

DISUSUN OLEH : Kelompok I

1. Nabillah Rizqiyah
2. Riska
3. St.Nursahbani
4. Erika
5. Haerunisa
6. Eka Kurniati

AKADEMIK KEBIDANAN (AKBID)


HARAPAN BUNDA BIMA
TAHUN AKADEMIK 2023-2024

i
KATA PENGANTAR

segala puji kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa yang telah ini
dengan judul Coitus Interuptus”.semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan untuk kepentingan proses belajar.melalui kata pengantar ini penukis
lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah
ininada memberikan rahmat dan hidayatnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat.

Dalam penyusunan makalah ini tentu jauh dari sempurna,oleh karena itu
segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan
makalah ini dan untuk pelajaran bagi kita semuah dalam pembuatan di masa
mendatang.semoga dengan adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi
kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Bima, Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..………...…………………………………………… ..1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………......2
C. Tujuan Penulisan …………………………………………………….....3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian coitus interuptus ......................................................... 3
B. Cara Kerja...................................................................................... 3
C. Manfaat.......................................................................................... 4
D. Keterbatasan.................................................................................. 4
E. Dapat Dipakai untuk...................................................................... 4
F. Tidak Dapat Dipakai untuk........................................................... 5
G. Keterbatasan.................................................................................. 5
H. Instruksi bagi klien ....................................................................... 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ……...……………………………………………….........7
B. Saran ……..............................................…...……………………….. 7
DAFTAR PUSTAKA.........………………...........................................…………

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar belakang
Salah satu masalah kependudukan yang cukup besar di Indonesia adalah
jumlah kepadatan penduduk yang sangat besar. Hal ini menimbulkan berbagai
macam masalah lain. Untuk itu, pemerintah mencanangkan program
KeluargaBerencana (KB) yaitu program pembatasan jumlah anak yakni dua untuk
setiap keluarga. Program KB di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat
dan diakui keberhasilannya di tingkat Internasional. Hal ini terlihat dari angka
kesertaan ber-KB meningkat dari 26% pada tahun 1980, menjadi 50% pada tahun
1991, dan terakhir menjadi 57% pada tahun 1997.
Program KB nasional telah berjalan selama kurun waktu 4 pelita dengan
hasil yang cukup menggembirahan, baik secara normatif maupun demografis.
Berdasarkan hasil – hasil Survey Prevalensi Indonesia ( SPI ) tahun 1987 ternyata
tingkat kelahiran kasar telah menurun menjadi sekitar 28 –29 / 1000 dan TFR
menjadi sekitar 3,4 –3,6. Meskipun begitu, jika dipandang dari segi islam KB itu
hukumnya haram.
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui
demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan
salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang
sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita
harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya
jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin
tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan
individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi
(Depkes RI, 1998).
Salah satu contoh dari KB adalah dengan metode sanggama terputus.
Coitus Interuptus (coitus interuptus ) merupakan salah satu usaha kontrasepsi
yang paling tua. Cara ini banyak digunakan di benua Eropa dalam abad ke-18 da

1
19 dan memegang peranan penting dalam pembatasan penduduk. Kira-kira 50%
dari suami istri mempergunakannya pada waktu itu. Pada pertengahan abad ini
masih juga dipergunakan di Jamaika 60%, Puerto Rico 54%, Ungaria 67%.

Walaupun cara ini tentu ada kegagalannya tapi tidak kalah dengan hasil
pasangan yang mempergunakan kondom dan diafragma. Dulu dikatakan bahwa
koitus interuptus dapat menyebabkan hipertropi prostat, impotensi, dan endungan
panggul namun buti ilmiah tidak ada. Tapi kalau salah satu anggota dari pasangan
tidak menyetujuinya, dapat menimbulkan ketegangan dan dengan demikian
mungkin merusak hubungan seks.

B. Rumusan masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan keluarga berencana ?


2. Apakah yang dimaksud dengan kontrasepsi ?
3. Apakah yang dimaksud dengan coitus interuptus ?

C.Tujuan

1. Mengetahui yang dimaksud dengan keluarga berencana


2. Mengetahui yang dimaksud dengan kontrasepsi
3. Mengetahui yang dimaksud dengan coitus interuptus

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian coitus interuptus
Metode coitus interuptus juga dikenal dengan metode coitus interuptus .
Teknik ini dapat mencegah kehamilan dengan cara sebelum terjadi ejakulasi pada
pria, seorang pria harus menarik penisnya dari vagina sehingga tidak setetes pun
sperma masuk kedalam rahim wanita. Dengan cara ini kemungkinan terjadinya
pembuahan (kehamilan) bisa dikurangi.
Coitus interuptus adalah metode keluarga berencana tradisional, di mana alat
kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke
dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah..

Coitus Interuptus (coitus interuptus ) merupakan salah satu usaha


kontrasepsi yang paling tua. Cara ini banyak digunakan di benua Eropa dalam
abad ke-18 da 19 dan memegang peranan penting dalam pembatasan penduduk.
Kira-kira 50% dari suami istri mempergunakannya pada waktu itu.
Pada pertengahan abad ini masih juga dipergunakan di Jamaika 60%, Puerto Rico
54%, Ungaria 67%.
Walaupun cara ini tentu ada kegagalannya tapi tidak kalah dengan hasil
pasangan yang mempergunakan kondom dan diafragma. Dulu dikatakan bahwa
koitus interuptus dapat menyebabkan hipertropi prostat, impotensi, dan
bendungan panggul namun buti ilmiah tidak ada. Tapi kalau salah satu anggota
dari pasangan tidak menyetujuinya, dapat menimbulkan ketegangan dan dengan
demikian mungkin merusak hubungan seks.
Cara ini tentu memerlukan suami yang bertanggung jawab dan dengan
kemauan yang cukup besar, tapi mudah diterima, karena merupakan cara yang
dapat dirahasiakan tidak usah minta nasehat pada orang lain.
Survei Demographi dan Kesehatan Indonesia tahun 2002-2003 menunjukkan
bahwa penggunanaan cara KB dan mencegah kehamilan dengan coitus interuptus
cukup banyak mencapai 1,5 persen.

3
B. Cara Kerja
Coitus interuptus adalah metode keluarga berencana tradisional, di mana alat
kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke
dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah.
C. Manfaat
Kontrasepsi

 Efektif bila digunakan dengan benar.


 Tidak mengganggu produksi ASI.
 Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya.
 Tidak ada efek samping.
 Dapat digunakan setiap waktu.
 Tidak membutuhkan biaya.

Nonkontrasepsi

 meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana.


 Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian
yang sangat dalam.

D. Keterbatasan

 Efektivitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan coitus


interuptus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4 - 18 kehamilan per
100 perempuan per tahun)
 Efektivitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak
ejakulasi masih melekat pada penis.
 Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual.

E. Dapat Dipakai untuk

 Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana.

4
 Pasangan yang taat beragama atau mempunyai alasan filosofi untuk tidak
memakai metode-metode lain.
 Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera.
 pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu metode
yang lain.
 Pasangan yang membutuhkan metode pendukung.
 Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.

F. Tidak Dapat Dipakai untuk

 Suami dengan pengalaman ejakulasi dini.


 Suami yang sulit melakukan coitus interuptus .
 Suami yang memiliki kelainan fisik atau psikologis.
 Ibu yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama.
 Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi.
 Pasangan yang tidak bersedia melakukan coitus interuptus .

G. Instruksi bagi klien :


 Meningkatkan kerja sama dan membangun saling pengertian sebelum
melakukan hubungan seksual dan pasangan harus mendiskusikan dan
menyepakati penggunaan metode sanggama terputus.
 Sebelum berhubungan pria terlebih dahulu mengosongkan kandung kemih
dan membersihkan ujung penis untuk menghilangkan sperma dari
ejakulasinya
 Apabila merasa akan ejakulasi, pria segera mengeluarkan penisnya dari
vagina pasangannya dan mengeluarkan sperma di luar vagina.
 Pastikan pria tidak terlambat melaksanakannya
 Sanggama tidak dianjurkan pada masa subur.
H. Keterbatasan.
Walaupun teknik ini dapat mencegah kehamilan, beberapa penelitian
menyatakan resiko kegagalan metode ini cukup tinggi. Ini disebabkan karena
kontrol atas teknik ini tidak ada pada perempuan. Jadi, sepenuhnya diserahkan

5
pada kesadaran pihak pasangan. Ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan seorang
pria untuk merasakan tanda ejakulasi dan kecepatannya untuk menarik penis dan
mendapatkan orgasme diluar vagina.

Sering kali terjadi cairan sperma cepat keluar, bahkan sebelum laki-laki yang
bersangkutan merasa telah terjadi ejakulasi, atau juga pria yang tidak tahu pasti
kapan dia mengalami ejakulasi sehingga bila ada tetes sperma/ air mani yang
masuk kedalam vagina. Ada kemungkinan tertularnya HIV/ AIDS (pada seks
bebas). Kadang-kadang laki-laki juga enggan untuk menarik penisnya pada saat
puncak ejakulasi terjadi karena mengurangi kenikmatan bersenggama.

Jadi, dapat disimpukan bahwa keterbatasan dari metode ini adalah :


2.H.1 Efektifitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan
coitus interuptus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4 – 18
kehamilan per 100 perempuan per tahun).
2.H.2 Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak
ejakulasi masih melekat pada penis.
2.H.3 Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual.

BAB III

6
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya


kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma.
Pelayanan kontrasepsi (PK) merupakan salah satu komponen dalam pelayanan
kependudukan/KB. Esensi tugas program Keluarga Berencana (KB) yaitu
menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan demi
terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia

Efektifitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan coitus


interuptus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4 – 18 kehamilan per 100
perempuan per tahun). efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24
jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis. Memutus kenikmatan dalam
berhubungan seksual.

B. SARAN

Selaku umat manusia kita harus memperhatikan berbagai kondisi dalam


berkeluarga merencanakan sebelum kelahiran dan mengantisipasi banyaknya
kelahiran dengan metode – metode keluarga berencana .

DAFTAR PUSTAKA

7
Depkes RI. (1998) Data Riset Kesehatan Dasar Tahun 1998. Jakarta: Badan.

www.internet.co.id

www.wikiepedia.co.id

Anda mungkin juga menyukai